BUKTI ALLAH TRITUNGGAL

Pdt.Budi Asali, M.Div.
BUKTI ALLAH TRITUNGGAL
ALLAH TRITUNGGAL (1)

I) Pernyataan tentang doktrin Allah Tritunggal.

1) Dalam diri Allah hanya ada 1 hakekat yang tidak terbagi-bagi (one indivisible essence), tetapi ada 3 pribadi yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus.

a) Adanya 3 pribadi tidak berarti bahwa orang kristen mempercayai 3 Allah!

Calvin: “three are spoken of, each of which is entirely God, yet there is not more than one God.” [= tiga yang dibicarakan, masing-masing adalah Allah sepenuhnya, tetapi tidak ada lebih dari satu Allah.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 3.

b) Tetapi orang kristen juga tidak mempercayai Allah itu tunggal secara mutlak. Orang kristen mempercayai Allah Tritunggal.

Calvin mengutip kata-kata Gregory Nazianzus yang berbunyi sebagai berikut:

“I cannot think on the one without quickly being encircled by the splendor of the three; nor can I discern the three without being straightway carried back to the one.” [= Saya tidak dapat memikirkan yang satu tanpa dengan cepat dilingkupi oleh kemegahan dari yang tiga; juga saya tidak bisa melihat / memperhatikan yang tiga tanpa segera dibawa kembali kepada yang satu.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 17.

c) Allah menyatakan diriNya dalam 3 pribadi bukan karena Ia memilih / menghendaki hal itu, tetapi karena memang Ia adalah demikian.

Louis Berkhof: “this tri-personal existence is a necessity in the Divine Being, and not in any sense the result of a choice of God. He could not exist in any other than the tri-personal form.” [= keberadaan yang bersifat tiga pribadi ini adalah suatu keharusan dalam Diri / Keberadaan Allah, dan sama sekali bukanlah hasil dari pilihan Allah. Ia tidak bisa berada dalam apapun yang lain dari pada bentuk tiga pribadi.] - ‘Systematic Theology’, hal 84.

2) Seluruh hakekat Allah yang tidak terbagi-bagi itu dimiliki oleh ketiga pribadi itu.

a) Hakekat illahi itu tidak mempunyai keberadaan di luar / terpisah dari ketiga pribadi itu.

b) Kalau berbicara tentang ‘Essential Being’ [= Keberadaan secara hakiki] dari pribadi-pribadi dalam diri Allah, maka mereka betul-betul setingkat, tidak ada yang lebih tinggi / rendah.

c) Dalam persoalan hubungan ketiga pribadi ini dengan hakekat illahi, semua analogi tidak berguna dan kita harus menyadari bahwa Allah Tritunggal adalah suatu misteri yang jauh melampaui pengertian kita.

3) Ketiga pribadi dalam diri Allah itu ditandai dengan urut-urutan (order) yang tertentu.

Allah Bapa adalah yang pertama; Allah Anak yang kedua; dan Allah Roh Kudus yang ketiga.

Urut-urutan ini tidak berhubungan dengan waktu atau hakekat, tetapi hanya dengan urut-urutan asal usul Mereka secara logika.

Louis Berkhof: “It need hardly be said that this order does not pertain to any priority of time or of essential dignity, but only to the logical order of derivation. [= Hampir tidak perlu dikatakan bahwa urut-urutan ini tidak berhubungan dengan keberadaan lebih dulu atau kewibawaan hakiki, tetapi hanya dengan urut-urutan asal usul secara logika.] - ‘Systematic Theology’, hal 88-89.

4) Ada sifat-sifat / milik-milik pribadi (personal attributes) yang membedakan ketiga pribadi dalam diri Allah.

Ini disebut ‘opera ad intra’, karena hal-hal ini merupakan pekerjaan-pekerjaan dalam diri Allah yang tidak berhubungan dengan ciptaanNya. Hal-hal ini merupakan pekerjaan pribadi yang tidak dilakukan oleh ketiga pribadi secara bersama-sama. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak dapat diberikan / tidak dapat dimiliki bersama-sama (incommunicable).

‘Generation’ [= pekerjaan melahirkan] hanyalah merupakan pekerjaan Allah Bapa.

‘Filiation’ [= descent from a parent / kelahiran] hanya bisa ditujukan terhadap Allah Anak.

‘Procession’ hanya dapat ditujukan terhadap Allah Roh Kudus.

‘Opera ad intra’ dibedakan dengan ‘opera ad extra’ yang merupakan pekerjaan-pekerjaan dengan mana Allah Tritunggal dimanifestasikan keluar.

Sekalipun pekerjaan-pekerjaan tertentu lebih ditujukan kepada pribadi-pribadi tertentu (Misalnya: penciptaan - Allah Bapa; penebusan - Allah Anak; pengudusan - Allah Roh Kudus), tetapi pekerjaan-pekerjaan itu bukanlah pekerjaan-pekerjaan dari pribadi-pribadi tertentu saja, melainkan pekerjaan-pekerjaan dari seluruh Allah Tritunggal / ketiga Pribadi dari Allah Tritunggal.

5) Doktrin Allah Tritunggal adalah suatu misteri yang melampaui pengertian manusia.

a) Manusia tidak dapat mengertinya sepenuhnya atau membuatnya bisa dimengerti sepenuhnya.

Dalam doktrin Allah Tritunggal diajarkan bahwa Allah itu satu hakekatnya tetapi mempunyai 3 pribadi, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

Bapa itu Allah sepenuhnya; Anak itu Allah sepenuhnya; dan Roh Kudus itu juga Allah sepenuhnya.

Tetapi kita tidak mempercayai 3 Allah (Tritheisme); kita tetap mempercayai Allah itu satu.

Tidak masuk akal? Bukan tidak masuk akal tetapi melampaui akal.

Sedikit penjelasan tentang ‘tidak masuk akal’ dan ‘melampaui akal’: kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 hakekat dan 3 hakekat pada saat yang sama, maka itu berten­tangan dengan akal / logika dan itu betul-betul merupakan suatu kekacauan.

Demikian juga kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 pribadi dan 3 pribadi pada saat yang sama.

Tetapi kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 hakekat tetapi 3 pribadi, itu tidak bertentangan dengan akal / logika, tetapi melampaui akal / logi­ka.

William G. T. Shedd: “The clue to the right construction of the doctrine of the Trinity, lies in the accurate distinction and definition of Essence and Person. The doctrine is logically consistent, because it affirms that God is one in another sense than he is three; and three in another sense than he is one. If it affirmed unity in the same respect that it affirms trinality, the doctrine would be self-contradictory.” [= Petunjuk pada konstruksi / penyusunan doktrin Tritunggal, terletak pada pembedaan dan pendefinisian yang akurat / tepat dari ‘Hakekat’ dan ‘Pribadi’. Doktrin ini konsisten secara logika, karena doktrin ini menegaskan bahwa Allah itu satu dalam arti yang berbeda dengan pada waktu dikatakan Ia itu tiga, dan tiga dalam arti yang berbeda dengan pada waktu dikatakan Ia itu satu. Seandainya doktrin ini menegaskan kesatuan dalam hal yang sama dengan pada waktu doktrin ini menyatakan ke-tiga-an, maka doktrin ini bertentangan dengan dirinya sendiri.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 268.

Mengapa saya katakan ‘melampaui akal / logika’? Karena kita tidak bisa membayangkan bagaimana satu hakekat dengan tiga pribadi itu!

Ini juga merupakan sesuatu yang perlu dicamkan dalam mempelajari doktrin Allah Tritunggal. Jangan mempelajarinya doktrin Allah Tritunggal dengan membayangkan, karena bagaimanapun dan apapun yang saudara bayangkan, Allahnya pasti tidak seperti itu.

Dan pernyataan bahwa Allah ‘melampaui akal’ ini yang justru masuk akal. Otak kita yang terbatas tidak mungkin bisa mengerti sepenuhnya tentang Allah yang tak terbatas! Seseorang pernah berkata bahwa kalau ada orang yang bisa mengajarkan Doktrin Allah Tritunggal sehingga bisa dimengerti sepenuhnya, maka itu pasti adalah ajaran sesat. Kalau Allah yang tidak terbatas bisa dimengerti seluruhnya oleh otak manusia yang begitu terbatas, itu justru tidak masuk akal!

Argumentasi ini sering saya gunakan kalau saya menghadapi orang-orang yang mempercayai Allah yang tunggal mutlak.

Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

1. Ayub 11:7-9 - “(7) Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? (8) Tingginya seperti langit - apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati - apa yang dapat kauketahui? (9) Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera.”.

Pertanyaan dalam Ayub 11:7 itu jelas harus dijawab ‘Tidak!’.

