5 CIRI GEREJA YANG SEJATI (KISAH PARA RASUL 2:41-47)
gadget, otomotif, bisnis |
1. GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG BERTOBAT
b.Tujuan pertobatan
2. GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG LAHIR DAN BERTUMBUH DALAM FIRMAN TUHAN.
3. GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG BERDOA.
Kita akan melihat ada 4 pelajaran menarik dari doa jemaat mula-mula ini :
I. MEREKA TIDAK MULAI DENGAN MENCERITAKAN KESUKARAN MEREKA, TETAPI DENGAN MENYADARI DAN MENGAKUI ALLAH SEBAGAI PENCIPTA.Mereka jelas berada dalam kesulitan dan karena itu mereka berdoa kepada Tuhan. Tetapi perhatikan bagaimana doa mereka. Ayat 24b : "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Jadi doa mereka bukan dimulai dengan menceritakan segala persoalan mereka, masalah mereka, tantangan yang mereka hadapi. Mereka justru memulai doa mereka dengan menyebut Tuhan sebagai pencipta langit, bumi, laut dan segala isinya. Bandingkan ini dengan doa raja Hizkia dalam 2Raja-raja 19:15-dst : (15) Hizkia berdoa di hadapan TUHAN dengan berkata: "Ya TUHAN, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi. (16) Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, dan dengarlah; bukalah mata-Mu, ya TUHAN, dan lihatlah; …..” Hizkia memulai doa dengan memuji kebesaran Tuhan dan bukannya menceritakan masalah yang dihadapi. Perhatikan bahwa prinsip yang sama juga ada dalam doa Bapa Kami. Doa Bapa Kami tidak langsung dimulai dengan sebuah permintaan melainkan sebuah ungkapan yang meninggikan Bapa di surga yang dimulai dari ayat 9-10 sedangkan permintaan baru disampaikan dalam ayat 11. Matius 6:9 dst – (9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, (10) datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. (11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”. Ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan khususnya pada waktu kita berdoa untuk kesukaran kita. Kalau kita memulai doa kita dengan menceritakan betapa besar kesukaran kita, maka besar kemungkinan bahwa isi doa itu sendiri akan melemahkan iman kita, membuat kita kecil hati, putus asa, dsb. Tetapi kalau kita memulai doa kita dengan menyatakan kemahakuasaan Allah sebagai pencipta, maka kata-kata itu sendiri akan menguatkan iman kita, setelah itu barulah kita menyatakan permintaan kita dan kita akan bisa lebih mempunyai iman pada saat menaikkan permintaan itu.
Banyak orang tidak menyadari hal ini. Itulah sebabnya mereka memulai doanya dengan langsung menceritakan kesukaran mereka. Misalnya kalau mau membangun sebuah gedung gereja, bukannya mereka memulai dengan memikirkan kemahakuasaan Allah tapi mulai dengan mengeluh harga gedung/tanah yang sangat mahal sedangkan modal hanya sedikit. Misalnya kalau berada dalam keadaan sakit berat, bukannya memulai dengan memikirkan kemahakuasaan Allah tapi dengan menceritakan betapa beratnya penyakit itu, dan bahwa dokter sudah angkat tangan, dsb. Misalnya kalau ada problem ekonomi, bukannya memulai dengan memikirkan kemahakuasaan Allah tapi dengan menceritakan betapa banyak hutang dan betapa banyaknya problem dalam pekerjaan, dsb. Inilah yang terjadi! Tetapi doa jemaat mula-mula ini haruslah menjadi teladan bagi kita. Jika kita ingin mendoakan persoalan-persoalan kita, pelayanan kita, dll, mulailah dengan melihat Allah sebagai Allah yang mahakuasa. Karena Allah adalah Allah yang mahakuasa maka tidak ada yang mustahil bagi Dia. Setelah itu barulah kita ungkapkan semua persoalan dan pergumulan kita. Hal ini akan memberikan keyakinan iman yang besar kepada kita karena kita akan memandang semua persoalan kita, masalah kita, penyakit kita, tantangan hidup kita dari kaca mata Allah.
