YUSUF, JURU MINUMAN DAN JURU ROTI: Kejadian 40:1-23

Pdt. Budi Asali. M. Div.
YUSUF, JURU MINUMAN DAN JURU ROTI: Kejadian 40:1-23YUSUF, JURU MINUMAN DAN JURU ROTI: Kejadian 40:1-23. Kejadian 40:1-23 -(1) Sesudah semuanya itu terjadilah, bahwa juru minuman raja Mesir dan juru rotinya membuat kesalahan terhadap tuannya, raja Mesir itu, (2) maka murkalah Firaun kepada kedua pegawai istananya, kepala juru minuman dan kepala juru roti itu. (3) Ia menahan mereka dalam rumah kepala pengawal raja, dalam penjara tempat Yusuf dikurung. (4) Kepala pengawal raja menempatkan Yusuf bersama-sama dengan mereka untuk melayani mereka. Demikianlah mereka ditahan beberapa waktu lamanya. (5) Pada suatu kali bermimpilah mereka keduanya - baik juru minuman maupun juru roti raja Mesir, yang ditahan dalam penjara itu - masing-masing ada mimpinya, pada satu malam juga, dan mimpi masing-masing itu ada artinya sendiri. (6) Ketika pada waktu pagi Yusuf datang kepada mereka, segera dilihatnya, bahwa mereka bersusah hati. (7) Lalu ia bertanya kepada pegawai-pegawai istana Firaun yang ditahan bersama-sama dengan dia dalam rumah tuannya itu: ‘Mengapakah hari ini mukamu semuram itu?’ (8) Jawab mereka kepadanya: ‘Kami bermimpi, tetapi tidak ada orang yang dapat mengartikannya.’ Lalu kata Yusuf kepada mereka: ‘Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah kiranya mimpimu itu kepadaku.’ (9) Kemudian juru minuman itu menceritakan mimpinya kepada Yusuf, katanya: ‘Dalam mimpiku itu tampak ada pohon anggur di depanku. (10) Pohon anggur itu ada tiga carangnya dan baru saja pohon itu bertunas, bunganya sudah keluar dan tandan-tandannya penuh buah anggur yang ranum. (11) Dan di tanganku ada piala Firaun. Buah anggur itu kuambil, lalu kuperas ke dalam piala Firaun, kemudian kusampaikan piala itu ke tangan Firaun.’ (12) Kata Yusuf kepadanya: ‘Beginilah arti mimpi itu: ketiga carang itu artinya tiga hari; (13) dalam tiga hari ini Firaun akan meninggikan engkau dan mengembalikan engkau ke dalam pangkatmu yang dahulu dan engkau akan menyampaikan piala ke tangan Firaun seperti dahulu kala, ketika engkau jadi juru minumannya. (14) Tetapi, ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini. (15) Sebab aku dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sinipun aku tidak pernah melakukan apa-apa yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke dalam liang tutupan ini.’ (16) Setelah dilihat oleh kepala juru roti, betapa baik arti mimpi itu, berkatalah ia kepadanya: ‘Akupun bermimpi juga. Tampak aku menjunjung tiga bakul berisi penganan. (17) Dalam bakul atas ada berbagai-bagai makanan untuk Firaun, buatan juru roti, tetapi burung-burung memakannya dari dalam bakul yang di atas kepalaku.’ (18) Yusuf menjawab: ‘Beginilah arti mimpi itu: ketiga bakul itu artinya tiga hari; (19) dalam tiga hari ini Firaun akan meninggikan engkau, tinggi ke atas, dan menggantung engkau pada sebuah tiang, dan burung-burung akan memakan dagingmu dari tubuhmu.’ (20) Dan terjadilah pada hari ketiga, hari kelahiran Firaun, maka Firaun mengadakan perjamuan untuk semua pegawainya. Ia meninggikan kepala juru minuman dan kepala juru roti itu di tengah-tengah para pegawainya: (21) kepala juru minuman itu dikembalikannya ke dalam jabatannya, sehingga ia menyampaikan pula piala ke tangan Firaun; (22) tetapi kepala juru roti itu digantungnya, seperti yang ditakbirkan Yusuf kepada mereka. (23) Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya.”.