Matthew Henry (tentang Ayub 11:7-8): “We may, by searching find God (Acts 17:27), but we cannot find him out in any thing he is pleased to conceal; we may apprehend him, but we cannot comprehend him; we may know that he is, but cannot know what he is. ... We may, by a humble, diligent, and believing search, find out something of God, but cannot find him out to perfection; we may know, but cannot know fully, what God is, nor find out his work from the beginning to the end, Eccl. 3:11. Note, God is unsearchable.” [= Kita bisa, dengan mencari, menemukan Allah (Kis 17:27), tetapi kita tidak bisa menemukan Dia dalam hal apapun yang Ia berkenan untuk menyembunyikan; kita bisa memahami / mengerti Dia, tetapi kita tidak dapat memahami / mengerti Dia dengan sepenuhnya; kita bisa mengetahui bahwa Ia ada, tetapi kita tidak bisa tahu apa Dia itu. ... Kita bisa, dengan pencarian yang rendah hati, rajin, dan percaya, mengetahui sesuatu tentang Allah, tetapi kita tidak dapat mengetahui Dia dengan sempurna; kita bisa tahu / mengenal, tetapi tidak bisa tahu / mengenal dengan sepenuhnya, apa Allah itu, ataupun memahami pekerjaanNya dari awal sampai akhir, Pkh 3:11. Perhatikan, Allah itu tidak bisa diselidiki / diselami.].

Bdk. Pkh 3:11b - “Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”.

Kalau pekerjaan Allah saja manusia tidak bisa menyelami, apalagi Allahnya sendiri!

2. Ayub 36:26 - “Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahunNya tidak dapat diselidiki.”.

NIV: ‘How great is God - beyond our understanding! The number of his years is past finding out’ [= Alangkah besarnya Allah - melampaui pengertian kita! Jumlah tahun-tahunNya tidak bisa diketahui / diselidiki].

Kalau jumlah tahun-tahun Allah itu saja tidak dapat kita selidiki, apalagi Allahnya sendiri!

3. Ayub 37:5b,22-23 - “(5b) ... Ia melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak tercapai oleh pengetahuan kita; ... (22) Dari sebelah utara muncul sinar keemasan; Allah diliputi oleh keagungan yang dahsyat. (23) Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami, besar kekuasaan dan keadilanNya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya.”.

Ay 5bnya menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah saja begitu besar sehingga tidak bisa kita mengerti, apalagi Allahnya sendiri. Dan bahwa Allahnya sendiri tidak bisa kita mengerti, ditekankan lagi oleh ay 22-23nya.

Sekarang bagaimana dengan Yoh 4:22?

Yohanes 4:22 - “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.”.

Tidak ada problem dengan ayat ini. Kita yang mengenal Allah melalui pengertian yang benar dari Kitab Suci, bisa mengatakan hal yang sama. Kita bisa berkata bahwa kita mengenal Allah, tetapi kita tidak bisa berkata bahwa kita mengerti Dia dengan sempurna.

Matthew Henry (tentang Yoh 4:22): “‘We know what we worship. We go upon sure grounds in our worship, for our people are catechised and trained up in the knowledge of God, as he has revealed himself in the scripture.’ Note, Those who by the scriptures have obtained some knowledge of God (a certain though not a perfect knowledge) may worship him comfortably to themselves, and acceptably to him, for they know what they worship.” [= ‘Kami tahu / kenal apa yang kami sembah. Kami berjalan di atas tanah / dasar yang pasti dalam ibadah / penyembahan kami, karena bangsa kami diberi pelajaran dasar dan dididik dalam pengetahuan / pengenalan terhadap Allah, sebagaimana Ia telah menyatakan diriNya sendiri dalam Kitab Suci’. Perhatikan, Mereka yang dengan Kitab Suci telah mendapatkan suatu pengetahuan tentang Allah (suatu pengetahuan tertentu, sekalipun bukan pengetahuan yang sempurna) bisa menyembah Dia dengan menyenangkan bagi diri mereka sendiri, dan bisa diterima bagi Dia, karena mereka tahu / kenal apa yang mereka sembah.].

Ini sesuai dengan kata-kata Paulus, yang ada dalam 1Korintus 13:8-12 - “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (9) Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. (10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. (11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. (12) Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”.

Jadi, ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kita bisa mengenal Allah, harus diartikan sebagai pengenalan yang terbatas, sejauh yang Allah kehendaki / nyatakan tentang diriNya sendiri dalam Alkitab. Ini cukup untuk keselamatan kita!

Tetapi ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengenal Allah, harus diartikan sebagai pengenalan yang sempurna. Ini baru bisa ada pada akhir jaman, atau pada saat kita mati dan masuk ke surga.

Semua ini juga sesuai dengan kata-kata Yohanes dalam 1Yoh 3:2 - “Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diriNya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya.”.

Kata-kata ‘apabila Kristus menyatakan diriNya’ jelas menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya. Pada saat itu:

1. ‘kita akan menjadi sama seperti Dia’.

Kata ‘sama’ seharusnya tidak ada.

KJV: ‘we shall be like him’ [= kita akan seperti Dia].

Tentu kita tidak akan menjadi setara dengan Dia / menjadi Allah.

Calvin mengatakan bahwa kita tidak akan menjadi setara dengan Dia, karena harus ada perbedaan antara kepala dan anggota-anggota tubuh. Sang rasul mengatakan bahwa kita akan seperti Dia karena Ia akan mengubah tubuh kita yang hina sehingga menjadi seperti tubuhNya yang mulia.

Bdk. Filipi 3:21 - “yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia, menurut kuasaNya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diriNya.”.

2. ‘kita akan melihat Dia dalam keadaannya yang sebenarnya’.

Calvin menafsirkan kata ‘sebab’ (yang mendahului anak kalimat ini) bukan sebagai ‘cause’ [= penyebab], tetapi sebagai ‘effect’ [= akibat]. Jadi, pada saat kita menjadi seperti Dia, maka kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya.

Kata Yunani yang digunakan adalah HOTI, yang bisa berarti ‘because’ [= sebab], tetapi bisa juga berarti ‘that’ [= sehingga / supaya].

Ada 2 hal yang perlu kita ketahui tentang kata-kata ‘kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya’:

a. Memang orang-orang yang tidak percaya juga akan melihat Dia, tetapi mereka akan melihat Dia sebagai Hakim yang mengerikan, sedangkan kita akan melihat Dia sebagai Sahabat.

b. Sekarangpun kita ‘melihat’ Dia, tetapi kita melihat Dia hanya secara samar-samar. Nanti kita akan melihat Dia apa adanya. Ini sesuai dengan 1Kor 13:12 yang sudah kita baca dan pelajari di atas, tetapi untuk jelasnya saya berikan lagi di sini.

1Kor 13:12 - “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”.

b) Kesulitan yang terbesar terletak pada hubungan antara pribadi-pribadi dalam diri Allah dengan hakekat illahi dan hubungan antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Kesulitan-kesulitan ini tidak pernah bisa dipecahkan oleh manusia.

Kita berusaha untuk menyatakan doktrin Allah Tritunggal ini sedemikian rupa, bukan supaya semua ini bisa dimengerti dengan jelas, tetapi hanya supaya kita terhindar / terlindung dari ajaran-ajaran sesat tentang Allah Tritunggal.

ALLAH TRITUNGGAL (2)

II) Istilah ‘Tritunggal’, ‘hakekat’ dan ‘pribadi’.

Mengapa digunakan istilah-istilah seperti ‘Trinity’ [= Tritunggal], ‘person’ [= priba­di] dan ‘essence’ [= hakekat], padahal istilah-istilah terse­but tidak ada dalam Alkitab?

1) Istilah ‘Trinity’ [= Tritunggal].

William G. T. Shedd: “The technical terms ‘trinity’ is not found in Scripture; ... The earliest use of the word is in Theophilus of Antioch (+ 181, or 188), ... Tertullian (+ 220) employs the term trinitas.” [= Istilah tekhnis ‘Tritunggal’ tidak ditemukan dalam Kitab Suci; ... penggunaan yang paling awal dari kata itu adalah dalam Theophilus dari Antiokhia (+ 181, atau 188), ... Tertullian (+ 220) menggunakan istilah ‘Trinitas’.] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 267.

Herman Bavinck: “Scripture does not give us a fully formulated doctrine of the Trinity, but contains all the elements out of which Theology has constructed this doctrine.” [= Kitab Suci tidak memberi kita doktrin tentang Tritunggal yang diformulakan secara penuh, tetapi mencakup semua elemen dari mana Theologia telah menyusun doktrin ini.] - ‘The Doctrine of God’, hal 274.

Dengan kata lain, sekalipun dalam Kitab Suci tidak ada pernyataan explicit bahwa Allah itu adalah satu hakekat, 3 pribadi, dan bahwa 3 pribadi itu setingkat, dan sama sifat-sifatNya, dan sebagainya, tetapi dalam Kitab Suci semua elemen dari doktrin Allah Tritunggal ada.

Dalam Perjanjian Lama hanya ada secara samar-samar, tetapi dalam Per­janjian Baru menjadi jauh lebih jelas. Tetapi setelah ada Perjanjian Baru, dan kita membaca Perjanjian Lama dengan ‘kaca mata Perjanjian Baru’, maka akan terlihat bahwa di Perjanjian Lama ada lebih banyak ayat yang mendasari ajaran tentang Allah Tritunggal.

Untuk jelasnya nanti kita akan melihat dasar Kitab Suci dari doktrin Allah Tritunggal, baik dari Perjanjian Lama maupun dari Perjanjian Baru.