II. MEREKA MEMANDANG PADA RENCANA ALLAH DAN PELAKSANAANNYA (PROVIDENCE OF GOD)
Selain apa yang disebutkan dalam bagian pertama, jemaat mula-mula juga berdoa dengan memandang rencana dan providensia Allah. Dari mana kita bisa melihat hal ini? Ada beberapa hal yang menunjukkan ini.
Pertama, dalam ayat mereka menyapa Allah dengan sapaan ‘Ya Tuhan’. Kis 4:24 : Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Alkitab KJV/NASB menyebutnya “Lord” (= Tuhan). Tapi dalam bahasa Yunani kata yang digunakan bukan “KURIOS” melainkan “DESPOTES” yang lebih tepat diterjemahkan “Tuhan Yang Berdaulat”. Perhatikan terjemahan NIV : When they heard this, they raised their voices together in prayer to God. "Sovereign Lord,(Tuhan Yang Berdaulat)" they said, "you made the heaven and the earth and the sea, and everything in them” dan juga RSV: And when they heard it, they lifted their voices together to God and said, "Sovereign Lord, (Tuhan Yang Berdaulat), who didst make the heaven and the earth and the sea and everything in them. “Sovereign” (berdaulat) jelas menunjukkan kepada otoritas atau kuasa. Jadi waktu berdoa, mereka percaya kepada otoritas, kuasa dan kedaulatan Tuhan dalam memerintah seluruh alam semesta, di mana Ia tidak tergantung oleh siapapun / apapun di luar diriNya.
Kedua, mereka menyebut Allah sebagai pencipta. Kisah Para Rasul 4:24 : Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah merea bersama-sama kepada Allah, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Kalau Allah adalah pencipta, Allah pasti menguasai dan mengatur ciptaanNya itu dan dengan demikian segala ciptaanNya tergantung kepada Dia!
Ketiga, Apa yang dikatakan dalam ayat 27-28 jelas menunjukkan bahwa mereka percaya pada rencana Allah dan Providensi-Nya! Kisah Para Rasul 4:27-28 - Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu. Perhatikan bahwa dalam doa mereka, mereka katakan bahwa apa yang dilakukan oleh Herodes, Pilatus dan bangsa Israel kepada Yesus sebenarnya hanyalah pelaksanaan dari ketentuan yang telah ditetapkan Tuhan. Inilah yang disebut sebagai Providence of God. Orang-orang itu (Herodes dan Pontius Pilatus) berbuat dosa pada waktu mereka membunuh Yesus, tetapi dengan itu mereka sebenarnya telah melaksanakan rencana Allah. Ini tentu tidak bisa diartikan bahwa mereka mentaati Allah. Mereka melakukan dosa dengan tujuan / motivasi yang berbeda! Allah merencanakan kematian Yesus untuk menebus dosa manusia. Mereka membunuh Yesus bukan supaya Yesus menjadi penebus dosa! Karena itu meskipun rencana Allah terlaksana, orang-orang itu tetap berdosa dan harus bertanggung jawab atas dosa mereka. Ayat 6 berkata ‘kuasa dan kehendakMu’. Dalam NIV disebut ‘Your power and will’ (= kuasa dan kehendakMu). NASB : ‘thy hand and thy purpose’ (= tanganMu dan rencanaMu). Dan RSV : ‘thy hand and thy plan’ (= tanganMu dan rencanaMu). Lukas menambahkan kata ‘hand / tangan’ untuk menunjukkan bahwa segala sesuatu terjadi tidak hanya karena adanya rencana Allah, tetapi juga karena adanya tangan / kuasa Allah yang mengatur semua itu. Inilah Providence of God. Dan jemaat mula-mula berdoa dengan kesadaran penuh akan hal ini.
