TANGGAPAN TEOLOGIS TERHADAP TRITUNGGAL PDT. ERASTUS SABDONO

Oleh: DR(Cand) MURIWALI YANTO MATALU Dan PDT.BUDI ASALI, M.DIV.
TANGGAPAN TEOLOGIS TERHADAP TRITUNGGAL PDT. ERASTUS SABDONOTanggapan ini saya buat dalam dua bagian. Yang pertama saya akan mencoba mendeskripsikanpandangannya Pdt. ERASTUS SABDONO. Sumbernya adalah dari dua video/audio youtube-nya yang saya anggap representatif, yakni pertama yang diberi judul “Khotbah Audio Pdt. Erastus Sabdono, M.Th. - Doktrin Tritunggal Part 2 of 10: Pengertian Tentang Allah,” dan yang kedua “Khotbah Audio Pdt. Erastus Sabdono, M.Th. - Doktrin Tritunggal Part 6 of 10: Roh Kudus Keluar dari Bapa.” Kemudian, di dalam bagian yang kedua, saya akan menanggapi dan mengevaluasinya dengan cara memberikan perbandingan dengan ajaran Tritunggal yang diterima secara resmi oleh gereja di sepanjang sejarah.

BAGIAN PERTAMA: DESKRIPSI AJARAN Pdt. ERASTUS SABDONO TENTANG TRITUNGGAL

Video/audio Doktrin Tritunggal Part 2

Sebagai pendahuluan, saya mencoba mengutip kata-kata Pdt. ES secara langsung, yang saya kira dapat menjadi starting point untuk deskripsi yang lebih lanjut.

“Sejatinya Tuhan Yesus sudah memerintah sejak purbakala atau sejak dunia belum dijadikan. Jadi pemerintahan Allah sebenarnya sudah berlangsung melalui PuteraNya yang tunggal sebelum dunia dijadikan. Terjemahan bahasa Inggris, terjemahan purbakala, “from the days of eternity.” Lucifer yang memberontak hendak menyamai yang mahatinggi bisa jadi pemberontakan terhadap takhta-Nya Tuhan Yesus, takhta yang diberikan oleh Allah Bapa kepada Tuhan Yesus sebagai pelaksana pemerintahan jagat raya ini. Allah ndak pernah kelihatan. Dalam hal ini kita bisa memahami mengapa Allah Bapa menyatakan bahwa Bapa akan menundukkan musuh-musuhNya. Musuh-musuh Tuhan Yesus. Musuh Tuhan Yesus di sini bukan manusia, itu mah nggak level. Itu Lucifer kunyuk sialan itu, yang memberontak kepada Allah. Dan Bapa menundukkan musuh-musuhNya dengan Roh Kudus. Nah, nanti kan kita bicara. Pernah ndak saudara membaca kalimat “Allah Roh Kudus.” Semua “Roh Kudus” nggak ada kata Allah di depannya. Pernah nggak dijelaskan bahwa Roh Kudus bisa terpisah dari Allah Bapa? Nggak pernah ada! Kalau Bapa berkata “Aku tundukkan musuh-musuh-Mu,” yang menundukkan Bapa atau Roh Kudus? Yang berkarya siapa? Nanti saya jelaskan. Di situ saya tidak menolak Tritunggal, tetapi bagaimana menjelaskan Tritunggal itu. Itu nanti beda. Dan saudara nggak usah pusing-pusing pakai gambaran apa tadi, airlah, mataharilah, o ndak perlu, ndak perlu. Itu udah clear banget. Hal begitu penting tidak mungkin tidak clear. Tidak mungkin hanya para teolog yang tahu, semua orang percaya mesti tahu. ….” (Khotbah Audio Pdt. Erastus Sabdono, M.Th. - Doktrin Tritunggal Part 2 of 10: Pengertian Tentang Allah, menit 21.50-23.43)

Dari kalimat-kalimat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa menurut Pdt. ES: 1) Allah Bapa sudah memerintah melalui PuteraNya yang tunggal (Yesus Kristus) sejak kekekalan. 2) Lucifer kemudian memberontak terhadap takhta Tuhan Yesus yang Dia peroleh dari Allah Bapa. Namun Bapa akan menundukkan musuh Tuhan Yesus, yakni Lucifer, melalui (atau dengan) Roh Kudus. 3) Doktrin Tritunggal adalah doktrin yang jelas atau clear. 4) Pada dasarnya dia tidak menolak doktrin Tritunggal, tetapi bagaimana dia menjelaskan doktrin itu, di situlah letak perbedaannya.

