5 CIRI GEREJA YANG SEJATI (KISAH PARA RASUL 2:41-47)

Pdt. Esra Alfred Soru,MPdK.
4 CIRI GEREJA YANG SEJATI (KISAH PARA RASUL 2:41-47)
gadget, otomotif, bisnis

1.GEREJA YANG BERTOBAT
2.GEREJA YANG LAHIR DAN BERTUMBUH DALAM FIRMAN TUHAN
3.GEREJA YANG BERDOA
4.GEREJA YANG YANG BERSAKSI DAN MEMBERITAKAN INJIL
5.GEREJA YANG MENGSIHI

Kisah Para Rasul 2:41-47 : (Kisah Para Rasul 2:41) Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. (42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. (43) Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. (44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. (46) Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, (47) sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Melalui teks ini dan beberapa peristiwa dalam pasal-pasal selanjutnya memperlihatkan pada kita sejumlah ciri dari gereja yang sejati :

1. GEREJA  YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG BERTOBAT

a.Arti pertobatan dalam teks ini

Pertobatan itu berarti ‘perubahan pada pikiran’ (conversion of the mid). Jadi orang yang hanya berubah secara lahiriah (misalnya dulu tidak pergi ke gereja dan sekarang ke gereja), tetapi hati / pikirannya tidak berubah, tidak bisa dikatakan bahwa ia telah bertobat.

Berbicara tentang pertobatan maka di dalam Alkitab ada 2 arti dari pertobatan yakni :

a. Datang kepada Kristus, dan percaya / menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat. 

Pertobatan yang ini hanya bisa terjadi satu kali saja dalam hidup seseorang. Dengan bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat artinya mereka berubah pemikiran tentang Yesus.
Pertobatan ini sesuai dengan Kisah Para Rasul 2:38.

b. Pertobatan dari dosa-dosa setelah kita percaya. 

Ini harus terjadi terus menerus / berulang-ulang dalam sepanjang hidup orang Kristen mengingat kita sering jatuh bangun dalam dosa.

b.Tujuan pertobatan

Tujuan dari pertobatan yang dimaksud nampak dalam beberapa ayat berikut ini. Kisah Para Rasul 2:38 - Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Kisah Para Rasul 2:40 : Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini." Ayat 38 bicara tentang ‘pengampunan dosa’ dan ayat 40 bicara tentang ‘diselamatkan’. Keduanya berhubungan. Kalau dosa tidak diampuni, orang tidak bisa diselamatkan. Kalau dosa diampuni maka orangnya diselamatkan. Jadi dapat dikatakan bahwa tujuan pertobatan (menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat) adalah keselamatan jiwa kita dengan kata lain, kalau saudara tidak bertobat (percaya kepada Kristus) maka dosa saudara tidak diampuni. Kalau dosa saudara tidak diampuni maka saudara tidak akan diselamatkan dan kalau saudara tidak diselamatkan artinya saudara akan masuk neraka. Tidak peduli berapa banyak saudara berbuat baik/beramal. Tetap neraka !!! Mengapa? Karena Firman Tuhan mengajarkan bahwa kita diselamatkan bukan dengan perbuatan baik kita tapi hanya dengan iman kepada Kristus.

c. Penjelasan Gereja yang bertobat

Gereja yang sejati adalah gereja yang bertobat. Gereja yang berubah pengertian dan sikapnya terhadap Yesus. Gereja yang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Kalau ada gereja yang tidak seperti ini, itu adalah gereja yang palsu. Kalau ada orang Kristen yang tidak seperti ini, itu adalah orang Kristen palsu. Kalau ada majelis gereja yang tidak seperti ini, itu adalah majelis palsu. Kalau ada pendeta yang tidak seperti ini, itu adalah pendeta yang palsu.

Bagaimana sikap saudara terhadap Yesus? Kalau dahulu saudara membenci Yesus atau acuh tak acuh terhadap Yesus, apakah sekarang hati / pikiran saudara sudah berubah? Ada banyak orang yang hanya berubah sikap / pemikirannya tentang gereja (dulu anti gereja, sekarang pro gereja), tetapi sikap hatinya terhadap Yesus tidak berubah (tetap acuh tak acuh). Ini bukan pertobatan! Maukah anda yang belum berubah sikap terhadap Yesus, yang bersikap acuh tidak acuh terhadap Dia, yang tidak respek kepada Dia menyambut Dia sebagai Tuhan dan Juru selamat anda secara pribadi? Kecuali itu, anda bukan gereja/orang Kristen yang sejati! Demikian juga dalam pelayanan, kalau saudara memberitakan Injil, berusahalah bukan hanya sampai orang itu berubah sikap terhadap gereja, kekristenan ataupun Kitab Suci.

Berusahalah sampai orang itu berubah sikap terhadap Yesus! Berusahalah sampai orang itu percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Gereja yang sejati adalah gereja yang bertobat / menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Jikalau pertobatan ini tidak ada maka gereja itu adalah gereja yang palsu.

2. GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG LAHIR DAN BERTUMBUH DALAM FIRMAN TUHAN.

Gereja yang sejati bukan hanya gereja yang bertobat tetapi juga gereja yang lahir dan bertumbuh dalam Firman. Perhatikan bahwa sebelum terjadinya pertobatan massal dalam Kisah Para Rasul 2:41 ada 2 peristiwa yang menarik yakni ada mujizat di mana Roh Kudus turun ke atas murid-murid (Kisah Para Rasul 2:2-3) dan ada bahasa roh yang diucapkan oleh murid-murid (Kisah Para Rasul 2:4). Jadi ada 2 kejadian spektakuler/supranatural/mujizat. Lalu bagaimana reaksi orang banyak setelah melihat 2 peristiwa ajaib itu? Ada 2 reaksi :

Sebagian orang bingung

Kisah Para Rasul 2:6-7, 12 – (6) Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingungkarena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. (7) Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata:" Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? (12) Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya ini?"

Sebagian orang menghakimi/menyindir

Kisah Para Rasul  2:13 - Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis."

Menarik sekali, ada mujizat yang luar biasa dan ada orang yang bingung, ada orang yang menyindir. Tetapi tidak ada yang percaya dan bertobat. Perhatikan hal penting ini! Ada mukjizat spektakuler (lidah api turun dari langit dan bahasa roh) tapi hal itu tidak mendatangkan pertobatan/iman tapi kebingungan dan sindiran. Dan ada pemberitaan Firman Tuhan / khotbah Petrus yang menyebabkan pertobatan / iman (3000 orang bertobat dan menjadi gereja perdana). Itu berarti bahwa sebuah gereja seharusnya lahir karena mendengar Firman Tuhan dan bukan karena melihat mukjizat.

Ini ciri gereja yang sejati. Ia lahir karena mendengar Firman Tuhan dan bukan karena melihat mujizat. Ini juga sekaligus menunjukkan superioritas / keunggulan Firman Tuhan daripada mujizat di mana iman yang sejati itu lahir dari mendengar Firman Tuhan dan bukannya melihat mujizat.

Alkitab memperlihatkan banyak contoh di mana mujizat tidak bisa melahirkan iman yang sejati. Misalnya bangsa Israel yang banyak sekali melihat mujizat Tuhan (baik di PL maupun di PB) tetapi mayoritas mereka tidak pernah percaya / beriman secara sungguhsungguh.

Jadi benar bahwa iman yang sejati bukan lahir dari mujizat tetapi dari Firman Tuhan.

Roma 10:17 - Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.

