PEMURNIAN GEREJA/BAIT ALLAH: YOHANES 2:14-22

Pdt. Budi Asali. M. Div.
PEMURNIAN GEREJA/BAIT ALLAH: YOHANES 2:14-22. Yohanes 2:14-22 - “(14) Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkanNya. (16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ‘Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.’ (17) Maka teringatlah murid-muridNya, bahwa ada tertulis: ‘Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku.’ (18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: ‘Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?’ (19) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.’ (20) Lalu kata orang Yahudi kepadaNya: ‘Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?’ (21) Tetapi yang dimaksudkanNya dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri. (22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-muridNya bahwa hal itu telah dikatakanNya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.”.
PEMURNIAN GEREJA/BAIT ALLAH: YOHANES 2:14-22
otomotif, gadget, bisnis
Matius 21:12-13 - “(12) Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati (13) dan berkata kepada mereka: ‘Ada tertulis: RumahKu akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.’”.

Markus 11:15-18 - “(15) Lalu tibalah Yesus dan murid-muridNya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkanNya, (16) dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. (17) Lalu Ia mengajar mereka, kataNya: ‘Bukankah ada tertulis: RumahKu akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!’ (18) Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepadaNya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaranNya.”.

Lukas 19:45-48 - “(45) Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, (46) kataNya kepada mereka: ‘Ada tertulis: RumahKu adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.’ (47) Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, (48) tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepadaNya dan ingin mendengarkan Dia.”.

I) Ada berapa kali penyucian Bait Allah?

1) Calvin dan banyak penafsir berpendapat bahwa penyucian Bait Allah di sini tidak sama dengan penyucian Bait Allah yang ada di Matius 21:12-13 / Markus 11:15-17 / Lukas 19:45-46.

Alasannya: 

a) Ada perbedaan-perbedaan dalam cerita antara yang ada dalam Yohanes dan yang ada dalam Matius / Markus / Lukas, seperti:

1. Hanya dalam Yohanes ada penggunaan cambuk.

2. Dalam Yohanes Yesus berkata ‘Jangan menjadikan rumah Bapaku sebagai tempat berjualan’, tetapi dalam Matius / Markus / Lukas Yesus berkata ‘RumahKu adalah rumah doa, tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun’.

Jelas bahwa kata-kata dalam Matius / Markus / Lukas lebih keras dari pada kata-kata dalam Yohanes. Calvin mengatakan bahwa ini merupakan sesuatu yang benar, karena kalau sesuatu yang lembut tidak berhasil menyucikan mereka, maka harus digunakan sesuatu yang lebih keras.

3. Hanya dalam Yohanes para murid teringat akan firman ‘Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku’.

4. Hanya dalam Yohanes ada kata-kata Yesus yang berhubungan dengan kebangkitanNya.

b) Yang ada dalam Matius, Markus, dan Lukas, menunjuk pada suatu peristiwa yang terjadi pada akhir pelayanan Yesus, tetapi yang diceritakan oleh Yohanes, terjadi pada awal pelayanan Yesus.

Leon Morris (NICNT): “In this Gospel the cleansing of the Temple is the first great public act of Jesus’ ministry; in the other Gospels it is the last.” (= Dalam Injil ini pembersihan Bait Suci adalah tindakan umum besar yang pertama dari pelayanan Yesus; dalam Injil-injil yang lain itu adalah yang terakhir.).

2) Tetapi juga ada penafsir-penafsir (salah satunya adalah William Barclay) yang beranggapan bahwa hanya ada 1x penyucian Bait Allah. Jadi yang ada di Yohanes sama dengan yang ada di Matius, Markus, dan Lukas.

Penafsiran mereka:

a) Yohanes hanya peduli pada kebenaran, tidak pada chronology (= urut-urutan waktu). Jadi apa yang sebetulnya terjadi di akhir pelayanan Yesus, ia letakkan di awal pelayanan Yesus.

b) Pada waktu Yohanes mati, ia belum selesai menyusun Injilnya, sehingga orang lain mengumpulkannya dan menyatukannya, dan orang itu meletakkan bagian ini di tempat yang salah.

Saya setuju dengan pandangan pertama ( ada 2 x penyucian Bait Allah).

II) Hal-hal yang menimbulkan kemarahan Yesus.

Yohanes 2: 14: “Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ.”.

1) Orang-orang itu berjualan dalam Bait Suci (Yohanes 2: 14).

Memang ini tidak berarti bahwa mereka berjualan dalam Ruang Suci atau Ruang Maha Suci.