Hal-hal penting lain yang kita perlu tahu dari audio/video ini adalah pandangannya bahwa seluruh pemerintahan Bapa diserahkan kepada Anak. Lalu, saat Anak datang ke dalam dunia, bagaimana dengan pemerintahan itu? Di sini ES menjawab bahwa saat Tuhan Yesus datang ke bumi, surga tidak kosong karena di sorga ada Allah Bapa yang mengambil alih pemerintahan itu. Lalu, saat Tuhan Yesus naik kembali ke sorga, maka pemerintahan itu diterimanya kembali dari Allah Bapa (menit ke 31.25-32.25). Di bagian ini juga dia berkata, ““Allah itu esa atau tiga atau empat, nggak penting dan nggak ada pengaruhnya dalam diri kita. Yang penting penyelenggaraan pemerintahanNya kita tahu dan benang merahnya kita tahu.” Yang dia maksud dengan benar merah adalah penciptaan, terutama penciptaan manusia yang akan menjadi corpus delicti untuk membuktikan kesalahan Setan. Dimana untuk itu juga Tuhan Yesus telah datang ke dalam dunia melalui karya penebusanNya.

Video/audio Doktrin Tritunggal Part 6

Menurut ES, Roh Kudus bukan hanya sekedar kuasa atau kekuatan yang mengalir dari Allah Bapa, walaupun hal ini menguak sebagian kebenaran. Tetapi, apakah Roh Kudus adalah suatu pribadi yang memiliki pikiran, kehendak, perasaaan, dan berdaulat. Apakah Dia Pribadi ketiga? Bisa ya, bisa tidak! Bisa ya saat Dia mewakili Bapa dan Anak. Bapa dan Anak di Sorga, Roh Kudus memenuhi jagad raya ini. Namun bisa juga dikatakan bukan pribadi ketiga. Karena itu, pendapat bahwa Roh Kudus adalah tenaga aktif dari Bapa, itu menguak sebagian kebenaran. Mengapa? Karena Roh Kudus memang keluar dari diri Allah Bapa. Istilah yang digunakan untuk kata “keluar” di sini adalah “ekporeuomai” yg menunjukkan bahwa relasi antara Bapa dan Roh Kudus tak pernah bisa putus, seperti arus listrik dengan sumber tenaga listriknya. Dan mengenai Anak, juga digunakan kata “keluar” yakni keluar dari Bapa. Kata yang dipakai adalah “exerkhomai.” Selanjutnya, perbedaan antara “keluarnya” Anak dan “keluarnya” Roh Kudus dari Bapa ada pada perbedaan kedua istilah tersebut. Jika Roh Kudus keluar dari Bapa namun tetap melekat pada Bapa, maka keluarnya Anak dari Bapa memiliki arti bahwa Ia keluar dan berstatus terputus serta bisa menjadi pribadi yang terpisah dari Bapa, mandiri, dan berdaulat. Jadi Yesus bisa mandiri dan ambil keputusan. (Menit ke 01.34-8.11).

Lebih lanjut dia berpendapat bahwa Tuhan Yesus bisa keluar dari Bapa dan menjadi manusia yang berdaulat sendiri. Klimaks dari fakta bahwa Allah Anak bisa terpisah dari Bapa adalah di atas kayu salib. (Menit ke 9.10-9.45). Lalu, menurut dia, Bapa dan Anak tidak sejajar tetapi memiliki hirarki dimana Bapa lebih besar dari Anak. Bapa dengan Tuhan Yesus benar-benar bisa terpisah, dan Anak juga bisa gagal. Jadi, betul-betul ada Bapa dan betul-betul ada Anak. Mereka satu secara institusi atau lembaga. (Menit 13.03-13.19).

Bagimana dengan Roh Kudus? Dia berkata bahwa berbeda dengan Tuhan Yesus, Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan Allah Bapa atau sebaliknya. Dimana ada Bapa di situ pasti ada Roh Kudus, tetapi dimana ada Roh Kudus belum tentu ada kehadiran Pribadi Bapa, karena pribadi Bapa berada di dalam sorga. Walaupun demikian, dimana ada Roh Kudus, kehadiran Bapa beserta juga. Kehadiran Bapa bukanlah kehadiran pribadiNya. Jadi harus dibedakan antara kehadiran pribadi Bapa secara penuh dan kehadiran Bapa di dalam Roh-Nya. Itu sebabnya Doa Bapa Kami berbunyi, “Bapa Kami yang di Sorga.” (Menit ke 14.32-14.52). Namun di sini, ES kembali menegaskan bahwa Roh Kudus adalah pribadi karena membawa pikiran, perasaan, dan kehendak Bapa. (Menit ke 17.25-17.34). Dan tentu saja, oleh karenanya, menurut ES kepribadian Roh Kudus tidak terlepas dari Bapa dan tidak bersifat mandiri sebagaimana pribadi Anak.

Di menit ke 24.53-29.06, keluar pernyataan yang cukup mengagetkan. Menurut dia, ada tiga Anak Allah. Anak pertama Tuhan Yesus, anak yang kedua Lucifer; the prince of heaven, dan anak yang ketiga adalah Adam. Pernyataan semacam ini dimunculkan untuk menegaskan bahwa Roh Kudus tak pernah disebut sebagai Anak Allah. Dia adalah Roh Allah sendiri dan menjadi link yang menghubungkan antara Bapa dengan Tuhan Yesus, dimana Yesus menerima kuasa pemerintahan dari Bapa, sehingga di sini Tuhan Yesus pun menjadi mahahadir seperti Bapa. Misalnya saat Tuhan Yesus berkata “Aku akan menyertai kamu sampai kesudahan zaman.” Tetapi tentu saja bukan Tuhan Yesus yang menyertai. Yang dimaksudkan-Nya adalah Roh Kudus, walaupun Tuhan Yesus dapat turun kalau terpaksa, misalnya saat Roh Kudus mencegah Paulus untuk jangan pergi ke Asia tetapi Paulus nekat (berkeras hati), maka Roh Kristus sendiri yang turun. (Menit 30.21- 31.11). Perlu untuk diketahui bahwa di sini ES membedakan antara Roh Kristus dengan Roh Kudus.