2) Istilah ‘essence’ [= hakekat] dan ‘person’ [= pribadi].

Calvin: “although the heretics rail at the word ‘person,’ or certain squeamish men cry out against admitting a term fashioned by the human mind, they cannot shake our conviction that three are spoken of, each of which is entirely God, yet there is not more than one God. What wickedness, then, it is to disapprove of words that explain nothing else than what is attested and sealed by Scripture! It would be enough, they say, to confine within the limits of Scripture not only our thoughts but also our words, rather than scatter foreign terms about, which would become seedbeds of dissension and strife. ... If they call a foreign word one that cannot be shown to stand written syllable by syllable in Scripture, they are indeed imposing upon us an unjust law which condemns all interpretation not patched together out of the fabric of Scripture. ... what prevents us from explaining in clearer words those matters in Scripture which perplex and hinder our understanding, yet which conscientiously and faithfully serve the truth of Scripture itself, and are made use of sparingly and modestly and on due occasion? ... What is to be said, moreover, when it has been proved that the church is utterly compelled to make use of the words ‘Trinity’ and ‘Persons’? If anyone, then, finds fault with the novelty of the words, does he not deserve to be judged as bearing the light of truth unworthily, since he is finding fault only with what renders the truth plain and clear?” [= sekalipun bidat-bidat / orang-orang sesat mencemooh pada kata ‘pribadi’, atau orang-orang yang sangat kritis / cerewet berteriak menentang penerimaan suatu istilah yang diciptakan oleh pikiran manusia, mereka tidak bisa menggoyahkan keyakinan kami bahwa tiga yang dibicarakan, masing-masing adalah Allah sepenuhnya, tetapi tidak ada lebih dari satu Allah. Maka, kejahatan apakah itu, yang mencela / tidak menyetujui kata-kata yang tidak menjelaskan apapun juga selain dari apa yang ditegaskan dan dimeteraikan oleh Kitab Suci! Adalah cukup, mereka berkata, untuk membatasi di dalam batasan-batasan dari Kitab Suci, bukan hanya pikiran-pikiran kita tetapi juga kata-kata kita, dari pada menyebarkan istilah-istilah asing ke segala arah, yang akan menjadi sumber dari munculnya ketidak-setujuan / konflik dan pertengkaran. ... Jika mereka menyebut suatu kata asing terhadap satu kata yang tidak bisa ditunjukkan tertulis suku kata demi suku kata dalam Kitab Suci, mereka memaksakan kepada kita suatu hukum yang tidak benar, yang mengecam semua penafsiran yang tidak menyatukan potongan-potongan dari Kitab Suci. ... apa yang menghalangi kita dari tindakan menjelaskan dalam kata-kata yang lebih jelas persoalan-persoalan dalam Kitab Suci yang membingungkan dan menghalangi pengertian kita, tetapi yang dengan teliti dan setia melayani kebenaran dari Kitab Suci sendiri, dan digunakan dengan hemat dan dengan rendah hati dan pada saat yang seharusnya? ... Selanjutnya, apa yang harus dikatakan pada waktu telah dibuktikan bahwa gereja sepenuhnya dipaksa untuk menggunakan kata ‘Tritunggal’ dan ‘Pribadi-Pribadi’? Jadi, jika seseorang mencari kesalahan dengan kata-kata yang baru, tidakkah ia layak untuk dihakimi sebagai menghasilkan terang kebenaran yang tidak berharga, karena ia mencari kesalahan hanya pada apa yang membuat kebenaran menjadi terang dan jelas?] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 3.

Catatan: kata ‘sparingly’ [= dengan hemat] mungkin maksudnya ‘tidak dengan sembarangan’.

Dengan kata-kata di atas, Calvin jelas mencela orang-orang yang tidak mau menerima ajaran tentang Allah Tritunggal karena menggunakan kata-kata / istilah-istilah yang tidak ada dalam Alkitab, karena sekalipun kata-kata itu diciptakan, tetapi penjelasan dengan kata-kata itu tetap menjelaskan ajaran yang ada dalam Alkitab.

Calvin (pada waktu ia berbicara tentang Allah Tritunggal dalam Yoh 1:1-2) berkata sebagai berikut:

“And yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they could not in any other way maintain sound and pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous phraseology of the heretics, they were compelled to invent some words, which after all had no other meaning than what is taught in the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or Persons, in the one and simple essence of God.” [= Dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyusunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana.].

Renungkan:

Ada banyak kata / istilah yang tidak ada dalam Alkitab, tetapi tetap digunakan dalam kekristenan. Saya akan memberi 2 contoh:

a) Istilah ‘free will’ [= kehendak bebas].

Steven Liauw pernah mengatakan ada dan menunjukkan ayat-ayat yang dalam KJV menggunakan kata ‘freewill’ seperti Im 22:18.

Tetapi saya menjawab:

‘Freewill’ berbeda / tidak sama dengan ‘free will’.

‘Freewill’ adalah satu kata, dan ini adalah kata sifat, artinya ‘sukarela’.

Tetapi ‘free will’ terdiri dari dua kata, yaitu kata benda ‘will’ / ‘kehendak’, dan kata sifat ‘free’ / ‘bebas’, yang menjelaskan kata benda ‘will’ / ‘kehendak’ itu. Arti seluruhnya ‘kehendak bebas’. Dan istilah ini tidak ada dalam Alkitab bagian manapun! Tetapi hampir dalam setiap perdebatan Calvinisme vs Arminianisme, istilah ini digunakan!

b) Kata ‘sakramen’.

Jerome menterjemahkan kata ‘mystery’ / ‘rahasia’ dalam Ef 5:32 sebagai ‘sakramen’, tetapi ini jelas terjemahan yang salah!

Ef 5:31-32 - “(31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. (32) Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.”.

Yunani: MUSTERION.

KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘mystery’ [= misteri].

YLT: ‘secret’ [= rahasia].

Jadi, sebetulnya kata ‘sakramen’ itu tidak pernah ada dalam Alkitab. Tetapi boleh dikatakan semua orang kristen / gereja menggunakan kata ini!

Mengapa orang-orang itu tidak keberatan dengan penggunaan istilah-istilah / kata-kata ini, tetapi mereka keberatan terhadap penggunaan kata-kata ‘hakekat’ dan ‘pribadi’ dalam doktrin Allah Tritunggal? Ini merupakan suatu sikap yang tidak konsisten!

Perlihatkan debat email dengan Tjantana Jusman. 

Calvin: “And Augustine’s excuse is similar: on account of the poverty of human speech in so great a matter, the word ‘hypostasis’ had been forced upon us by necessity, not to express what it is, but only not to be silent on how Father, Son, and Spirit are three.” [= Dan alasan Agustinus juga mirip: karena kemiskinan dari kata-kata manusia dalam persoalan yang begitu besar seperti ini, kata ‘HUPOSTASIS’ {= pribadi} dipaksakan kepada kita karena kebutuhan, bukan untuk menyatakan apa hal itu, tetapi hanya supaya tidak bungkam / diam tentang bagaimana Bapa, Anak, dan Roh adalah tiga.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, no 5.

Herman Bavinck mengatakan sebagai berikut:

“It is of course self-evident that this confession of Nicea and Chalcedon may not lay claim to infallibility. The terms of which the church and its theology make use, such as person, nature, unity of substance, and the like, are not found in Scripture, but are the product of reflection which Christianity gradually had to devote to this mystery of salvation. The church was compelled to do this reflecting by the heresies which loomed up on all sides, both within the church and outside of it. All those expressions and statements which are employed in the confession of the church and in the language of theology are not designed to explain the mystery which in this matter confronts it, but rather to maintain it pure and unviolated over against those who would weaken or deny it.” [= Jelaslah bahwa penga­kuan iman Nicea dan Chalcedon tidak bisa mengclaim ke-tidak-bisa-salah-an. Istilah-istilah yang digunakan oleh gereja dan theologianya, seperti ‘pribadi’, ‘hakekat’, ‘kesatuan hakekat / zat’, dan sebagainya, tidak ditemukan dalam Kitab Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara bertahap / perlahan-lahan harus diberikan oleh kekristenan kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk melakukan pemikiran ini oleh bidat-bidat yang muncul dan mengancam dari semua sisi, baik di dalam maupun di luar gereja. Semua istilah dan pernyataan yang digunakan dalam pengakuan iman gereja dan dalam bahasa theologia, tidak dimaksudkan untuk menjelaskan misteri yang dihadapi, tetapi untuk menjaganya supaya tetap murni dan tak terganggu dari mereka yang ingin melemahkan atau menyangkalnya.] - ‘Our Reasonable Faith’, hal 321-322.

