MENGINJILI SEMUA BANGSA: KISAH PARA RASUL 1:1-11

Pdt. Budi Asali. M. Div.
Kisah Para Rasul 1:1-11 - “(1) Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, (2) sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintahNya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilihNya. (3) Kepada mereka Ia menunjukkan diriNya setelah penderitaanNya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. (4) Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang - demikian kataNya -’ telah kamu dengar dari padaKu. (5) Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.’ (6) Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: ‘Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?’ (7) JawabNya: ‘Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasaNya. (8) Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’ (9) Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutupNya dari pandangan mereka. (10) Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, (11) dan berkata kepada mereka: ‘Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.’”.
MENGINJILI SEMUA BANGSA: Kisah Para Rasul 1:1-11 - Pdt. Budi Asali. M. Div
gadget, education, insurance
Pendahuluan: 

1) Pentingnya belajar Kisah Rasul.

Kisah Rasul adalah kitab yang penting untuk dipelajari karena kitab ini menghubungkan ke 4 kitab Injil dengan surat-surat Paulus. Banyak hal dari surat-surat Paulus yang tidak bisa dimengerti dengan baik kalau kita tidak mengerti latar belakangnya dalam Kisah Rasul.

2) Kitab Kisah Rasul ditujukan kepada Teofilus (Kisah Para Rasul 1: 1).

Ay 1: “Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus,”.

Bdk. Lukas 1:1-4 - “(1) Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, (2) seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. (3) Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, (4) supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.”.

Dengan menghubungkan ay 1 ini dengan Luk 1:1-4, kita bisa melihat dengan jelas bahwa baik Injil Lukas maupun Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh Lukas dan ditujukan kepada Teofilus.

3) Thema Kisah Rasul.

Thema Kisah Rasul terdapat dalam Kis 1:8 yang berbunyi:

“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.

Dalam Kis 28 Paulus memberitakan Injil di Roma, dan itu dianggap sebagai ‘ujung bumi’.

I) Keharusan memberitakan Injil.

1) Kisah Para Rasul 1:8 yang merupakan thema Kisah Rasul ini jelas merupakan perintah Tuhan untuk memberitakan Injil.

Bible Knowledge Commentary: “The Ascension of Christ marked the conclusion of His ministry on earth in His bodily presence. ... At the same time the Ascension meant that the continuing work of Christ on earth was now placed in the hands of His disciples (Acts 1:1-2,8)” [= Kenaikan Kristus menandai akhir dari pelayananNya di bumi dalam kehadiranNya secara jasmani. ... Pada saat yang sama, Kenaikan itu berarti bahwa pekerjaan selanjutnya dari Kristus di bumi, sekarang diletakkan dalam tangan dari murid-muridNya (Kis 1:1-2,8)].

2) Perintah untuk memberitakan Injil menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.

Yohanes 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”.

Kisah Para Rasul 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.

1Yohanes 5:11-12 - “(11) Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam AnakNya. (12) Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.”.

3) Perintah untuk memberitakan Injil ini berlaku untuk setiap orang kristen (bdk. Mat 28:19-20).

Matius 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

Ingat bahwa sekalipun Amanat Agung dalam Mat 28:19-20 itu sebetulnya diberikan hanya kepada 11 rasul, tetapi rasul-rasul itu lalu diperintahkan untuk mengajarkan segala perintah Yesus kepada orang-orang yang dijadikan murid. Dengan demikian mereka juga harus mengajarkan perintah Yesus untuk memberitakan Injil. Bandingkan juga dengan Kis 8:1b,4 yang menunjukkan bahwa jemaat biasa juga memberitakan Injil.

Kis 8:1b,4 - “(1b) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. ... (4) Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.”.

Karena Pemberitaan Injil adalah perintah Tuhan bagi kita, maka kalau kita tidak memberitakan Injil, kita berdosa (dosa pasif).

Bandingkan juga dengan ayat-ayat di bawah ini:

a) Habakuk 5:23 - “‘Kutukilah kota Meros!’ firman Malaikat TUHAN, ‘kutukilah habis-habisan penduduknya, karena mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan.’”.

Perhatikan bahwa kota Meros dikutuk oleh Tuhan bukan karena mereka menyembah berhala, atau berzinah, dsb, tetapi karena pada waktu perang, mereka hanya berdiam diri, padahal seharusnya mereka ikut berperang.