Hal-hal yang didapat dari YUSUF, JURU MINUMAN DAN JURU ROTI: Kejadian 40:1-23

I) Kebaikan Yusuf kepada juru minuman dan juru roti.

1) Juru minuman dan juru roti Firaun berbuat kesalahan dan dimasukkan ke penjara bersama Yusuf, dan Yusuf harus melayani mereka (ay 1-4). Mereka berdua sama-sama bermimpi pada malam yang sama (Kejadian 40: 5).

2) Mimpi itu menyebabkan mereka menjadi sedih, dan Yusuf yang melihat kesedihan mereka lalu menanyakan mengapa mereka menjadi sedih (Kejadian 40: 6-7).

a) Yusuf mempunyai alasan untuk tidak peduli pada penderitaan mereka:

1. Tugas Yusuf sebetulnya adalah untuk melayani mereka (Kejadian 40:4), bukan untuk mempedulikan kesedihan mereka atau untuk menghibur mereka dsb.

Penerapan: dalam pelayanan atau dalam pekerjaan, maukah saudara melakukan hal-hal yang lebih dari tugas saudara seharusnya? Atau saudara adalah orang yang suka ‘ijir’?

2. Mereka adalah orang Mesir, sebangsa dengan istri Potifar yang memfitnahnya, dan dengan Potifar yang memenjarakannya.

3. Yusuf sendiri masih sedang menderita di penjara, sehingga penderitaannya belum berlalu. Banyak orang yang kalau dirinya sendiri sedang menderita, justru menjadi sangat egois dan tidak mempedulikan penderitaan orang lain. Untuk apa mempedulikan penderitaan orang lain, sementara diri sendiri sudah terlalu banyak penderitaan? Kalau saudara adalah orang seperti ini, turutilah teladan Yusuf, dan juga teladan Tuhan Yesus, yang sekalipun sedang tersalib tetapi tetap memperhatikan:

a. Penjahat yang bertobat (Lukas 23:43).

b. Maria (Yohanes 19:26-27).

c. Orang-orang yang baru saja menyalibkanNya (Lukas 23:34).

b) Tetapi Yusuf tetap peduli pada kesedihan / penderitaan mereka dan menanyakan hal itu kepada mereka. Mengapa Yusuf bisa bersikap begitu? Karena Yusuf sendiri sudah pernah merasakan kesedihan / penderitaan orang di penjara, sehingga ia ingin menolong orang yang mengalami penderitaan / kesedihan yang sama.

Calvin berkata: “common sufferings generate sympathy” (= penderitaan yang sama membangkitkan simpati).

Jadi, memang ada 2 golongan orang. Golongan pertama, karena dirinya sendiri mengalami penderitaan, lalu menjadi egois dan tidak peduli pada penderitaan orang lain. Atau lalu berpikir: ‘Dulu aku bisa menahan penderitaan seperti itu, jadi dia juga pasti / harus bisa menahannya, dan karena itu aku tidak perlu menolongnya’. Tetapi ada golongan kedua yang karena pernah mengalami penderitaan, lalu justru menjadi bersimpati terhadap orang yang menderita, khususnya kalau orang itu mengalami penderitaan yang sama dengan dirinya sendiri. Saudara termasuk yang mana?

3) Kedua orang itu mengatakan: kami bermimpi dan tidak ada orang yang dapat menafsirkan mimpi itu (Kejadian 40: 8a). Yusuf lalu berkata: “Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah kiranya mimpimu itu kepadaku” (Kejadian 40: 8b).