Lebih lanjut, dalam hal keluar (exerkhomai) dari Bapa, Yesus nampaknya disejajarkan dengan keluarnya Lucifer (Setan) dan para malaikat dan manusia dari Bapa, yakni keluar sebagai pribadi yang terpisah, berdaulat, dan mandiri. Ini berbeda dengan Roh Kudus yang tak terpisah dari Bapa karena Dia adalah Roh dari Allah Bapa sendiri atau kehadiran Allah sendiri. Dengan demikian, Roh Kudus bukanlah pribadi yang mandiri yang terpisah dari Allah Bapa. Dia selamanya menjadi bagian yang tidak pernah terpisah dari Allah Bapa. Maka Roh Kudus tak pernah memiliki kemungkinan untuk melawan Bapa, karena itu adalah RohNya sendiri. Kalau Anak bisa melawan misalnya waktu Yesus berkata, “Bapa kalau boleh cawan ini lalu dari padaKu.” Di sini Dia nyaris “ndak nurut” (tidak taat). (Menit ke 31.37- 32.44).

Kesimpulannya, Allah itu esa dalam institusi atau lembagaNya dan jamak dalam pribadiNya. Elohim itu cuma dua, Bapa dan Anak, sedangkan Roh Kudus mewakili Elohim. Karena itu jika dikatakan bahwa Allah itu tiga pribadi boleh, tetapi jika Roh Kudus tidak dimasukkan juga boleh, karena Roh Kudus itu adalah perwakilan Allah yang tidak kelihatan yang menguasai jagad raya. (Menit 41.51-42.36).

BAGIAN KEDUA: TANGGAPAN DAN EVALUASI

Pengajaran ES dalam dua video/audio ini cukup jelas dan tidak rumit untuk dipahami. Karena itu, berdasarkan kejelasan ini, saya akan mencoba menanggapi dan mengevaluasinya dari sudut pandang doktrin Tritunggal yang umumnya diterima dan diajarkan oleh gereja sepanjang masa.

==========================================================================
Tanggapan Budi Asali:

1) Berbeda dengan pandangan MYM, bagi saya, ajaran ES tentang Allah Tritunggal sangat rumit dan membingungkan.

2) Seharusnya MYM bukan mengevaluasi hanya dari sudut pandang tentang Allah Tritunggal yang umumnya diterima / diajarkan oleh gereja, tetapi JUGA (dan terutama) dari sudut firman Tuhan / Alkitab. Yang terakhir ini justru yang terpenting.

==========================================================================
Pertama, gereja sepanjang zaman menyakini bahwa kesatuan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah kesatuan esensi-Nya. Istilah ini merujuk pada istilah-istilah Yunani “ousia,” “physis,” dan “to on,” dan juga merujuk pada istilah-istilah Latin “essentia,” “substantia,” “natura,” “ens,” dan “res.” Dalam Bahasa Inggris ada istilah-istilah “essence,” “substance,” dan “nature” (lih. Shedd, Dogmatic Theology [Phillipsburg: P&R, 2003], 230-1). Dalam Bahasa Indonesia, istilah-istilah ini setara dengan “natur,” “esensi,” “substansi,” “hakekat,” dan “keberadaan.” Jika Allah itu satu dalam hakekat-Nya, maka ketiga pribadi Tritunggal ini berbagian di dalam satu hakekat itu secara sama dan identik, dan oleh karenanya tidak dapat dipisahkan walaupun dapat dibedakan dengan jelas. Maka, pemahaman ES bahwa Allah itu satu secara institusi atau lembaga tidak dapat dibenarkan oleh karena kesatuan institusi terdiri dari bagian-bagian yang dapat dipisah. Karena itu kita tidak dapat mengganti istilah substansi, esensi, dan natur menjadi “institusi” atau “lembaga.”

==========================================================================
Tanggapan Budi Asali:

Ini justru salah satu yang bagi saya sangat membingungkan dalam ajaran ES tentang Allah Tritunggal. Apa yang ia maksudkan dengan satu lembaga atau institusi??? Saya belum pernah mendengar istilah ini digunakan oleh siapapun berkenaan dengan Allah Tritunggal. Saya setuju dengan MYM bahwa istilah satu hakekat tak bisa / tak boleh diganti.