Alasannya:

a) Sekalipun Yohanes 2: 14 mengatakan ‘dalam Bait Suci’, tetapi perlu diingat bahwa kata Yunani yang diterjemahkan ‘Bait Suci’ dalam Yohanes 2: 14,15 adalah HIERON yang bukan hanya menunjuk pada Ruang Suci dan Ruang Maha Suci saja, tetapi juga mencakup pelataran Bait Suci.

b) Hanya imam yang boleh masuk ke Ruang Suci, sehingga tidak mungkin orang berjualan di sana.

Karena itu harus disimpulkan bahwa mereka berjualan di pelataran Bait Suci [bdk. ay 14 (NIV): In the temple courts (= dalam pelataran Bait Suci)].

Tetapi perlu diingat bahwa pelataran ini adalah tempat orang berbakti, karena orang awam tak boleh masuk Ruang Suci, apalagi Ruang Maha Suci. Dan pelataran ini terdiri dari suatu rentetan / rangkaian pelataran. Pertama pelataran untuk orang-orang non Yahudi, lalu Pelataran untuk perempuan, lalu Pelataran untuk orang Israel / Yahudi, lalu Pelataran untuk imam-imam. Yang digunakan sebagai tempat berjualan adalah Pelataran terluar, yaitu Pelataran tempat orang-orang non Yahudi berbakti, sehingga dengan adanya orang berjualan di sana, maka orang non Yahudi tidak bisa berdoa / berbakti dalam Bait Allah.

Barclay: “The Temple consisted of a series of courts leading into the Temple proper and to the Holy Place. There was first the Court of the Gentiles, then the Court of the Women, then the Court of the Israelites, then the Court of the Priests. All this buying and selling was going on in the Court of the Gentiles, which was the only place into which a Gentile might come. Beyond that point, access to him was barred. So then if there was a Gentile whose heart God had touched, he might come into the Court of the Gentiles to meditate and pray and distantly touch God. The Court of the Gentiles was the only place of prayer he knew.” (= ).

Dari sini bisa kita menarik kesimpulan bahwa kalau kita melakukan hal-hal yang menghalangi / mengganggu orang lain dalam berdoa atau berbakti kepada Tuhan, maka itu menyebabkan kemarahan Tuhan! 

Barclay: “The Temple authorities and the Jewish traders were making the Court of the Gentiles into an uproar and a rabble where no man could pray. The lowing of the oxen, the bleating of the sheep, the cooing of the doves, the shouts of the traders, the rattle of the coins, the voices raised in bargaining disputes - all these combined to make the Court of the Gentiles a place where worship became impossible. The conduct in the Temple court shut out the seeking Gentile from the presence of God.” (= ).

Penerapan:

a. Seringkah saudara ribut dalam gereja dan terus mengajak bicara tetangga saudara, yang sebetulnya ingin berbakti dengan serius?

b. Seringkah saudara membiarkan anak saudara membuat keributan dalam gereja, lari-lari dsb? Ini mengganggu orang lain dalam berbakti!

Ingatlah bahwa hal-hal ini menimbulkan kemarahan Tuhan!

William Barclay memberikan penerapan yang berbeda berkenaan dengan hal ini.

Barclay: “Jesus was moved to the depths of his heart because those who were seeking God were being shut out from his presence. Is there anything in our church life - a snobbishness, an exclusiveness, a coldness, a lack of welcome, a tendency to make the congregation into a closed club, an arrogance, a fastidiousness - which keeps the seeking stranger out? Let us remember the wrath of Jesus against those who made it difficult and even impossible for the seeking stranger to make contact with God.” (= Yesus tergerak sampai pada kedalaman hatiNya karena mereka yang mencari Allah ditutup dari kehadiranNya. Apakah ada apapun dalam kehidupan gereja kita - suatu kesombongan, suatu sikap menyendiri, suatu sikap yang dingin, ketidak-adaan penyambutan / penerimaan, suatu kecenderungan untuk membuat jemaat menjadi suatu perkumpulan tertutup, suatu sikap suka memilih-milih - yang mencegah orang-orang yang mencari di luar? Biarlah kita mengingat murka Yesus terhadap mereka yang membuatnya sukar dan bahkan mustahil bagi orang asing yang mencari, untuk membuat kontak dengan Allah.).

2) Penjualan binatang dan penukaran uang (Yohanes 2: 14) yang bersifat ‘memeras rakyat’.

a) William Barclay mengatakan bahwa harga merpati di Bait Allah 15 x lipat di luar.

