Rut 1:18-22: Kesetiaan, Penderitaan, dan Pemeliharaan Allah

Rut 1:18-22: Kesetiaan, Penderitaan, dan Pemeliharaan Allah

Pendahuluan

Rut 1:18-22 adalah bagian penutup dari pasal pertama kitab Rut yang menggambarkan kepulangan Naomi ke Betlehem bersama menantunya, Rut. Peristiwa ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan iman dan pemulihan dari kesedihan menuju harapan.

Ayat-ayat ini berbunyi:

"Ketika Naomi melihat bahwa Rut bersikeras untuk pergi bersamanya, dia berhenti membujuknya." (Rut 1:18, AYT)
"Lalu, keduanya pergi sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika tiba di Betlehem, seluruh kota gempar karena mereka, perempuan-perempuan berkata, ‘Mungkinkah itu Naomi?’" (Rut 1:19, AYT)
"Dia berkata kepada mereka, ‘Jangan panggil aku Naomi, panggil aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah memperlakukanku dengan pahit.’" (Rut 1:20, AYT)
"Aku pergi dengan penuh, tetapi TUHAN memulangkan aku dengan kosong. Mengapa kamu memanggilku Naomi, padahal TUHAN telah bersaksi melawanku dan Yang Mahakuasa telah menindasku?’" (Rut 1:21, AYT)
"Demikianlah, Naomi pulang bersama Rut, menantunya, perempuan Moab, yang kembali dari daerah Moab. Mereka sampai di Betlehem pada awal musim panen jelai." (Rut 1:22, AYT)

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna ayat-ayat ini berdasarkan pemahaman beberapa teolog Reformed, melihat konteks historisnya, serta bagaimana penerapannya dalam kehidupan Kristen masa kini.

I. Konteks Historis dan Latar Belakang Kitab Rut

Kitab Rut berlatar belakang pada zaman hakim-hakim, sebuah periode penuh kekacauan rohani dan sosial dalam sejarah Israel (Hakim-hakim 21:25). Naomi, yang awalnya meninggalkan Betlehem karena kelaparan bersama suaminya Elimelekh dan kedua anaknya, mengalami tragedi besar di tanah Moab—kehilangan suami dan kedua anaknya.

Ketika Naomi mendengar bahwa TUHAN telah memberkati Israel dengan makanan, ia memutuskan untuk kembali ke Betlehem. Rut, menantunya yang berasal dari Moab, dengan setia memilih untuk ikut bersamanya, sementara Orpa, menantu yang lain, memilih untuk tetap tinggal di Moab.

Ayat-ayat ini menandai titik balik dalam hidup Naomi, saat ia kembali ke tanah kelahirannya dengan penuh kepahitan tetapi juga dengan harapan baru melalui kehadiran Rut.

II. Eksposisi Rut 1:18-22 dalam Perspektif Teologi Reformed

1. Rut yang Berpegang Teguh pada Naomi (Rut 1:18)

"Ketika Naomi melihat bahwa Rut bersikeras untuk pergi bersamanya, dia berhenti membujuknya."

Rut menunjukkan tekadnya untuk tetap bersama Naomi, bahkan setelah diberi kesempatan untuk kembali ke Moab seperti Orpa. Dalam perspektif teologi Reformed, kesetiaan Rut mencerminkan anugerah Allah yang memanggil dan mempertahankan umat-Nya dalam iman.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa iman sejati adalah iman yang bertahan dan tidak tergoyahkan oleh kesulitan. Rut adalah contoh bagaimana seorang yang dipanggil Allah akan tetap teguh dalam perjalanan imannya.

“Iman yang sejati bukan hanya percaya pada Allah, tetapi juga berpegang teguh kepada-Nya dalam setiap keadaan.” – John Calvin

Rut memilih untuk meninggalkan keluarganya dan ilah-ilah Moab, sebuah tindakan yang mencerminkan pertobatan sejati—berpaling dari kehidupan lama dan memilih jalan Tuhan.

2. Kedatangan Naomi dan Rut di Betlehem (Rut 1:19)

"Lalu, keduanya pergi sampai mereka tiba di Betlehem. Ketika tiba di Betlehem, seluruh kota gempar karena mereka, perempuan-perempuan berkata, ‘Mungkinkah itu Naomi?’"

Kedatangan Naomi menimbulkan kegemparan di Betlehem. Ini menunjukkan bahwa Naomi pernah menjadi sosok yang dikenal di komunitasnya. Namun, perubahan dalam hidupnya sangat drastis hingga orang-orang bertanya-tanya apakah dia masih orang yang sama.