Banyak ayat dalam Alkitab menunjukkan Allah itu satu / esa, seperti Ulangan 6:4 1Timotius 2:5 dan sebagainya. Tetapi banyak juga ayat yang menunjukkan adalah semacam kejamakan dalam diri Allah, seperti penggunaan istilah ‘Kita’ dalam Kejadian 1:26, munculnya ketiga Pribadi pada satu saat secara bersamaan (pada saat baptisan Yesus, Matius 3:16-17), dan juga adanya pembicaraan antar Pribadi Allah (Yohanes 12:27-28), adanya saling mengasihi antar Pribadi Allah (Matius 3:17 Yohanes 14:31), adanya Pribadi yang satu mengutus Pribadi yang lain (Yohanes 14:24,26 Yohanes 15:26 Yohanes 16:7), Pribadi yang satu memuliakan Pribadi yang lain (Yohanes 8:54 Yohanes 16:14 Yohanes 12:28), dan sebagainya.

Dari dua kelompok ayat ini kita harus menyimpulkan bahwa Allah itu adalah 1 X dan 3 Y. Dan bapa-bapa gereja abad-abad awal menggumulkan istilah apa yang pantas untuk digunakan untuk menggantikan X dan Y itu. Akhirnya diputuskan bahwa X = hakekat, dan Y = Pribadi. Ini bukan sembarang mencomot istilah. Memang kedua istilah ini tidak ada dalam Alkitab, tetapi itu bukan masalah, karena istilah ‘Tritunggal’ juga tidak ada dalam Alkitab. Jadi bukan masalah kalau istilahnya tak ada, asal ajarannya memang ada. Istilah itu dipilih sedemikian rupa, sehingga tidak menabrak ayat Alkitab yang manapun. Dan perumusan tentang Allah Tritunggal sebagai 1 hakekat, 3 Pribadi, telah berjalan selama hampir 2000 tahun, dan tak pernah ada orang manapun yang bisa menunjukkan adanya satu ayatpun dalam Alkitab yang menentang perumusan itu. Seandainya ada, maka perumusan itu memang harus dibuang. Tetapi selama tidak ada yang bisa menunjukkan, maka saya menerima perumusan itu sebagai sesuatu yang mutlak.

==========================================================================
Kedua, para teolog gereja mula-mula sepakat bahwa di dalam God’s opera ad intra (karya Allah dalam diriNya sendiri), Anak dilahirkan/diperanakkan secara kekal oleh Bapa, dan Roh Kudus keluar dari Bapa secara kekal. Di kemudian hari terdapat perbedaan antara gereja Ortodoks di Timur dan gereja Katholik di Barat. Gereja Timur mempertahankan bahwa Roh Kudus hanya keluar dari Bapa, tetapi gereja Barat menambahkan dengan berkata bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan juga Anak. Sinode Toledo (589) telah menambahkan kata “filioque” pada versi Latin Pengakuan Iman Konstantinopel, “Credimus in Spiritum Sanctum qui a Patre filioque procedit” (Indonesia: Kami percaya di dalam Roh Kudus, yang keluar dari Bapa dan Anak). Tentu saja ini bukanlah perbedaan yang substansial untuk diperdebatkan, walaupun saat itu gereja berdebat dan berselisih paham mengenai hal ini. Posisi gereja Protestan (secara khusus Reformed) adalah sama dengan gereja Katholik di dalam hal ini. Mengacu kepada pemahaman yang standar ini, maka ajaran ES yang mengatakan bahwa Anak keluar (exerkhomai) dari Bapa, tidak dapat dibenarkan. Yesus Kristus disebut Anak Allah oleh karena Alkitab menyatakan demikian (lih. Yohanes. 1:14,18; 3:16,18; 1Yoh. 4:9), dan oleh karenanya Dia adalah Anak Allah yang dilahirkan/diperanakkan secara kekal oleh Bapa, dan bukan “keluar” dari Bapa. Istilah “keluar dari Bapa” hanya dapat ditujukan kepada aktivitas kekal Roh Kudus yang keluar dari Bapa dan Anak.

==========================================================================
Tanggapan Budi Asali:

Saya berpendapat dalam menjawab ES, maka ayat yang ia gunakan tentang Yesus keluar dari Bapa, harus dibahas / dijawab. Saya tidak melihat MYM menjawab ayat ES itu. Dan itu yang akan saya lakukan di sini. Mari kita melihat ayatnya.

Yohanes 8:42 Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab AKU KELUAR DAN DATANG DARI ALLAH. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.

Dilihat sepintas saja, ini jelas bukan menunjuk pada Pribadi Ilahi Yesus, karena kalau PribadiNya, itu DIPERANAKKAN oleh Bapa. Lalu bagaimana dengan Yohanes 8:42?

Calvin (tentang Yohanes 8:42): “For I proceeded and came from God. ... he does not speak of his essence, but of his office.” [= Karena Aku keluar dan datang dari Allah. ... Ia tidak berbicara tentang hakekatNya tetapi tentang tugasNya.].

Ada juga penafsir yang menganggap kata ‘keluar’ ini sebagai menunjuk pada inkarnasi dan / atau missiNya. Tetapi yang jelas, ini tidak bisa diartikan menunjuk kepada Pribadi IlahiNya, karena kalau ini DIPERANAKKAN, bukan KELUAR, dari Bapa.