Barclay: “a pair of doves could cost as much as fifteen times more inside the Temple than if it had been purchased outside.” (= ).

b) Disamping itu imam-imam mempunyai orang-orang untuk memeriksa kelayakan binatang-binatang yang akan dipersembahkan. Untuk pemeriksaan ini orang-orang itu ditarik ongkos lagi! Dan para pemeriksa ini akan menolak binatang yang tidak dibeli di Bait Allah (dengan alasan yang dicari-cari), sehingga orang terpaksa membelinya di Bait Allah dengan harga yang sangat mahal.

Barclay: “Besides the money-changers there were also the sellers of oxen and sheep and doves. Frequently a visit to the Temple meant a sacrifice. Many a pilgrim would wish to make thank-offering for a favourable journey to the holy city; and most acts and events in life had their appropriate sacrifice. It might therefore seem to be a natural and helpful thing that the victims for the sacrifices could be bought in the Temple court. It might well have been so. But the law was that any animal offered in sacrifice must be perfect and unblemished. The Temple authorities had appointed inspectors (mumcheh) to examine the victims which were to be offered, and a fee was charged for this inspection. If a worshipper bought a victim outside the Temple, it was to all intents and purposes certain that it would be rejected after examination. .... Here again was bare-faced extortion at the expense of poor and humble pilgrims, who were practically blackmailed into buying their victims from the Temple booths if they wished to sacrifice at all - once more a glaring social injustice aggravated by the fact that it was perpetrated in the name of pure religion.” (= )

c) Dalam hal uang, kalau orang membawa uang besar, ia harus menukarkannya dengan uang kecil dulu, dan untuk ini sudah ditarik ongkos. Setelah itu uang kecil itu masih harus ditukarkan lagi dengan uang yang dianggap sah untuk dipersembahkan ke Bait Allah (harus mata uang Yahudi 1/2 syikal - bdk. Kel 30:13), dan untuk ini ada ongkos lagi.

Barclay: “The Passover was the greatest of all the Jewish feasts. As we have already seen, the law laid it down that every adult male Jew who lived within fifteen miles of Jerusalem was bound to attend it. But it was not only the Jews in Palestine who came to the Passover. By this time Jews were scattered all over the world, but they never forgot their ancestral faith and their ancestral land; and it was the dream and aim of all Jews, no matter in what land they stayed, to celebrate at least one Passover in Jerusalem. Astonishing as it may sound, it is likely that as many as 2,250,000 Jews sometimes assembled in the holy city to keep the Passover. There was a tax that every Jew over nineteen years of age must pay. That was the Temple tax. It was necessary that all should pay that tax so that the Temple sacrifices and the Temple ritual might be carried out day by day. The tax was one half-shekel. It was equivalent to almost two days’ wages. For all ordinary purposes in Palestine, all kinds of currency were valid. Silver coins from Rome and Greece and Egypt and Tyre and Sidon and Palestine itself all were in circulation and all were valid. But the Temple tax had to be paid either in Galilaean shekels or in shekels of the sanctuary. These were Jewish coins, and so could be used as a gift to the Temple; the other currencies were foreign and so were unclean; they might be used to pay ordinary debts, but not a debt to God. Pilgrims arrived from all over the world with all kinds of coins. So in the Temple courts there sat the money-changers. If their trade had been straightforward they would have been fulfilling an honest and a necessary purpose. But what they did was to charge a commission for every half-shekel they changed, and to make a second charge on every half-shekel of change they had to give if a larger coin was tendered. So, if a man came with a coin the value of which was two shekels, he had to pay to get it changed, and again to get his change of three half-shekels. In other words, the money-changers made considerable capital out of him - on such a transaction the equivalent of one day’s wage. The wealth which accrued from the Temple tax and from this method of money-changing was fantastic. The annual revenue of the Temple from the Temple tax has been estimated to run to the equivalent of £100,000. The money-changers themselves made a tidy profit running into thousands. When Crassus captured Jerusalem and raided the Temple treasury in 54 bc, he took from it the equivalent of several millions without coming near to exhausting it.” (= ).

Pemerasan dengan kedok agama / Tuhan inilah yang membuat Yesus marah! Karena itu setiap Pendeta / pemimpin / majelis gereja harus hati-hati untuk tidak melakukan hal-hal seperti ini! Dan kalau selama ini mereka sudah melakukannya, mereka harus bertobat!

Matthew Henry: “Great corruptions in the church owe their rise to the love of money, 1 Tim 6:5,10.” (= Korupsi / kerusakan yang besar dalam gereja disebabkan karena cinta uang, 1Tim 6:5,10).

1Timotius 6:5,10 - “(5) percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah (Inggris: godliness / kesalehan) itu adalah suatu sumber keuntungan. ... (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”.