Yohanes 20:31 - tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmumemperoleh hidup dalam nama-Nya.

Karena itu jangan menjadi orang Kristen yang gila/maniak mujizat. Mujizat tidak melahirkan iman yang sejati bahkan mujizat bisa menyesatkan karena setan/nabi palsu bisa buat mujizat (Matius 24:24; 2 Tesalonika 2:9). Jadilah orang Kristen yang cinta Firman Tuhan. Jadilah gereja yang cinta Firman Tuhan lebih daripada mencintai mukjizat.

Gereja mula-mula begitu mencintai Firman Tuhan dan karena itu setelah lahir dari Firman Tuhan, mereka juga bertumbuh dalam Firman.

Kisah Para Rasul  2:42 - Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.


Dalam ayat ini ada 4 hal yang disebutkan yaitu pengajaran rasul-rasul, persekutuan, berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Tetapi perhatikan bahwa Firman Tuhan (pengajaran rasul-rasul) ditempatkan pada rangking 1! Ini menunjukkan bahwa hal yang paling penting dalam sebuah gereja adalah Firman Tuhannya. Firman Tuhan harus menduduki tempat terutama / paling penting dalam gereja. Karena itu hamba Tuhan sendiri harus mengutamakan Firman Tuhan. Memang hamba Tuhan juga punya tugas-tugas lain, seperti bezoek, counseling, rapat, dsb, tetapi semua itu tidak boleh menggeser Firman Tuhan.

Karena itu salahlah kalau khotbah hanya 15 menit tetapi doa syafaat dan warta mimbar jauh lebih lama dari khotbah. Jemaat juga harus menekankan Firman Tuhan. Sekalipun hamba Tuhan menekankan Firman Tuhan, tetapi kalau jemaatnya tidak, maka tidak ada gunanya.

Inilah ciri khas gereja yang sejati. Kiranya gereja kita pun dapat menjadi gereja yang sejati, gereja yang mengutamakan Firman Tuhan di atas segala-galanya.

3. GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG BERDOA.

Gereja yang sejati bukan hanya gereja yang bertobat, bukan hanya gereja yang lahir dan bertumbuh lewat Firman Tuhan tetapi juga gereja yang tekun dalam doa. Ini terlihat dari ayat 42 :

Kisah Para Rasul  2:42 : “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”.

Jadi berdoa juga adalah aktivitas yang penting di dalam gereja mula-mula. Benar bahwa mereka mengutamakan Firman Tuhan di atas segala-galanya tetapi mereka sama sekali tidak mengabaikan yang namanya doa. Ini tentu adalah hal penting yang perlu dibahas tetapi masalahnya kita tidak mendapat banyak informasi tentang aktivitas doa jemaat mula-mula dari bacaan kita (Kis 2:41-47). Tetapi minimal ada 2 hal yang bisa dicatat dari aktivitas doa jemaat mula-mula :

a. Mereka berdoa dalam persekutuan.

Ini terlihat dari kata-kata “mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”. Jadi berarti mereka bukan berdoa secara pribadi saja tetapi mereka melakukan itu pada waktu mereka berkumpul. Dan dengan demikian boleh dikatakan bahwa jemaat mula-mula berdoa bersama-sama. Mereka melakukan persekutuan doa. Jadi berdoa secara pribadi memang penting tetapi berdoa bersama-sama dalam sebuah persekutuan juga penting. Mungkin saudara sudah berdoa secara pribadi untuk gereja saudara, tetapi apakah saudara ikut dalam persekutuan doa untuk mendukung gereja? Tanggal 2 kemarin kita mengadakan doa bersama-sama di gereja kita, itu adalah persekutuan doa. Dan kita akan terus melakukan persekutuan doa semacam ini. Maukah saudara terlibat di dalamnya? Ingat, tanpa persekutuan doa, gereja tidak mungkin bisa maju! Dengan adanya persekutuan doa maka gereja akan maju.

Pengalaman membuktikan bahwa gereja-gereja yang maju, hamba-hamba Tuhan yang maju dalam pelayanannya selalu mengutamakan persekutuan doa. Penginjil Amerika terkenal yakni Billy Graham mempunyai team doa lebih dari 100 orang. Juga pengkhotbah terkenal Charles Spurgeon, mempunyai 700 orang yang melakukan persekutuan doa dalam gerejanya. Ini menyebabkan gereja dan pelayanan mereka diberkati dan berhasil. Lalu berapa banyak orang yang berdoa untuk gereja kita? Jikalau kita mau agar gereja kita diberkati dan berhasil di dalam pelayanan-pelayanan kita, maka kita harus banyak berdoa di dalam persekutuan. Memang doa secara pribadi itu juga penting tetapi doa di dalam persekutuan mempunyai kuasa yang besar sebagaimana yang dikatakan Yesus :

Matius 18:19 - Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga.

Kata-kata “dua orang” di sini bukan menyatakan suatu jumlah secara pasti tetapi itu menyatakan adanya persekutuan di dalam doa. Juga kata “sepakat” menunjukkan adanya kesatuan di dalam doa itu. Karena itu persekutuan doa di dalam gereja sangatlah penting.

Pertobatan penting, FIRMAN TUHAN juga penting tetapi semua itu harus ditopang dengan doa terutama persekutuan di dalam doa.

Jadi gereja yang sejati adalah gereja yang hidup dari doa juga. Ingat gereja bertumbuh bukan dengan kekuatan manusia, bukan dengan kekuatan keuangan, bukan dengan pengalaman, tetapi dengan kuasa doa. Kiranya dengan ulang tahun gereja kita yang kelima boleh menjadikan kita menjadi gereja yang hidup dalam persekutuan doa.

b. Mereka berdoa dengan tekun.
Jemaat mula-mula bukan hanya hidup dalam persekutuan doa tetapi juga mereka melakukan semuanya itu dengan tekun. Dalam Alkitab Terjemahan Baru Indonesia, ayat 42 ini terdiri dari 2 kalimat :

Kisah Para Rasul  2:42 : “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”.

Kalimat yang pertama adalah : “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Sedangkan kalimat yang kedua adalah : Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”. Tetapi seharusnya ini hanya 1 kalimat sebagaimana dikatakan dalam Alkitab Terjemahan Lama :
TL - Maka mereka itu pun bertekun di dalam pengajaran rasul-rasul, dan di dalam persekutuan, dan di dalam hal memecahkan roti, dan doa.

Jadi, kata ‘bertekun’ dalam Kisah Para Rasul 2: 42 itu juga ditujukan kepada persekutuan doa. Karena itu ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa jemaat mula-mula bukan hanya tekun dalam pengajaran rasul-rasul, bukan hanya tekun di dalam persekutuan, bukan hanya tekun di dalam memecahkan roti, tetapi juga tekun dalam doa. Ya, mereka bukan hanya berdoa tetapi bertekun di dalam doa. Artinya adalah bahwa mereka tidak hanya berdoa 1 atau 2 kali lalu stop. Mereka tidak hanya “panas-panas tahu ayam”, tetapi mereka bertekun atau berdoa secara terus menerus. Berdoa memang penting tetapi tanpa ketekunan, semuanya tidak ada manfaatnya. Ingat di dalam ajarannya tentang doa di dalam Matius 7:7, Tuhan Yesus berkata “mintalah maka kamu akan diberi, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu”. Kata “mintalah, carilah ketoklah” dalam bahasa Yunani ditulis dalam bentuk present yang artinya teruslah minta, teruslah cari, teruslah ketok”, maka Tuhan akan menjawabnya. Kalau anda berkunjung ke rumah orang, apakah anda hanya mengetok pintu 1 kali saja? Tentu tidak! Anda akan mengetuknya berulang-ulang sampai pintu dibukakan bukan? Jadi semua ini mengajarkan kita untuk bertekun di dalam doa.