Demikian juga kalau dalam perang rohani melawan setan, saudara tidak mau ikut berjuang melalui Pemberitaan Injil, maka saudara menghadapi resiko yang sama dengan penduduk kota Meros.

b) Yeremia 48:10 - “Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedangNya dari penumpahan darah!”.

Saya tidak mengerti mengapa Kitab Suci Indonesia menterjemahkan bagian yang saya garisbawahi itu dengan menggunakan ‘Nya’ (dimulai dengan huruf besar), dan bukannya ‘nya’. Kata ‘nya’ itu jelas bukan menunjuk kepada Tuhan tetapi kepada orang yang dikutuk itu. Lagi-lagi, sama seperti kota Meros di atas, orang-orang di sini dikutuk karena mereka tidak mau berperang / menggunakan pedangnya.

c) Yehezkiel 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.”.

d) Matius 12:30 - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”.

Dari ayat ini terlihat bahwa tidak ada daerah netral. Atau saudara adalah orang yang mengumpulkan bersama Tuhan (melalui Pemberitaan Injil), atau saudara adalah pencerai-berai gereja!

3) Kisah Para Rasul 1:8 ini tidak berarti bahwa setiap orang kristen harus pergi ke ujung bumi.

Injil memang harus tersebar kemana-mana, tetapi setiap orang kristen mempunyai ‘ladang’ sendiri-sendiri yang ditentukan oleh Tuhan. Karena itu saudara harus menggumulkan untuk bisa mengetahui kehendak Tuhan bagi saudara dalam persoalan ini.

II) Perlengkapan dalam memberitakan Injil.

Tuhan Yesus menyuruh murid-murid untuk memberitakan Injil, dan Ia memperlengkapi mereka supaya mereka bisa memberitakan Injil. Dalam hal apa Ia memperlengkapi murid-muridNya?

1) Dalam hal iman.

a) Ay 1-2a berbicara tentang ‘segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan oleh Yesus, sampai pada hari Ia terangkat.’. Ini mencakup ajaranNya, mujijat-mujijatNya, tindakan kasihNya, dan bahkan kematian dan kebangkitanNya, dan semua ini bertujuan untuk memperlengkapi murid-murid dalam hal iman

b) Kisah Para Rasul 1: 3 mengatakan bahwa Yesus membuktikan kebangkitanNya dengan banyak tanda dan penampakan diri.

Ay 3: “Kepada mereka Ia menunjukkan diriNya setelah penderitaanNya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.”.

NIV: ‘and gave many convincing proofs that he was alive’ (= dan memberikan banyak bukti-bukti yang meyakinkan bahwa Ia hidup).

KJV/Lit: ‘To whom also he shewed himself alive after his passion by many infallible proofs’ (= Kepada siapa Ia juga menunjukkan diriNya sendiri hidup setelah penderitaanNya oleh banyak bukti-bukti yang tidak bisa salah).

Pembuktian kebangkitan ini lagi-lagi berfungsi untuk memperlengkapi murid-murid dalam hal iman. Kepercayaan terhadap kebangkitan Yesus dari antara orang mati, atau kepercayaan bahwa Yesus hidup selama-lamanya adalah sesuatu yang sangat penting bagi orang yang memberitakan Injil.

Bible Knowledge Commentary: “The word ‘proofs’ (‎tekmeriois‎) occurs only here in the New Testament and looks at demonstrable evidence in contrast with evidence provided by witnesses. In other words, the Resurrection was proven by touch, sight, and feel (cf. Luke 24:39-40; 1 John 1:1)” [= Kata ‘bukti’ (TEKMERIOIS) muncul hanya di sini dalam Perjanjian Baru dan memandang pada bukti yang bisa didemonstrasikan sebagai sesuatu yang kontras dengan bukti yang diberikan oleh saksi-saksi. Dengan kata lain, Kebangkitan dibuktikan oleh sentuhan, penglihatan, dan perasaan (bdk. Lukas 24:39-40; 1Yoh 1:1)].

Lukas 24:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu (roh) tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka.”.

1Yohanes 1:1 - “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup - itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”.

Charles Haddon Spurgeon: “Our Saviour would not go to heaven till he had settled the fact of his resurrection upon a basis which can never be shaken” (= Juruselamat kita tidak akan pergi ke sorga sampai Ia telah menetapkan fakta kebangkitanNya pada dasar yang tidak akan bisa digoyahkan) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 4, hal 425.

Roma 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”.

1Korintus 15:3-4 - “(3) Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, (4) bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;”.