III) Apa yang Yesus lakukan terhadap mereka.

Yohanes 2: 15-16: “(15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkanNya. (16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ‘Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.’”.

1) Ia bukannya sabar / kasih, tetapi menjadi marah!

Kasih bukanlah kasih kalau tidak pernah marah, karena kasih harus mendidik, dan untuk mendidik seringkali dibutuhkan kemarahan. Tetapi ini adalah kemarahan yang suci!

Penerapan:

a) Jangan sembarangan / terlalu cepat menyalahkan orang yang marah, apalagi kalau orang itu marah karena adanya ketidak-beresan dalam gereja, adanya ajaran sesat, dsb. Beranikah saudara menyalahkan Yesus yang marah di sini?

b) Kalau saudara adalah orang yang selalu ‘sabar’ dalam menghadapi hal-hal yang salah, maka belajarlah dari Yesus untuk bisa marah dalam keadaan seperti itu! Bandingkan dengan Wah 2:2 dan 2Korintus 11:4, dimana ketidaksabaran dipuji dan kesabaran justru dikecam!

Wahyu 2:2 - “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.”.

2Korintus 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.”.

c) Kalau saudara adalah orang yang bisa marah dalam menghadapi hal-hal yang salah, belajarlah untuk bisa mempunyai kemarahan yang suci! Mengapa? Karena sekalipun alasan kemarahan itu benar, tetapi kalau saudara marah secara kelewat batas, itu tetap adalah dosa!

2) Yesus tidak menegur (mungkin karena Ia tahu bahwa mereka tahu akan kesalahan mereka - ini dosa sengaja), tetapi Ia langsung bertindak dengan mengusir para penukar uang / penjual binatang dengan binatang mereka.

Catatan: para penafsir mengatakan bahwa ‘cambuk dari tali’ tidak digunakan terhadap manusianya, tetapi hanya terhadap binatangnya.

3) Apa yang Yesus lakukan di sini adalah reformasi secara revolusioner / drastis. Padahal apa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi itu sudah menjadi tradisi!

Kebanyakan orang melakukan reformasi secara pelan-pelan / ‘bijak­sana’ (atau ‘bijaksini’?), apalagi kalau menyangkut kesalahan yang sudah membudaya / menjadi tradisi. Sekalipun ini mungkin tidak selalu salah, tetapi pasti juga tidak selalu benar! Beranikah saudara berkata bahwa di sini Yesus bertindak tidak bijaksana?

Beberapa komentar tentang penyucian Bait Allah yang dilakukan Yesus.

Matthew Henry: “He never used force to drive any into the temple, but only to drive those out that profaned it.” (= Ia tidak pernah menggunakan kekerasan untuk memaksa siapapun untuk masuk ke dalam Bait Suci, tetapi hanya memaksa mereka yang mencemarkannya keluar.).

Matthew Henry: “The doves, though they took up less room, and were a less nuisance than the oxen and sheep, yet must not be allowed there. ... God’s temple must not be made a pigeon-house. But see Christ’s prudence in his zeal. When he drove out the sheep and oxen, the owners might follow them; when he poured out the money, they might gather it up again; but, if he had turned the doves flying, perhaps they could not have been retrieved; therefore to them that sold doves he said, Take these things hence. Note, Discretion must always guide and govern our zeal, that we do nothing unbecoming ourselves, or mischievous to others.” (= Burung merpati, sekalipun mereka mengambil tempat lebih sedikit, dan merupakan gangguan yang lebih sedikit / kecil dari pada sapi-sapi dan domba-domba, tetapi tidak boleh diijinkan di sana. ... Bait Allah tidak boleh dibuat menjadi rumah burung merpati. Tetapi lihatlah kebijaksanaan Kristus dalam semangatNya. Pada waktu Ia mengusir domba-domba dan sapi-sapi, para pemiliknya boleh mengikuti mereka; pada waktu Ia menumpahkan uang, mereka boleh mengumpulkannya kembali; tetapi, seandainya Ia mengusir burung-burung merpati itu sehingga terbang, mungkin mereka tidak bisa didapatkan kembali; karena itu kepada mereka yang menjual burung-burung merpati itu Ia berkata, ‘Ambil semuanya ini dari sini’. Perhatikan, Kebijaksanaan harus selalu membimbing dan memerintah semangat kita, sehingga kita sendiri tidak melakukan apapun yang tidak pantas, atau yang jahat kepada orang-orang lain.).

