GEREJA DAN FINALITAS ALKITAB

Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th. 

(SEBUAH PENJELASAN ATAS TUDUHAN BAHWA ALKITAB TELAH DIPALSUKAN DAN KONTRADIKTIF).
GEREJA DAN FINALITAS ALKITAB
otomotif, bisnis
APAKAH GEREJA ITU?

Kata “gereja” dalam bahasa Indonesia di terjemahkan dari kata Yunaninya “ekklesia” yang berati “dipanggil keluar”, berasal dari dua kata, yaitu “ek” yang berarti “keluar” dan “kaleo” yang berarti “memanggil”. Kata ekklesia digunakan menunjuk kepada kumpulan orang-orang yang percaya Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat, yang telah dipanggil keluar dari dunia dan menjadi umat Allah. 

Dalam Perjanjian Baru, kata ekklesia merujuk kepada mereka yang dipanggil keluar dari dosa kepada keselamatan, dari kematian kepada hidup, dari tawanan Iblis kepada kemerdekaan dalam Kristus, dari perbudakan oleh Iblis kepada pelayanan kepada Kristus. Gereja adalah orang-orang yang dipisahkan dari dunia bagi Kristus dan dikhususkan untuk melayani-Nya. Mereka adalah orang-orang yang khusus dipersiapkan untuk melaksanakan misi Kristus dalam dunia ini. Gereja orang-orang yang dipanggil Allah dari dunia, untuk kemudian menjadi umat-Nya. 

Perjanjian Baru menggunakan kata ekklesia ini sebanyak 115 kali. Dua puluh kali digunakan untuk merujuk kepada gereja universal dan sembilan puluh lima kali digunakan secara khusus untuk merujuk kepada gereja lokal. Kata ekklesia ini dipakai 3 kali dalam Injil Matius (Matius 16:18;18:18) dan banyak sekali digunakan dalam Kisah Para Rasul dan Surat-surat Kiriman. Kata ini dipilih oleh umat Kristen mula-mula untuk menyatakan secara khusus identitas orang yang percaya. Orang-orang ini kemudian mengelompokkan diri menjadi satu kesatuan dalam jemaat lokal di Korintus, Galatia, Roma, Efesus dan sebagainya.

Gereja itu bersifat paradoks karena memiliki dua sisi yang berbeda tetapi menyatu dan tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Ada dua gambaran tentang sifat paradoks dari gereja. (1) Gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan. Gereja di satu sisi bersifat tidak kelihatan (invisible), tetapi di lain sisi gereja itu nyata dan dapat dilihat (visible). Gereja yang tidak kelihatan itu disebut gereja universal sedangkan gereja yang kelihatan disebut gereja lokal. (2) Gereja sebagai organisme dan sebagai suatu organisasi.

Gereja benar-benar merupakan organisme rohani karena itu gereja disebut sebagai tubuh Kristus, tetapi gereja juga merupakan suatu organisasi dari sekumpulan orang-orang percaya. Dilihat dari aspek sejarah, gereja sebagai sebuah organisasi saat ini terbagi atas dua arus utama, yaitu : Gereja Khatolik dan Gereja Protestan. 

Perbedaan paling utama dari kedua gereja arus utama ini adalah : Gereja Katolik mengakui sumber kebenaran yang berotoritas yaitu Alkitab dan tradisi gereja Katolik. Gereja Katolik tidak menolak bahwa Kitab Suci adalah pilar kebenaran, namun Gereja Katolik tidak menganggap bahwa satu-satunya pilar kebenaran hanyalah Kitab Suci. 

Sedangkan Gereja Protestan berpegang kepada Kitab Suci sebagai satu-satunya sumber kebenaran (Sola Scriptura). Karena itu disini yang dimaksud dengan gereja dan finalitas Alkitab adalah menurut pandangan Kristen Protestan yaitu bahwa Alkitab saja sebagai satu-satunya otoritas tertinggi yang berkaitan dengan penerapan iman dan praktek dalam gereja dan dalam kehidupan setiap orang percaya.

APAKAH FINALITAS ALKITAB ITU?

Saat kita membicarakan tentang finalitas Alkitab maka yang kita maksudkan adalah satu Alkitab terkait dengan manuskrip autographnya. Satu-satunya Alkitab yang kita pahami saat kita berbicara tentang finalitas Alkitab adalah Alkitab yang diilhamkan Allah yang merujuk pada manuskrip aslinya. Manuskrip asli ini ditulis pada perkamen (kulit binatang) atau pada papirus (semacam kertas) dengan huruf-huruf, kata-kata, dan kalimat-kalimat dalam bahasa Ibrani (PL) dan Yunani Koine (PB). 