Bavinck melanjutkan lagi:

“There have been many, and there still are many, who look down upon the doctrine of the two natures from a lofty vantage point, and try to supplant it by other words and phrases. What differences does it really make, they begin by saying, whether we agree with this doctrine or not? What matters is that we ourselves possess the person of Christ, He who stands high and exalted above this awkward confes­sion. But before long these same persons begin introducing words and terms themselves in order to describe the person of Christ whom they accept. ... And then history has taught that the terms of the attackers of the Doctrine of the Two Natures are far poorer in worth and force, and that they often, indeed, involve doing injustice to the incarnation as Scripture explains it to us.” [= Ada banyak orang, dan sampai sekarang masih ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi dan menguntungkan, meremehkan / meman­dang rendah doktrin tentang dua hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang lain. Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah kami menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami memiliki pribadi Kristus, yang berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini sendiri mulai memperkenalkan kata-kata dan istilah-istilah untuk menggambarkan pribadi Kristus yang mereka terima. ... Dan sejarah telah mengajar bahwa isti­lah-istilah dari para penyerang Doktrin tentang Dua Hakekat ini, jauh lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita.] - ‘Our Reasonable Faith’, hal 321-322.

Catatan: dalam kedua kutipan dari Bavinck di atas, ia sebetulnya bukan berbicara tentang Allah Tritunggal, tetapi tentang diri Kristus, yang adalah satu pribadi tetapi memiliki 2 hakekat (natures). Tetapi saya mengutip kata-kata Bavinck di sini, karena saya menganggap bahwa kata-katanya juga bisa diterapkan dalam persoalan Allah Tritunggal.

Apa yang dikatakan Herman Bavinck ini memang tepat. Orang yang menolak istilah-istilah / kata-kata ‘pribadi’ dan ‘hakekat’ biasanya lalu menciptakan istilah-istilah / kata-kata sendiri yang ternyata jauh lebih jelek dari istilah-istilah ‘pribadi’ dan ‘hakekat’ ini.

Contoh:

Pdt. Yohanes Bambang dari GKI dalam bukunya yang berjudul ‘Tuhan ajarlah aku’ berkata sebagai berikut:

“Jadi karena hakikat Alkitab berfungsi sebagai pewar­taan iman maka dalam kesaksiannya tidak pernah berspekulasi juga mengenai masalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Tertullianus. Alkitab tidak pernah membuat hipotesa tentang Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus dengan kategori-kategori ‘UNA SUBSTANTIA, TRES PERSONAE’ (satu zat yang memiliki tiga pribadi). Cara berpikir Tertullianus adalah cara berpikir yang filsafati ketim­bang cara berpikir teologis-alkitabiah. Bila demikian, identitas Roh Kudus bukan dalam pengertian ZAT ILAHI yang memiliki kepri­badian sendiri. Alkitab tidak pernah mengenal atau mempergunakan istilah dan pengertian ZAT ILAHI.” (hal 131).

Jadi, Pdt. Yohanes Bambang menolak ajaran Tertullian ini tentang satu hakekat dan tiga pribadi ini dengan alasan bahwa istilah ‘zat ilahi’ itu tidak ada dalam Kitab Suci. Tetapi anehnya, dalam buku yang sama:

1) Di hal 109 ia berkata: “Secara matematis memang berjum­lah ‘tiga’. Tetapi dari penghayatan iman dan materi Allah: ‘ketigaNya adalah YANG TUNGGAL’.”.

2) Di hal 110 ia berkata: “Jadi Allah dan Yesus adalah ‘satu’, tapi bukan ‘satu’ dalam arti matematis, juga bukan dalam arti satu zat. Allah dan Yesus adalah satu dalam ciri hakiki ilahi dan karya (pekerjaan)Nya.”.

3) Di hal 135 ia berkata: “... sehingga dalam diri Yesus Kristus nampak seluruh ciri hakiki Allah sendiri.”.

Yang ingin saya tanyakan adalah: dari mana ia mendapatkan istilah ‘ciri hakiki Allah / ilahi’ dan ‘materi’ itu? Apakah istilah itu ada dalam Kitab Suci? Kalau tidak ada, mengapa ia mau menggunakannya tetapi pada saat yang sama menolak penggunaan istilah ‘zat ilahi’, karena tidak ada dalam Kitab Suci? Bukankah semua ini menunjukkan ketidak-konsekwenannya?

ALLAH TRITUNGGAL (3)

III) Dasar Kitab Suci dari doktrin Allah Tritunggal.

Orang-orang yang anti Tritunggal sering mengclaim bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak mempunyai dasar Alkitab.

Dan untuk untuk bisa memaksakan claim itu, mereka biasanya:

1) Menuntut kita untuk memberikan satu ayat yang menunjukkan doktrin Allah Tritunggal.

Ini merupakan suatu tuntutan yang tidak berdasar. Tak ada hukum apapun yang mengharuskan kita untuk memberikan satu ayat yang menunjukkan suatu doktrin apapun. Kita berhak menggunakan seluruh Alkitab, dan banyak sekali ayat dari Alkitab, dari mana akhirnya bisa disimpulkan adanya doktrin Allah Tritunggal ini! Ini metode yang benar dan sah untuk mendapatkan doktrin manapun.

Dalam persoalan keilahian Kristus, yang jelas berhubungan dengan doktrin Allah Tritunggal, maka tuntutannya biasanya diubah menjadi: beri satu ayat dimana Yesus sendiri mengatakan ‘Aku adalah Allah, sembahlah Aku’ dan sebagainya.

Lagi-lagi ini merupakan tuntutan yang tak berdasar. Tidak ada hukum yang mengharuskan kita untuk memberikan kata-kata Yesus sebagai dasar dari doktrin apapun. Seluruh Alkitab kita percayai sebagai firman Tuhan, dan karena itu kita bisa menggunakan semua ayat dalam Alkitab, tak peduli ayat itu ucapan Yesus atau bukan, sebagai dasar dari doktrin apapun, termasuk keilahian Kristus. Dan ayat yang menyatakan secara explicit bahwa Yesus adalah Allah, sangat banyak (ini akan kita pelajari belakangan).

2) Menggunakan tulisan-tulisan / kata-kata orang, bahkan sumber-sumber sekuler, yang menyatakan bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak ada dalam Alkitab, atau tidak mempunyai dasar Alkitab sama sekali.

Saya ingin memberikan satu contoh yang benar-benar kurang ajar.

Saksi-Saksi Yehuwa mengutip dari Encyclopedia Britannica sebanyak 2 x dalam persoalan ini.

a) Dalam buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 6, mereka berkata: “The New Encyclopedia Britannica menyatakan: ‘Kata Tritunggal atau doktrinnya yang jelas tidak terdapat dalam Perjanjian Baru.’”.

b) Dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 393, mereka memberikan kutipan yang lebih panjang dari Encyclopedia Britannica itu: “Kata Tritunggal, maupun doktrin Tritunggal yang jelas, tidak terdapat dalam Perjanjian Baru. Yesus dan pengikut-pengikutnya juga tidak bermaksud menentang Shema dalam Perjanjian Lama: ‘Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!’ (Ulangan 6:4). ... Doktrin ini berkembang secara bertahap selama beberapa abad dan melalui banyak perdebatan. ... Menjelang akhir abad ke-4 ... doktrin Tritunggal pada dasarnya mengambil bentuk yang sampai sekarang dipertahankan.”.

Catatan: perhatikan ada 3 x ... yang menunjukkan mereka melakukan kutipan sebagian, meloncati bagian-bagian tertentu. Ini memang tak masalah, selama tak membuat artinya jadi berubah!

Sekarang, saya akan membandingkan kutipan sebagian dari Saksi Yehuwa, dengan kutipan penuh dari Encyclopedia Britannica 2000.

Encyclopedia Britannica 2000 (dengan entry ‘Trinity’):

“in Christian doctrine, the unity of Father, Son, and Holy Spirit as three persons in one Godhead. Neither the word Trinity nor the explicit doctrine appears in the New Testament, nor did Jesus and his followers intend to contradict the Shema in the Old Testament: ‘Hear, O Israel: The Lord our God is one Lord’ (Deuteronomy 6:4). The earliest Christians, however, had to cope with the implications of the coming of Jesus Christ and of the presumed presence and power of God among them--i.e., the Holy Spirit, whose coming was connected with the celebration of the Pentecost. The Father, Son, and Holy Spirit were associated in such New Testament passages as the Great Commission: ‘Go therefore and make disciples of all nations, baptizing them in the name of the Father and of the Son and of the Holy Spirit’ (Matthew 28:19); and in the apostolic benediction: ‘The grace of the Lord Jesus Christ and the love of God and the fellowship of the Holy Spirit be with you all’ (2 Corinthians 13:14). Thus, the New Testament established the basis for the doctrine of the Trinity. The doctrine developed gradually over several centuries and through many controversies. Initially, both the requirements of monotheism inherited from the Old Testament and the implications of the need to interpret the biblical teaching to Greco-Roman religions seemed to demand that the divine in Christ as the Word, or Logos, be interpreted as subordinate to the Supreme Being. An alternative solution was to interpret Father, Son, and Holy Spirit as three modes of the self-disclosure of the one God but not as distinct within the being of God itself. The first tendency recognized the distinctness among the three, but at the cost of their equality and hence of their unity (subordinationism); the second came to terms with their unity, but at the cost of their distinctness as ‘persons’ (modalism). It was not until the 4th century that the distinctness of the three and their unity were brought together in a single orthodox doctrine of one essence and three persons. The Council of Nicaea in 325 stated the crucial formula for that doctrine in its confession that the Son is ‘of the same substance (homoousios) as the Father,’ even though it said very little about the Holy Spirit. Over the next half century, Athanasius defended and refined the Nicene formula, and, by the end of the 4th century, under the leadership of Basil of Caesarea, Gregory of Nyssa, and Gregory of Nazianzus (the Cappadocian Fathers), the doctrine of the Trinity took substantially the form it has maintained ever since. Copyright © 1994-2000 Encyclopædia Britannica, Inc.”.