Matthew Henry: “He gave them a good reason for what he did: ‘Make not my Father’s house a house of merchandise.’ Reason for conviction should accompany force for correction.” (= Ia memberikan alasan untuk apa yang Ia lakukan: ‘Jangan membuat rumah BapaKu sebagai rumah perdagangan’. Alasan untuk menghukum harus menyertai kekuatan untuk koreksi / perbaikan.).

Matthew Henry: “Those make God’s house a house of merchandise, (a.) Whose minds are filled with cares about worldly business when they are attending on religious exercises, as those, Amos 8:5; Ezek 33:31. (b.) Who perform divine offices for filthy lucre, and sell the gifts of the Holy Ghost, Acts 8:18.” [= Mereka membuat rumah Allah sebuah rumah perdagangan, (a) Yang pikirannya dipenuhi dengan perhatian / pemikiran tentang bisnis duniawi pada waktu mereka sedang menghadiri aktivitas agamawi, seperti mereka, Amos 8:5; Yeh 33:31. (b) Yang melakukan kewajiban-kewajiban ilahi demi uang yang kotor, dan menjual karunia-karunia Roh Kudus, Kis 8:18.].

Amos 8:4-6 - “(4) Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini (5) dan berpikir: ‘Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, (6) supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?’”.

Yeh 33:31 - “Dan mereka datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu sebagai umatKu, mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya (Inggris: ‘mulut / bibir mereka’) penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram.”.

Kis 8:18 - “Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka,”.

Calvin: “Whatever deceptions Satan may employ, let us know that any departure - however small - from the command of God is wicked. ... We ought always, therefore, to keep before our eyes the majesty of God, which dwells in the Church, that it may not be defiled by any pollutions; and the only way in which its holiness can remain unimpaired is, that nothing shall be admitted into it that is at variance with the word of God.” (= Penipuan apapun yang Iblis bisa / mungkin gunakan, hendaklah kita mengetahui bahwa penyimpangan apapun - betapapun kecilnya - dari perintah / hukum Allah adalah jahat. ... Karena itu, kita harus selalu meletakkan di depan mata kita keagungan Allah, yang tinggal di dalam Gereja, supaya itu tidak dikotori oleh polusi apapun; dan satu-satunya jalan dalam mana kekudusannya bisa tetap tidak rusak / terganggu / dikurangi, supaya tak ada apapun diijinkan ke dalamnya yang berbeda dengan firman Allah.).

Contoh: doa bersuara, doa / kata-kata pemimpin liturgi yang disertai musik.

Calvin: “Now as Paul informs us that, in the example of the head, a general doctrine is presented to the whole body, (Romans 15:3,) let each of us apply to the invitation of Christ, that - so far as lies in our power - we may not permit the temple of God to be in any way polluted. But, at the same time, we must beware lest any man transgress the bounds of his calling. All of us ought to have zeal in common with the Son of God; but all are not at liberty to seize a whip, that we may correct vices with our hands; for we have not received the same power, nor have we been entrusted with the same commission.” [= Sekarang karena Paulus memberi kita informasi bahwa dalam teladan dari kepala, suatu ajaran umum disampaikan kepada seluruh tubuh, (Ro 15:3), hendaklah setiap kita menerapkan pada undangan Kristus, supaya - sejauh terletak dalam kuasa kita - kita tidak mengijinkan Bait Allah dikotori dengan cara apapun. Tetapi pada saat yang sama, kita harus berhati-hati, supaya jangan siapapun melanggar batasan-batasan dari panggilannya. Semua kita harus mempunyai semangat yang sama dengan Anak Allah; tetapi kita semua tidak mempunyai kebebasan untuk menggunakan cambuk, sehingga kita mengkoreksi kejahatan-kejahatan dengan tangan kita; karena kita tidak menerima kuasa yang sama, juga kita tidak dipercayai dengan otoritas yang sama.].

Roma 15:3 - “Karena Kristus juga tidak mencari kesenanganNya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: ‘Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku.’”.

Catatan: Ini kutipan dari Mazmur 69:10 - “sebab cinta untuk rumahMu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku.”.

4) Yesus pasti tahu bahwa orang-orang Yahudi itu akan memberikan reaksi yang negatif, tetapi sekalipun demikian Ia tetap melakukan reformasi itu!

Tindakan yang benar harus tetap dilakukan sekalipun hasilnya ‘negatif’! Ingat bahwa kita melakukan kebenaran bukan dengan tujuan mendapat keuntungan / manfaat, tetapi karena itu memang tindakan yang benar.