Teks ini dalam keseluruhan dan bagian-bagiannya tidak mengandung kesalahan (infalibilitas) dan tidak mengandung kekeliruan (ineransitas). Manuskrip autograph inilah satu-satunya firman Allah yang sempurna yang diberikan kepada kita. Saat ini memang terdapat banyak versi atau terjemahan Alkitab, tetapi hanya ada satu Alkitab autograph yang diilhamkan Allah. Jadi sekali lagi, saat kita berbicara tentang finalitas Alkitab yang diilhamkan Allah, maka yang kita maksudkan adalah Alkitab autograph, bukan Alkitab versi atau Alkitab terjemahannya.

Finalitas Alkitab berarti bahwa Alkitab kanonik dipercayai berasal dari Allah dan diakui sebagai yang berotoritas mutlak atas ajaran dan perilaku gereja dan orang Kristen. 

Dengan demikian ada 4 hal yang ditekankan dalam definisi ini, yaitu : 

(1) Alkitab berasal dari Allah, hal ini menjelaskan keunikan Alkitab sebagai wahyu Allah yang khusus; 

(2) Hanya Alkitab autograph yang diilhami Allah dsn diakui kononitasnya; 

(3) Alkitab dipercayai dan diakui sebagai yang berotoritas mutlak. Hal ini dikaitkan dengan dengan kredibilitas Alkitab yang tanpa salah dan tanpa kekeliruan. 

(4) Semua ajaran dan perilaku Kristen tunduk kepada otoritas Alkitab. Dengan demikian, Alkitab berisi semua Firman Allah yang dibutuhkan oleh gereja dan orang percaya untuk keselamatannya dan untuk hidup di dalam keselamatan, sehingga tidak diperlukan lagi tambahan “pernyataan” lain di luar Alkitab yang setara dengan Alkitab. Dengan demikian kita percaya bahwa Alkitab adalah cukup sebagai satu-satunya sumber firman Allah yang diperlukan oleh manusia untuk selamat dan hidup dalam keselamatannya.

ALKITAB BERASAL DARI ALLAH (PEWAHYUAN ALKITAB)

Alkitab adalah Firman Allah yang hidup. Merupakan wahyu atau pernyataan Allah tentang diri-Nya dan kehendak-Nya kepada manusia. Pada umumnya para teolog membagi wahyu Allah menjadi dua, yaitu wahyu umum dan wahyu khusus. Wahyu umum adalah pernyataan Allah yang memungkinkan manusia mengetahui bahwa Allah itu ada (exist) melalui alam semesta dan ciptaan-Nya. Sedangkan wahyu khusus yaitu pernyataan Allah atas dirinya sendiri kepada manusia. Maksudnya Allah yang dari surga itu memperkenalkan dirinya sendiri kepada manusia.

Ada dua wahyu khusus yang diberikan oleh Allah agar manusia bisa mengenal-Nya dengan benar, yaitu : 
(1) melalui Pribadi Yesus Kristus yang inkarnasi ke dunia ini (Yohanes 1:1-3, 14,18; 14:7-11; 17:3). 

(2) melalui Alkitab (Firman Allah yang tertulis) kita dapat mengenal Allah dengan benar, karena Dia memperkenalkan diri-Nya melalui firmanNya yang bisa dimengerti oleh manusia. 

Alkitab adalah wahyu Allah kepada manusia yang berisi pernyataan-penyataan tentang Allah dalam relasinya dengan manusia. Banyak buku yang telah ditulis oleh para ahli maupun filsuf, tetapi tidak mampu bertahan seperti Alkitab. Usianya lebih dari 1600 tahun. Walaupun begitu Alkitab tetap relevan untuk kehidupan masa kini karena Alkitab adalah Firman Allah Yang Hidup.