Kepercayaan pada rencana Allah dan pelaksanaannya (Providence of God) adalah sesuatu yang sangat penting pada waktu kita menghadapi problem! Kalau kita menganggap bahwa segala sesuatu (atau hal-hal tertentu) terjadi secara kebetulan, maka kita pasti akan kuatir. Tapi, kalau kita percaya bahwa segala sesuatu bisa terjadi hanya kalau Allah sudah menentukan dan menggunakan kuasaNya untuk melaksanakan ketentuanNya, maka kita tidak akan kuatir karena kita tahu bahwa segala sesuatu ada dalam genggaman Allah yang mengasihi kita sebagaimana kata Roma 8:28 : “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”. Jemaat abad pertama itu percaya pada rencana Allah dan pelaksanaannya (Providence of God) sehingga mereka punya keyakinan yang besar dalam kesukaran. Kitapun harus memiliki kesadaran semacam ini pada saat kita berdoa bahwa tidak ada satupun hal yang terjadi di luar kehendak dan penetapan dari Tuhan. Karena itu pada saat kita berdoa, kita perlu berdoa dengan tekun dan meminta dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan tetapi kita harus menerima bahwa pada akhirnya ketetapan Tuhanlah yang harus terjadi. Kita tidak boleh memaksa Tuhan dalam doa untuk mengikuti maunya kita. Ingat kata-kata dalam doa Bapa Kami : “Jadilah kehendakMu” dan juga doa Tuhan Yesus di taman Getsemani “tetapi jangan kehendakku melainkan kehendakMu jadilah”
III. MEREKA MENGINGAT / MENGUTIP FIRMAN TUHAN DALAM DOA
Hal menarik lainnya dalam doa jemaat mula-mula ini adalah dalam doa mereka, mereka mengutip Firman Tuhan. Ini nampak dalam ayat 25-26 : Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya. Kata-kata dalam ayat 25-26 ini sebenarnya dikutip dari Mazmur 2:1-2. Jadi mereka mengutip Mazmur dalam doa mereka. Mereka mengutip ayat dalam doa bukan untuk ‘pamer ayat hafalan’ atau untuk ‘berkhotbah dalam doa’ melainkan untuk menguatkan keyakinan dalam doa, atau untuk mengklaim janji Tuhan. Dalam bagian ini jemaat abad pertama menganggap bahwa ay 27-28 merupakan penggenapan nubuat Maz 2:1-2.
Ini sesuatu yang penting! Dalam hidup kita, kita harus bisa melihat hal-hal di sekeliling kita sebagai penggenapan Firman Tuhan. Itu bisa menguatkan iman kita. Misalnya kalau dalam hidup ini kita mengalami banyak problem dalam mengikut Yesus, maka sebenarnya itu hanyalah penggenapan dari Markus 13:13 yang berbunyi : Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat" dan 2 Timotius 3:12 : Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya”. Adanya begitu banyak nabi palsu dalam gereja saat ini seperti aliran Saksi-Saksi Yehuwa, Unitarianisme (Frans Donald), dll sebenarnya hanya menggenapi Matius 24:11,24 : (11) Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. (24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga’. Juga zaman ini jarang ada orang senang dengan Firman Tuhan yang sungguh-sungguh (bukan yang banyak dongeng / kesaksian / leluconnya, tetapi yang betul-betul membahas Firman Tuhan / Kitab Suci). Ini sebenarnya menggenapi 2 Timotius 4:3-4 : Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Jadi kalau kita hanya melihat hal-hal yang terjadi itu saja, kita akan menjadi susah. Tetapi kalau kita bisa melihatnya sebagai penggenapan Firman Tuhan, kita dikuatkan karena kita bisa makin yakin bahwa Alkitab memang adalah Firman Tuhan yang benar! Marilah kita mendoakan semua pergumulan kita (pribadi, bangsa, gereja, dll) dengan kesadaran penuh bahwa semua yang dikatakan Firman Tuhan sementara digenapi.