Contoh:

a) Mengeluarkan DVD untuk khotbah-khotbah di gereja ini. Ini bisa menyebabkan orang dengan mudah tidak datang karena toh ada DVDnya. Ini menyebabkan dalam GRII, saya mendengar bahwa khotbah-khotbah Stephen Tong baru dikeluarkan 5 tahun setelahnya. Tujuannya supaya orang tak mengandalkan DVD, dan mereka datang dalam acara itu sendiri. Tetapi apakah politik seperti ini benar? Saya sangat meragukannya.

b) Memasukkan ajaran-ajaran saya ke web / internet. Bagi saya ini merugikan, karena orang tak mau beli buku-buku saya, karena bisa down load dari internet secara gratis. Apakah karena itu sebaiknya saya tahan saja bahan-bahan itu? Saya bertujuan menyebarkan firman, dan akan saya lakukan, tak peduli itu ‘merugikan’ saya.

c) Mengumumkan nama-nama orang yang memberi persembahan. Ini akan mendorong orang-orang yang sombong untuk memberi banyak, tetapi ini jelas tak sesuai dengan firman. Karena itu kita tidak melakukannya, tak peduli itu ‘merugikan’ bagi keuangan kita!

5) Penyucian Bait Allah oleh Yesus ini menggenapi Mal 3:1b-3 dan mungkin juga Zakh 14:21b.

Mal 3:1-3 - “(1) Lihat, Aku menyuruh utusanKu, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke baitNya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam. (2) Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatanganNya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. (3) Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN.”.

Zakh 14:21 - “Maka segala kuali di Yerusalem dan di Yehuda akan menjadi kudus bagi TUHAN semesta alam; semua orang yang mempersembahkan korban akan datang mengambilnya dan memasak di dalamnya. Dan tidak akan ada lagi pedagang di rumah TUHAN semesta alam pada waktu itu.”.

IV) Reaksi dari murid-murid.

Yohanes 2: 17: “Maka teringatlah murid-muridNya, bahwa ada tertulis: ‘Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku.’”.

1) Mereka ingat ayat Alkitab dalam Mazmur 69:10.

Ini menunjukkan bahwa mereka:

a) Sangat mengenal Alkitab mereka.

Ini gunanya belajar Alkitab! Pada saat kita membutuhkannya maka Roh Kudus bisa mengingatkan, sehingga Alkitab itu berguna bagi kita (bdk. Yoh 14:26b). Tetapi bahwa Roh Kudus berfungsi untuk mengingatkan kita, tidak berarti bahwa kita tidak perlu berusaha untuk menghafal / mengingat Alkitab! Apa yang saudara lakukan untuk bisa lebih mengingat Alkitab?

b) Mereka membandingkan kejadian sehari-hari dengan Alkitab.

Hal yang ke 2 ini yang jarang ada! Ada banyak orang yang mem­punyai banyak pengetahuan tentang Alkitab, tetapi tidak membandingkannya dengan kehidupan / pengalaman sehari-hari!

Illustrasi: beberapa waktu yang lalu saya menonton film-film Bruce Lee di TV. Mula-mula saya merasa sayang bahwa Bruce Lee yang begitu hebat kungfunya harus mati pada usia 32 tahun. Tetapi saya lalu membandingkan hal itu dengan Alkitab, khususnya kitab Pengkhotbah, yang menyatakan bahwa semua hal-hal duniawi adalah sia-sia! Ini menyebabkan saya lalu menganggap bahwa Bruce Lee adalah orang yang telah menyia-nyiakan hidup­nya!

Penerapan: Kalau saudara berbicara soal bisnis, uang yang milyaran, kenikmatan dunia dsb, maka itu bisa menyebabkan saudara terlalu menghargai uang. Tetapi kalau saudara bisa membanding­kannya dengan Alkitab, itu bisa mencegah saudara dari sikap yang salah itu!

c) Mereka membentuk pandangan tentang Kristus berdasarkan Alkitab.

Calvin: “Now observe that they followed the guidance of Scripture, in order to form such an opinion concerning Christ as they ought to entertain; and, indeed, no man will ever learn what Christ is, or the object of what he did and suffered, unless he has been taught and guided by Scripture. So far, then, as each of us shall desire to make progress in the knowledge of Christ, it will be necessary that Scripture shall be the subject of our diligent and constant meditation.”(= Sekarang perhatikan bahwa mereka mengikuti pimpinan Kitab Suci, untuk membentuk pandangan seperti itu berkenaan dengan Kristus seperti yang seharusnya mereka punyai; dan memang, tak seorangpun akan pernah belajar apa Kristus itu, atau tujuan dari apa yang Ia lakukan dan derita, kecuali ia telah diajar dan dibimbing oleh Kitab Suci. Maka sejauh setiap kita ingin membuat kemajuan dalam pengenalan akan Kristus, adalah perlu bahwa Kitab Suci menjadi pokok dari meditasi kita yang rajin dan terus menerus.).