Sudahkan saudara percaya bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati?

c) Ay 9-10a menunjukkan bahwa murid-murid menyaksikan naiknya Yesus ke surga.

Ay 9-10a: “(9) Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutupNya dari pandangan mereka. (10a) Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu,”.

Waktu Yesus bangkit, murid-murid tidak melihatNya (mereka hanya melihat Yesus setelah Yesusnya bangkit), tetapi waktu Yesus naik ke surga mereka melihatNya. Rupanya hal itu dianggap masih belum cukup, sehingga dalam ay 10b-11 dikatakan bahwa malaikat memberitahukan kepada murid-murid bahwa Yesus naik ke surga.

Ay 10b-11: “(10b) tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, (11) dan berkata kepada mereka: ‘Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.’”.

Dengan demikian mereka bisa betul-betul yakin bahwa Yesus ada di surga.

Kenaikan Kristus ke surga tidak ditunjukkan kepada semua orang.

Mengapa? Calvin menjawab sebagai berikut: “Now as he did not, after his resurrection, appear indiscriminately to all, so he did not permit all to be the witnesses of his ascension to heaven; for he intended that this mystery of faith should be known by the preaching of the gospel rather than beheld by the eyes” (= Sebagaimana setelah kebangkitanNya Ia tidak menunjukkan diriNya kepada semua orang, demikian juga Ia tidak mengijinkan semua orang menjadi saksi-saksi kenaikanNya ke surga; karena Ia menghendaki bahwa misteri iman ini diketahui melalui pemberitaan Injil dan bukannya dengan dilihat dengan mata).

Bdk. Kisah Para Rasul 3:21 - “Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya yang kudus di zaman dahulu.”.

d) Keyakinan bahwa Yesus ada di surga ini, digabungkan dengan keyakinan bahwa dengan beriman kepada Yesus kita dipersatukan dengan Dia, akan memberikan keyakinan bahwa kalau kita mati, kita juga akan pergi ke surga. Keyakinan masuk surga ini mutlak perlu bagi orang yang memberitakan Injil, karena tanpa hal itu ia tidak akan memberitakan Injil, atau ia akan memberitakan Injil dengan ragu-ragu.

Penerapan:

Kalau saudara mau menjadi saksi Kristus / memberitakan Injil, maka cobalah periksa iman saudara kepada Yesus. Ada banyak orang mau memberitakan Injil, padahal dirinya sendiri sebetulnya belum percaya kepada Yesus. Ini tentu tidak pada tempatnya! Kalau saudara adalah orang yang seperti ini, bacalah buku saya yang berjudul ‘Fondasi Kekristenan’, supaya saudara bisa mempunyai iman yang sejati kepada Kristus. Baru setelah itu saudara bisa memberitakan Injil.

2) Dalam hal ketaatan.

Untuk ini mari kita membahas ay 4: “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang - demikian kataNya -’ telah kamu dengar dari padaKu.”.

a) Kisah Para Rasul 1: 4 ini terjemahannya berbeda-beda.

Ada yang menterjemahkan ‘makan bersama-sama’, dan ada yang menterjemahkan sekedar ‘berkumpul’.

NASB: ‘And gathering them together, He ...’ (= Dan setelah mengumpulkan mereka bersama-sama, Ia ...).

KJV: ‘And being assembled together with them ...’ (= Dan setelah dikumpulkan bersama-sama dengan mereka ...).

TL: ‘Tatkala Yesus berhimpun dengan rasul-rasul ...’.

A. T. Robertson mengatakan bahwa kata SUNALIZOMENOS dalam bahasa Yunani berarti ‘being assembled together with them’ (seperti terjemahan KJV di atas). Jadi sebetulnya kata ‘makan’ itu tidak ada. Yang ada adalah kata ‘berkumpul’, tetapi kata ini ada dalam arti aktif. Jadi Yesus yang mengumpulkan murid-murid setelah mereka berpencar waktu Yesus ditangkap / mati.

b) Selanjutnya dalam Kisah Para Rasul 1: 4 Yesus memerintahkan murid-muridNya untuk menunggu.