IV. MEREKA MATI TERHADAP DIRI SENDIRI.
Hal terakhir yang bisa kita catat dari doa gereja perdana ini adalah bahwa mereka telah mati terhadap diri sendiri. Perhatikan bahwa dalam doa itu, jemaat abad pertama ini tidak meminta supaya mereka dibebaskan dari problem, dan bahkan mereka sama sekali tidak meminta perlindungan dari Tuhan terhadap ancaman orang-orang Yahudi (permintaan ini mungkin ada tetapi secara implicit). Jelas bahwa mereka tidak peduli pada diri mereka sendiri! Yang mereka minta adalah : Pertama, keberanian untuk memberitakan Firman Tuhan. Kisah Para Rasul 4:29 - Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Mereka minta keberanian untuk rasul-rasul yang baru saja menunjukkan keberanian mereka (Kis 4:13). Ini jelas menunjukkan bahwa mereka sadar bahwa tadi rasul-rasul itu bisa berani karena Tuhan memberikan keberanian. Karena itu mereka minta keberanian lagi, supaya rasul-rasul itu tetap berani. Kedua, kuasa untuk melakukan mujizat. Kisah Para Rasul 4:30 - Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus." Perhatikan bahwa dua hal yang mereka minta ini justru adalah hal-hal yang menyebabkan mereka mendapatkan kesukaran (Kis 3). Tetapi sekarang mereka justru meminta 2 hal itu lagi! Ini betul-betul menunjukkan bahwa mereka memang mati bagi diri sendiri dan hidup bagi Tuhan! Ini adalah sikap yang penting dalam doa! Banyak orang berdoa dengan sikap yang egois. Mereka tidak berdoa untuk kemuliaan Tuhan tetapi untuk kesenangan diri sendiri! Bagaimana dengan saudara? Dengan sikap bagaimana saudara berdoa?
4. GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG BERSAKSI DAN MEMBERITAKAN INJIL”.
Kisah Para Rasul
Kata “Injil” sendiri berasal dari kata Yunani “Euanggelion” yang artinya kabar baik. Jadi dalam penggunaan mula-mula, semua kabar baik sebenarnya dapat disebut sebagai Injil. Kabar tentang kesembuhan adalah Injil. Kabar tentang keuntungan adalah Injil. Pokoknya semua kabar baik adalah Injil. Tapi lama kelamaan kata Injil ini mengalami penyempitan makna sehingga Injil secara eksklusif diartikan sebagai kabar baik tentang Yesus Kristus. Inilah penginjilan. Gereja mula-mula adalah gereja yang memberikan tekanan yang sangat kuat atau sangat memprioritaskan pemberitaan Injil. Setiap kesempatan adalah kesempatan untuk bersaksi dan memberitakan Injil.
5. GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG MENGASIHI
Dalam Kisah Para Rasul 2:44-45 dikatakan : Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Kis 4:32, 34-37 : (32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (34) Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.Perhatikan cara hidup jemaat mula-mula ini. Dikatakan bahwa “kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama”, “ada yang menjual harta dan membagikannya kepada semua orang”, “tidak ada dari antara mereka yang berkekurangan” dan kalimat-kalimat sejenisnya. Dari sini kita dapat simpulkan cara hidup jemaat mula-mula ini dengan satu kalimat bahwa jemaat mula-mula itu hidup saling mengasihi. Jadi, “GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG MENGASIHI”.
Kita akan menyoroti lebih dalam kehidupan jemaat mula-mula yang saling mengasihi ini.
I. MEREKA MENGASIHI DENGAN TINDAKAN NYATA
Ketika kita membaca Alkitab maka kita akan temukan bahwa “kasih” selalu diwujudkan dengan sebuah tindakan. Contoh :
Ulangan 4:37 : Karena Ia mengasihi nenek moyangmu dan memilih keturunan mereka, maka Ia sendiri telah membawa engkau keluar dari Mesir dengan kekuatan-Nya yang besar
Dikatakan bahwa Allah mengasihi nenek moyang Israel. Dan tindakanNya adalah membawa mereka keluar dari Mesir.
Yohanes 3:16 : Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Allah begitu mengasihi dunia. Maka tindakanNya adalah mengaruniakan AnakNya yang tunggal bagi dunia.
Roma 5:8 : Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Kejadian 37:3 : Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia.
Yakub mengasihi Yusuf dan tindakannya adalah membuat jubah yang mahal bagi dia.
Lukas 7:5 - sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami."
Perwira dalam ayat ini dikatakan bahwa dia mengasihi bangsa Israel. Dan tindakannya adalah menanggung pembangunan rumah ibadat Israel.