Hal yang penting dalam menafsirkan suatu ayat manapun adalah bahwa kita tidak boleh menafsirkannya sehingga menabrak ayat lain manapun dalam Alkitab. Kita harus mengharmoniskanayat-ayat dalam Alkitab, bukan mempertentangkannya! Kalau Allah Anak dikatakan KELUAR dari Bapa, maka itu akan menabrak semua ayat yang menunjukkan Yesus sebagai Anak Allah. Juga Yohanes 1:14,18.

Yohanes 1:14 menyebut Yesus sebagai ‘the only begotten of the Father’ (KJV), dan Yoh 1:18 menyebut Yesus sebagai ‘the only begotten God’ (NASB). Jadi Yesus DIPERANAKKAN, bukan KELUAR, dari Bapa. Ini kalau kita bicara tentang keilahianNya (hakekatNya / PribadiNya)!

Jadi, silahkan memilih: kalau dipilih ajaran ‘Yesus keluar dari Bapa’ maka itu akan menyebabkan ayat-ayat saling bertabrakan. Kalau dipilih apa yang baru saya jelaskan, maka ayat-ayat akan harmonis.

==========================================================================
Ketiga, sebagaimana sudah dikatakan bahwa Anak (Logos) bukan “keluar” dari Bapa, tetapi diperanakkan secara kekal oleh Bapa, maka harus dipahami bahwa aktivitas kekal dari Bapa yang melahirkan Anak, tidak menyebabkan Anak menjadi pribadi yang terpisah/terpotong dari Bapa sebagaimana diyakini ES. Anak dan Bapa selalu satu secara kekal di dalam hakekatNya dan tidak pernah terpisah. Menyatakan bahwa Anak menjadi mandiri dan terpisah dari Bapa saat keluar dari Bapa adalah bertentangan dengan apa yang dinyatakan di dalam Alkitab bahwa Yesus berada di dalam Bapa dan Bapa berada di dalam Yesus (lih. Yohanes. 17:21). Ini merujuk pada persatuan hakekat secara kekal antara Anak dan Bapa, walaupun persatuan itu bisa disimbolkan oleh persatuan antara orang percaya dengan Allah sebagaimana dinyatakan di dalam ayat itu. Tetapi, adalah dua hal yang berbeda dan tak dapat disamakan begitu saja, antara persatuan “Bapa di dalam Anak, dan Anak di dalam Bapa” yang sifatnya kekal dengan persatuan orang percaya dengan Allah Tritunggal.

==========================================================================
Tanggapan Budi Asali:

Bapa dan Anak, sekalipun merupakan dua Pribadi, tetapi bukan hanya memiliki hakekat yang sama, tetapi memiliki hakekat yang satu dan yang sama. Dua gelas Aqua memiliki hakekat yang sama, tetapi bukan hakekat yang satu dan sama. Yang seperti Bapa dan Anak ini tak ada contoh lain dalam apapun / siapapun. Dan semua ilustrasi akan defektif.

Anak memang selalu bersatu dengan Bapa. Kalau Anak dikatakan terpisah dari Bapa, maka ini akan menjadi Dwitheisme / Polytheisme. Lebih-lebih kalau dikatakan bahwa Anak lebih rendah dari Bapa, ini menjadi seperti ajaran Polytheisme, dimana ada banyak dewa / allah, dan yang satu lebih besar atau lebih kecil dari yang lain.

==========================================================================
Keempat, jelas terlihat ada problem doktrin Allah di dalam pandangan ES saat dia mengatakan bahwa Bapa dan Anak hadir di jagat raya ini melalui Roh Kudus. Menurut dia, pribadi Bapa dan Anak berada di surga, sehingga tidak dapat hadir secara pribadi ke dalam dunia ini. Jadi, dia membedakan antara “kehadiran Bapa dan Anak secara pribadi” dengan “kehadiran kedua pribadi ini melalui Roh Kudus.” Ini adalah problem yang serius. Jika ketiga pribadi berbagian di dalam satu hakekat yang sama, maka Bapa secara pribadi hadir dimana-mana karena Dia adalah Allah yang mahahadir, demikian juga Anak hadir dimana-mana karena Dia adalah Allah yang mahahadir, dan demikian juga dengan Roh kudus yang hadir dimana-mana karena Dia adalah Allah yang mahahadir. Para teolog sudah sepakat bahwa kehadiran Allah Tritunggal ke dalam segala ruang bukanlah hanya kehadiran yang bersifat per potentiam (melalui kuasa-Nya) tetapi kehadiran-Nya adalah per essentiam et naturam (melalui esensi dan natur-Nya). Dengan demikian Allah Tritunggal hadir dimana-mana secara penuh di dalam natur-Nya, dan oleh karenanya ketiga Pribadi ini juga hadir secara penuh. Berpendapat bahwa yang hadir hanyalah Roh Kudus, dan jika diperlukan barulah Anak turun dari dari sorga adalah memelorotkan kemahahadiran Anak menjadi Allah yang tidak mahahadir. Jika demikian, maka Yesus bukanlah Allah sama sekali. Sejatinya, dimana Roh Kudus berada, di situ juga Bapa dan Anak berada, demikian sebaliknya.