ALKITAB KANONIK YANG DIILHAMKAN ALLAH (PENGILHAMAN ALKITAB)

Kata kanon berarti tongkat pengukur dan menunjuk kepada suatu standart atau peraturan. Dalam hubungan dengan Alkitab, kanonitas berarti bahwa Alkitab telah diukur dengan suatu standart, telah melewati ujian dan lulus ujian yang meliputi ujian sejarah, arkeologi maupun filologi. Kitab yang tidak lulus kanon disebut Apokrifa. Kanonisasi adalah proses pengumpulan kitab-kitab menjadi satu kitab yang dikemudian disebut dengan Alkitab, terdiri 66 kitab yang terpisah yang di satukan dan memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Alkitab dibagi dalam 2 bagian besar yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani, terdiri dari 39 kitab, yaitu : 5 Kitab Taurat, 12 kitab Sejarah Israel, 5 kitab Puisi, 17 kitab Nabi-nabi. Sedangkan Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani, terdiri dari 27 kitab, yaitu : 4 kitab Injil, 1 kitab Sejarah Gereja, 13 kitab Surat Paulus, 1 kitab Anonim (Kitab Ibrani), 7 kitab Surat Kiriman lainnya dan 1 kitab Apokaliptik (Kitab Wahyu). Enam puluh enam (66) kitab kanonik dinyatakan final dalam Konsili Kartago pada tahun 397 M. 

Namun dua hal yang harus ditegaskan disini, yaitu: 

(1) bahwa seluruh Perjanjian Lama dan sebagian besar Perjanjian Baru telah diterima secara resmi oleh Para rasul dan Bapa-bapa Gereja jauh sebelum Konsili Kartago tersebut. Kitab-kitab Perjanjian Lama ditulis pada periode waktu sekitar tahun 1400-400 SM sedang Kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis pada kurang lebih pada tahun 40-90 M. 

(2) Gereja tidak menciptakan kitab kanonik, tetapi gereja hanya mengenali, mengakui, menerima dan menundukkan diri pada kitab Kanonik dari Firman Allah. Karena itu istilah yang dipakai oleh gereja ketika menyatakan finalitas kitab Kanonik adalah “recipimus” yang berarti “kami menerima.

Enam puluh enam (66) kitab kanonik yang disebut sebagai Alkitab tersebut diakui oleh gereja sebagai Firman Allah karena tulisan mereka diilhamkan Allah. Jadi meskipun Firman Tuhan itu ditulis manusia tetapi sumber utamanya adalah Allah sendiri. Namun Allah tidak mendiktekan pesan-pesanNya untuk ditulis oleh para penulis Alkitab, melainkan Roh Kudus mengkomunikasikan Firman Allah itu kepada para penulisnya (2 Petrus 1:20-21) dan Roh Kudus membimbing para penulis ketika menuliskan Firman Allah tersebut sehingga tanpa salah dan tanpa keliru.

Sebagaimana yang dikatakan oleh profesor Charles C. Ryrie bahwa “Allah mengawasi sedemikian rupa sehingga para penulis Alkitab itu menyusun dan mencatat tanpa kekeliruan pesanNya kepada manusia dalam bentuk kata-kata pada penulisan aslinya.” Dalam 2 Timotius 3:16 kata Yunani untuk inspirasi adalah Theopneustos yang berarti Allah menghembuskan. Kita harus mengerti bahwa inspirasi Alkitab mengacu pada manuskrip asli (autograph), bukan salinan-salinannya.

Jadi ketika kita mengatakan bahwa Alkitab diilhamkan Allah maka yang kita maksud adalah Alkitab autographnya yang ditulis oleh orang-orang yang dipilih Allah sehingga apa yang mereka tuliskan itu adalah Firman Allah. Tidak ada keraguan bahwa Alkitab sendiri mengklaim bahwa setiap kata dalam setiap bagian Alkitab diilhamkan oleh Allah sendiri (1 Korintus 2:12-13; 2 Timotius 3:16-17). Karena itu pengilhaman Alkitab disebut “verbal plenary inspiration” atau pengilhaman secara verbal dan menyeluruh. 

Pandangan ini menegaskan bahwa pengilhaman itu berlaku untuk semua kata (verbal inspiration) dan juga berlaku penuh atas seluruh bagian Alkitab (plenary inspiration). Dengan demikian pandangan pengilhaman verbal dan menyeluruh ini menentang pandangan pengilhaman konseptual yang menyatakan bahwa hanya ide atau konsep saja yang diispirasikan bukan kata-katanya. 

Padangan ini juga menentang pandangan pengilhaman parsial atau dinamik yang menyatakan bahwa hanya hal-hal yang terkait dengan iman dan praktis saja yang diilhamkan sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan sejarah, ilmu pengetahuan, arkeologi, dan kronologi yang bukan terkait dengan iman tidak diilhamkan.