Saya tahu bahwa selama 5 tahun gereja berdiri kita sudah banyak berdoa untuk gereja ini, untuk pembangunan, dll. Tetapi kita jarang berdoa bersama-sama dalam persekutuan dan kita tidak tekun di dalam hal itu. Gereja yang sejati adalah gereja yang tekun di dalam persekutuan doa. Kiranya di ulang tahun gereja kita yang ke-5 ini kita menjadi gereja yang tekun di dalam persekutuan doa.

Dalam ayat 24 dikatakan bahwa mereka ‘berseru bersama-sama’. Kisah Para Rasul 4:24 : Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Tetapi ini terjemahan yang kurang akurat. Kata yang diterjemahkan ‘bersama-sama’ adalah HOMOTHUMADON, yang terjemahan seharusnya adalah ‘with one accord’ (= dengan suara bulat, seia sekata). Jadi persekutuan doa dalam ayat 24 ini menunjukkan kesatuan gereja abad pertama, karena bukan saja mereka mau peduli dan mendoakan rasul-rasul yang mengalami kesukaran / penderitaan, tetapi mereka juga bisa bersatu hati dalam doa!

Kita akan melihat ada 4 pelajaran menarik dari doa jemaat mula-mula ini :

I. MEREKA TIDAK MULAI DENGAN MENCERITAKAN KESUKARAN MEREKA, TETAPI DENGAN MENYADARI DAN MENGAKUI ALLAH SEBAGAI PENCIPTA.

Mereka jelas berada dalam kesulitan dan karena itu mereka berdoa kepada Tuhan. Tetapi perhatikan bagaimana doa mereka. Ayat 24b : "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Jadi doa mereka bukan dimulai dengan menceritakan segala persoalan mereka, masalah mereka, tantangan yang mereka hadapi. Mereka justru memulai doa mereka dengan menyebut Tuhan sebagai pencipta langit, bumi, laut dan segala isinya. Bandingkan ini dengan doa raja Hizkia dalam 2Raja-raja 19:15-dst : (15) Hizkia berdoa di hadapan TUHAN dengan berkata: "Ya TUHAN, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi. (16) Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, dan dengarlah; bukalah mata-Mu, ya TUHAN, dan lihatlah; …..” Hizkia memulai doa dengan memuji kebesaran Tuhan dan bukannya menceritakan masalah yang dihadapi. Perhatikan bahwa prinsip yang sama juga ada dalam doa Bapa Kami. Doa Bapa Kami tidak langsung dimulai dengan sebuah permintaan melainkan sebuah ungkapan yang meninggikan Bapa di surga yang dimulai dari ayat 9-10 sedangkan permintaan baru disampaikan dalam ayat 11. Matius 6:9 dst – (9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, (10) datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. (11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”. Ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan khususnya pada waktu kita berdoa untuk kesukaran kita. Kalau kita memulai doa kita dengan menceritakan betapa besar kesukaran kita, maka besar kemungkinan bahwa isi doa itu sendiri akan melemahkan iman kita, membuat kita kecil hati, putus asa, dsb. Tetapi kalau kita memulai doa kita dengan menyatakan kemahakuasaan Allah sebagai pencipta, maka kata-kata itu sendiri akan menguatkan iman kita, setelah itu barulah kita menyatakan permintaan kita dan kita akan bisa lebih mempunyai iman pada saat menaikkan permintaan itu.

Banyak orang tidak menyadari hal ini. Itulah sebabnya mereka memulai doanya dengan langsung menceritakan kesukaran mereka. Misalnya kalau mau membangun sebuah gedung gereja, bukannya mereka memulai dengan memikirkan kemahakuasaan Allah tapi mulai dengan mengeluh harga gedung/tanah yang sangat mahal sedangkan modal hanya sedikit. Misalnya kalau berada dalam keadaan sakit berat, bukannya memulai dengan memikirkan kemahakuasaan Allah tapi dengan menceritakan betapa beratnya penyakit itu, dan bahwa dokter sudah angkat tangan, dsb. Misalnya kalau ada problem ekonomi, bukannya memulai dengan memikirkan kemahakuasaan Allah tapi dengan menceritakan betapa banyak hutang dan betapa banyaknya problem dalam pekerjaan, dsb. Inilah yang terjadi! Tetapi doa jemaat mula-mula ini haruslah menjadi teladan bagi kita. Jika kita ingin mendoakan persoalan-persoalan kita, pelayanan kita, dll, mulailah dengan melihat Allah sebagai Allah yang mahakuasa. Karena Allah adalah Allah yang mahakuasa maka tidak ada yang mustahil bagi Dia. Setelah itu barulah kita ungkapkan semua persoalan dan pergumulan kita. Hal ini akan memberikan keyakinan iman yang besar kepada kita karena kita akan memandang semua persoalan kita, masalah kita, penyakit kita, tantangan hidup kita dari kaca mata Allah.

II. MEREKA MEMANDANG PADA RENCANA ALLAH DAN PELAKSANAANNYA (PROVIDENCE OF GOD)

Selain apa yang disebutkan dalam bagian pertama, jemaat mula-mula juga berdoa dengan memandang rencana dan providensia Allah. Dari mana kita bisa melihat hal ini? Ada beberapa hal yang menunjukkan ini.

Pertama, dalam ayat mereka menyapa Allah dengan sapaan ‘Ya Tuhan’. Kis 4:24 : Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Alkitab KJV/NASB menyebutnya “Lord” (= Tuhan). Tapi dalam bahasa Yunani kata yang digunakan bukan “KURIOS” melainkan “DESPOTES” yang lebih tepat diterjemahkan “Tuhan Yang Berdaulat”. Perhatikan terjemahan NIV : When they heard this, they raised their voices together in prayer to God. "Sovereign Lord,(Tuhan Yang Berdaulat)" they said, "you made the heaven and the earth and the sea, and everything in them” dan juga RSV: And when they heard it, they lifted their voices together to God and said, "Sovereign Lord, (Tuhan Yang Berdaulat), who didst make the heaven and the earth and the sea and everything in them. “Sovereign” (berdaulat) jelas menunjukkan kepada otoritas atau kuasa. Jadi waktu berdoa, mereka percaya kepada otoritas, kuasa dan kedaulatan Tuhan dalam memerintah seluruh alam semesta, di mana Ia tidak tergantung oleh siapapun / apapun di luar diriNya.

Kedua, mereka menyebut Allah sebagai pencipta. Kisah Para Rasul 4:24 : Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah merea bersama-sama kepada Allah, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Kalau Allah adalah pencipta, Allah pasti menguasai dan mengatur ciptaanNya itu dan dengan demikian segala ciptaanNya tergantung kepada Dia!