Terjemahannya:

“Dalam doktrin Kristen, kesatuan dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai tiga pribadi dalam satu Allah / keilahan. Baik kata Tritunggal maupun doktrinnya yang EXPLICIT tidak muncul / tampak dalam Perjanjian Baru, juga Yesus maupun para pengikutNya tidak bermaksud untuk menentang Shema dalam Perjanjian Lama: ‘Dengarlah hai orang Israel, TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa’ (Ulangan 6:4). Tetapi orang-orang Kristen mula-mula harus menghadapi pengertian / petunjuk tentang datangnya Yesus Kristus dan tentang anggapan tentang kehadiran dan kuasa dari Allah di antara mereka, yaitu Roh Kudus, yang kedatanganNya dihubungkan dengan perayaan dari Pentakosta. Bapa, Anak, dan Roh Kudus digabungkan / disatukan dalam text-text Perjanjian Baru seperti Amanat Agung: ‘Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus’ (Matius 28:19); dan dalam pemberian berkat rasuli: ‘Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian’ (2Kor 13:13). Dengan cara ini Perjanjian Baru menegakkan / memperlihatkan / membuktikan dasar untuk doktrin dari Tritunggal. Doktrin ini berkembang secara perlahan-lahan selama berabad-abad dan melalui banyak kontroversi / perdebatan. Pada awalnya, tuntutan monotheisme dari Perjanjian Lama maupun adanya kebutuhan untuk menafsirkan ajaran alkitabiah kepada agama-agama Yunani-Romawi kelihatannya menuntut bahwa keilahian dalam Kristus sebagai Firman, atau LOGOS, ditafsirkan sebagai lebih rendah dari pada Allah. Pemecahan alternatif adalah dengan menafsirkan Bapa, Anak, dan Roh Kudus sebagai tiga mode / cara penyingkapan diri sendiri dari Allah yang esa, tetapi tidak berbeda dalam diri Allah sendiri. Kecenderungan yang pertama mengakui perbedaan di antara ketiganya, tetapi dengan mengorbankan kesetaraan dan karena itu juga kesatuan mereka (subordinationisme); yang kedua sesuai dengan kesatuan mereka, tetapi dengan mengorbankan perbedaan mereka sebagai ‘pribadi-pribadi’ (modalisme). Baru pada abad ke 4lah perbedaan dari ketiganya dan kesatuan mereka dipersatukan dalam suatu doktrin orthodox tunggal tentang satu hakekat dan tiga pribadi. Sidang Gereja Nicea pada tahun 325 menyatakan formula yang sangat penting untuk doktrin itu dalam pengakuannya bahwa Anak adalah ‘dari zat yang sama (HOMOOUSIOS) dengan Bapa’, sekalipun pengakuan itu berkata-kata sangat sedikit tentang Roh Kudus. Selama setengah abad selanjutnya, Athanasius mempertahankan dan menghaluskan / membersihkan formula Nicea itu, dan pada akhir dari abad keempat, dibawah pimpinan dari Basil dari Kaisarea, Gregory dari Nyssa, dan Gregory dari Nazianzus, (Bapa-bapa Kappadokia), doktrin Tritunggal mendapat bentuk secara kokoh yang dipertahankannya sejak saat itu. Hak cipta © 1994-2000 Encyclopædia Britannica, Inc.”.

Catatan:

1. Untuk ayat terakhir ini penomoran ayat antara Kitab Suci Indonesia dan Kitab Suci Inggris berbeda satu angka; dalam Kitab Suci Indonesia 2Kor 13:13; dalam Kitab Suci Inggris 2Kor 13:14.

2. Kata ‘EXPLICIT’ diterjemahkan ‘yang jelas’ oleh Saksi-Saksi Yehuwa, dan ini jelas merupakan terjemahan yang menyesatkan. Dalam Perjanjian Baru dan bahkan dalam seluruh Kitab Suci memang tidak ada dasar yang explicit untuk doktrin Allah Tritunggal (misalnya ayat yang mengatakan bahwa Allah itu satu hakekatNya, tetapi ada dalam 3 pribadi yang setara). Tetapi dasar-dasar yang jelas, jelas ada. Dan Encyclopedia Britannica 2000 sendiri memberikan 2 text yang dipakai sebagai bukti / dasar dari doktrin Allah Tritunggal, yaitu Matius 28:19 dan 2Kor 13:13.

Catatan: dari Free Dictionary dari GOOGLE, saya mendapatkan bahwa kata ‘explicit’ berarti: ‘fully and clearly expressed; leaving nothing implied’ [= dinyatakan secara penuh dan secara jelas, tak meninggalkan apapun yang dinyatakan secara tidak langsung / implicit].

Point ke 2 ini bukan masalah besar, karena buku asli dari Saksi-Saksi Yehuwa ada dalam bahasa Inggris, dan dalam buku aslinya mereka tetap menggunakan kata ‘explicit’ itu.

3. Bagian yang saya beri garis-bawah tunggal dan warna biru adalah bagian yang dikutip oleh Saksi-Saksi Yehuwa, sedangkan yang saya beri garis bawah ganda / dobel dan warna merah, adalah bagian, yang secara kurang ajar mereka loncati, padahal itu adalah bagian yang sangat penting.

Pengutipan sebagian, dan pembuangan bagian yang seharusnya penting untuk dikutip, membuat Encyclopedia Britannica kelihatannya mengatakan sesuatu yang berbeda dengan yang seharusnya.

Dari pengutipan sebagian yang mereka lakukan, kelihatannya Encyclopedia Britannica menyatakan bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak mempunyai dasar Alkitab. Tetapi kalau kita melihat artikel penuh dalam Encyclopedia Britannica maka jelas Encyclopedia Britannica tidak menyatakan seperti itu, bahkan Encyclopedia Britannica memberikan 2 dasar ayat Alkitab yang secara sengaja dibuang oleh Saksi-Saksi Yehuwa pada waktu mereka memberikan pengutipan sebagian!

Kalau saudara mau tahu lebih banyak tentang kecurangan Saksi-Saksi Yehuwa dalam mengutip, lihat di link ini: https://www.jwfacts.com/watchtower/trinity.php

Sekarang saya akan mulai menunjukkan dasar-dasar Alkitab dari doktrin Allah Tritunggal.

A) Kitab Suci menunjukkan ketunggalan Allah.

1) Ayat-ayat Kitab Suci yang secara explicit menyatakan bahwa Allah itu satu.

Ul 6:4 - “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”.

Yes 45:5a - “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah.”.

Yohanes 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”.

1Korintus 8:4-6 - “(4) Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’, baik di sorga, maupun di bumi - dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.”.

Efesus 4:3-6 - “(3) Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: (4) satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, (5) satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, (6) satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.”.

1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”.

Yak 2:19 - “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”.

2) Penggunaan kata-kata bentuk tunggal untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:

a) Penggunaan kata ganti orang bentuk tunggal.

Contoh:

1. Kalau Allah berbicara tentang diriNya sendiri, maka pada umum­nya Ia menggunakan kata ‘Aku’ (bahasa Inggris: ‘I’).

Contoh:

Kej 12:1-3 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (2) Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. (3) Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.’”.

2. Kalau orang lain berbicara tentang Allah, maka digunakan kata ‘Dia’ (bahasa Inggris: ‘He’).

Contoh:

1Raja 18:39 - “Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: ‘TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!’”.

3. Kalau orang berbicara kepada Allah, maka digunakan kata ‘Engkau’ (bahasa Inggris: ‘You’). Dalam bahasa Yunani maupun Ibraninya terlihat bahwa yang digunakan adalah ‘You’ dalam bentuk tunggal. Bentuk tunggal ini bahkan terlihat dalam beberapa versi Alkitab bahasa Inggris yang menggunakan kata bahasa Inggris kuno ‘Thou’ [= Engkau (bentuk tunggal)].

Contoh:

1Raja 18:36-37 - “(36) Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: ‘Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hambaMu dan bahwa atas firmanMulah aku melakukan segala perkara ini. (37) Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.’”.

KJV/RSV/NASB/ASV/YLT: ‘Thou ... Thy ... Thy ... Thou ... Thou’.

Istilah ‘Thou’, ‘Thee’, ‘Thy’, dan ‘Thine’ merupakan kata-kata bahasa Inggris kuno, untuk ‘You’ (Subyek), ‘You’ (Obyek), ‘Your’, dan ‘Yours’, tetapi semua itu dalam bentuk tunggal. Dalam bahasa Inggris modern pembedaan tunggal jamak itu tidak ada. Jadi, kata-kata ‘You’ (Subyek), ‘You’ (Obyek), ‘Your’, dan ‘Yours’ bisa jamak ataupun tunggal.

b) Penggunaan kata kerja bentuk tunggal.