Yesus mempunyai alasan mengapa Ia menyuruh mereka menunggu. Ia menyuruh mereka menunggu supaya bisa menerima Roh Kudus bersama-sama, dan baru setelah itu mereka berpencar. Ini dimaksudkan supaya kesatuan mereka bisa terlihat. Kalau mereka langsung berpencar dan lalu menerima Roh Kudus sendiri-sendiri, maka kesatuan mereka tidak terlihat. Tetapi kalau mereka menunggu, lalu menerima Roh Kudus bersama-sama, dan baru setelah itu berpencar, maka kesatuan mereka terlihat dengan jelas. Inilah tujuan Yesus dalam menyuruh mereka menunggu.

c) Bagaimanapun juga, menunggu adalah sesuatu yang sukar.

Ingatlah bagaimana Abraham menunggu anak yang Tuhan janjikan, atau kegagalan Saul dalam menunggu Samuel (1Sam 13:1-14). Jadi, dengan disuruh menunggu, murid-murid diajar untuk taat.

Penerapan:

Ketaatan adalah sesuatu yang penting bagi orang yang memberitakan Injil. Dalam memberitakan Injil, kita berusaha supaya orang percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan. Bagaimana kita bisa menyuruh orang menerima Dia sebagai Tuhan kalau kita sendiri tidak taat kepadaNya? Jadi jelas bahwa seorang pemberita Injil harus belajar mentaati Tuhan. Ini memang tidak berarti bahwa kita harus suci dahulu, tetapi ini berarti bahwa kita harus mempunyai kerinduan dalam hati kita untuk mentaati Tuhan dan secara tulus / sungguh-sungguh berjuang untuk mentaatiNya!

3) Dalam hal pengertian.

Pertanyaan murid-murid dalam ay 6 menunjukkan adanya banyak pengertian yang salah dalam diri mereka, yang lalu dibetulkan oleh Yesus.

Kisah Para Rasul 1: 6: “Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: ‘Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?’”.

Inilah kesalahan-kesalahan dalam pengertian mereka dan pembetulannya:

a) Mereka ingin tahu apa yang tidak boleh mereka ketahui.

Kata-kata ‘pada masa ini’ dalam ay 6 secara implicit menanyakan waktu pemulihan kerajaan. Ini dijawab oleh Yesus dalam Kisah Para Rasul 1: 7: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasaNya.”.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “God has not revealed His timetable to us and it is futile for us to speculate. The important thing is not to be curious about the future but to be busy in the present, sharing the message of God’s spiritual kingdom” [= Allah tidak menyatakan jadwalNya kepada kita dan adalah sia-sia bagi kita untuk berspekulasi (tentang hal itu). Hal yang penting bukanlah untuk ingin tahu tentang masa yang akan datang, tetapi untuk sibuk pada masa sekarang, mensharingkan / membagikan berita dari kerajaan rohani Allah].

b) Mereka ingin mendapatkan kerajaan tanpa perang.

Ini terlihat dari pertanyaan mereka dalam Kisah Para Rasul 1: 6: “Tuhan maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?”.

Dari pertanyaan ini terlihat bahwa mereka mengira bahwa Yesus sendirilah yang akan memulihkan kerajaan bagi Israel, dan dengan demikian murid-murid tidak perlu berjuang / berperang untuk itu.

Yesus menjawab pertanyaan ini dalam ay 8 dimana Ia berkata bahwa mereka harus menjadi saksi / harus memberitakan Injil.

Kisah Para Rasul 1: 8: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.

Ini berarti mereka harus berperang (secara rohani)! Dan tempat pertama yang harus mereka injili adalah Yerusalem, yang adalah tempat dimana Yesus baru saja disalibkan! Ini jelas menunjukkan kepada murid-murid bahwa dalam pemberitaan Injil / perang itu akan ada banyak kesukaran / penderitaan!

William Barclay mengatakan bahwa kata bahasa Yunani untuk ‘saksi’ dan ‘martir’ adalah sama yaitu adalah MARTUS. Ini menunjukkan bahwa orang yang mau menjadi saksi bagi Yesus harus rela menjadi martir / mati syahid!

c) Mereka membayangkan suatu kerajaan duniawi (Ini memang merupakan konsep Yahudi).

Yesus menjawab ini dengan Kisah Para Rasul 1: 8 dimana Ia mengatakan bahwa mereka harus menjadi saksi / memberitakan Injil. Kalau kerajaan itu dibangun dengan cara memberitakan Injil, maka jelas bahwa kerajaan itu bukan kerajaan duniawi tetapi kerajaan rohani.