Yohanes 21:16 : Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Ketika Petrus mengatakan bahwa ia mengasihi Yesus, maka Yesus menuntut sebuah tindakan yakni menggembalakan domba-dombaNya.
Karena itu ada ayat-ayat yang secara eksplisit mengaitkan kasih dan tindakan seperti Ulangan 11:1 - "Haruslah engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang pada segala ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya” dan juga Yohanes 14:15 : "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Dengan demikian, kasih barulah disebut kasih jika ada tindakan yang nyata. Tanpa tindakan, kasih sesungguhnya bukanlah kasih.
Ada sekelompok pemuda gereja yang mengadakan acara retreat di dekat areal air terjun. Topik yang mereka bahas adalah hal mengasihi. Pemimpin kelompok itu meminta masing-masing orang untuk memberikan pendapatnya tentang apa itu kasih. Hampir semua orang mengemukakan pendapatnya tentang apa itu kasih. Anehnya, ada seorang pemuda yang rupanya sangat pemalu sehingga dari awal hingga akhir ia sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia tidak memberikan / mengemukakan definisi kasih menurutnya. Walau didesak, tetap ia tak menjawab sepatah kata pun. Tiba-tiba dari kejatuhan terdengar suara “tolong….tolong….tolong…”. Mereka semua berlarian ke arah suara itu dan ternyata ada seorang anak yang jatuh ke dalam air terjun itu. dibutuhkan seseorang untuk dapat menyelamatkannya. Sekonyong-konyong pemuda tadi yang terdiam selama diskusi tentang kasih melepaskan bajunya dan meloncat ke dalam air terjun itu dan menyelamatkan orang yang tenggelam itu sedangkan semua temannya yang tadi memberikan definisi kasih secara panjang lebar tak berani melakukan apa pun. Nah, dari cerita ini, yang manakah di antara mereka yang sebenarnya adalah orang yang mengasihi? Jelas adalah si pemuda pendiam tadi. Kasihnya tidak dinyatakan dalam bentuk rumusan dan definisi tetapi dengan tindakan yang nyata.
Dalam cerita orang Samaria yang murah hati, kita juga melihat contoh nyata di sana. Ketika imam dan orang Lewi melihat orang yang dirampok itu, mereka tidak menolong tetapi melewatinya dari seberang jalan. Lukas 10:31-32 : Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Imam dan orang Lewi mungkin banyak berteori tentang kasih tetapi mereka tidak mewujudkannya dengan tindakan nyata. Sedangkan orang Samaria yang murah hati itu, ia mewujudkan kasihnya dengan tindakan-tindakan yang nyata. Lukas 10:33-34 : Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Sekarang perhatikan bagaimana kehidupan jemaat mula-mula. Kisah Para Rasul 2:44-45 : Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Kis 4:32, 34-37 : (32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (34) Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Jadi mereka mengasihi dengan sebuah tindakan nyata. Atau dengan kata lain mereka mengasihi dengan tindakan dan bukan hanya dengan kata-kata.
Kasih bukan hanya ketika kita tersenyum kepada orang lain dan mengatakan “aku mengasihimu”. Kasih bukan hanya ketika kita menyanyi “Kukasihi kau dengan kasih Tuhan”. Renungkan ini! Kalau engkau mengasihi suami/isterimu, apa yang sudah engkau lakukan bagi mereka? Kalau engkau mengasihi anak-anak/orang tuamu, apa yang sudah engkau lakukan bagi mereka? Kalau engkau mengasihi sahabat-sahabatmu, apa yang sudah engkau lakukan bagi mereka? Bahkan kalau engkau mengasihi Tuhan, apa yang sudah engkau lakukan bagi Tuhan? Ingat, kasih adalah tindakan. 1 Yoh 3:18 : Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Marilah kita menyatakan kasih kita kepada orang-orang yang kita kasihi, bukan dengan kata-kata saja tapi dengan tindakan/perbuatan.