==========================================================================
Tanggapan Budi Asali:

Yang namanya ‘Allah’ tidak bisa tidak maha ada / maha hadir. Tidak ada tempat dimanapun dimana Dia tidak ada. Kalau manusia Yesus, itu memang tidak maha ada. Tetapi Yesus sebagai Allah, pasti maha ada. Saya setuju dengan MYM bahwa Bapa, Anak (sebagai Allah), dan Roh Kudus, selalu ada dimanapun. Tidak ada tempat dimana ketiga Pribadi ini tidak ada.

1Raja-Raja 8:27 Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.

Yesaya 66:1 Beginilah firman TUHAN: Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku?

Kisah Para Rasul 17:27 supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.

Kisah Para Rasul 17:28 Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.

Matius 18:20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."

Matius 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Yohanes 14:23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.

==========================================================================
Kelima, jelas juga terlihat bahwa terdapat problem yang serius dalam pandangan ES mengenai kepribadian Roh Kudus. ES berpendapat bahwa Roh Kudus boleh disebut pribadi ketiga karena Dia memang memiliki pikiran, perasaan, dan kehendak, tetapi mengingat bahwa Dia selalu melekat pada Bapa dan tak pernah berpisah dari Bapa, maka dalam hal ini dia boleh untuk disebut sebagai “bukan pribadi ketiga.” Sudah kita bahas bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus tidak dapat dipisahkan oleh karena kesatuannya adalah kesatuan hakekat. Mengacu kepada pemahaman ini, maka walaupun Roh Kudus melekat kepada Bapa (dan ini tentu saja benar), tetapi itu tidak harus berarti bahwa Roh Kudus bukanlah sepenuhnya merupakan pribadi tersendiri yang berbeda dari Bapa. Jangankan Roh Kudus, Anak saja juga melekat kepada Bapa, karena memang ketiga pribadi Tritunggal ini berbagian di dalam satu hakekat yang sama atau identik. Anak dipahami sebagai memiliki pribadi yang berbeda dengan Bapa dan Roh Kudus, bukan karena terpisah dari Bapa, sebagaimana diyakini ES, tetapi karena Dia memang berbeda di dalam pribadi-Nya dengan Bapa melalui kelahiran-Nya secara kekal dari Bapa. Sejatinya, Anak lahir secara kekal dari Bapa tanpa terpisah dari Bapa. Demikian juga Roh Kudus tidak dapat dikatakan sebagai “bisa menjadi pribadi ketiga dan bisa juga tidak menjadi pribadi ketiga” oleh karena melekat kepada Bapa, sebagaimana diyakini ES. Sejatinya, walaupun Roh Kudus adalah satu dan melekat kepada Bapa oleh karena kesatuan hakekat-Nya dengan Bapa, Dia tetaplah pribadi tersendiri berdasarkan fakta bahwa Dia keluar secara kekal dari Bapa (dan juga dari Anak).

==========================================================================
Tanggapan Budi Asali:

Saya setuju dengan MYM.

Dan saya bingung dan sangat tidak bisa mengerti pernyataan ‘bisa menjadi pribadi ketiga dan bisa juga tidak menjadi pribadi ketiga’. Karena itu di atas sudah saya katakan, pandangan ES tentang Allah Tritunggal bagi saya sangat rumit dan tidak bisa saya mengerti.

==========================================================================
Keenam, ES meyakini ada hirarki antara Bapa dan Anak, dimana Bapa lebih besar dari Anak. Konsep semacam ini jelas tidak sesuai dengan pandangan Tritunggal yang umumnya diterima oleh gereja. Pandangan yang umum diterima adalah bahwa ketiga pribadi itu equal in power and glory. Tetapi bukankah dalam Yohanes 14:28 Kristus mengatakan bahwa Bapa lebih besar dari diri-Nya? Mengenai hal ini Herman Bavinck memberi penjelasan bahwa ketika Yesus berkata Bapa lebih besar dari Diri-Nya, Dia tidak bermaksud bahwa Bapa lebih besar kuasa-Nya, karena Yohanes 10:28-30 mengajarkan hal yang sebaliknya, tetapi Yesus merujuk diri-Nya saat Dia merendahkan diri-Nya. Bapa lebih besar kemuliaan-Nya saat Yesus merendahkan Diri-Nya. Tetapi ketika Yesus kembali kepada Bapa, inferioritas-Nya berakhir (lih. Bavinck, The Doctrine of God, trans. by William Hendriksen [Grand Rapids: Baker Book House, 1980], 271). Ajaran mengenai adanya hirarki semacam ini entah bisa jatuh ke dalam sub-ordinasi ala Tertualian, yang menurut Louis Berkhof mengandung cacat, atau yang lebih jauh lagi cacatnya sebagaimana diajarkan Origen, bahwa Anak sub-ordinasi kepada Bapa di dalam hakekat-Nya, demikian juga Roh Kudus, bahkan sub-ordinasi pada Anak di dalam hakekat-Nya. Jadi hakekat ketiga-Nya tidak setara. Atau yang paling menyimpang adalah ajaran Arius yang mengatakan bahwa Anak diciptakan sebelum segala sesuatu, dimana ajaran semacam ini sama dengan ajaran Saksi-Saksi Yehovah.