KREDIBILITAS ALKITAB (INFALIBILITAS DAN INERANSITAS ALKITAB)

Karena diilhamkan oleh Allah maka Alkitab diakui kredibilitasnya secara mutlak atas ajaran dan perilaku gereja dan orang Kristen. Kredibilitas berarti dapat dipercaya. Sebuah buku dianggap dapat dipercaya jika ia benar secara keseluruhan sehingga dapat dipercaya sebagai pegangan dan pedoman hidup. Kredibilitas Alkitab ini tidak hanya berhubungan dengan inspirasi ”verbal-plenary” dan kanonitasnya tetapi juga berhubungan dengan infalibilitas dan ineransi Alkitab. Ineransi Alkitab berarti bahwa Alkitab tidak ada kekeliruan. Infalibilitas berarti Alkitab bebas dari kecenderungan melakukan kesalahan. 

Karena Alkitab diispirasikan oleh Allah, maka Alkitab tidak dapat salah atau tidak memiliki kekeliruan. Ketidakkeliruan Alkitab berarti bahwa Alkitab hanya mengatakan yang benar. Nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang telah digenapi dengan tepat membuktikan bahwa Alkitab tidak memiliki kekeliruan. Berikut ini satu contoh nubuat yang digenapi. 

Dalam Daniel 2 empat kerajaan dijelaskan dalam penafsiran mimpi Nebukadnezar yang adalah raja Babel. Keempatnya adalah Babel, Media-Persia, Yunani dan kekaisaran Romawi (Dan. 2: 39-43). Keempat kerajaan ini terjadi persis seperti yang dinubuatkan. Kota-kota berikut dinubuatkan untuk dihancurkan dan tidak pernah dibangun kembali yang telah menjadi kenyataan karena mereka belum dibangun kembali. Niniwe (Nah. 1:10; 3: 7,15; Zef. 2: 13-14), Babel (Yesaya 13: 1-22), dan Tirus (Yeh. 26 :).

Selain itu, kredibilitas Alkitab juga diakui karena ketahanan, keotentikan dan keharmonisannya. 

(1) Ketahanan Alkitab. Banyak buku yang telah ditulis oleh para ahli maupun filsuf, tetapi tidak mampu bertahan seperti Alkitab. Usianya lebih dari 1600 tahun. Walaupun begitu Alkitab tetap relevan untuk kehidupan masa kini karena Alkitab adalah Firman Allah Yang Hidup. 

Kecukupan Alkitab diartikan bahwa Alkitab berisi semua Firman Allah yang dibutuhkan oleh orang percaya untuk keselamatannya dan untuk hidup di dalam keselamatannya, sehingga tidak diperlukan lagi tambahan “pernyataan” lain di luar Alkitab yang setara dengan Alkitab. Dengan demikian kita percaya bahwa Alkitab adalah cukup sebagai satu-satunya sumber firman Allah yang diperlukan oleh manusia untuk selamat dan hidup dalam keselamatannya. 

(2) Keotentikan Alkitab. Keotentik Alkitab berarti Alkitab itu murni dan keasliannya terjamin. Alkitab dikatakan otentik karena memang ditulis penulis yang namanya dipakai untuk kitab dan tulisannya tepat pada zaman karena mengisahkan fakta-fakta yang benar-benar terjadi. 

(3) Keharmonisan Alkitab. Alkitab adalah pernyataan Allah yang ditulis oleh manusia dalam bahasa manusia. Lebih dari 40 orang penulis dari latar belakang pendidikan, status sosial, ekonomi dan profesi yang berbeda. Di samping itu, kitab-kitab itu ditulis dalam zaman dan tempat yang berbeda pula. Walaupun demikian Alkitab hanya memiliki satu sumber, yaitu Allah sendiri. Itulah sebabnya kitab-kitab dalam Alkitab tidak bertentangan satu dengan lainnya, melainkan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam keharmonisan.

OTORITAS DAN KEDAULATAN ALKITAB

Otoritas adalah wewenang, hak atau kuasa untuk mewajibkan kepatuhan. Dari segi iman Kristen, Allah mempunyai hak dan kuasa tertinggi untuk menuntut kepatuhan, karena Dialah sang Pencipta dan Tuhan segala bangsa. Otoritas itu penting sebab otoritas akan mengendalikan hidup seseorang. Otoritas akan mempengaruhi perilaku, keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan seseorang. Sumber otoritas utama dan tertinggi bagi orang Kristen adalah Tuhan sendiri sebagaimana Ia menyatakan melalui Alkitab. 