II. MEREKA MENGASIHI DENGAN CARA MEM-PERHATIKAN KEBUTUHAN ORANG LAIN
Perhatikan sekali lagi tentang cara hidup gereja perdana ini. Kis 2:44-45 : Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Kis 4:32, 34-37 : (32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (34) Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Kata-kata yang saya garis bawahi di atas tidak berarti bahwa Alkitab merestui komunisme! Komunisme berkata “punyamu adalah punyaku”, “milikmu adalah milikku”, uangmu adalah uangku, isterimu adalah isteriku”, dll. Kata-kata ini juga tidak berarti bahwa semua orang menumpuk harta menjadi satu dan semua orang boleh menggunakan semaunya. Kata-kata ini hanya menunjukkan bahwa mereka yang berkelebihan, mau menolong mereka yang kekurangan. Ds. v.d. Brink mengatakan : Yang ditekankan ialah sifat kerelaan dalam tolong menolong. Pula di sini ternyata bahwa hal mempunyai milik itu tidak dihapuskan begitu saja. Tidak disinggung tentang sistem memberikan segala kepunyaan kepada persekutuan, juga tidak tentang pembagian merata segala milik antara tiap pribadi dalam persekutuan ini. Tetapi ada pembagian milik menurut kebutuhan masing-masing. Dan untuk itu masing-masing yang dapat memberi, memberikannya kepada para rasul, agar mereka dalam nama Yesus, Tuhannya akan memberikan terus kepada yang membutuhkannya. Dalam Wycliffe Bible Commentary dikatakan : “…suatu rasa bersatu yang termanifestasikan dalam saling membagi kekayaan materi. Untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Kristen yang miskin, orang-orang percaya yang lebih kaya menjual tanah atau rumah mereka lalu mempersembahkan uang itu untuk dipakai bagi kesejahteraan bersama. Para rasul mengawasi pelayanan kasih ini yang dilaksanakan bukan berdasarkan azas kesetaraan, tetapi pada azas kebutuhan pribadi”. Inilah yang terjadi dalam jemaat mula-mula. Orang-orang kaya menjual rumah dan tanah untuk membantu orang miskin. Luar biasanya adalah bahwa hal semacam itu bukanlah suatu keharusan. Tidak ada perintah dari rasul supaya mereka menjual rumah dan tanah untuk menolong orang miskin. Tetapi mereka toh melakukan hal itu! Bahwa hal ini bukanlah keharusan nampak dari Kis 5:4 : Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu?...” Jemaat perdana ini betul-betul bebas dari sifat kikir, pelit dan tamak. Bagaimana dengan saudara?
Jadi jemaat mula-mula ini menyatakan kasih mereka dengan cara memperhatikan kebutuhan orang lain/miskin di sekitar mereka. Keadaan sekitar kita sering membentuk kita menjadi orang egois yang tidak peduli penderitaan orang lain, dan ini menyebabkan pada waktu kita membaca ayat-ayat ini kita bahkan merasa bahwa ini merupakan tindakan yang ekstrim, padahal itu adalah tindakan kasih! Banyak orang menganggap lawan dari ‘kasih’ adalah ‘benci’. Ini tidak sepenuhnya benar. Lawan kata dari ‘kasih’ adalah ‘selfishness / egoisme’. Ini terlihat dari 1Korintus 13:4-5 : “Kasih ... tidak mencari keuntungan diri sendiri ...” dan juga dari Galatia 5:22-23 yang menyebutkan 9 hal yang merupakan buah Roh di mana yang pertama adalah kasih, sedangkan Galatia 5:19-21 menyebutkan sederetan hal yang merupakan perbuatan daging (kontras dengan buah Roh), dan salah satu di antaranya adalah ‘kepentingan diri sendiri’ (Galatia 5:20).
Pada jemaat abad pertama, tidak ada egoisme (Kisah Para Rasul 2: 32b). Ini menunjukkan bahwa mereka betul-betul penuh dengan kasih! Saling mengasihi dan membuang egoisme memang adalah perintah Kitab Suci yang harus ditaati oleh semua orang kristen. Filipi 2:3-4 : dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Ada cerita menarik tentang dua orang petani yang bersahabat. Yang seorang adalah petani yang berhasil dan kaya, memiliki rumah yang besar, istri dan tiga orang anak, sedangkan yang satu lagi miskin dan kekurangan. Ia tinggal sendirian di gubuk reotnya. Suatu malam di atas tempat tidurnya si kaya berpikir : “betapa kasihannya teman saya. Ia mungkin kekurangan makanan karena panennya gagal kali ini. Ia pasti kesepian di gubuknya seorang diri. Alangkah baiknya aku mengantarkan sejumlah beras untuknya agar ia mempunyai persediaan makanan yang cukup”. Lalu malam itu pula berangkatlah ia mengantarkan beras ke rumah temannya yang miskin itu.