==========================================================================
Tanggapan Budi Asali:

Kalau 3 Pribadi ini adalah Allah, tetapi tidak setara, itu menjadi polytheisme / kepercayaan pada banyak allah / dewa, dimana allah / dewa yang satu bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari dewa yang lain.

Dan bahwa Allah setara dengan Bapa, ditunjukkan oleh sedikitnya dua ayat di bawah ini:

Yohanes 5:18 Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.

Kata-kata ‘menyamakan diriNya’ salah terjemahan.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘making himself equal with God’ [= membuat diriNya sendiri setara dengan Allah].

Fil 2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,

Dalam bahasa Yunani, kata yang digunakan dalam Yohanes 5:18 dan Filipi 2:6 berasal dari kata dasar yang sama.

Dan perlu diingat bahwa perendahan yang dibicarakan oleh Filipi 2:6 bukan berarti bahwa Ia kehilangan kesetaraan dengan Bapa itu. Pada waktu Ia berinkarnasi, Ia ketambahan hakekat manusia. Sebagai manusia, Ia tidak setara, tetapi lebih rendah dari Bapa (bdk Yohanes 14:28), tetapi sebagai Allah, Ia selalu setara dengan Bapa.

==========================================================================
Ketujuh, terdapat problem kristologis yang serius di dalam pandangan ES. Sebagaimana sudah dideskripsikan di atas, dia menyatakan bahwa saat Anak turun ke bumi, maka kekuasaan-Nya di sorga diberikan kepada Bapa, dan setelah Ia naik kembali, kekuasaan itu dikembalikan oleh Bapa kepada-Nya. Pandangan semacam ini bertentangan dengan pernyataan konsili Kalsedon (451) yang menyatakan bahwa Yesus Kristus memiliki dua natur, ilahi sepenuhnya dan manusia sepenuhnya, yang bersatu sedemikian rupa di dalam satu pribadi yakni pribadi Logos. Kedua natur ini tidak berubah, tidak bercampur, tidak terpisah, dan tidak terbagi. Maka, saat Yesus datang ke dalam dunia mengambil natur manusia, benar bahwa di dalam kemanusiaan-Nya Dia bersifat terbatas dan tidak mahahadir, tetapi pada saat yang sama, di dalam natur ilahi-Nya, Dia tetaplah Allah yang mahakuasa, tidak terbatas, mahahadir, dan sedang memerintah alam semesta ini. Pemerintahan ilahi-Nya tetap berjalan bersama-sama dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus.

==========================================================================
Tanggapan Budi Asali:

Allah itu tidak bisa berubah (Mazmur 102:26-28 Mal 3:6 Yakobus 1:17).

Mazmur 102:26 Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu.

Mazmur 102:27 Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah;

Mazmur 102:28 tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan.

Ibrani 1:10 Dan: "Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu.

Ibrani 1:11 Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian;

Ibrani 1:12 seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan."

Mal 3:6 Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.

Yakobus 1:17 Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.

Memang yang sempurna itu tidak bisa berubah. Kalau Allah itu menjadi makin kuat, berarti tadi Ia tidak maha kuasa. Kalau Allah itu menjadi makin pintar, berarti tadi Ia tidak maha tahu. Allah itu sempurna, dan karena itu Ia tidak bisa berubah!

Kalau Anak itu tadinya maha kuasa, lalu menjadi tidak maha kuasa, maka Dia berubah, dan itu menunjukkan bahwa Dia bukan Allah sama sekali!

Pada waktu menyoroti Yesus sejak inkarnasi dst, perlu kita pahami bahwa Ia adalah sungguh-sungguhAllah dan sungguh-sungguh manusia. Ayat-ayat tertentu menunjukkan keilahianNya, seperti Yohanes 10:30 Yohanes 14:7-10. Dan ayat-ayat yang lain menunjukkan kemanusiaanNya, seperti Mat 24:36 Yohanes 14:28 dsb.

Sebagai manusia, Ia terbatas tempat / tidak maha ada, Ia tidak maha tahu, Ia lemah, bisa lelah dan sebagainya. Tetapi sebagai Allah, Ia maha ada (Ia tidak terbatas dalam diri dari manusia Yesus!), Ia maha tahu, Ia maha kuasa, dan sebagainya.