Ketiga, Apa yang dikatakan dalam ayat 27-28 jelas menunjukkan bahwa mereka percaya pada rencana Allah dan Providensi-Nya! Kisah Para Rasul 4:27-28 - Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu. Perhatikan bahwa dalam doa mereka, mereka katakan bahwa apa yang dilakukan oleh Herodes, Pilatus dan bangsa Israel kepada Yesus sebenarnya hanyalah pelaksanaan dari ketentuan yang telah ditetapkan Tuhan. Inilah yang disebut sebagai Providence of God. Orang-orang itu (Herodes dan Pontius Pilatus) berbuat dosa pada waktu mereka membunuh Yesus, tetapi dengan itu mereka sebenarnya telah melaksanakan rencana Allah. Ini tentu tidak bisa diartikan bahwa mereka mentaati Allah. Mereka melakukan dosa dengan tujuan / motivasi yang berbeda! Allah merencanakan kematian Yesus untuk menebus dosa manusia. Mereka membunuh Yesus bukan supaya Yesus menjadi penebus dosa! Karena itu meskipun rencana Allah terlaksana, orang-orang itu tetap berdosa dan harus bertanggung jawab atas dosa mereka. Ayat 6 berkata ‘kuasa dan kehendakMu’. Dalam NIV disebut ‘Your power and will’ (= kuasa dan kehendakMu). NASB : ‘thy hand and thy purpose’ (= tanganMu dan rencanaMu). Dan RSV : ‘thy hand and thy plan’ (= tanganMu dan rencanaMu). Lukas menambahkan kata ‘hand / tangan’ untuk menunjukkan bahwa segala sesuatu terjadi tidak hanya karena adanya rencana Allah, tetapi juga karena adanya tangan / kuasa Allah yang mengatur semua itu. Inilah Providence of God. Dan jemaat mula-mula berdoa dengan kesadaran penuh akan hal ini.

Kepercayaan pada rencana Allah dan pelaksanaannya (Providence of God) adalah sesuatu yang sangat penting pada waktu kita menghadapi problem! Kalau kita menganggap bahwa segala sesuatu (atau hal-hal tertentu) terjadi secara kebetulan, maka kita pasti akan kuatir. Tapi, kalau kita percaya bahwa segala sesuatu bisa terjadi hanya kalau Allah sudah menentukan dan menggunakan kuasaNya untuk melaksanakan ketentuanNya, maka kita tidak akan kuatir karena kita tahu bahwa segala sesuatu ada dalam genggaman Allah yang mengasihi kita sebagaimana kata Roma 8:28 : “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”. Jemaat abad pertama itu percaya pada rencana Allah dan pelaksanaannya (Providence of God) sehingga mereka punya keyakinan yang besar dalam kesukaran. Kitapun harus memiliki kesadaran semacam ini pada saat kita berdoa bahwa tidak ada satupun hal yang terjadi di luar kehendak dan penetapan dari Tuhan. Karena itu pada saat kita berdoa, kita perlu berdoa dengan tekun dan meminta dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan tetapi kita harus menerima bahwa pada akhirnya ketetapan Tuhanlah yang harus terjadi. Kita tidak boleh memaksa Tuhan dalam doa untuk mengikuti maunya kita. Ingat kata-kata dalam doa Bapa Kami : “Jadilah kehendakMu” dan juga doa Tuhan Yesus di taman Getsemani “tetapi jangan kehendakku melainkan kehendakMu jadilah”

III. MEREKA MENGINGAT / MENGUTIP FIRMAN TUHAN DALAM DOA

Hal menarik lainnya dalam doa jemaat mula-mula ini adalah dalam doa mereka, mereka mengutip Firman Tuhan. Ini nampak dalam ayat 25-26 : Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya. Kata-kata dalam ayat 25-26 ini sebenarnya dikutip dari Mazmur 2:1-2. Jadi mereka mengutip Mazmur dalam doa mereka. Mereka mengutip ayat dalam doa bukan untuk ‘pamer ayat hafalan’ atau untuk ‘berkhotbah dalam doa’ melainkan untuk menguatkan keyakinan dalam doa, atau untuk mengklaim janji Tuhan. Dalam bagian ini jemaat abad pertama menganggap bahwa ay 27-28 merupakan penggenapan nubuat Maz 2:1-2.

Ini sesuatu yang penting! Dalam hidup kita, kita harus bisa melihat hal-hal di sekeliling kita sebagai penggenapan Firman Tuhan. Itu bisa menguatkan iman kita. Misalnya kalau dalam hidup ini kita mengalami banyak problem dalam mengikut Yesus, maka sebenarnya itu hanyalah penggenapan dari Markus 13:13 yang berbunyi : Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat" dan 2 Timotius 3:12 : Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya”. Adanya begitu banyak nabi palsu dalam gereja saat ini seperti aliran Saksi-Saksi Yehuwa, Unitarianisme (Frans Donald), dll sebenarnya hanya menggenapi Matius 24:11,24 : (11) Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. (24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga’. Juga zaman ini jarang ada orang senang dengan Firman Tuhan yang sungguh-sungguh (bukan yang banyak dongeng / kesaksian / leluconnya, tetapi yang betul-betul membahas Firman Tuhan / Kitab Suci). Ini sebenarnya menggenapi 2 Timotius 4:3-4 : Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Jadi kalau kita hanya melihat hal-hal yang terjadi itu saja, kita akan menjadi susah. Tetapi kalau kita bisa melihatnya sebagai penggenapan Firman Tuhan, kita dikuatkan karena kita bisa makin yakin bahwa Alkitab memang adalah Firman Tuhan yang benar! Marilah kita mendoakan semua pergumulan kita (pribadi, bangsa, gereja, dll) dengan kesadaran penuh bahwa semua yang dikatakan Firman Tuhan sementara digenapi.

IV. MEREKA MATI TERHADAP DIRI SENDIRI.

Hal terakhir yang bisa kita catat dari doa gereja perdana ini adalah bahwa mereka telah mati terhadap diri sendiri. Perhatikan bahwa dalam doa itu, jemaat abad pertama ini tidak meminta supaya mereka dibebaskan dari problem, dan bahkan mereka sama sekali tidak meminta perlindungan dari Tuhan terhadap ancaman orang-orang Yahudi (permintaan ini mungkin ada tetapi secara implicit). Jelas bahwa mereka tidak peduli pada diri mereka sendiri! Yang mereka minta adalah : Pertama, keberanian untuk memberitakan Firman Tuhan. Kisah Para Rasul 4:29 - Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Mereka minta keberanian untuk rasul-rasul yang baru saja menunjukkan keberanian mereka (Kis 4:13). Ini jelas menunjukkan bahwa mereka sadar bahwa tadi rasul-rasul itu bisa berani karena Tuhan memberikan keberanian. Karena itu mereka minta keberanian lagi, supaya rasul-rasul itu tetap berani. Kedua, kuasa untuk melakukan mujizat. Kisah Para Rasul 4:30 - Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus." Perhatikan bahwa dua hal yang mereka minta ini justru adalah hal-hal yang menyebabkan mereka mendapatkan kesukaran (Kis 3). Tetapi sekarang mereka justru meminta 2 hal itu lagi! Ini betul-betul menunjukkan bahwa mereka memang mati bagi diri sendiri dan hidup bagi Tuhan! Ini adalah sikap yang penting dalam doa! Banyak orang berdoa dengan sikap yang egois. Mereka tidak berdoa untuk kemuliaan Tuhan tetapi untuk kesenangan diri sendiri! Bagaimana dengan saudara? Dengan sikap bagaimana saudara berdoa?

4. GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG BERSAKSI DAN MEMBERITAKAN INJIL”.

Gereja yang sejati adalah gereja yang bersaksi dan memberitakan Injil. Ciri ini kita temui dalam jemaat mula-mula :

Kisah Para Rasul 4:33 – ‘Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus…’ Dengan jelas dikatakan bahwa rasul-rasul itu memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Karena kesaksian tersebut dikaitkan dengan kebangkitan Yesus maka jelas bahwa kesaksian ini adalah pemberitaan Injil/menceritakan kepada orang lain tentang Injil Yesus Kristus.

Kata “Injil” sendiri berasal dari kata Yunani “Euanggelion” yang artinya kabar baik. Jadi dalam penggunaan mula-mula, semua kabar baik sebenarnya dapat disebut sebagai Injil. Kabar tentang kesembuhan adalah Injil. Kabar tentang keuntungan adalah Injil. Pokoknya semua kabar baik adalah Injil. Tapi lama kelamaan kata Injil ini mengalami penyempitan makna sehingga Injil secara eksklusif diartikan sebagai kabar baik tentang Yesus Kristus. Inilah penginjilan. Gereja mula-mula adalah gereja yang memberikan tekanan yang sangat kuat atau sangat memprioritaskan pemberitaan Injil. Setiap kesempatan adalah kesempatan untuk bersaksi dan memberitakan Injil. Ada beberapa fakta yang menunjukkan ini :

a. Mereka masih mengunjungi Bait Allah.

Perhatikan ayat-ayat berikut :

Kisah Para Rasul  2:46 - Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah…’

Kisah Para Rasul 3:1 - Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah.

Kisah Para Rasul  5:25 – “…"Lihat, orang-orang yang telah kamu masukan ke dalam penjara,ada di dalam Bait Allah dan mereka mengajar orang banyak."

Penggunaan Bait Allah adalah sesuatu yang aneh. Mengapa mereka tetap pergi ke Bait Allah? Apakah itu berarti bahwa mereka tetap menganut agama Yahudi tetapi juga menganut kekristenan (sinkretisme)? Jelas tidak mungkin. Lalu mengapa? Jelas karena mereka tidak mau memutuskan hubungan dengan orang-orang Yahudi supaya bias memberitakan Injil kepada mereka.

b. Mereka melanjutkan setiap peristiwa mujizat dengan pemberitaan Injil.

Rasul-rasul banyak membuat mujizat tetapi menariknya mujizat itu dilakukan bukan demi mujizat itu sendiri tapi demi Pemberitaan Injil. Di Kisah Para Rasul 3:1-10, Petrus dan Yohanes menyembuhkan seorang lumpuh tetapi setelah itu mereka memanfaatkan peristiwa itu untuk memberitakan Injil.

Kisah Para Rasul  3:11-15 - (11) Karena orang itu tetap mengikuti Petrus dan Yohanes, maka seluruh orang banyak yang sangat keheranan itu datang mengerumuni mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo. (12) Petrus melihat orang banyak itu lalu berkata: "Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? (13) Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan. (14) Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. (15) Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi.

Di Kisah Para Rasul  4:20 mereka berdoa agar mujizat terjadi :

Kisah Para Rasul  4:30 - Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tandatanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus."

Lalu di Kisah Para Rasul 5 :12-16 ada banyak mujizat terjadi.

Kis 5:12, 15-16 - (12) Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak… (15) bahkan mereka membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya, dan membaringkannya di atas balai-balai dan tilam, supaya, apabila Petrus lewat, setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka. (16) Dan juga orang banyak dari kota-kota di sekitar Yerusalem datang berduyun-duyun serta membawa orang-orang yang sakit dan orang-orang yang diganggu roh jahat. Dan mereka semua disembuhkan.

Dan akibatnya ada dalam Kisah Para Rasul  5:14 :

Kisah Para Rasul  5:14 - Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan.

Ini bukan berarti bahwa mujizat melahirkan iman! Hanya Firman Tuhan yang melahirkan iman. Jadi setiap mujizat yang terjadi digunakan oleh gereja sebagai SARANA untuk memberitakan Injil yang olehnya orang menjadi percaya. Di sinilah peranan mujizat.

Mujizat tidak boleh menjadi TUJUAN melainkan SARANA dari pemberitaan Injil. Bandingkan hal ini dengan KKR-KKR zaman sekarang yang mengobral mujizat tanpa pemberitaan Injil. Gereja yang sejati adalah gereja yang mengutamakan Pemberitaan Injil di atas segala-galanya.

c. Mereka tetap memberitakan Injil di tengah berbagai tantangan.

Petrus dan Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak setelah menyembuhkan orang lumpuh di Bait Allah. Apa yang terjadi selanjutnya?

Kisah Para Rasul  4:1-3 - (1) Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orangorang Saduki. (2) Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. (3) Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam.

Dan menariknya, pada saat mereka disidang, justru itu kesempatan bagi mereka untuk memberitakan Injil.

Kisah Para Rasul  4:10-12 - (10) maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati -- bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. (11) Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- yaitu kamu sendiri --, namun ia telah menjadi batu penjuru. (12) Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."

Di kesempatan lain, mereka ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara

Kisah Para Rasul  5:18 - Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota.

Tetapi setelah dilepaskan secara mukjizat oleh seorang malaikat (Kis 5:19), mereka kembali memberitakan Injil lagi.

Kisah Para Rasul  5:21 - Mereka mentaati pesan itu, dan menjelang pagi masuklah mereka ke dalam Bait Allah, lalu mulai mengajar di situ…’

Lalu mereka ditangkap lagi dan dilarang dengan keras agar jangan lagi memberitakan nama Yesus

Kisah Para Rasul  5:26-29 : (26) Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, …(27) Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, (28) katanya: "Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami." (29) Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.

Tapi malah mereka dengan berani terus memberitakan Injil lagi

Kisah Para Rasul  5:30-32 – (30) Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. (31) Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. (32) Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia."

Menarik sekali, mereka tidak takut dengan berbagai ancaman. Mereka tetap beritakan Injil dengan BERANI dan TANPA KOMPROMI. Mereka jelas berbeda dengan kaum pluralis masa kini yang terlalu bijaksana dan bijaksini hingga tidak berani memberitakan nama Yesus di tengah masyarakat yang pluralistik. Mereka merubah Pemberitaan Injil dengan dialog antar umat beragama. Gereja yang kehilangan keberanian untuk memberitakan Injil pada hakikatnya bukanlah gereja atau minimal bukan gereja yang sejati.

d. Mereka berdoa untuk pemberitaan Injil.

Jemaat mula-mula, ketika mendengar banyaknya tantangan dalam PI, mereka lalu berdoa untuk rasul-rasul agar diberi keberanian memberitakan Injil

Kisah Para Rasul  4:29 - Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu.

e. Mereka mengutamakan pemberitaan Injil di atas tugas lainnya.

Dalam Kis 6 ada kebutuhan untuk pelayanan diakonia. Yang dilakukan oleh para rasul adalah mereka memilih 7 orang untuk pelayanan diakonia ini. Apa alasannya?

Kisah Para Rasul  6:3-4 - Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."

Jadi pelayanan diakonia penting tapi pelayanan Firman / pemberitaan Injil lebih penting sehingga rasul-rasul perlu mengangkat orang lain dan tidak melakukan pelayanan diakonia itu yang mengganggu pemberitaan Injil. Ini penting!!! Hamba Tuhan harus tahu bahwa pelayanan utamanya adalah memberitakan Firman Tuhan / pemberitaan Injil.