Bdk. Yohanes 18:36-37 - “(36) Jawab Yesus: ‘KerajaanKu bukan dari dunia ini; jika KerajaanKu dari dunia ini, pasti hamba-hambaKu telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi KerajaanKu bukan dari sini.’ (37) Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Jadi Engkau adalah raja?’ Jawab Yesus: ‘Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu.’”.

Calvin menggunakan ay 8 ini untuk menyerang ajaran Premillenialism (yang percaya bahwa nanti akan ada pemerintahan Kristus di bumi ini selama 1000 tahun) dengan berkata:

“Wherefore, we see that those which held opinion that Christ should reign as a king in this world a thousand years fell into the like folly” (= Karena itu, kita melihat bahwa mereka yang berpendapat bahwa Kristus akan memerintah sebagai raja di dunia ini selama 1000 tahun, jatuh ke dalam ketololan yang sama).

d) Mereka menganggap bahwa kerajaan itu terbatas untuk bangsa Israel / Yahudi saja.

Ini terlihat dari kata-kata ‘kerajaan bagi Israel’ dalam Kisah Para Rasul 1: 6.

Ay 6: “Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: ‘Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?’”.

Kesalahan ini dibetulkan oleh Yesus dengan mengatakan bahwa mereka harus menjadi saksi / memberitakan Injil, bukan hanya di Yerusalem dan Yudea saja, tetapi juga di Samaria, dan bahkan sampai ke ujung bumi (ay 8)! Ini jelas menunjukkan bahwa kerajaan itu bukan hanya bagi Israel, tetapi untuk semua bangsa yang mau percaya kepada Yesus.

Penerapan:

Sebelum murid-murid pergi untuk memberitakan Injil, mereka diperlengkapi oleh Yesus dalam hal pengertian. Karena itu, kalau saudara mau menjadi orang yang memberitakan Injil / Firman Tuhan, saudarapun juga harus mau rajin dan tekun dalam belajar, supaya saudara mempunyai pengertian yang memadai untuk pelayanan saudara! Jangan menjadi orang yang mau melayani tetapi tidak mau belajar Firman Tuhan. Ketidak-mengertian saudara akan Firman Tuhan akan menyebabkan pelayanan saudara menjadi salah.

Amsal 19:2 berkata: “tanpa pengetahuan, kerajinanpun tidak baik”.

NIV menterjemahkan: ‘It is not good to have zeal without knowledge’ (= Adalah tidak baik mempunyai semangat tanpa pengetahuan).

4) Dalam hal kuasa waktu memberitakan Injil.

Kisah Para Rasul 1: 4,5,8 mengajar mereka untuk tidak bersandar kepada diri sendiri pada waktu memberitakan Injil, karena ayat-ayat tersebut menjanjikan Roh Kudus yang akan memberikan kuasa kepada mereka pada waktu memberitakan Injil.

Tetapi satu hal yang sangat berbeda antara murid-murid Yesus pada saat itu dengan kita, adalah bahwa mereka saat itu ada sebelum hari Pentakosta, dan kita hidup sesudah Pentakosta. Karena itu mereka harus menunggu, sampai Roh Kudus diberikan kepada mereka pada hari Pentakosta (Kis 2:1-dst). Tetapi kita yang hidup sesudah hari Pentakosta, langsung menerima Roh Kudus pada saat kita percaya.

Ini terlihat dari Ef 1:13b yang berbunyi: “... di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu.”.


Tetapi, sekalipun kita yang percaya Yesus sudah menerima Roh Kudus sehingga tidak perlu menunggu Roh Kudus lagi, kita tetap harus bersandar kepada-Nya dalam memberitakan Injil. Kita harus menyadari bahwa pertobatan / keberhasilan dalam Pemberitaan Injil sepenuhnya tergantung kepadaNya, bukan tergantung pada kepandaian / kemampuan kita.

Penerapan:

Apakah saudara banyak berdoa untuk penginjilan yang saudara lakukan?

Kesimpulan.
Rasul-rasul itu juga adalah manusia biasa yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan. Tetapi Tuhan memperlengkapi mereka sehingga mereka bisa menjadi alat Tuhan yang hebat dalam Pemberitaan Injil. Karena itu, kalau saudara mau menyerahkan diri saudara kepada Tuhan, saudara pun pasti akan diperlengkapi sehingga bisa menjadi alat-Nya yang hebat. Tetapi persoalannya, maukah saudara menyerahkan diri untuk dipakai oleh Tuhan dalam Pemberitaan Injil?

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN- 
Next Post Previous Post