5 Mitos tentang Penginjilan

5 Mitos tentang Penginjilan

Pendahuluan:

Penginjilan adalah tugas utama gereja dan setiap orang percaya. Yesus Kristus sendiri memberi Amanat Agung kepada murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia (Matius 28:19-20). Namun, banyak kesalahpahaman atau mitos yang berkembang di kalangan orang Kristen tentang penginjilan. Beberapa mitos ini bisa menghambat semangat dan efektivitas kita dalam memberitakan Injil.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lima mitos tentang penginjilan dari perspektif teologi Reformed, yang menekankan kedaulatan Allah dalam keselamatan dan peran manusia sebagai alat dalam rencana keselamatan-Nya.

Mitos #1: Penginjilan Hanya Tugas Pendeta atau Penginjil Profesional

Banyak orang Kristen berpikir bahwa penginjilan adalah tugas para pendeta, penginjil, atau misionaris. Mereka beranggapan bahwa hanya mereka yang terlatih secara teologis yang dapat membagikan Injil dengan benar.

Kebenaran Menurut Teologi Reformed

Dalam ajaran Reformed, penginjilan adalah tugas setiap orang percaya. Efesus 4:11-12 memang menyebutkan bahwa Tuhan memberikan beberapa orang sebagai penginjil, tetapi peran mereka adalah untuk memperlengkapi jemaat dalam pelayanan. Setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi saksi Kristus (Kisah Para Rasul 1:8).

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa semua orang percaya memiliki peran dalam memperluas kerajaan Allah. Penginjilan bukan hanya tugas pemimpin gereja, tetapi bagian dari kehidupan Kristen yang taat.

Kesimpulan

Setiap orang Kristen, baik yang awam maupun pemimpin gereja, memiliki tanggung jawab untuk memberitakan Injil. Tidak perlu menunggu menjadi "ahli teologi" sebelum membagikan kabar baik.

Mitos #2: Jika Allah Menentukan Siapa yang Diselamatkan, Penginjilan Tidak Perlu

Salah satu mitos yang muncul dari salah paham terhadap doktrin predestinasi adalah anggapan bahwa jika Allah sudah menetapkan siapa yang akan diselamatkan, maka penginjilan menjadi tidak perlu.

Kebenaran Menurut Teologi Reformed

Teologi Reformed memang menekankan kedaulatan Allah dalam keselamatan, tetapi juga mengajarkan bahwa Allah memakai sarana untuk menggenapi rencana-Nya. Salah satu sarana utama yang digunakan-Nya adalah pemberitaan Injil.

Roma 10:14-15 menunjukkan bahwa seseorang tidak bisa percaya tanpa mendengar Injil, dan seseorang tidak bisa mendengar tanpa ada yang memberitakan. Charles Spurgeon pernah berkata, "Doa terbaik untuk kebangkitan rohani adalah doa yang disertai kaki yang berjalan memberitakan Injil."

Jonathan Edwards juga menekankan bahwa meskipun Allah berdaulat dalam menyelamatkan manusia, Dia memerintahkan kita untuk memberitakan Injil sebagai alat yang digunakan-Nya untuk membawa orang kepada iman.

Kesimpulan

Predestinasi tidak meniadakan penginjilan, tetapi justru memastikan bahwa penginjilan tidak akan sia-sia. Allah telah menentukan hasilnya, tetapi Dia juga menetapkan cara mencapainya, yaitu melalui pemberitaan Injil oleh umat-Nya.

Mitos #3: Penginjilan Harus Selalu Menghasilkan Pertobatan Langsung

Banyak orang Kristen merasa gagal atau kecewa jika orang yang mereka injili tidak langsung menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ini menimbulkan rasa takut dan enggan untuk terus menginjili.

Kebenaran Menurut Teologi Reformed

Keselamatan adalah karya Roh Kudus, bukan usaha manusia (Yohanes 3:5-8). Paulus berkata dalam 1 Korintus 3:6, "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan."

Reformed menekankan bahwa tugas kita adalah setia menabur benih Injil, bukan memaksa hasilnya. William Carey, bapak misi modern, menghabiskan tujuh tahun di India sebelum melihat satu orang bertobat, tetapi ia tetap setia dalam pelayanan.