Pelayanan yang lain (bezoek, counseling, organisasi, dsb) sekalipun juga penting, tetapi bukanlah yang terutama. Hal ini harus juga disadari oleh jemaat supaya jemaat tidak menuntut hamba Tuhan melakukan pelayanan-pelayanan sekunder sehingga mengabaikan pelayanan primer! Menariknya, salah 1 dari antara 7 diaken itu adalah Stefanus. Sebagai diaken, tugas utamanya pelayanan meja/diakonia tapi anehnya itu tidak membatasi dia untuk memberitakan Injil. Ia memberitakan Injil dengan berani hingga akhirnya dirajam hingga mati.

Lima fakta ini memperlihatkan bahwa jemaat mula-mula adalah jemaat yang sangat menekankan pemberitaan Injil. Akibatnya adalah :

Kisah Para Rasul  2:47 – ‘….Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Kisah Para Rasul  5:14 - Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percayakepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan,

Kisah Para Rasul  6:1 – “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah,…”

Karena adanya pemberitaan Injil maka gereja bertumbuh secara kuantitas. Gereja yang bertumbuh secara kuantitas hanya karena pertumbuhan secara biologis tapi tak ada pemberitaan Injil bukanlah gereja yang sejati. Pemberitaan Injil membuat orang Kristen sejati lebih banyak dari orang Kristen KTP. Jika dalam sebuah gereja lebih banyak orang Kristen KTP daripada orang Kristen sejati maka itu bukanlah gereja yang sejati. Jadi gereja yang sejati adalah gereja yang memberitakan Injil.

Tadi saya sudah jelaskan tentang kesaksian gereja. Tapi sekarang perhatikan kembali ayat kita :

Kisah Para Rasul  4:33 – ‘Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksiantentang kebangkitan Tuhan Yesus…’

Jadi ayat ini memperlihatkan bahwa isi dari kesaksian gereja itu adalah kebangkitan Tuhan Yesus. Mengapa hanya disebut kebangkitan saja dan tidak kematian?

Ini adalah synecdoche!
Kebangkitan disebut karena kebangkitan merupakan sentral dan klimaks dari karya Kristus
Semua orang tahu bahwa Yesus disalibkan. Jadi tidak perlu terlalu diberitakan tetapi soal kebangkitan, tidak semua orang tahu karena itu diberitakan berulang-ulang (Kisah Para Rasul 3:15; 4:10; 5:30).

Tapi selain itu mereka juga memberitakan tentang pertobatan dan Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.

Kisah Para Rasul 3:19 - Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan

Kisah Para Rasul  4:12 - Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."


Jadi seluruh inti Injil diberitakan oleh gereja mula-mula. Para rasul tentu memberitakan juga hal-hal praktis tetapi jelas bahwa Injil lebih utama untuk diberitakan. Nilailah gereja-gereja yang ada, berapa banyak mereka berkhotbah tentang Injil? Hari ini pemberitaan dari mimbar-mimbar gereja telah menggeser Injil. Yang diberitakan hanya masalah moral/etika, mujizat kesembuhan ilahi, teologia kemakmuran, berkat, keberhasilan, pengalaman pribadi, dll, sedangkan salib Kristus (kematian) dan kebangkitan-Nya, penebusan dosa, tidak lagi menjadi sentral pemberitaan gereja. Kalau pemberitaan tentang salib dan kebangkitan Kristus menjadi hilang dari mimbar gereja maka gereja menjadi liar dan itu adalah gereja yang palsu.

Bandingkan dengan pemberitaan Paulus :

1 Korintus 15:1-4 - (1) Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. (2) Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu -- kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. (3) Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, (4) bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.

Gereja yang berhenti memberitakan Injil adalah gereja yang palsu. Gereja yang sejati adalah gereja yang menekankan PI.

5. GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG MENGASIHI

Dalam Kisah Para Rasul 2:44-45 dikatakan : Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Kis 4:32, 34-37 : (32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (34) Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

Perhatikan cara hidup jemaat mula-mula ini. Dikatakan bahwa “kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama”, “ada yang menjual harta dan membagikannya kepada semua orang”, “tidak ada dari antara mereka yang berkekurangan” dan kalimat-kalimat sejenisnya. Dari sini kita dapat simpulkan cara hidup jemaat mula-mula ini dengan satu kalimat bahwa jemaat mula-mula itu hidup saling mengasihi. Jadi, “GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG MENGASIHI”.

Kita akan menyoroti lebih dalam kehidupan jemaat mula-mula yang saling mengasihi ini.

I. MEREKA MENGASIHI DENGAN TINDAKAN NYATA

Ketika kita membaca Alkitab maka kita akan temukan bahwa “kasih” selalu diwujudkan dengan sebuah tindakan. Contoh :

Ulangan 4:37 : Karena Ia mengasihi nenek moyangmu dan memilih keturunan mereka, maka Ia sendiri telah membawa engkau keluar dari Mesir dengan kekuatan-Nya yang besar

Dikatakan bahwa Allah mengasihi nenek moyang Israel. Dan tindakanNya adalah membawa mereka keluar dari Mesir.

Yohanes 3:16 : Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Allah begitu mengasihi dunia. Maka tindakanNya adalah mengaruniakan AnakNya yang tunggal bagi dunia.

Roma 5:8 : Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

Kejadian 37:3 : Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia.

Yakub mengasihi Yusuf dan tindakannya adalah membuat jubah yang mahal bagi dia.

Lukas 7:5 - sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami."

Perwira dalam ayat ini dikatakan bahwa dia mengasihi bangsa Israel. Dan tindakannya adalah menanggung pembangunan rumah ibadat Israel.

Yohanes 21:16 : Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."

Ketika Petrus mengatakan bahwa ia mengasihi Yesus, maka Yesus menuntut sebuah tindakan yakni menggembalakan domba-dombaNya.

Karena itu ada ayat-ayat yang secara eksplisit mengaitkan kasih dan tindakan seperti Ulangan 11:1 - "Haruslah engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang pada segala ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya” dan juga Yohanes 14:15 : "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Dengan demikian, kasih barulah disebut kasih jika ada tindakan yang nyata. Tanpa tindakan, kasih sesungguhnya bukanlah kasih.

Ada sekelompok pemuda gereja yang mengadakan acara retreat di dekat areal air terjun. Topik yang mereka bahas adalah hal mengasihi. Pemimpin kelompok itu meminta masing-masing orang untuk memberikan pendapatnya tentang apa itu kasih. Hampir semua orang mengemukakan pendapatnya tentang apa itu kasih. Anehnya, ada seorang pemuda yang rupanya sangat pemalu sehingga dari awal hingga akhir ia sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia tidak memberikan / mengemukakan definisi kasih menurutnya. Walau didesak, tetap ia tak menjawab sepatah kata pun. Tiba-tiba dari kejatuhan terdengar suara “tolong….tolong….tolong…”. Mereka semua berlarian ke arah suara itu dan ternyata ada seorang anak yang jatuh ke dalam air terjun itu. dibutuhkan seseorang untuk dapat menyelamatkannya. Sekonyong-konyong pemuda tadi yang terdiam selama diskusi tentang kasih melepaskan bajunya dan meloncat ke dalam air terjun itu dan menyelamatkan orang yang tenggelam itu sedangkan semua temannya yang tadi memberikan definisi kasih secara panjang lebar tak berani melakukan apa pun. Nah, dari cerita ini, yang manakah di antara mereka yang sebenarnya adalah orang yang mengasihi? Jelas adalah si pemuda pendiam tadi. Kasihnya tidak dinyatakan dalam bentuk rumusan dan definisi tetapi dengan tindakan yang nyata.