Pada malam yang sama itu pula si miskin berpikir di atas tempat tidurnya. “Kasihan teman saya. Ia mempunyai banyak beban. Ia harus bertanggung jawab menghidupi istri dan anak-anaknya, bahkan pembantu-pembantunya. Tentu kebutuhannya lebih banyak dari kebutuhanku yang seorang diri ini. Alangkah baiknya sedikit beras yang kumiliki ini kuantarkan ke rumahnya agar dapat menolongnya”. Maka berangkatlah si miskin mengantar beras ke rumah temannya si kaya. Di tengah jalan berjumpalah mereka, dan mereka saling menceritakan pikiran serta tujuannya masing-masing, maka berpelukanlah mereka sambil menangis karena merasakan kasih yang sungguh-sungguh tulus di antara mereka.
Apakah pada saudara ada kasih atau ada egoisme? Pada waktu makan bersama, apakah saudara memikirkan orang lain? Atau saudara mengambil makanan tanpa mempedulikan apakah yang lain akan kebagian atau tidak? (Bdk. 1Korintus 11:20-22). Kalau ada saudara seiman yang menderita (sakit, miskin, problem keluarga, musibah, dsb), apakah saudara peduli atau acuh tak acuh? Ingat, Tuhan berjanji memberikan berkat bagi orang yang memperhatikan orang miskin tapi mengutuk orang yang tak peduli dengan orang miskin. Amsal 28:27 : Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki.
Satu hal yang menarik adalah bahwa tidak ada catatan sama sekali kalau jemaat mula-mula ini berdoa bagi orang miskin (tentu ini tidak berarti bahwa mendoakan orang miskin itu salah). Yang dicatat adalah mereka menolong orang miskin. Ini berbeda dengan banyak gereja zaman sekarang yang rajin mendoakan orang-orang miskin, orang sakit, orang susah, orang kekurangan, dll dalam doa syafaat mereka tapi lebih suka menabung uang di bank daripada menolong orang-orang tersebut. Dalam buku “Isu-Isu Global” yang ditulis oleh John Stott ada cerita tentang seorang janda miskin yang setiap kali mengalami kesulitan selalu datang kepada seorang pendeta dan memohon pertolongan tetapi setiap kali itu tetap ia tidak mendapatkan pertolongan sama sekali dari pendeta itu dengan berbagai alasan. Akhirnya suatu hari janda miskin ini menulis sebuah surat dan dikirimkan kepada pendeta itu. Surat itu berbunyi demikian : ‘Aku kelaparan dan anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparanku. Aku terpenjara dan anda menyelinap ke Kapel dan berdoa untuk kebebasanku. Aku telanjang dan anda mempertanyakan dalam hati kelayakan penampilanku. Aku sakit dan anda berlutut mengucap syukur atas kesehatan anda. Aku tidak mempunyai tempat berteduh dan anda berkhotbah kepadaku tentang kasih Allah sebagai tempat berteduh spiritual. Aku kesepian dan anda meninggalkanku untuk berdoa bagiku. Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat dengan Allah tetapi aku tetap amat lapar, amat dingin dan amat kesepian. Bagi saya, ini adalah sebuah protes terhadap kasih yang tanpa perbuatan, kasih yang hanya kata-kata saja. “Talk only, no actions”! Hal ini harus disadari oleh gereja yang tidak pernah memperhatikan orang-orang miskin di sekitarnya sedangkan mereka begitu bangga dengan jumlah tabungan mereka di bank yang mencapai ratusan juta bahkan milyaran rupiah.