Contoh:

Kej 1:1 - “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”

Dalam bahasa Ibraninya, kata ‘menciptakan’ dalam Kej 1:1 adalah kata kerja bentuk tunggal. Kalau kata itu mau diterjemahkan secara hurufiah, maka terjemahannya adalah ‘he created’ atau ‘he has created’.

Lihat Mansoor, hal 81 bawah, untuk kata kerja bentuk tunggal / jamak. 

c) Penggunaan kata sifat bentuk tunggal.

Menahem Mansoor: “In English, the adjective remains unchanged, whether we use it with a masculine or feminine noun, in singular or plural. Thus we say a good son, a good daughter, good sons, good daughters. In Hebrew, as in French, every adjective changes in agreement with its noun.” [= Dalam bahasa Inggris, kata sifat tetap tak berubah, apakah kita menggunakannya dengan suatu kata benda maskulin atau feminin, dalam bentuk tunggal atau jamak. Jadi kita mengatakan ‘a good son’, ‘a good daughter’, ‘good sons’, ‘good daughters’. Dalam bahasa Ibrani, seperti dalam bahasa Perancis, setiap kata sifat berubah sesuai dengan kata bendanya.] - ‘Biblical Hebrew Step By Step’, hal 45.

Jadi kata sifat dalam bahasa Ibrani mempunyai 4 bentuk, yaitu:

1. Kata sifat maskulin tunggal.

2. Kata sifat feminin tunggal.

3. Kata sifat maskulin jamak.

4. Kata sifat feminin jamak.

Untuk contoh-contoh dari keempat kata sifat itu bisa dilihat dalam buku yang sama hal 53-54. 

Kata ‘good’ untuk maskulin tunggal - TOV.

Kata ‘good’ untuk maskulin jamak - TOVIM.

Kata ‘good’ untuk feminin tunggal - TOVAH.

Kata ‘good’ untuk feminin jamak - TOVOT.

Contoh penggunaan kata sifat bentuk tunggal untuk Allah: 

Maz 25:8 - “TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat”.

Dalam bahasa Ibraninya, kata-kata ‘baik’ dan ‘benar’ dalam Maz 25:8 adalah kata sifat bentuk tunggal (ini bisa dilihat dalam BibleWorks).

ALLAH TRITUNGGAL(4) 

3) Allah mempunyai sifat self-existent, dan sifat ini tidak memungkinkan adanya lebih dari satu ‘makhluk’ seperti Dia. 

a) Sifat self-existent [= ada dengan sendirinya / ada dari dirinya sendiri] dari Allah, jelas merupakan ajaran dalam Kitab Suci, karena Kitab Suci menunjukkan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah (Kej 1:1-31 Yoh 1:3,10), tetapi Kitab Suci tidak pernah menceritakan tentang terjadinya Allah, dan ini menunjukkan bahwa Allah sendiri tidak pernah diciptakan / dijadikan oleh siapapun / apapun juga. 

Yoh 1:3,10 - “(3) Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. ... (10) Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya, tetapi dunia tidak mengenalNya.”. 

Text di atas ini menunjukkan Yesus sebagai Pencipta (jelas bahwa Yesus ditinjau sebagai Allah), dan segala sesuatu di luar diri Allah diciptakan olehNya (ini berarti malaikat juga tercakup). 

Tetapi adanya penggunaan kata ‘oleh’ (ay 3,10), yang dalam bahasa Yunaninya adalah DIA (biasanya berarti ‘through’ / ‘melalui’) menyebabkan kelompok Unitarian dan Saksi Yehuwa menganggap bahwa ayat ini menunjukkan bahwa Yesus itu hanyalah sekedar alat yang dipakai oleh Bapa dalam menciptakan segala sesuatu. Kita bisa tetap menggunakan text di atas ini karena kata Yunani DIA, sekalipun biasanya berarti ‘through’ / ‘melalui’, tetapi bisa juga diterjemahkan ‘by’ [= oleh]. 

Tetapi kalau argumentasi ini dianggap kurang, maka kita bisa melihat pada text di bawah ini. 

Ibr 1:8-10 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’ (10) Dan: ‘Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu.”. 

KJV: ‘But unto the Son ...’ [= Tetapi kepada Anak ...’]. 

Dalam ay 8 Yesus disebut ‘Allah’, dan dalam ay 10 Yesus disebut ‘Tuhan’, dan dilanjutkan dengan kata-kata “Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu.”. 

Jadi, Allah menciptakan segala sesuatu, tetapi Dia sendiri tak diciptakan. Ia ada dari diriNya sendiri (self-existent). 

b) Sifat self-existent ini mempunyai 2 perwujudan: 

1. Allah adalah ‘makhluk’ yang independent [= bebas / tak tergan­tung] secara mutlak. 

a. DiriNya / keberadaanNya / hidupNya independent (Yoh 5:26). 

Yoh 5:26 - “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, demikian juga diberikanNya Anak mempunyai hidup dalam diriNya sendiri.”. 

b. PikiranNya / rencanaNya / kehendakNya / tindakanNya independent. 

Ro 11:33-34 - “(33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya! (34) Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”. 

Ro 9:10-24 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya. (19) Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?’ (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? (22) Jadi, kalau untuk menunjukkan murkaNya dan menyatakan kuasaNya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan - (23) justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang telah dipersiapkanNya untuk kemuliaan, (24) yaitu kita, yang telah dipanggilNya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain,”. 

Catatan: 

Ay 11b: “bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya”. Ini salah terjemahan. 

NIV: ‘not by works but by him who calls’ [= bukan oleh perbuatan tetapi oleh Dia yang memanggil]. 

Dan 4:35 - “Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendakNya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tanganNya dengan berkata kepadaNya: ‘Apa yang Kaubuat?’”. 

Ef 1:5 - “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya,”. 

Maz 115:3 - “Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendakiNya!”. 

1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya.”. 

2. Segala sesuatu ada hanya melalui Dia, dan segala sesuatu ter­gantung kepada Dia. 

Neh 9:6 - “‘Hanya Engkau adalah TUHAN! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala langit dengan segala bala tentaranya, dan bumi dengan segala yang ada di atasnya, dan laut dengan segala yang ada di dalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara langit sujud menyembah kepadaMu.”. 

Yoh 1:3 - “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.”. 

1Tim 6:13a - “Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu:”. 

Kis 17:28 - “(25) dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. ... (28) Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.”. 

Bible Knowledge Commentary (tentang Kis 17:28): “All people - Athenians along with all others are God’s offspring, not in the sense that they are all His redeemed children or in the sense that they all possess an element of deity, but in the sense that they are created by God and receive their very life and breath from Him (v. 25).” [= Semua orang - orang-orang Athena bersama-sama dengan semua orang lain adalah keturunan Allah, bukan dalam arti bahwa mereka semua adalah anak-anakNya yang telah ditebus, atau dalam arti bahwa mereka semua memiliki suatu elemen keallahan, tetapi dalam arti bahwa mereka diciptakan oleh Allah, dan menerima kehidupan dan nafas mereka dari Dia (ay 25).]. 

Ibr 1:3 - “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,”. 

Calvin (tentang Ibr 1:3): “‘And upholding (or bearing) all things,’ etc. To uphold or to bear here means to preserve or to continue all that is created in its own state; for he intimates that all things would instantly come to nothing, were they not sustained by his power.” [= ‘Dan menopang segala sesuatu’, dst. Menopang di sini berarti memelihara supaya tetap utuh atau melanjutkan / meneruskan semua yang dicipta dalam keadaannya sendiri; karena ia mengisyaratkan bahwa segala sesuatu akan segera menjadi nihil, seandainya mereka tidak ditopang oleh kuasaNya.] - hal 174. 

Maz 104:27-30 - “(27) Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. (28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan. (29) Apabila Engkau menyembunyikan wajahMu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. (30) Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.”. 

c) Dari semua ini bisa disimpulkan bahwa tidak mungkin ada lebih dari satu ‘makhluk’ yang seperti itu! Karena tidak mungkin bisa ada 2 makhluk yang sama-sama tidak tergantung apapun / siapapun, dan yang membuat segala sesuatu tergantung dirinya. 

Catatan: kata ‘makhluk’ terpaksa digunakan, sekalipun dalam arti yang ketat, kata itu tidak cocok untuk menunjuk kepada Allah. 

Jadi, ada banyak hal dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa Allah itu esa / tunggal. Karena itu, Kristen tidak mempercayai adanya 3 Allah. Kristen mempercayai hanya ada satu Allah! 

B) Kitab Suci menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’. 

Catatan: Perhatikan bahwa saya tidak menyebut adanya ‘banyak Allah’, tetapi adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’. Jadi, saya tetap percaya pada ketunggalan / keesaan Allah, tetapi dalam keesaanNya itu terdapat suatu kejamakan tertentu. 

1) Dalam Perjanjian Lama. 

a) Penggunaan kata ‘ELOHIM’ untuk Allah (Kej 1:1 dll) yang merupa­kan kata bentuk jamak / plural. 