Dalam cerita orang Samaria yang murah hati, kita juga melihat contoh nyata di sana. Ketika imam dan orang Lewi melihat orang yang dirampok itu, mereka tidak menolong tetapi melewatinya dari seberang jalan. Lukas 10:31-32 : Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Imam dan orang Lewi mungkin banyak berteori tentang kasih tetapi mereka tidak mewujudkannya dengan tindakan nyata. Sedangkan orang Samaria yang murah hati itu, ia mewujudkan kasihnya dengan tindakan-tindakan yang nyata. Lukas 10:33-34 : Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

Sekarang perhatikan bagaimana kehidupan jemaat mula-mula. Kisah Para Rasul 2:44-45 : Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Kis 4:32, 34-37 : (32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (34) Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Jadi mereka mengasihi dengan sebuah tindakan nyata. Atau dengan kata lain mereka mengasihi dengan tindakan dan bukan hanya dengan kata-kata.

Kasih bukan hanya ketika kita tersenyum kepada orang lain dan mengatakan “aku mengasihimu”. Kasih bukan hanya ketika kita menyanyi “Kukasihi kau dengan kasih Tuhan”. Renungkan ini! Kalau engkau mengasihi suami/isterimu, apa yang sudah engkau lakukan bagi mereka? Kalau engkau mengasihi anak-anak/orang tuamu, apa yang sudah engkau lakukan bagi mereka? Kalau engkau mengasihi sahabat-sahabatmu, apa yang sudah engkau lakukan bagi mereka? Bahkan kalau engkau mengasihi Tuhan, apa yang sudah engkau lakukan bagi Tuhan? Ingat, kasih adalah tindakan. 1 Yoh 3:18 : Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Marilah kita menyatakan kasih kita kepada orang-orang yang kita kasihi, bukan dengan kata-kata saja tapi dengan tindakan/perbuatan.

II. MEREKA MENGASIHI DENGAN CARA MEM-PERHATIKAN KEBUTUHAN ORANG LAIN

Perhatikan sekali lagi tentang cara hidup gereja perdana ini. Kis 2:44-45 : Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Kis 4:32, 34-37 : (32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (34) Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

Kata-kata yang saya garis bawahi di atas tidak berarti bahwa Alkitab merestui komunisme! Komunisme berkata “punyamu adalah punyaku”, “milikmu adalah milikku”, uangmu adalah uangku, isterimu adalah isteriku”, dll. Kata-kata ini juga tidak berarti bahwa semua orang menumpuk harta menjadi satu dan semua orang boleh menggunakan semaunya. Kata-kata ini hanya menunjukkan bahwa mereka yang berkelebihan, mau menolong mereka yang kekurangan. Ds. v.d. Brink mengatakan : Yang ditekankan ialah sifat kerelaan dalam tolong menolong. Pula di sini ternyata bahwa hal mempunyai milik itu tidak dihapuskan begitu saja. Tidak disinggung tentang sistem memberikan segala kepunyaan kepada persekutuan, juga tidak tentang pembagian merata segala milik antara tiap pribadi dalam persekutuan ini. Tetapi ada pembagian milik menurut kebutuhan masing-masing. Dan untuk itu masing-masing yang dapat memberi, memberikannya kepada para rasul, agar mereka dalam nama Yesus, Tuhannya akan memberikan terus kepada yang membutuhkannya. Dalam Wycliffe Bible Commentary dikatakan : “…suatu rasa bersatu yang termanifestasikan dalam saling membagi kekayaan materi. Untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Kristen yang miskin, orang-orang percaya yang lebih kaya menjual tanah atau rumah mereka lalu mempersembahkan uang itu untuk dipakai bagi kesejahteraan bersama. Para rasul mengawasi pelayanan kasih ini yang dilaksanakan bukan berdasarkan azas kesetaraan, tetapi pada azas kebutuhan pribadi”. Inilah yang terjadi dalam jemaat mula-mula. Orang-orang kaya menjual rumah dan tanah untuk membantu orang miskin. Luar biasanya adalah bahwa hal semacam itu bukanlah suatu keharusan. Tidak ada perintah dari rasul supaya mereka menjual rumah dan tanah untuk menolong orang miskin. Tetapi mereka toh melakukan hal itu! Bahwa hal ini bukanlah keharusan nampak dari Kis 5:4 : Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu?...” Jemaat perdana ini betul-betul bebas dari sifat kikir, pelit dan tamak. Bagaimana dengan saudara?

Jadi jemaat mula-mula ini menyatakan kasih mereka dengan cara memperhatikan kebutuhan orang lain/miskin di sekitar mereka. Keadaan sekitar kita sering membentuk kita menjadi orang egois yang tidak peduli penderitaan orang lain, dan ini menyebabkan pada waktu kita membaca ayat-ayat ini kita bahkan merasa bahwa ini merupakan tindakan yang ekstrim, padahal itu adalah tindakan kasih! Banyak orang menganggap lawan dari ‘kasih’ adalah ‘benci’. Ini tidak sepenuhnya benar. Lawan kata dari ‘kasih’ adalah ‘selfishness / egoisme’. Ini terlihat dari 1Korintus 13:4-5 : “Kasih ... tidak mencari keuntungan diri sendiri ...” dan juga dari Galatia 5:22-23 yang menyebutkan 9 hal yang merupakan buah Roh di mana yang pertama adalah kasih, sedangkan Galatia 5:19-21 menyebutkan sederetan hal yang merupakan perbuatan daging (kontras dengan buah Roh), dan salah satu di antaranya adalah ‘kepentingan diri sendiri’ (Galatia 5:20).

Pada jemaat abad pertama, tidak ada egoisme (Kisah Para Rasul 2: 32b). Ini menunjukkan bahwa mereka betul-betul penuh dengan kasih! Saling mengasihi dan membuang egoisme memang adalah perintah Kitab Suci yang harus ditaati oleh semua orang kristen. Filipi 2:3-4 : dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Ada cerita menarik tentang dua orang petani yang bersahabat. Yang seorang adalah petani yang berhasil dan kaya, memiliki rumah yang besar, istri dan tiga orang anak, sedangkan yang satu lagi miskin dan kekurangan. Ia tinggal sendirian di gubuk reotnya. Suatu malam di atas tempat tidurnya si kaya berpikir : “betapa kasihannya teman saya. Ia mungkin kekurangan makanan karena panennya gagal kali ini. Ia pasti kesepian di gubuknya seorang diri. Alangkah baiknya aku mengantarkan sejumlah beras untuknya agar ia mempunyai persediaan makanan yang cukup”. Lalu malam itu pula berangkatlah ia mengantarkan beras ke rumah temannya yang miskin itu.

Pada malam yang sama itu pula si miskin berpikir di atas tempat tidurnya. “Kasihan teman saya. Ia mempunyai banyak beban. Ia harus bertanggung jawab menghidupi istri dan anak-anaknya, bahkan pembantu-pembantunya. Tentu kebutuhannya lebih banyak dari kebutuhanku yang seorang diri ini. Alangkah baiknya sedikit beras yang kumiliki ini kuantarkan ke rumahnya agar dapat menolongnya”. Maka berangkatlah si miskin mengantar beras ke rumah temannya si kaya. Di tengah jalan berjumpalah mereka, dan mereka saling menceritakan pikiran serta tujuannya masing-masing, maka berpelukanlah mereka sambil menangis karena merasakan kasih yang sungguh-sungguh tulus di antara mereka.