Calvin: “For even if the Word in his immeasurable essence united with the nature of man into one person, we do not imagine that he was confined therein. Here is something marvel¬ous: the Son of God descended from heaven in such a way, that without leaving heaven, he willed to be borne in the virgin’s womb, to go about the earth, and to hang upon the cross, yet he continuously filled the world even as he had done from the beginning.” [= Karena bahkan ketika Firman dalam hakekatNya yang tak terbatas, bersatu dengan hakekat manusia dalam satu pribadi, kami tidak membayangkan bahwa Ia dibatasi di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang menakjubkan: Anak Allah turun dari surga dengan cara sedemikian rupa, sehingga tanpa meninggalkan surga, Ia mau dikandung dalam kandungan perawan, berjalan-jalan di bumi, dan tergantung di kayu salib, tetapi Ia secara terus-menerus memenuhi alam semesta seperti yang Ia sudah lakukan dari semula.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, no 4.

Kata-kata Calvin ini didasarkan atas Yohanes 1:18. Kalau kita melihat kontex Yohanes 1 itu maka akan terlihat bahwa mula-mula digambarkan bahwa LOGOS itu bersama-sama dengan Allah (ay 1: ‘pada mulanya’). Setelah itu digambarkan bahwa LOGOS itu berinkarnasi dan diam di antara manusia (ay 14). Tetapi dalam ay 18 tetap digambarkan bahwa LOGOS itu ada di pangkuan (Literal: ‘dada’) Bapa di surga!

Yohanes 1:1,14,18 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. ... (18) Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ADA di pangkuan (dada) Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.

Perhatikan kata ‘ada’ dalam Yohanes 1:18. Dalam bahasa Inggris digunakan present tense!!

NASB: who is in the bosom of the Father [= yang ada (present tense!) di dada Bapa].

NIV: who is at the Father’s side [= yang ada (present tense!) di sisi Bapa].

Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah HO ON yang arti hurufiahnya adalah ‘the being’. Kata HO adalah definite article / kata sandang tertentu (‘the’), sedangkan ON adalah suatu participle yang ada dalam bentuk present.

Jadi, sekalipun ay 14 menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu sudah menjadi daging / manusia, tetapi ay 18 menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu tetap ada di dada Bapa! Ini menunjukkan kemaha-adaan Yesus! Sekalipun manusia Yesusnya terbatas, tetapi Anak Allah itu tidak terbatas di dalam manusia Yesus itu. Ia tetap maha ada!

==========================================================================
Kedelapan, Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa ada tiga Anak Allah, yang pertama Yesus, yang kedua, Lucifer, dan yang ketiga Adam. Pernyataan semacam ini adalah murni muncul dari satu spekulasi teologi yang tidak alkitabiah, dan kelihatannya untuk mendukung pengajaran ES mengenai “corpus delicti.” Lucifer/Iblis bukanlah anak Allah, dan juga bukan “keluar” dari Bapa, tetapi dia adalah malaikat yang diciptakan untuk melayani Tuhan tetapi kemudian jatuh ke dalam dosa, dan juga menyeret sepertiga dari jumlah malaikat untuk menjadi pengikutnya (band. Wahyu. 12:3-4). Lalu, Adam bukanlah anak Allah seperti Yesus, dan dia juga bukan “keluar” dari Bapa, tetapi diciptakan dari debu tanah dan diberikan kepadanya nafas hidup (lih. Kejadian. 2:7) yang merujuk bahwa natur Adam adalah tubuh dan jiwa/roh. Memang, bagi manusia, istilah anak-anak Allah dapat digunakan, tetapi itu sifatnya secara etis dan religious, misalnya dalam Kejadian 6:2. Ini merujuk pada mereka yang takut akan Tuhan, sehingga penggunaan istilah anak Allah di sini tidak setara dengan istilah Anak Allah yang dikenakan kepada Yesus Kristus yang merujuk pada kelahiran-Nya secara kekal dari Bapa.


Tanggapan Budi Asali:

Kalau ada 3 Anak Allah, bagaimana Yesus bisa disebut Anak TUNGGAL Allah???

Yohanes 1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak TUNGGAL Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Yohanes 1:18 Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak TUNGGAL Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Yohanes 3:18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak TUNGGAL Allah.

Kalau orang percaya disebut anak Allah, itu tidak masalah. Karena kita yang percaya diadopsi menjadi anak.

Galatia 4:5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.

Bagian yang saya garis-bawahi itu, diterjemahkan seperti ini dalam KJV.

KJV: ‘that we might receive the adoption of sons.’ [= supaya kita bisa menerima pengadopsian dari anak-anak].

Jadi, kita yang percaya adalah anak adopsi, sedangkan Yesus adalah betul-betul Anak! Jadi, Yesus tetap adalah Anak TUNGGAL Allah. Karena itu dalam Yohanes 20:17 Yesus berkata: ‘Bapa-Ku dan Bapamu’. Mengapa Ia tidak berkata ‘Bapa kita? Karena hubungan Yesus dengan BapaNya memang berbeda dengan hubungan orang percaya dengan Bapa!!!

Tetapi kalau ternyata Lucifer dan Adam juga adalah Anak Allah dalam arti seperti Yesus, maka Yesus jelas bukan Anak TUNGGAL Allah, dan tambahan kata ‘tunggal’ untuk Yesus itu harus dihapuskan!
TANGGAPAN TEOLOGIS TERHADAP TRITUNGGAL PDT. ERASTUS SABDONO
-o0o-
Next Post Previous Post