Ada beberapa hal yang ingin saya bahas di sini: 

1. Dalam membahas kata ELOHIM ini, Pdt. Stephen Tong dalam seminar dan bukunya berkata bahwa dalam bahasa Ibrani ada bentuk singular [= tunggal], bentuk dual [= ganda / dobel], dan bentuk plural [= jamak]. Dan ia lalu berkata, bahwa penggunaan bentuk singular berarti kita membicarakan hanya satu, bentuk dual berarti kita membicarakan dua, sedangkan bentuk plural berarti kita membicarakan tiga atau lebih. Istilah ELOHIM tidak ada dalam bentuk singular, tidak di dalam bentuk dual, tetapi ada dalam bentuk plural, dan ini menunjukkan tiga atau lebih (dalam hal ini tentu ia memilih tiga, bukan lebih dari tiga) - Stephen Tong, ‘Allah Tritunggal’, hal 28. 

Pembahasan ini boleh jadi menarik tetapi sangat salah! Mengapa? Karena penjelasan ini tidak sesuai dengan gramatika bahasa Ibrani. Perlu diketahui bahwa dalam bahasa Ibrani: 

a. Tidak ada kata benda yang mempunyai bentuk singular, dual dan plural. Kalau suatu kata benda mempunyai bentuk singular dan dual, maka kata itu tidak mempunyai bentuk plural (karena bentuk dual itu sudah merupakan bentuk pluralnya!), dan kalau kata benda itu mempunyai bentuk singular dan plural, maka kata itu tidak mempunyai bentuk dual. 

b. Bentuk dual adalah bentuk plural dari kata benda yang biasanya ada dalam bentuk ganda / dobel, seperti tangan, kaki, telinga, dada, mata, dsb. Karena itu, kalau kita ingin mengatakan ‘tiga tangan’, maka kita tetap menggunakan bentuk dual, bukan bentuk plural, karena kata ‘tangan’ tidak mempunyai bentuk plural! 

c. Sebaliknya kalau kita mengatakan ‘dua meja’, maka kita tetap menggunakan bentuk plural, bukan bentuk dual, karena kata ‘meja’ tidak mempunyai bentuk dual. Demikian juga kalau kita mau berkata ‘dua allah’, maka kita tetap harus menggunakan bentuk plural ELOHIM, karena kata itu memang tidak mempunyai bentuk dual. 

Menahem Mansoor: “In addition, there is another kind of plural in Hebrew, known as the dual number, for the paired organs of the body such as hands, ears, eyes, etc., and for things that come in pairs, such as shoes, wings, etc. ... The dual merely signifies the plural number and not necessarily the dual number two. Thus יָדַ֫יִם means ‘hands’, not ‘two hands’.” [= Sebagai tambahan, di sana ada sejenis lain bentuk jamak dalam bahasa Ibrani, dikenal sebagai ‘dual’, untuk organ-organ tubuh yang berpasangan seperti ‘tangan’, ‘telinga’, ‘mata’, dsb., dan untuk hal-hal / benda-benda yang datang dalam pasangan, seperti ‘sepatu’, ‘sayap’, dsb. ... Bentuk dual semata-mata menunjukkan bentuk jamak, dan bentuk dual tidak harus berjumlah dua. Jadi יָדַ֫יִם (YADAYIM) berarti ‘tangan-tangan’, bukan ‘dua tangan’.] - ‘Biblical Hebrew Step By Step’, Vol I, hal 124-125. 

Jadi, bentuk dual itu sama sekali tidak menunjukkan jumlahnya dua. Kalau kita mau mengatakan 3 tangan, atau 5 tangan (pokok di atas satu, bahkan 1,5 sudah harus menggunakan bentuk dual), tetap digunakan YADAYIM! 

Dan bentuk plural, jelas juga tak menunjukkan jumlahnya 3 atau lebih. Kalau kita mau mengatakan 2 allah, atau 3 allah, atau 5 allah (pokok di atas satu, bahkan 1,5 sudah harus menggunakan bentuk plural), maka tetap kita menggunakan ELOHIM. 

Kesimpulan: mengatakan bahwa bentuk plural ELOHIM berarti tiga atau lebih, sama sekali tidak cocok dengan gramatika bahasa Ibrani! 

2. Kata bentuk jamak ‘ELOHIM’ mempunyai bentuk tunggal / singular yaitu ‘ELOAH’ yang digunakan antara lain dalam Ul 32:15-17 dan Hab 3:3. 

Ul 32:15-17 - “(15) Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, - bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun - dan ia meninggalkan Allah (ELOAH) yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya. (16) Mereka membangkitkan cemburuNya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hatiNya dengan dewa kekejian, (17) mereka mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat yang bukan Allah (ELOAH), kepada allah yang tidak mereka kenal, allah baru yang belum lama timbul, yang kepadanya nenek moyangmu tidak gentar.”. 

Hab 3:3 - “Allah (ELOAH) datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan Paran. Sela. KeagunganNya menutupi segenap langit, dan bumipun penuh dengan pujian kepadaNya.”. 

Sebetulnya bahwa ELOAH merupakan bentuk tunggal dari ELOHIM memang masih dipro-kontrakan. 

International Standard Bible Encyclopedia - Revised Edition (dengan entry ‘God, Names of’): “3. 'Eloah ... It is uncertain whether this form is an original singular, of which 'Elohim is the plural, or has been formed by inference from the latter. Nor is its etymology any clearer than that of 'El and 'Elohim.” [= 3. ELOAH ... Adalah tidak pasti apakah bentuk ini adalah bentuk tunggal yang orisinil, dari mana ELOHIM adalah bentuk jamaknya, atau telah dibentuk oleh penyimpulan dari kata yang belakangan. Juga asal usul kata ini tidak lebih jelas dari kata EL dan ELOHIM.] - PC Study Bible 5. 

Menahem Mansoor: “2. Nouns with Plural Form Only. The following nouns are found in the plural form only. They are plural in form but may be singular or plural in meaning.” [= 2. Kata-kata benda dengan bentuk jamak saja. Kata-kata benda berikut ini ditemukan hanya dalam bentuk jamak. Mereka adalah jamak dalam bentuk tetapi bisa tunggal atau jamak dalam arti.] - ‘Biblical Hebrew Step By Step’, Vol I, hal 125. 

Ia lalu memberikan 6 kata, dan salah satunya adalah ELOHIM [= God / Allah]. 

A. H. Strong: “The plural noun אֱלֹהִים is employed, and that with a plural verb - a use remarkable, when we consider that the singular אֵל was also in existence;” [= Kata benda bentuk jamak ELOHIM digunakan, dan itu dengan kata kerja bentuk jamak - suatu penggunaan yang layak diperhatikan, pada waktu kita mempertimbangkan bahwa bentuk tunggal EL juga ada.] - ‘Systematic Theology’, hal 318. 

Ketiga kutipan di atas tidak menganggap ELOHIM sebagai bentuk jamak dari ELOAH, tetapi banyak orang-orang lain yang menganggap demikian. 

Louis Berkhof: “The name ’Elohim (sing. ’Eloah)” [= Nama / sebutan ELOHIM (tunggal ELOAH)] - ‘Systematic Theology’, hal 48. 

Herman Bavinck: “Eloha, pl. Elohim” [= ELOHA, jamak ELOHIM] - ‘The Doctrine of God’, hal 100. 

Catatan: saya tak mengerti mengapa ia sebut ELOHA, bukan ELOAH sebagaimana seharusnya. Dalam bukunya yang lain, ia menyebut ELOAH. 

Herman Bavinck: “The name, ʾElōah (אֱלֹהַּ; pl. ʾElōhîm, אֱלֹהִים)” [= Nama / sebutan ELOAH (אֱלֹהַּ; jamak ELOHIM, אֱלֹהִים)] - ‘Reformed Dogmatics’, Vol II, hal 138 (Libronix). 

Bible Works juga kelihatannya menganggap ELOAH adalah bentuk tunggal dari ELOHIM, karena dalam pembahasan tentang ELOAH, Bible Works menggabungkan dengan pembahasan tentang ELOHIM, dan sebaliknya. Ini bisa dicek dalam pembahasan kata ELOHIM dalam Kej 1:1, ataupun dalam pembahasan kata ELOAH dalam Ul 32:15. 

Kamus / Lexicon Ibrani Berjudul ‘A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament’ (William L. Holladay, Editor) juga menggabungkan pembahasan ELOAH dan ELOHIM (hal 61 - Libronix). 

Kamus / Lexicon Ibrani berjudul ‘The New Brown-Driver-Briggs-Genesius Hebrew-Aramaic Lexicon’ dalam pembahasan tentang ELOAH mengatakan: “אֱלֹהַּ as found in Heb. prob. a sg. formed by inference from pl. אֱלֹהִים:” [= ELOAH sebagaimana ditemukan dalam bahasa Ibrani mungkin suatu bentuk tunggal yang dibentuk oleh kesimpulan / dugaan / anggapan dari bentuk jamak ELOHIM:] - hal 43 (Libronix). 