Dalam perspektif Reformed, ini mengingatkan kita bahwa hidup manusia berada di bawah pemeliharaan Allah, baik dalam berkat maupun penderitaan. John MacArthur menekankan bahwa Allah sering membawa umat-Nya melalui masa-masa sulit untuk menggenapi rencana-Nya yang lebih besar.

“Allah tidak meninggalkan umat-Nya dalam penderitaan, tetapi menggunakannya untuk memurnikan iman mereka dan mempersiapkan mereka bagi sesuatu yang lebih besar.” – John MacArthur

Kedatangan Naomi di Betlehem juga melambangkan pemulihan dan awal yang baru, meskipun pada saat itu ia belum menyadarinya.

3. Naomi Mengungkapkan Kepahitannya (Rut 1:20-21)

"Dia berkata kepada mereka, ‘Jangan panggil aku Naomi, panggil aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah memperlakukanku dengan pahit.’"

Naomi, yang namanya berarti "menyenangkan" atau "manis," meminta untuk dipanggil Mara, yang berarti "pahit." Ini menunjukkan betapa besar penderitaan yang ia rasakan.

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa dalam pengalaman penderitaan, manusia sering merasa bahwa Allah sedang menentang mereka. Namun, penderitaan sering kali adalah bagian dari rencana pemurnian Allah.

“Allah sering mengizinkan penderitaan untuk menunjukkan ketergantungan kita kepada-Nya dan memurnikan iman kita.” – R.C. Sproul

Walaupun Naomi merasa Tuhan telah meninggalkannya, kenyataannya adalah Tuhan sedang bekerja melalui penderitaannya untuk membawa pemulihan yang lebih besar.

4. Naomi Kembali dalam Kekosongan, tetapi Ada Harapan (Rut 1:22)

"Demikianlah, Naomi pulang bersama Rut, menantunya, perempuan Moab, yang kembali dari daerah Moab. Mereka sampai di Betlehem pada awal musim panen jelai."

Ayat ini memberikan secercah harapan. Kedatangan mereka bertepatan dengan awal musim panen, yang secara simbolis menunjukkan bahwa pemulihan Naomi sedang dimulai.

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa Allah selalu bekerja dalam sejarah manusia untuk menggenapi rencana penebusan-Nya.

“Di balik setiap penderitaan umat-Nya, Allah sedang menenun kisah penebusan yang lebih besar.” – Herman Bavinck

Musim panen jelai juga menjadi latar bagi pertemuan Rut dengan Boas, yang nantinya akan menjadi alat pemulihan Allah dalam kehidupan mereka.

III. Makna Teologis Rut 1:18-22 dalam Kesetiaan, Penderitaan, dan Pemeliharaan Allah

1. Kesetiaan Rut: Gambar Kesetiaan Sejati dalam Iman

Rut 1:18 menunjukkan keteguhan hati Rut untuk mengikuti Naomi, meskipun dia menghadapi ketidakpastian. Para pakar teologi melihat ini sebagai gambaran dari iman yang sejati, yaitu kesetiaan kepada Allah meskipun dalam kondisi yang tidak pasti.

Menurut Matthew Henry, kesetiaan Rut melambangkan bagaimana orang percaya harus berserah kepada Tuhan, bahkan ketika keadaan tampak sulit. Rut bukan hanya setia kepada Naomi, tetapi juga kepada Tuhan Israel, seperti yang dia nyatakan dalam ayat sebelumnya (Rut 1:16).

Dari perspektif teologi Perjanjian Baru, beberapa pakar melihat kesetiaan Rut sebagai gambaran dari panggilan Kristen untuk setia kepada Kristus. Dalam Lukas 9:62, Yesus berkata:

“Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”

Rut tidak menoleh ke belakang, meskipun tanah asalnya dan keluarganya berada di Moab. Ini menunjukkan bahwa iman sejati melibatkan keputusan yang radikal dan keberanian untuk mengikuti kehendak Tuhan.

2. Keluhan Naomi: Pergumulan dalam Penderitaan

Dalam ayat 19-21, Naomi kembali ke Betlehem dan merasakan kepahitan dalam hidupnya. Dia bahkan meminta orang-orang untuk memanggilnya "Mara," yang berarti pahit, sebagai ungkapan penderitaannya.

Menurut John MacArthur, respons Naomi menunjukkan bagaimana manusia sering kali melihat penderitaan sebagai hukuman dari Tuhan, padahal dalam banyak kasus, penderitaan adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar.