Di sini kita melihat sikap yang seimbang. Ia mengatakan bahwa hanya Allah yang bisa memberikan arti mimpi dan itu berarti bahwa ia tidak bisa menafsirkan mimpi. Ini menunjukkan kerendahan hati dan ini kontras dengan banyak orang yang merasa yakin akan kemampuannya sendiri, baik dalam pelajaran sekolah, pekerjaan, belajar Firman Tuhan, pelayanan, dsb.

Tetapi Yusuf lalu menyambung kata-katanya dan meminta supaya mereka berdua menceritakan mimpi itu kepada dia. Secara implicit ini menunjukkan suatu keyakinan bahwa Allah akan memberi dia kemampuan untuk bisa menafsirkan mimpi itu. Ini kontras dengan banyak orang kristen yang selalu menolak pelayanan dengan alasan ‘tidak bisa’, padahal belum dicoba. Kalau sudah dicoba dan ternyata memang tidak bisa karena tidak berkarunia, maka ini adalah ‘tidak bisa’ yang sah. Tetapi kalau tanpa dicoba sudah berkata ‘tidak bisa’, ini merupakan sikap rendah diri yang tidak beriman!

4) Akhirnya kedua orang itu menceritakan mimpinya kepada Yusuf dan Yusuf, dengan pertolongan Tuhan, memberikan arti mimpi itu kepada mereka (ay 9-13,16-19). Akhirnya terbukti bahwa penafsiran Yusuf itu benar (Kejadian 40: 20-22).

Kejadian 40: 22: ‘seperti yang ditakbirkan Yusuf kepada mereka’.

NIV: ‘just as Joseph had said to them’ (= seperti yang telah dikatakan oleh Yusuf kepada mereka).

NASB/Lit: ‘just as Joseph had interpreted to them’ (= seperti yang telah ditafsirkan oleh Yusuf kepada mereka).

Ada beberapa hal yang bisa kita bahas dari bagian ini:

a) Yusuf menceritakan arti mimpi itu dengan yakin, bukan dengan ragu-ragu, bukan dengan menggunakan kata ‘mungkin’, ‘barangkali’, dsb. Dan akhirnya terbukti ia benar. Bagaimana mungkin ia bisa melakukan semua ini? Menggunakan kepandaiannya / logikanya, atau perasaannya, atau indera ke enamnya? Tidak mungkin! Jelas bahwa di sini ada sesuatu yang bersifat supranatural. Ada hal yang bersifat supranatural dan datang dari setan, seperti sulap tertentu di TV, reklame buku hipnotis di TV, dsb. Tetapi yang ini tentu merupakan hal supranatural yang berasal dari Tuhan, dimana Tuhan memberikan wahyu kepada Yusuf dan memimpinnya dalam mengatakannya (ini mirip dengan ilham, tetapi bukan untuk menuliskan, hanya untuk mengatakannya secara infallible & inerrant) sehingga ia bisa menafsirkan mimpi mereka dengan meyakinkan dan tepat.

Bandingkan ini dengan orang Liberal yang menghapus semua yang supranatural dalam penulisan Kitab Suci. Ini terlihat dari:

1. Buku / majalah GKI Jawa Barat yang berjudul ‘Penuntun‘ (vol 2, no 6, Januari - Maret 1996), yang salah satu artikelnya berjudul ‘Keselamatan dalam pandangan Yesus’ (komentar saya: alangkah injilinya judulnya, tetapi alangkah sesat dan terkutuknya isinya!) yang ditulis oleh Pdt. Jahja Sunarya, S.Th., yang pada hal 181 berbunyi sebagai berikut:

“Jelas betapa berartinya peranan penulis (maksudnya penulis Kitab Suci) dalam menampilkan Yesus. Jika demikian, apakah tidak mungkin penulis telah menambahi atau mengurangi, bahkan keliru dalam menafsirkan / mengerti, pengajaran Yesus? Jawabnya tentu saja mungkin. Sebab ternyata injil yang tertua, yaitu injil karangan Markus (perhatikan bahwa ia tidak mengatakan ‘tulisan Markus’, tetapi ‘karangan Markus’, yang menunjukkan bahwa ini betul-betul merupakan hasil karya Markus sendiri), ditulis sekitar tahun 60. Itu berarti bahwa Injil itu ditulis setelah sekitar tahun 30 (tigapuluh) saat peristiwa Yesus terjadi. Kita dapat membayangkan kesulitan Markus ketika menyusun Injilnya. Ia harus memilah-milah kisah-kisah lisan yang ada dan ingatan-ingatan yang tidak beraturan untuk menyajikannya dalam wujud tulisan yang memiliki alur logika yang jelas dan teratur”.