Pengetahuan kita tentang Allah pertama dan terutama datang melalui Kitab Suci. Alkitab harus diterima sebagai firman Tuhan kepada kita, harus dihormati dan ditaati. Pada waktu kita tunduk kepada otoritasnya, kita menempatkan diri di bawah otoritas Allah yang hidup, yang diperkenalkan kepada kita di dalam diri Yesus Kristus. 

Pengakuan Iman Wesminster (1925:I.10) menyatakan “Hakim tertinggi yang olehnya semua kontroversi agama harus diputuskan, dan semua dekrit dan konsili-konsili, pandangan dari penulis-penulis kuno, doktrin manusia, spirit pribadi, harus diperiksa, dan yang pada keputusannya kita harus bersandar, hanyalah Roh Kudus yang berbicara di dalam Alkitab”. Bagian pengakuan iman ini berkaitan dengan penerapan aturan iman dan praktik yang harus menundukkan diri pada otoritas Alkitab.

Alkitab adalah otoritas tertinggi dan final bagi gereja dan semua orang percaya dalam hal iman dan perilaku, karena Alkitab adalah Firman yang datang dari Allah sendiri. Dalam banyak tempat di Alkitab dikatakan "Demikianlah Firman Tuhan...." Bentuk kalimat ini dalam dunia Perjanjian Lama identik dengan bentuk kalimat "Demikian kata Raja...." yang berarti suatu titah yang datang dari yang memiliki kekuasaan/otoritas tertinggi (raja) dan tidak dapat diganggu gugat, harus dilakukan dan dilaksanakan. Misal.: Bilangan 22:38; Ulangan 18:18-20; Yeremia 1:9. 

Dalam Perjanjian Baru, ada beberapa ayat yang jelas sekali menunjukkan bahwa tulisan dalam Perjanjian Lama adalah Firman Allah, misalnya : 1 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:21. Dalam Perjanjian Baru juga terdapat ayat-ayat yang menunjukkan bahwa tulisan dalam Perjanjian Baru adalah Firman Allah. Misalnya : 2 Petrus 3:16; 1 Timotius 5:18; 1 Korintus 14:37; Yohanes 14:26; 16:13. 

Alkitab adalah otoritas penentu dan akhir bagi orang-orang percaya yang menyangkut kehidupan pribadi maupun gereja. Otoritas Alkitab dikaitkan dikaitkan dengan pewahyuan, inspirasi, kanonisasi, infalibilitas dan ineransi Alkitab. Orang percaya dan gereja harus tunduk kepada otoritas Alkitab.

Setiap orang Kristen bebas memiliki asumsi, opini, persepsi dan keyakinan yang berbeda tentang sesuatu hal. Namun pertanyaannnya adalah apakah keyakinan itu didasarkan pada kebenaran yang sesungguhnya? Sebuah kebenaran yang sesungguhnya adalah hakiki, tidak dapat berubah ataupun diubah karena bersumber dari Pribadi yang tak terbatas dan sempurna. 

Alkitab diberikan oleh Allah untuk memperlengkapi kita dengan pengajaran yang kita butuhkan (Mazmur 119:130; Matius 21:42; Roma 15:14), dan hanya Alkitab saja yang seharusnya menjadi kedaulatan dan otoritas tertinggi bagi gereja dan bagi semua orang percaya dalam hal keyakinan dan tingkah laku. 

Apa yang dikatakan Alkitab harus menjadi penentu dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh gereja dan orang percaya. Karena itulah setiap asumsi, opini, persepsi dan keyakinan harus diuji oleh pernyataan yang jelas dari Alkitab. Kalau kita gagal mengakui kedaulatan tertinggi Alkitab dalam hal keyakinan dan tingkah laku, maka cepat atau lambat kita akan segera memberi diri pada filsafat manusia, tradisi-tradisi dan ajaran-ajaran palsu. Saat kita mengabaikan kedaulatan Alkitab maka akan segera memberi perhatian pada mimpi, mitos, dongeng, serta khayalan-khayalan kosong yang menyesatkan dan menipu (Kolose 2:8).