Ang Tek Kun dalam buku puisinya “Wings of Love” menulis sebuah puisi indah dengan judul “Moment Kasih Sayang”. Puisi ini berbunyi demikian :
“Aku ingin mempersembahkan sekeranjang bunga tercantik untuk-Mu sebagai ungkapan aku mengasihi-Mu tapi engkau menolaknya : “Berikanlah bagi janda-janda miskin, karena demikianlah Aku ingin dikasihi”
Aku ingin membeli sekotak cokelat termanis untuk-Mu sebagai bahasa aku mencintai-Mu tapi Engkau menolaknya :“Berikan bagi anak-anak jalanan, karena demikianlah Aku ingin dicintai”
Aku ingin menyediakan makan malam tersyahdu untuk-Mu sebagai pertanda penuh perhatian tapi Engkau menolaknya : “Ajaklah kaum papa bersamamu karena demikian Aku ingin diperhatikan”
Bandingkan ini dengan kata-kata dalam 1 Yohanes 3:17 : Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Maukah saudara memperhatikan orang-orang miskin di sekitar saudara ?
III. MEREKA MENGASIHI DENGAN KETULUSAN HATI
Tidak ada pernyataan eksplisit bahwa dalam hal menolong sesama, jemaat mula-mula ini melakukan dengan tulus hati. Tapi kesan ketulusan sangat kuat dalam bagian ini. Dalam Kisah Para Rasul 2:44 dikatakan bahwa jemaat itu bersatu. Dalam Kisah Para Rasul 4:32 dikatakan bahwa mereka sehati dan sejiwa. Ketulusan yang saya maksudkan adalah bahwa dalam menolong sesamanya mereka tidak mengharapkan imbalan apa-apa. Tidak ada kesan sama sekali dari gambaran Kitab Suci tentang kehidupan mereka yang menyatakan adanya niat yang tidak benar dalam memberi pertolongan kepada sesama. Ini adalah hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam menolong orang lain.
Ada banyak orang yang pernah menolong orang lain tetapi motivasinya keliru. Ada yang ingin dipuji, ada yang ingin mendapat balasan, dll. Apalagi kalau menjelang Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) atau Pemilu (Pemilihan Umum) muncullah orang-orang tertentu yang penuh dengan kemurahan hati/ Lagak mereka seperti malaikat yang membawa berkat tetapi sesungguhnya ada udang di balik batu. Mereka melakukan tindakan-tindakan kasih seperti membagikan sembako, pengobatan gratis, bantuan keuangan, dll dengan mengharapkan bahwa orang-orang yang ditolong itu dapat memberikan suara bagi mereka di Pilkada atau Pemilu nanti. Ini jelas bukan kasih yang tulus tetapi kasih yang mengharapkan imbalan. Ada juga yang menolong orang lain tetapi sewaktu-waktu dapat mengungkit-ungkit pertolongan itu. Ini namanya pertolongan/kasih yang tidak tulus. Band. Matius 6:1-4 berkata : (1) "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. (2) Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. (3) Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. (4) Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." Bandingkan dengan bagaimana cara Yesus membuat mujizat air menjadi anggur di pesta kawin di Kana (Yoh 2). Ia menolong tanpa menonjolkan diriNya sehingga yang dipuji justru adalah mempelai laki-lakinya.
Saudara yang terkasih, berikanlah kasihmu dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan. Kalau kita mengasihi dan menolong dengan tulus maka upah kita akan datang dari Bapa di Sorga (Matius 6:4). Dalam Amsal 19:17 dikatakan bahwa : “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu. Dalam Alkitab Terjemahan Lama ayat ini berbunyi : “Barangsiapa yang mengasihani orang miskin, ia itu memberi pinjam kepada Tuhan, maka Tuhanpun akan membalas kebajikannya”. Bayangkan bahwa memberi kepada orang miskin sama dengan memberi pinjam kepada Tuhan. Kalau manusia meminjam pada saudara, ia bisa kabur tetapi Tuhan tentu tidak demikian. Karena itulah marilah kita dengan tulus menolong orang-orang miskin, susah, menderita di sekitar kita karena itu sama dengan kita melakukannya bagi Tuhan. Matius 25:34-40 berkata : (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”. Gereja yang sejati adalah “GEREJA YANG MENGASIHI”.