KONSEP GEREJA YANG BERTUMBUH (KISAH PARA RASULl 2:41-47)
Pdt. Ir. Andi Halim, M.Th.
KONSEP GEREJA YANG BERTUMBUH .“Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.
Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 2:41-47)
Pendahuluan:
Pada umumnya orang menyadari bahwa pertumbuhan gereja yang sehat bukan masalah kuantitas tetapi kualitas. Namun meskipun yang ditekankan adalah kualitas, seringkali kesimpulan akhirnya tetaplah kenaikan kuantitas. Jarang ada penulis yang bersaksi bahwa karena menekankan kualitas, sampai hari ini jumlah jemaatnya tidak bertambah melainkan tetap.
Bagaimana dengan gereja-gereja yang pernah dilayani oleh para rasul? Kita tahu bahwa setelah Petrus berkotbah 3000 orang bertobat. Alkitab juga mencatat bahwa jumlah mereka ditambahkan sehari lepas sehari. Tetapi di mana sekarang gereja-gereja yang dulu dilayani oleh para rasul itu? Di mana gereja Yerusalem, Efesus, Korintus, Kolose, Filipi, Galatia?
Jika konsep gereja yang bertumbuh itu diartikan dengan perluasan dan perkembangan, maka rasul-rasul itu bisa dikatakan tidak berhasil dalam mendirikan gereja – karena sekarang gereja-gereja yang dilayani para rasul dulu tinggallah puing-puing saja. Ini harus menjadi pemikiran kita mengenai apa artinya gereja yang bertumbuh. Karena itu, gereja yang bertumbuh tidak berarti harus selalu eksis di sepanjang zaman dan terus memperbanyak diri. Kelihatannya ini bukan cara Tuhan.
Gereja yang bertumbuh menurut Alkitab:
Pertama, kita harus menangkap spirit dan bukan permukaan atau gejala lahiriah. Jika kita hanya menangkap hal-hal lahiriah, maka kita akan kecewa karena gereja mula-mula tidak ada bekasnya sekarang. Spirit gereja yang bertumbuh adalah terdiri dari jemaat yang sudah lahir baru dan bertobat menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Baca Juga: 5 Prinsip Gereja Reformatoris
Tanpa hal ini, gereja hanya akan menjalani formalitas belaka dan inilah yang dibenci oleh Allah Bapa dan dikritik dalam Alkitab. Allah pernah berkata, “Aku muak dengan segala aktivitasmu karena tidak disertai dengan pertobatan yang sejati.” Ribuan kali orang lupa dan menjalani ibadah dengan berpusat pada diri dan bukan mengutamakan Allah.
Dalam Perjanjian Lama Allah berkata, “Bangsa ini memuliakan Aku hanya dengan bibirnya, tetapi hatinya jauh daripada-Ku.” Adakah hati kita yang benar-benar mau tunduk pada Allah dan mengutamakan Dia di atas segala-galanya? Tanpa ini, apa yang kita jalani hanyalah kepalsuan. Jadi gereja yang bertumbuh adalah gereja yang terdiri dari jemaat yang lahir baru dan berpusat pada Tuhan.
Jemaat mula-mula adalah jemaat yang berpusat pada Tuhan, ada tindakan-tindakan nyata yang mereka lakukan. Perubahan yang esensial adalah perubahan tujuan hidup, kalau dulu untuk kepentingan diri sekarang untuk kemuliaan Allah yang kita sembah. Allah yang kita sembah adalah Raja di atas segala raja yang patut kita sembah.
Hidup kristen bukan hidup untuk dirinya lagi. Kita sudah dibeli dan harganya telah lunas dibayar karena itu muliakanlah Allah dengan seluruh hidup kita. Ini hal yang sangat mendasar tentang gereja yang bertumbuh. Jika kita sudah memiliki dasar ini, jelas responnya akan berbeda.
Mari kita menangkap spirit jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 yang kita baca tadi. Spirit mereka adalah bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, yaitu rindu untuk terus-menerus belajar. Kebenaran yang kita pelajari adalah seperti mata air yang tidak akan pernah berhenti mengalir. Makin kita menggali firman akan makin berlimpah-limpah.
Menjadi orang Reformed tidak boleh berhenti belajar. Jika kita hanya seminggu sekali mendengar firman, tidak pernah membaca buku-buku rohani, tidak pernah belajar menafsirkan firman dengan baik, tidak mungkin kita menjadi gereja yang bertumbuh. Spirit untuk mengerti kebenaran harus dimiliki oleh setiap kita. Jika kita belum memilikinya, minta pada Tuhan dan koreksi diri.
Kedua, Kisah Para Rasul 17:11 mengatakan, “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.”
Jemaat mula-mula menerima firman dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci. Setiap hari belajar firman! Ini bukan hanya firman yang masuk otak saja dan dilupakan, bukan juga sebagai teori-teori yang memuaskan otak tetapi firman yang betul-betul menegur, menginsyafkan, mengoreksi dan mengubah hidup.
Orang yang berhikmat adalah orang yang mau menerima teguran. Kita harusnya bersyukur jika ditegur oleh orang yang sungguh-sungguh bicara kebenaran karena berarti ada yang mengingatkan. Nabi asli dari dulu dibenci karena yang mereka lakukan adalah menegur raja. Raja adalah orang yang paling berkuasa. Orang yang menegur raja bisa dipenggal kepalanya. Raja-raja seringkali lebih senang dengan nabi palsu yang berkata hal-hal yang baik. Tetapi nabi diutus Tuhan untuk menegur mereka yang berdosa.
Penutup:
Jika gereja kita mau sehat, mari mulai dengan pertobatan yang sejati dan mengutamakan hal yang paling esensial dalam hidup yaitu firman. Mari bertumbuh sebagai orang percaya yang mengutamakan firman dan doa. Ini mungkin sudah mulai disepelekan oleh orang-orang Reformed. Ada orang-orang yang lebih senang baca buku-buku teologi daripada Alkitab dan kehilangan kerinduan berdoa.
Ini bahaya! Apa yang terjadi dengan gereja-gereja yang dibina oleh rasul Paulus dan rasul-rasul lain? Mengapa semuanya lenyap dan habis? Bukankah mereka awalnya memiliki semangat berkobar dan bernyala-nyala? Demikian juga Gerakan Reformed Injili Indonesia yang sekarang memiliki semangat luar biasa, tetapi berapa generasi kita akan bertahan? Semua berada dalam kuasa tangan Tuhan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, namun apa yang sekarang mau kita perjuangkan?
Hidup kita hanya sementara, karena itu jangan memikirkan hal-hal yang sementara. Dengan kata lain, gereja harus terdiri dari jemaat yang mau belajar dan mau mengutamakan firman dan doa!
Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :
Amin.