APAKAH ALKITAB TELAH DIPALSUKAN?

Telah dijelaskan di atas bahwa finalitas Alkitab yang diilhamkan Allah hanya berlaku pada Alkitab autograph, bukan Alkitab versi atau Alkitab terjemahannya. Hanya manuskrip autograph secara mutlak benar, tanpa salah dan tanpa kekeliruan. Meskipun saat ini kita sudah tidak memiliki manuskrip asli Alkitab, tetapi kita mempunyai salinan-salinan dari manuskrip asli yang tersimpan dan terdokumentasi dengan baik saat ini. Hampir semua manuskrip salinan Ibrani Perjanjian Lama berasal dari Masoretik (teks Masoret) di abad kedua sampai abad kedelapan Masehi yang merupakan salinan dari Tanakh (Alkitab Ibrani). 

Secara luas Masoretik ini digunakan sebagai dasar penerjemahan Perjanjian Lama dalam Alkitab Protestan. Alkitab Septuaginta yang ditulis dalam bahasa Yunani Koine pada abad kedua sebelum Masehi juga bersumber dari Tanakh Ibrani ini. Sementara itu manuskrip salinan untuk Perjanjian Baru begitu melimpahnya yang tidak tersaingi jumlah dan umurnya oleh naskah apapun lainnya yaitu sekitar 5.300 salinan manuskrip bahasa Yunani, belum termasuk ribuan salinan manuskrip dalam bahasa Latin dan bahasa lainnya. Menuskrip-manuskrip ini dalam bentuk gulungan (perkamen) dan juga kodeks (buku)

Secara teks, hanya 1/1000 dari Alkitab yang memiliki variasi teks dalam salinannya. Itu berarti bahwa Alkitab secara keseluruhan sekitar 98,5% murni secara tekstual. Akurasi Perjanjian Baru adalah sekitar 99,5% murni secara tekstual. Selain itu, ada cukup banyak bukti dalam salinan yang telah digali melalui arkeologi, sehingga kita dapat merekonstruksi Alkitab dengan akurasi hampir 100%. 

Jadi Allah dalam providensi-Nya menjaga kemurnian Alkitab di sepanjang sejarah sehingga salinan-salinan dari manuskrip autograph itu tetap terawat dengan baik. Karena itu Alkitab tidak bisa dikatakan dipalsukan hanya karena sudah tidak ada lagi manuskripaslinya. Apabila tuduhan seperti ini dipaksakan maka haruslah dipahami bahwa konsekuensi logisnya adalah tuduhan tersebut berlaku juga bagi Kitab Suci semua agama besar yang ada saat ini. 

Karena itu pertanyaan yang relevan bukanlah soal naskah asli Kitab Suci tetapi soal apakah naskah salinan-salinan itu bisa dipercaya atau tidak. Semua agama besar saat ini hanya memiliki naskah salinan dari manuskrip aslinya dan sudah tidak memiliki manuskrip autograph yang ditulis tangan pertama. Dengan lain kata, semua agama besar saat ini hanya memiliki naskah salinan dari naskah aslinya atau naskah salinan dari salinan dari naskah aslinya.

Meskpun saat ini kita tidak memiliki lagi manuskrip autograph tetapi Allah memelihara firmanNya dengan cara yang khusus sehingga salinan-salinan dari manuskrip autograph tersebut terjaga tetap murni sehingga kita saat ini dapat memiliki Alkitab dalam bentuk yang otentik atau absah. Kitab yang otentik atau absah adalah kitab yang isinya sepenuhnya. 

Jika keaslian (autograph) Alkitab berhubungan dengan kepenulisan Alkitab, maka keabsahan (otentisitas) Alkitab berkaitan dengan kebenaran isinya. Dengan demikian Alkitab yang kita miliki saat ini dapat dipercaya keakuratannya karena disalin secara absah dari naskah aslinya. 

Berdasarkan ilmu kritik tekstual maka keakuratan Alkitab terjemahan modern yang kita miliki saat ini dapat diandalkan. Perjanjian Baru yang telah direkontruksi (ditata ulang) berdasarkan naskah-naskah salinan yang ada menunjukkan keakuratannya berkisar antara 99,5 % dan Perjanjian Lama sedikit lebih rendah namun tetap berada di angka 90 %.