2. Majalah Kairos, Mei 1994, hal 5 - surat pembaca. Pdt. Robert Setio, B.D., Ph.D. mengatakan sebagai berikut:

“Liputan Kairos tentang proses pembuatan Alkitab dalam edisi bulan Maret yang baru lalu merupakan sumbangan yang berharga bagi umat Kristen di Indonesia (GKI) yang, dalam bayangan saya, jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali mendengar ‘rahasia’ tersebut. Liputan tersebut sekaligus juga merupakan peringatan bagi golongan tertentu yang begitu saja menyamakan Firman Allah dengan Alkitab. Bukankah proses terjadinya Alkitab itu rumit dan melalui seleksi serta penafsiran yang bisa jadi memiliki motif politik / ideologis?”.

Bandingkan kedua kutipan di atas ini dengan nubuat / penafsiran mimpi oleh Yusuf itu, dan juga dengan 2Petrus 1:20-21 versi NIV yang berbunyi sebagai berikut:

“Above all, you must understand that no prophecy of Scripture came about by the prophet’s own interpretation. For prophecy never had its origin in the will of man, but men spoke from God as they were carried along by the Holy Spirit” (= Yang terutama, harus kamu mengerti bahwa tidak ada nubuat Kitab Suci yang terjadi oleh penafsiran nabinya sendiri. Karena nubuat tidak pernah berasal dari kehendak manusia, tetapi orang-orang berbicara dari Allah pada waktu mereka dibawa / didorong oleh Roh Kudus).

b) Yusuf mau memberitakan hal yang enak, dimana ia memberitakan bahwa juru minuman itu akan dibebaskan dan dikembalikan pada jabatannya yang semula (Kejadian 40: 12-13), tetapi ia juga tidak segan-segan memberitakan hal yang tidak enak, dimana ia memberitakan bahwa juru roti akan digantung (Kejadian 40: 18-19).

Memang tugas hamba Tuhan yang sejati adalah memberitakan seluruh Firman Tuhan, apakah itu enak atau tidak enak. Salah satu ciri nabi palsu adalah: selalu memberitakan yang enak, dan tidak mau memberitakan yang tidak enak.

Bdk. Yeremia 23:16-17 - “(16) Beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepadamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri, bukan apa yang datang dari mulut TUHAN; (17) mereka selalu berkata kepada orang-orang yang menista firman TUHAN: Kamu akan selamat! dan kepada setiap orang yang mengikuti kedegilan hatinya mereka berkata: Malapetaka tidak akan menimpa kamu!’”.