Penerapan: apakah saudara datang dalam Pemahaman Alkitab?

2) Pembahasan Yohanes 2: 17.

Yohanes 2: 17: “Maka teringatlah murid-muridNya, bahwa ada tertulis: ‘Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku.’”.

Yohanes 2: 17 (NIV): ‘Zeal for your house will consume me’ (= Semangat terhadap rumahMu akan memakan / menghabiskan aku).

Mazmur 69:10 - “sebab cinta untuk rumahMu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku.”.

Psalm 69:9 (NASB): ‘For zeal for Thy house has consumed me, And the reproaches of those who reproach You have fallen on me.’ (= Karena semangat terhadap rumahMu telah memakan / menghabiskan aku, Dan celaan-celaan dari mereka yang mencela Engkau telah menimpa aku).

Bentuk lampau ini digunakan mungkin karena hal itu sudah terjadi pada diri Daud. Tetapi itu juga merupakan suatu nubuat yang akan digenapi dalam diri Kristus.

Calvin: “The meaning is, that the disciples at length came to know, that the zeal for the house of God, with which Christ burned, excited him to drive out of it those profanations.” (= Artinya adalah, bahwa murid-murid akhirnya tahu bahwa semangat untuk rumah Allah, dengan mana Kristus ‘dibakar’, menggerakkan Dia untuk mengusir pencemaran-pencemaran itu.).

Calvin: “the entire verse runs thus: the zeal of thy house hath eaten me up, and the reproaches of them who reproached thee have fallen on me, (Psalm 69:9.) ... The amount of both clauses is, that David’s anxiety about maintaining the worship of God was so intense, that he cheerfully laid down his head to receive all the reproaches which wicked men threw against God; ... He tells us that he himself had such feelings; but there can be no doubt that he described in his own person what strictly belonged to the Messiah.” [= seluruh ayat berbunyi demikian: ‘semangat terhadap rumahMu telah memakan / menghabiskan aku, dan celaan-celaan dari mereka yang mencela Engkau telah menimpa aku’, (Maz 69:10). ... Arti dari kedua anak kalimat adalah, bahwa kekuatiran Daud tentang pemeliharaan ibadah / penyembahan Allah adalah begitu hebat / kuat, sehingga ia dengan sukacita meletakkan kepalanya untuk menerima semua celaan yang orang-orang jahat lontarkan kepada Allah; ... Ia memberitahu kita bahwa ia sendiri mempunyai perasaan-perasaan seperti itu; tetapi di sana tidak ada keraguan bahwa ia menggambarkan dalam dirinya sendiri apa yang secara ketat merupakan milik dari sang Mesias.].

Matthew Henry: “‘My zeal has consumed me,’ Ps 119:139. Zeal for the house of God forbids us to consult our own credit, ease, and safety, when they come in competition with our duty and Christ’s service, and sometimes carries on our souls in our duty so far and so fast that our bodies cannot keep pace with them, and makes us as deaf as our Master was to those who suggested, ‘Spare thyself.’” (= ‘Semangatku telah membakar aku’, Mazmur 119:139. Semangat untuk rumah Allah melarang kita untuk mempertimbangkan keuangan / reputasi / pujian / penerimaan, kesenangan / ketenteraman, dan keamanan kita sendiri, pada waktu hal-hal itu bersaingan dengan kewajiban kita dan pelayanan Kristus, dan kadang-kadang melanjutkan jiwa kita dalam kewajiban kita begitu jauh dan begitu cepat sehingga tubuh kita tidak bisa mengikutinya, dan membuat kita tuli, seperti Tuan kita, terhadap mereka yang mengusulkan, ‘Sayangkanlah dirimu sendiri’.).

Mazmur 119:139a - “Nyala cintaku menghabiskan aku,”.

Alkitab Indonesia menterjemahkan ‘nyala cintaku’, tetapi KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV semua menterjemahkan ‘my zeal’ (= semangatku).

3) Yohanes 2: 17 ini menunjukkan bahwa orang kristen, khususnya pendeta, harus mempunyai semangat untuk memurnikan / mereformasi gereja!

Kalau selama ini saudara bersikap acuh tak acuh terhadap kesalahan-kesalahan yang ada dalam gereja saudara, bertobatlah!

Kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan / pengkhotbah / penga­jar Firman Tuhan yang ingin memurnikan gereja, maka khotbah saudara harus cocok dengan kata-kata di bawah ini:


Barnes’ Notes: “The preaching of every minister should be such that wicked men will feel that they must either become christians or leave the house of God, or spend their lives there in the consciousness of guilt and the fear of hell” (= Khotbah dari setiap pendeta seharusnya adalah sedemikian rupa sehingga orang-orang jahat akan merasa bahwa mereka harus menjadi orang kristen, atau meninggalkan rumah Allah, atau menghabiskan hidup mereka di sana dalam kesadaran akan kesalahan dan rasa takut pada neraka).

Penerapan: karena itu kalau ada khotbah yang menegur saudara, JANGAN marah, tersinggung dsb!

V) Reaksi orang-orang Yahudi.

Yohanes 2:18 - “Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: ‘Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?’”.

Matthew Henry: “Note, Those who apply themselves in good earnest to the work of reformation must expect to meet with opposition.” (= Perhatikan, Mereka yang mencurahkan tenaga dengan bersungguh-sungguh pada pekerjaan reformasi harus berharap untuk bertemu dengan oposisi.).

Penutup. 

Barnes’ Notes: “Though Jesus thus purified the temple at the commencement of his ministry, yet in three years the same scene was to be repeated. See Matt 21:12. And from this we may learn: 1. How soon people forget the most solemn reproofs, and return to evil practices. 2. That no sacredness of time or place will guard them from sin. In the very temple, under the very eye of God, these people soon returned to practices for which their consciences reproved them, and which they knew that God disapproved. 3. We see here how strong is the love of gain - the ruling passion of mankind. Not even the sacredness of the temple, the presence of God, the awful ceremonials of religion, deterred them from this unholy traffic. So wicked men and hypocrites will always turn ‘religion,’ if possible, into gain; and not even the sanctuary, the Sabbath, or the most awful and sacred scenes, will deter them from schemes of gain. Compare Amos 8:5. So strong is this grovelling passion, and so deep is that depravity which fears not God, and regards not his Sabbaths, his sanctuary, or his law.” (= Sekalipun Yesus memurnikan Bait Suci seperti itu pada permulaan dari pelayananNya, tetapi dalam 3 tahun adegan yang sama harus diulang. Lihat Mat 21:12. Dan dari sini kita bisa belajar: 1. Betapa cepat orang-orang melupakan teguran-teguran yang paling khidmat, dan kembali pada praktek-praktek yang jahat. 2. Bahwa tak ada kekeramatan dari saat atau tempat akan menjaga mereka dari dosa. Dalam Bait Suci yang sama, di bawah mata dari Allah, orang-orang ini segera kembali pada praktek-praktek untuk mana hati nurani mereka mencela mereka, dan yang mereka tahu Allah tidak restui / setujui. 3. Kita melihat di sini betapa kuat kecintaan pada keuntungan - nafsu yang menguasai / memerintah umat manusia. Bahkan kekeramatan tempat kudus, kehadiran Allah, upacara-upacara agama yang layak dihormati, tidak menghalangi mereka dari perdagangan yang tidak kudus ini. Demikianlah orang-orang jahat dan munafik akan selalu mengubah ‘agama’, jika memungkinkan, menjadi keuntungan; dan bahkan tempat kudus, Sabat, atau adegan-adegan yang paling layak dihormati dan keramat, tidak akan menghalangi mereka dari rencana-rencana tentang keuntungan. Bandingkan dengan Amos 8:5. Begitu kuat nafsu yang merendahkan diri ini, dan begitu dalam kebejatan itu, yang tidak takut kepada Allah, dan tak mempedulikan Sabat-SabatNya, Bait SuciNya, atau hukum-hukumNya.).

Amos 8:5 - “dan berpikir: ‘Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu,”.


Barnes’ Notes: “Here is an example set for ministers and for all Christians. In Jesus this was the great commanding sentiment of his life. In us it should be also. In this manifestation of zeal he began and ended his ministry. In this we should begin and end our lives. We learn, also, that ministers of religion should aim to purify the church of God.” (= Di sini ada suatu contoh / teladan yang diletakkan untuk pendeta-pendeta / pelayan-pelayan dan untuk semua orang-orang Kristen. Dalam Yesus ini adalah pandangan / sikap / perasaan berwibawa yang agung dari kehidupanNya. Dalam diri kita juga harus demikian. Dalam manifestasi dari semangat ini Ia memulai dan mengakhiri pelayananNya. Dalam hal ini kita harus memulai dan mengakhiri kehidupan kita. Kita juga belajar, bahwa pendeta-pendeta / pelayan-pelayan agama harus bertujuan untuk memurnikan gereja Allah..
-Amin- 
Next Post Previous Post