Karena itu para pembaca Alkitab versi terjemahan modern tidak perlu meragukan keakuratan versi terjemahan ataupun mencurigai Alkitab telah dipalsukan. Jadi sekali lagi perlu ditegaskan bahwa Alkitab yang kita miliki saat ini adalah salinan dari dokumen yang diilhami dan dijamin akurarasinya.

Karena itulah tentang hal ini Pengakuan Iman Wesminster (1925:I.8) menyatakan demikian, “Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani( (yang merupakan bahasa asli dari umat Allah terdahulu), dan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani (yang pada masa penulisan Perjanjian Baru merupakan bahasa yang paling dikenal oleh bangsa-bangsa), karena secara langsung diilhamkan oleh Allah, dan oleh pemeliharaan dan providensi Allah sendiri dijaga agar tetap murni di segala masa, maka dengan demikian adalah otentik; sehingga di dalam semua kontroversi agama, gereja pada akhirnya harus mengacu pada kitab-kitab Perjanjian ini.


Tetapi karena bahasa-bahasa asli ini tidak dikenal oleh semua umat Allah sekarang, yang memiliki hak, dan berkepentingan terhadap Alkitab, dan yang diperintahkan untuk membaca dan meneliti Alkitab tersebut di dalam takut akan Allah, maka Alkitab tersebut harus diterjemahkan ke dalam bahasa ibu dari setiap bangsa yang menggunakan Alkitab, agar dengan firman Allah yang diam secara berlimpah di dalam semuanya, mereka boleh beribadah kepada-Nya dengan cara diperkenan, dan melalui kesabaran dan penghiburan dari Alkitab, mereka bisa memiliki pengharapan”. 

Jadi ada lima hal yang dibicarakan dalam bagian Pengakuan Iman ini, yaitu : (1) Bahasa-bahasa asli yang dipakai dalam penulisan Alkitab autograph adalah bahasa Ibrani dan Yunani; (2) bahwa hanya manuskrip autograph yang diilhamkan Allah; (3) bahwa otoritas tertinggi hanya terdapat di dalam teks-teks autograph saja; (4) bahwa Allah telah memelihara teks ini dalam kondisi yang murni secara esensial; (5) bahwa teks ini harus diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain untuk memberi manfaat bagi semua orang.

PARADOKSI BUKAN KONTRADIKSI 

Seberapa jauh Alkitab dapat dipercaya? Hal ini telah menjadi salah satu masalah besar di abad ini. Apakah Alkitab tidak dapat keliru (inerransi) dan tidak dapat salah (infalibilitas)? Para kritikus selama berabad-abad khusus pada masa pencerahan dan pasca pencerahan telah menganggap Kekristenan sebagai agama yang tidak masuk akal (irasional) karena kepercayaan pada Alkitab yang dianggap banyak mengandung kesalahan dan kontradiktif. 

Terhadap dari mereka yang menganggap bahwa Alkitab mengandung kesalahan dan kekeliruan sehingga orang Kristen dituduh mempercayai Kitab yang kontradiktif (suatu kepercayaan yang tidak masuk akal), maka orang Kristen telah melakukan pembelaan bahwa apa yang dituduhkan itu tidak benar. Alkitab adalah wahyu Allah kepada manusia yang berisi pernyataan-penyataan tentang Allah dalam relasinya dengan manusia. Atas dasar apakah kita dapat mempercayai bahwa Alkitab adalah firman Allah yang hidup yang menjadi standar moral dan kelakuan orang Kristen ?

Kekristenan Injil Konservatif mengakui inerransi dan infabilitas Alkitab. Inerransi Alkitab berarti bahwa Alkitab tidak mengandung kekeliruan, sedangkan infalibilitas berarti Alkitab bebas dari kecenderungan melakukan kesalahan. Karena Alkitab diispirasikan oleh Allah, maka Alkitab tidak dapat salah atau tidak memiliki kekeliruan. 

Ketidakkeliruan Alkitab berarti bahwa Alkitab hanya mengatakan yang benar. Alkitab dalam naskah aslinya apabila ditafsirkan dengan benar akan nyata sepenuhnya benar dalam setiap pengajarannya, baik pengajaran yang berkaitan dengan doktrin, sejarah, ilmu pengetahuan, geografi, geologi, arkeologi, fililogi atau disiplin lain dan pengetahuan lainnya. Dengan demikian Alkitab itu memiliki kredibilitas. Kredibilitas berarti dapat dipercaya. Sebuah buku dianggap dapat dipercaya jika ia benar secara keseluruhan sehingga dapat dijadikan sebagai pegangan dan pedoman hidup.