1Raja 22:5-23,28 - “(5) Tetapi Yosafat berkata kepada raja Israel: ‘Baiklah tanyakan dahulu firman TUHAN.’ (6) Lalu raja Israel mengumpulkan para nabi, kira-kira empat ratus orang banyaknya, kemudian bertanyalah ia kepada mereka: ‘Apakah aku boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau aku membatalkannya?’ Jawab mereka: ‘Majulah! Tuhan akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (7) Tetapi Yosafat bertanya: ‘Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?’ (8) Jawab raja Israel kepada Yosafat: ‘Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.’ Kata Yosafat: ‘Janganlah raja berkata demikian.’ (9) Kemudian raja Israel memanggil seorang pegawai istana, katanya: ‘Jemputlah Mikha bin Yimla dengan segera!’ (10) Sementara raja Israel dan Yosafat, raja Yehuda, duduk masing-masing di atas takhtanya dengan pakaian kebesaran, di suatu tempat pengirikan di depan pintu gerbang Samaria, sedang semua nabi itu bernubuat di depan mereka, (11) maka Zedekia bin Kenaana membuat tanduk-tanduk besi, lalu berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka.’ (12) Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: ‘Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (13) Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’ (14) Tetapi Mikha menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan.’ (15) Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: ‘Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?’ Jawabnya kepadanya: ‘Majulah dan engkau akan beruntung, sebab TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (16) Tetapi raja berkata kepadanya: ‘Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama TUHAN?’ (17) Lalu jawabnya: ‘Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.’ (18) Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?’ (19) Kata Mikha: ‘Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhtaNya dan segenap tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan di sebelah kiriNya. (20) Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. (21) Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’ … (28) Tetapi jawab Mikha: ‘Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!’ Lalu disambungnya: ‘Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!’”.

Penerapan:

1. Kalau saudara menjadi pemberita Firman (pengkhotbah, guru sekolah minggu, dsb), jangan takut memberitakan yang tidak enak. Tetapi juga jangan extrim ke sebelah satunya dengan terus memberitakan yang tidak enak, dan tidak pernah memberikan penghiburan, tidak pernah memberitakan kasih Allah, pengampunan Allah dsb.

2. Kalau saudara berani memberitakan hal yang tidak enak, jangan kaget / mundur kalau tahu-tahu saudara lalu kehilangan peminat! Perlu saudara ketahui bahwa manusia pada umumnya hanya senang mendengar hal yang enak, lebih-lebih pada akhir jaman ini.

Bdk. 2Timotius 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”.

Perhatikan juga bahwa pada waktu Yusuf sudah memberitakan penafsiran dari mimpi juru minuman dan ternyata itu merupakan hal yang enak, maka juru roti lalu berkata: ‘Akupun bermimpi juga ...’. Ia langsung juga ingin mendengarkan Yusuf dengan harapan iapun akan mendapatkan hal yang enak. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana sikapnya setelah Yusuf memberitakan hal yang tidak enak kepadanya!

3. Hati-hati terhadap pendeta / pengkhotbah yang selalu memberitakan hal yang enak-enak. Misalnya:

a. Tidak berani menegur dosa, atau keadilan, penghukuman, murka Allah, neraka. dsb.

b. Terus memberitakan kasih, kesabaran, belas kasihan, kasih karunia Allah, dsb.

c. Mengajarkan bahwa ikut Yesus bakal kaya, semua problem akan beres, semua penyakit pasti sembuh, dsb.

d. Mengajarkan bahwa nanti akan ada masa kesukaran besar (the great tribulation), tetapi pada saat itu kita orang kristen sudah diangkat ke surga (mengalami rapture). Ini bertentangan dengan Wah 7:14!

Wahyu 7:14 - “Maka kataku kepadanya: ‘Tuanku, tuan mengetahuinya.’ Lalu ia berkata kepadaku: ‘Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.”.

4. Saudara sebagai jemaat perlu memberikan dorongan / semangat supaya pendeta / pengkhotbah berani memberitakan hal yang tidak enak, seperti teguran dosa dsb. Perlu saudara ketahui bahwa sikap jemaat yang pada umumnya mencari pengkhotbah yang memberitakan hal yang enak.

Bdk. 2Timotius 4:3 - “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.”.

Yesaya 30:9-11 - “(9) Sebab mereka itu suatu bangsa pemberontak, anak-anak yang suka bohong anak-anak yang enggan mendengar akan pengajaran TUHAN; (10) yang mengatakan kepada para tukang tilik: ‘Jangan menilik,’ dan kepada para pelihat: ‘Janganlah lihat bagi kami hal-hal yang benar, tetapi katakanlah kepada kami hal-hal yang manis, lihatlah bagi kami hal-hal yang semu, (11) menyisihlah dari jalan dan ambillah jalan lain, janganlah susahi kami dengan Yang Mahakudus, Allah Israel.’”.