Apakah pada saudara ada kasih atau ada egoisme? Pada waktu makan bersama, apakah saudara memikirkan orang lain? Atau saudara mengambil makanan tanpa mempedulikan apakah yang lain akan kebagian atau tidak? (Bdk. 1Korintus 11:20-22). Kalau ada saudara seiman yang menderita (sakit, miskin, problem keluarga, musibah, dsb), apakah saudara peduli atau acuh tak acuh? Ingat, Tuhan berjanji memberikan berkat bagi orang yang memperhatikan orang miskin tapi mengutuk orang yang tak peduli dengan orang miskin. Amsal 28:27 : Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki.

Satu hal yang menarik adalah bahwa tidak ada catatan sama sekali kalau jemaat mula-mula ini berdoa bagi orang miskin (tentu ini tidak berarti bahwa mendoakan orang miskin itu salah). Yang dicatat adalah mereka menolong orang miskin. Ini berbeda dengan banyak gereja zaman sekarang yang rajin mendoakan orang-orang miskin, orang sakit, orang susah, orang kekurangan, dll dalam doa syafaat mereka tapi lebih suka menabung uang di bank daripada menolong orang-orang tersebut. Dalam buku “Isu-Isu Global” yang ditulis oleh John Stott ada cerita tentang seorang janda miskin yang setiap kali mengalami kesulitan selalu datang kepada seorang pendeta dan memohon pertolongan tetapi setiap kali itu tetap ia tidak mendapatkan pertolongan sama sekali dari pendeta itu dengan berbagai alasan. Akhirnya suatu hari janda miskin ini menulis sebuah surat dan dikirimkan kepada pendeta itu. Surat itu berbunyi demikian : ‘Aku kelaparan dan anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparanku. Aku terpenjara dan anda menyelinap ke Kapel dan berdoa untuk kebebasanku. Aku telanjang dan anda mempertanyakan dalam hati kelayakan penampilanku. Aku sakit dan anda berlutut mengucap syukur atas kesehatan anda. Aku tidak mempunyai tempat berteduh dan anda berkhotbah kepadaku tentang kasih Allah sebagai tempat berteduh spiritual. Aku kesepian dan anda meninggalkanku untuk berdoa bagiku. Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat dengan Allah tetapi aku tetap amat lapar, amat dingin dan amat kesepian. Bagi saya, ini adalah sebuah protes terhadap kasih yang tanpa perbuatan, kasih yang hanya kata-kata saja. “Talk only, no actions”! Hal ini harus disadari oleh gereja yang tidak pernah memperhatikan orang-orang miskin di sekitarnya sedangkan mereka begitu bangga dengan jumlah tabungan mereka di bank yang mencapai ratusan juta bahkan milyaran rupiah.

Ang Tek Kun dalam buku puisinya “Wings of Love” menulis sebuah puisi indah dengan judul “Moment Kasih Sayang”. Puisi ini berbunyi demikian :

“Aku ingin mempersembahkan sekeranjang bunga tercantik untuk-Mu sebagai ungkapan aku mengasihi-Mu tapi engkau menolaknya : “Berikanlah bagi janda-janda miskin, karena demikianlah Aku ingin dikasihi”

Aku ingin membeli sekotak cokelat termanis untuk-Mu sebagai bahasa aku mencintai-Mu tapi Engkau menolaknya :“Berikan bagi anak-anak jalanan, karena demikianlah Aku ingin dicintai”

Aku ingin menyediakan makan malam tersyahdu untuk-Mu sebagai pertanda penuh perhatian tapi Engkau menolaknya : “Ajaklah kaum papa bersamamu karena demikian Aku ingin diperhatikan”

Bandingkan ini dengan kata-kata dalam 1 Yohanes 3:17 : Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Maukah saudara memperhatikan orang-orang miskin di sekitar saudara ?

III. MEREKA MENGASIHI DENGAN KETULUSAN HATI

Tidak ada pernyataan eksplisit bahwa dalam hal menolong sesama, jemaat mula-mula ini melakukan dengan tulus hati. Tapi kesan ketulusan sangat kuat dalam bagian ini. Dalam Kisah Para Rasul 2:44 dikatakan bahwa jemaat itu bersatu. Dalam Kisah Para Rasul 4:32 dikatakan bahwa mereka sehati dan sejiwa. Ketulusan yang saya maksudkan adalah bahwa dalam menolong sesamanya mereka tidak mengharapkan imbalan apa-apa. Tidak ada kesan sama sekali dari gambaran Kitab Suci tentang kehidupan mereka yang menyatakan adanya niat yang tidak benar dalam memberi pertolongan kepada sesama. Ini adalah hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam menolong orang lain.

Ada banyak orang yang pernah menolong orang lain tetapi motivasinya keliru. Ada yang ingin dipuji, ada yang ingin mendapat balasan, dll. Apalagi kalau menjelang Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) atau Pemilu (Pemilihan Umum) muncullah orang-orang tertentu yang penuh dengan kemurahan hati/ Lagak mereka seperti malaikat yang membawa berkat tetapi sesungguhnya ada udang di balik batu. Mereka melakukan tindakan-tindakan kasih seperti membagikan sembako, pengobatan gratis, bantuan keuangan, dll dengan mengharapkan bahwa orang-orang yang ditolong itu dapat memberikan suara bagi mereka di Pilkada atau Pemilu nanti. Ini jelas bukan kasih yang tulus tetapi kasih yang mengharapkan imbalan. Ada juga yang menolong orang lain tetapi sewaktu-waktu dapat mengungkit-ungkit pertolongan itu. Ini namanya pertolongan/kasih yang tidak tulus. Band. Matius 6:1-4 berkata : (1) "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. (2) Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. (3) Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. (4) Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." Bandingkan dengan bagaimana cara Yesus membuat mujizat air menjadi anggur di pesta kawin di Kana (Yoh 2). Ia menolong tanpa menonjolkan diriNya sehingga yang dipuji justru adalah mempelai laki-lakinya.

Saudara yang terkasih, berikanlah kasihmu dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan. Kalau kita mengasihi dan menolong dengan tulus maka upah kita akan datang dari Bapa di Sorga (Matius 6:4). Dalam Amsal 19:17 dikatakan bahwa : “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu. Dalam Alkitab Terjemahan Lama ayat ini berbunyi : “Barangsiapa yang mengasihani orang miskin, ia itu memberi pinjam kepada Tuhan, maka Tuhanpun akan membalas kebajikannya”. Bayangkan bahwa memberi kepada orang miskin sama dengan memberi pinjam kepada Tuhan. Kalau manusia meminjam pada saudara, ia bisa kabur tetapi Tuhan tentu tidak demikian. Karena itulah marilah kita dengan tulus menolong orang-orang miskin, susah, menderita di sekitar kita karena itu sama dengan kita melakukannya bagi Tuhan. Matius 25:34-40 berkata : (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”. Gereja yang sejati adalah “GEREJA YANG MENGASIHI”.
Penutup

Marilah kita berjuang untuk menjadi gereja yang sejati, yaitu: Gereja yang bertobat (Percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat), gereja yang lahir dan bertumbuh lewat Firman Tuhan, gereja yang tekun di dalam doa, gereja yang bersaksi dan memberitakan Injil, dan Gereja yang mengasihi. Biarlah kita selalu berdoa agar ciri dari gereja yang sejati ini tetap ada di dalam gereja kita.Tuhan Yesus menyertai kita!

https://teologiareformed.blogspot.com/
- AMIN -
Next Post Previous Post