Apa yang dianggap kesalahan dan kontradiksi oleh para kritikus sebenarnya adalah kesulitan, misteri dan paradoksi. Kontradiksi tidak dapat dijelaskan dan melanggar hukum logika, tetapi kesulitan, misteri dan paradoksi tidak melanggar hukum logika. Kesulitan bisa dicari solusinya. Misteri adalah hal-hal yang belum ditemukan jawabannya tetapi suatu saat pada masa yang akan datang akan disingkapkan dan ditemukan jawabannya. 

Paradoksi bukanlah kontradiksi! Kontradiksi tidak dapat dijelaskan, sedangkan paradoksi dapat dijelaskan. Paradoksi sepertinya bertentangan tetapi bila dicermati maka akan ditemukan penjelasannya. Karena itu Augustinus memberikan pernyataan yang tegas mengenai situasi ini,

 “Jika kita bingung karena adanya hal-hal yang kelihatannya bertolak belakang di dalam Alkitab, kita tidak boleh berkata, pengarang kitab ini salah, tetapi bisa jadi (1) manuskrip atau salinan naskah kunonya yang cacat, atau (2) penerjemahannya keliru, atau (3) kita memang belum mengerti”.

Kematian Yudas misalnya, apakah karena gantung diri ataukah karena jatuh tertelungkup? Merupakan satu contoh dalam Perjanjian Baru yang oleh para kritikus dianggap sebagai kesalahan dan kontradiksi Alkitab, padahal sebenarnya adalah kesulitan, misteri dan paradoksi. Injil Matius 27:5 menyebutkan bahwa kematian Yudas itu disebabkan karena ia gantung diri. Sedangkan Lukas dalam Kisah Para Rasul 1:18 menulis bahwa kematian Yudas disebabkan karena ia jatuh tertelungkup, perutnya terbelah dan semua isi perutnya tertumpah keluar. Para kritikus menuduh mana yang benar, dan menyatakan bahwa ini kontradiksi. 

Kekristenan menjawab bahwa ini adalah paradoksi yang bisa dijelaskan karena kedua laporan penulis Kitab itu benar adanya. Yudas memang gantung diri, kemudian oleh sesuatu hal talinya putus, ia jatuh tertelungkup, perutnya terbelah dan isi perutnya semuanya keluar. Kedua kisah kematian Yudas ini saling melengkapi satu sama lain. 

Kisah ini akan semakin dipahami apabila kita mempelajari lokasi Hakal Dama di lembah Hinnom. Yudas “menggantungkan dirinya (Matius 27:5). Tepatnya ditepi tebing Lembah Ben Hinnom, “… lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah keluar” (Kisah Para Rasul 1:18). 

Jadi kedua kisah tersebut tidak bertentangan Karena Matius menjelaskan “cara matinya” sedangkan Lukas menjelaskan “keadaan ketika Yudas mati”. Tetapi masalah dalam kisah kematian Yudas ini belum selesai, sebab dalam Matius 27:6-7 disebutkan bahwa para imam yang membeli tanah hakal dama itu; sedangkan menurut Kisah Para Rasul 1:18 menyebutkan bahwa Yudaslah yang membeli tanah tersebut. Dari kedua laporan tersebut, mana yang benar ? sekali lagi Alkitab oleh para kritikus dituduh kontradiksi. 

Sebenarnya tidak kontradiksi tetapi hanya paradoksi, dan ini bisa dijelaskan. Jadi kedua laporan itu benar adanya, yaitu bahwa para imam membeli tanah tersebut atas nama Yudas (sertifikat hak milik Yudas). Hal ini masuk akal, karena kata yang diterjemahkan dengan “membeli” dalam kedua ayat tersebut merupakan kata yang berbeda. Matius 27:7 menggunakan kata “egorazon” yang berarti “membeli secara transaksional, sedang Lukas dalam Kisah Para Rasul 1:18 menggunakan kata “ektesato” lebih bermakna kata sindiran yang bukan transaksional. 

Kata sindiran dalam Kisah Para Rasul 1:18 ini sesuai apabila dihubungkan dengan ungkapan “upah pengkhianatanya yang jahat”. Karena itu lebih tepat kata “ektesato” tersebut diterjemahkan dengan “mendapatkan”. https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post