Inilah yang menyebabkan munculnya nabi palsu yang menuruti keinginan mereka. Bukan hanya dalam dunia jasmani produsen berusaha memenuhi permintaan pasar tanpa mempedulikan effek negatif yang ditimbulkannya (seperti instructor aerobic yang memberikan musik terlalu keras karena itulah keinginan anggota, padahal itu bisa merusak pendengaran); dalam dunia rohani juga banyak nabi palsu yang melakukan hal yang sama, supaya mereka disenangi. 


Karena itu jemaat perlu berterima kasih kepada pengkhotbah bukan hanya kalau mereka dihiburkan / dikuatkan, tetapi juga kalau mereka ditegur habis-habisan. Dengan demikian saudara tidak memotivasi seorang pemberita Firman untuk menjadi nabi palsu, tetapi untuk menjadi nabi asli yang berani memberitakan hal yang tidak enak!

II) Balasan juru minuman.

1) Setelah menafsirkan mimpi juru minuman, Yusuf memberikan suatu permohonan kepada juru minuman yang akan dibebaskan itu, yaitu untuk menceritakan persoalannya kepada Firaun (Kejadian 40: 14-15).

a) Kejadian 40: 14: ‘tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku’. Kata ‘terima kasih’ ini salah terjemahan.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘kindness’ (= kebaikan).

b) Mungkin Yusuf mengira bahwa inilah cara Allah menjawab doanya (sekalipun tidak pernah diceritakan bahwa Yusuf berdoa, tetapi tidak mungkin ia tidak berdoa) dan mengeluarkan dia dari penjara / penderitaan itu.

2) Setelah juru minuman dibebaskan dan kembali kepada jabatannya yang semula, ternyata ia melupakan Yusuf dan permintaannya (Kejadian 40: 23).

a) Perlu diketahui bahwa jabatan juru minuman itu tinggi. Kalau itu adalah jabatan rendah seperti pelayan, maka tentu pelayan itu akan takut meminta sesuatu kepada raja. Tetapi jabatan juru minuman ini adalah jabatan yang tinggi, dimana orangnya harus dipercaya oleh raja. Ini sama dengan jabatan Nehemia (Nehemia 2:1), dan Nehemia diperhatikan oleh raja, dan dikabulkan keinginan / permintaannya oleh raja (Neh 2:1-8).

b) Sebetulnya tidak terlalu jelas apakah juru minuman ini sengaja melupakan atau tidak. Tetapi Calvin beranggapan bahwa ia sengaja melupakan. Kalau ini benar, maka orang ini betul-betul keterlaluan, karena ia membalas kebaikan dengan kejahatan.

c) Tidak peduli apakah juru minuman itu sengaja atau tidak, jelas bahwa Allah bekerja dan mengatur segala sesuatu (Providence of God) untuk menunda keluarnya Yusuf dari penjara selama 2 tahun (41:1). Dengan demikian, Yusuf bisa menafsirkan mimpi Firaun, sehingga lalu menjadi orang kedua di seluruh Mesir. Memang penundaan dari Tuhan pasti mempunyai tujuan baik.

Bdk. Yohanes 11:6 - “Namun setelah didengarNya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada;”.

Perbuatan baik Yusuf ternyata membuahkan hasil, sekalipun tertunda selama 2 tahun.

Kesimpulan: 

Sekalipun seringkali berbuat baik itu kelihatan sia-sia, tetapi akhirnya toh bermanfaat! Karena itu janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik (belajar Firman Tuhan, berdoa, melayani, menjadi guru sekolah minggu, menolong orang, mengampuni orang, memberitakan Injil / Firman Tuhan dsb), karena pada waktunya engkau akan menuai hasilnya!

Galatia 6:9-10 - “(9) Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. (10) Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”.

2Tesalonika 3:13 - “Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik.”.

1Korintus 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”.

-AMIN- 
Next Post Previous Post