Martin Luther pernah berkata, "Khotbah Injil tidak bergantung pada kehendak manusia, tetapi pada kuasa Allah yang bekerja dalam hati mereka yang mendengar." Ini menunjukkan bahwa penginjilan bukan tentang seberapa cepat seseorang bertobat, tetapi tentang kesetiaan dalam menyampaikan kebenaran.

Kesimpulan

Penginjilan tidak harus langsung menghasilkan pertobatan. Tugas kita adalah memberitakan Injil dengan setia, sedangkan hasilnya adalah urusan Allah.

Mitos #4: Penginjilan Harus Mengandalkan Teknik atau Strategi Tertentu

Beberapa orang Kristen berpikir bahwa keberhasilan penginjilan bergantung pada teknik atau strategi tertentu, seperti pendekatan apologetika tertentu atau metode evangelisme yang "paling efektif".

Kebenaran Menurut Teologi Reformed

Penginjilan memang bisa dilakukan dengan berbagai cara, tetapi keberhasilannya tidak bergantung pada metode manusia. Paulus menegaskan dalam 1 Korintus 2:4-5 bahwa ia memberitakan Injil bukan dengan hikmat manusia, tetapi dengan kuasa Roh Kudus.

John MacArthur dalam bukunya The Gospel According to Jesus menekankan bahwa penginjilan yang sejati bukan tentang strategi yang menarik perhatian manusia, tetapi tentang penyampaian kebenaran dengan setia. Metode bisa bervariasi, tetapi hanya Roh Kudus yang bisa mengubahkan hati seseorang.

Jonathan Edwards juga menunjukkan bahwa kebangunan rohani di masa pelayanannya bukanlah hasil dari strategi manusia, tetapi dari pemberitaan Firman yang setia dan doa yang sungguh-sungguh.

Kesimpulan

Metode evangelisme bisa berguna, tetapi bukan yang menentukan hasilnya. Kuasa penginjilan berasal dari Firman Allah dan pekerjaan Roh Kudus, bukan teknik manusia.

Mitos #5: Penginjilan Hanya Berarti Berkhotbah di Jalanan atau Mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani

Banyak orang berpikir bahwa penginjilan hanya bisa dilakukan dengan cara yang "besar" seperti kebaktian kebangunan rohani (KKR) atau khotbah di tempat umum. Jika mereka tidak mampu melakukan itu, mereka merasa tidak bisa menginjili.

Kebenaran Menurut Teologi Reformed

Penginjilan dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya dalam acara khusus. 1 Petrus 3:15 menyatakan bahwa kita harus siap memberi alasan atas pengharapan yang kita miliki, dengan kelemahlembutan dan rasa hormat.

Penginjilan juga dapat dilakukan melalui hubungan pribadi, seperti yang dilakukan Yesus dengan perempuan Samaria di sumur (Yohanes 4). Francis Schaeffer menekankan bahwa kasih dalam tindakan adalah cara terbaik untuk menyampaikan Injil dalam kehidupan sehari-hari.

John Piper dalam bukunya Let the Nations Be Glad! mengajarkan bahwa setiap aspek kehidupan kita harus mencerminkan Injil. Seorang Kristen bisa menginjili melalui cara berbicara, bertindak, dan menjalani hidup sesuai dengan kebenaran Firman.

Kesimpulan

Penginjilan tidak harus dilakukan dalam skala besar. Setiap percakapan, hubungan, dan perbuatan baik dapat menjadi bagian dari pemberitaan Injil.

Kesimpulan Akhir

Kelima mitos di atas sering menjadi penghalang dalam penginjilan, tetapi kebenaran Alkitab dan teologi Reformed menunjukkan bahwa:
✅ Penginjilan adalah tugas setiap orang percaya, bukan hanya pendeta.
✅ Predestinasi tidak menghapus kebutuhan akan penginjilan.
✅ Tugas kita adalah menabur benih, bukan memaksakan hasil.
✅ Keberhasilan penginjilan tidak bergantung pada teknik manusia.
✅ Penginjilan bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya dalam acara besar.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk setia dalam memberitakan Injil, mengandalkan kuasa Firman Tuhan, dan berdoa agar Roh Kudus bekerja dalam hati mereka yang mendengar. Mari kita tinggalkan mitos-mitos ini dan dengan setia menjalankan Amanat Agung Tuhan kita! 

"Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Dan bagaimana mereka dapat mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?" — Roma 10:14

Next Post Previous Post