Naomi berkata bahwa Tuhan telah menindasnya dan membuatnya kembali dalam keadaan kosong. Namun, kita tahu bahwa dia sebenarnya tidak kembali dengan tangan kosong—Rut, menantunya yang setia, tetap bersamanya. Ini mencerminkan bagaimana manusia sering kali gagal melihat pemeliharaan Tuhan di tengah penderitaan.

Dari perspektif teologi Reformed, R.C. Sproul menyoroti bagaimana keluhan Naomi adalah bentuk kejujuran dalam relasi dengan Tuhan. Banyak tokoh dalam Alkitab, seperti Ayub dan Daud, juga mengungkapkan perasaan mereka kepada Tuhan dalam penderitaan. Namun, yang penting adalah bagaimana mereka tetap bersandar kepada-Nya.

3. Pemeliharaan Allah yang Tersirat

Meskipun Naomi merasa ditinggalkan, ada petunjuk tentang pemeliharaan Allah dalam ayat 22. Ayat ini menyebutkan bahwa mereka tiba di Betlehem "pada awal musim panen jelai." Ini bukan kebetulan, tetapi petunjuk bahwa Tuhan sedang bekerja dalam situasi mereka.

Menurut Charles Spurgeon, waktu kedatangan Naomi dan Rut ke Betlehem menunjukkan bahwa Tuhan sudah menyiapkan jalan bagi mereka, meskipun Naomi belum menyadarinya. Ini merupakan gambaran bagaimana Tuhan sering kali bekerja di balik layar, bahkan ketika kita merasa ditinggalkan.

Teologi pemeliharaan Allah dalam bagian ini sangat kuat. Allah tidak meninggalkan umat-Nya, tetapi Dia bekerja melalui cara yang mungkin tidak langsung terlihat. Rut, seorang perempuan Moab, akan menjadi alat dalam rencana penebusan Tuhan, karena melalui garis keturunannya, akhirnya lahir Raja Daud dan Yesus Kristus, Sang Mesias (Matius 1:5-6).

4. Kesetiaan Tuhan dalam Rencana Penebusan

Para pakar teologi juga melihat kisah ini dalam cakupan yang lebih luas, yaitu dalam rencana penebusan Allah. Rut bukan hanya kisah tentang kesetiaan dan pemeliharaan, tetapi juga tentang bagaimana Tuhan memakai orang-orang di luar Israel untuk menggenapi rencana-Nya.

Menurut N.T. Wright, keterlibatan Rut dalam silsilah Yesus menunjukkan bahwa keselamatan bukan hanya untuk Israel, tetapi untuk seluruh bangsa. Rut, seorang Moab, dimasukkan dalam garis keturunan Mesias, yang menegaskan bahwa Allah menyelamatkan semua orang yang datang kepada-Nya dengan iman.

Kesetiaan Tuhan kepada Rut dan Naomi mengarah pada berkat yang jauh lebih besar dari yang bisa mereka bayangkan. Ini menjadi pengingat bagi kita bahwa meskipun kita tidak selalu mengerti jalan Tuhan, Dia selalu memiliki rencana yang lebih besar untuk kebaikan kita.

IV. Penerapan Rut 1:18-22 dalam Kehidupan Kristen

Bagaimana kita dapat menerapkan pelajaran dari Rut 1:18-22 dalam kehidupan kita sehari-hari?

  1. Percaya pada Rencana Allah dalam Penderitaan – Seperti Naomi, kita mungkin mengalami masa-masa sulit, tetapi kita harus percaya bahwa Allah bekerja untuk kebaikan kita (Roma 8:28).
  2. Kesetiaan dalam Mengikuti Kristus – Rut adalah contoh komitmen dalam mengikuti Tuhan. Kita juga harus tetap setia kepada Kristus dalam segala keadaan.
  3. Melihat Penderitaan sebagai Bagian dari Pemurnian – Penderitaan bukan akhir dari cerita kita, tetapi sering kali adalah awal dari pemulihan yang lebih besar.
  4. Mengandalkan Tuhan, Bukan Keadaan – Ketika kita merasa kehilangan segalanya, kita harus percaya bahwa Tuhan sedang membawa kita menuju pemulihan.

Kesimpulan

Rut 1:18-22 mengajarkan bahwa meskipun kita mengalami penderitaan, Tuhan tetap bekerja di balik layar untuk memulihkan kita. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini menegaskan kesetiaan Tuhan, anugerah-Nya yang tidak berubah, dan rencana penebusan-Nya yang lebih besar.

Sebagaimana Naomi akhirnya mengalami pemulihan, kita juga dapat percaya bahwa Allah selalu setia dalam setiap musim kehidupan kita.

Next Post Previous Post