Dosen saya, yang juga menganggap ELOHIM sebagai bentuk jamak dari ELOAH, mengatakan bahwa dalam Perjanjian Lama kata ‘ELOAH’ hanya digunakan sebanyak 250 x, sedangkan kata ‘ELOHIM’ sekitar 2500 x. 

Tetapi Kamus / Lexicon Ibrani Berjudul ‘A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament’ (William L. Holladay, Editor) dalam pembahasan tentang ELOAH mengatakan bahwa ELOAH digunakan 60 x dan ELOHIM 2250 x (hal 61). 

Kalau dilihat dari ‘Young’s Analytical Concordance to the Bible’, kelihatannya dosen saya lebih benar. Tetapi siapapun yang lebih benar, jelas bahwa penggunaan bentuk jamak ELOHIM jauh lebih banyak dari pada penggunaan bentuk tunggal ELOAH. 

Penggunaan kata bentuk jamak / plural yang jauh lebih banyak ini menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’. 

Memang harus diakui bahwa ELOHIM sering dianggap sebagai bentuk tunggal, tetapi yang perlu dipertanyakan adalah: kalau memang Allah itu tunggal secara mutlak, mengapa tidak digunakan ELOAH saja terus menerus? Mengapa digunakan ELOHIM, dan lebih lagi, mengapa digunakan ELOHIM jauh lebih banyak dari ELOAH? 

Loraine Boettner: “In the very first chapter of Genesis, as well as in many other places, we find that the names of God are in the plural, Elohim, also Adonai; and with these plural forms of the divine name singular verbs and adjectives are usually joined, - a remarkable phenomenon in view of the fact that the Hebrew language also contained the singular term El, meaning God.” [= Dalam pasal pertama dari kitab Kejadian, maupun di banyak tempat-tempat lain, kita mendapati bahwa nama-nama / sebutan-sebutan dari Allah ada dalam bentuk jamak, ELOHIM, juga ADONAY; dan dengan / bersama bentuk-bentuk jamak dari nama / sebutan ilahi ini, kata-kata kerja dan kata-kata sifat bentuk tunggal biasanya digabungkan, - suatu fenomena yang layak diperhatikan mengingat fakta bahwa bahasa Ibrani juga mempunyai istilah bentuk tunggal EL, berarti Allah.] - ‘Studies in Theology’, hal 98. 

3. Kata bentuk jamak ELOHIM sering ditafsirkan sebagai ‘kejamakan dari keagungan’ (majestic plural). 

International Standard Bible Encyclopedia - Revised Edition (dengan entry ‘God, Names of’): “2. 'Elohim ... This word is plural in form, and although it most frequently means ‘God’ it can be used in a plural sense. ... This form has been called the ‘plural of majesty’ or the ‘intensive plural’ because it implies that all the fulness of deity is concentrated in the one god. 'Elohim's being the most common word for God in the OT thus conveys this idea. Some have also thought that the frequent use of 'Elohim emphasizes that God is not intrinsically monistic but includes within Himself plurality of powers, attributes, and personhood.” [= 2. ELOHIM ... Kata ini jamak dalam bentuknya, dan sekalipun kata itu paling sering berarti ‘Allah’, kata itu bisa digunakan dalam suatu arti jamak. ... Bentuk ini disebut ‘kejamakan dari keagungan’ atau ‘kejamakan yang intensif / sangat besar’ karena kata itu menunjukkan secara implicit bahwa seluruh kepenuhan dari keAllahan dikonsentrasikan dalam satu Allah. Jadi, ELOHIM yang merupakan kata yang paling umum untuk Allah dalam Perjanjian Lama menyampaikan gagasan ini. Beberapa / sebagian orang juga berpikir bahwa penggunaan yang sering dari ELOHIM menekankan bahwa Allah secara dasari bukanlah satu tetapi mencakup di dalam diriNya sendiri kejamakan dari kuasa, sifat-sifat dasar, dan kepribadian.] - PC Study Bible 5. 

Saya tidak bisa menerima penafsiran ini, karena kalau ELOHIM dianggap sebagai ‘majestic plural’ / ‘kejamakan dari keagungan’, lalu mengapa juga digunakan ELOAH? Bentuk tunggal ini lalu menyatakan apa?? Ketunggalan dari ketidak-agungan?? 

4. Dalam persoalan ini, buku dari sekte Saksi Yehuwa yang berjudul ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’ memberikan suatu serangan yang bagus, yang saya kutip di bawah ini: 

“‘ELOHIM’ bukan berarti ‘pribadi-pribadi’, melainkan ‘allah-allah’. Jadi mereka yang berkukuh bahwa kata ini menyatakan suatu Tritunggal menjadikan diri sendiri politeis, penyembah lebih dari satu Allah. Mengapa? Karena ini berarti ada tiga allah dalam Tritunggal.” (hal 13). 

Untuk menjawab serangan ini kita bisa memberikan jawaban sebagai beri­kut: 

a. ELOHIM tidak boleh diartikan ‘Allah-Allah’, karena ini akan bertentangan dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOAH. Sedangkan ELOAH tidak boleh diartikan ‘Allah yang satu secara mutlak’, karena akan bertentangan dengan ayat-ayat yang menggunakan ELO­HIM. Jadi untuk mengharmoniskan ayat-ayat yang menggunakan ELOAH dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOHIM, haruslah diartikan bahwa Allah itu tunggal dalam hakekatNya, tetapi jamak dalam pribadiNya. 

b. Allah itu begitu besar, ajaib, dan ada di luar jangkauan akal manusia. Karena itu jelaslah bahwa tidak ada bahasa manusia (termasuk bahasa Ibrani), yang bisa menggambarkan Allah dengan sempurna. Tata bahasa dan kata-kata dari bahasa Ibrani (atau bahasa lain apa­pun) tidak bisa menggambarkan bahwa Allah itu satu hakekat tetapi tiga pribadi. Kalau selalu digunakan kata bentuk tunggal (ELOAH), maka akan menunjuk pada Allah yang tunggal secara mutlak. Sedang­kan kalau selalu digunakan bentuk jamak (ELOHIM), maka akan menunjuk pada banyak Allah. Karena itu maka ayat-ayat tertentu menggunakan ELOAH dan ayat-ayat tertentu menggunakan ELOHIM. 

5. Sangat banyak penafsir / ahli theologia Kristen yang tidak menganggap ELOHIM sebagai salah satu dasar yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah. 

Karena itu, sekalipun di sini saya mengajarkan itu, tetapi itu tak perlu terlalu ditekankan. Ada banyak hal lain yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah yang esa itu. 

ALLAH TRITUNGGAL(5)

b) Penggunaan kata bentuk jamak untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah: 

1. Kata ganti orang bentuk jamak. 

Contoh: kata ‘Kita’ dalam Kej 1:26 3:22 11:7. 

Kej 1:26 - “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’”. 

Kej 3:22 - “Berfirmanlah TUHAN Allah: ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.’”. 

Kej 11:7 - “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.’”. 

Ada 2 macam bantahan terhadap argumentasi ini: 

a. Ada yang mengatakan bahwa pada waktu Allah menggunakan ‘Kita’ dalam Kej 1:26, maka saat itu Ia berbicara kepada para malaikat. Jadi itu tidak menunjukkan ‘kejamakan dalam diri Allah’. Tetapi kata ‘Kita’ dalam Kej 1:26 itu tidak mungkin diartikan seperti itu karena: 

(1)Tidak mungkin Allah berunding dengan ciptaanNya / minta nasehat dari ciptaanNya, karena kalau demikian maka akan bertentangan dengan ayat-ayat di bawah ini. 

Yes 40:13-14 - “(13) Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepadaNya sebagai penasihat? (14) Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?”. 

Ro 11:34 - “Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”. 

(2)Kalau kata ‘Kita’ menunjuk kepada ‘Allah dan malaikat’, maka itu berarti bahwa: 

(a)Allah adalah pencipta / creator dan malaikat adalah rekan pencipta (co creator). 

(b)Manusia dicipta menurut gambar dan rupa malaikat. 

Kedua kesimpulan ini jelas tidak alkitabiah. 

b. Juga ada yang mengatakan bahwa bentuk jamak ini hanya merupakan ‘majestic plural’ [= bentuk jamak yang bersifat / menunjukkan keagungan]. 

Bahkan beberapa penafsir Kristen juga mengatakan seperti ini. 

Keil & Delitzsch (tentang Kej 1:26): “The plural ‘We’ was regarded by the fathers and earlier theologians almost unanimously as indicative of the Trinity: modern commentators, on the contrary, regard it either as ‘pluralis majestatis;’ or as an address by God to Himself, the subject and object being identical;” [= Bentuk jamak ‘Kita’ dianggap oleh bapa-bapa gereja dan ahli-ahli theologia mula-mula hampir dengan suara bulat sebagai suatu petunjuk tentang Tritunggal: penafsir-penafsir modern, sebaliknya, menganggapnya atau sebagai ‘bentuk jamak dari keagungan’; atau sebagai suatu ucapan oleh Allah kepada diriNya sendiri, dimana subyeknya identik dengan obyeknya;]. 

Bob Utley (tentang Kej 1:26): “There has been much discussion over the PLURAL ‘us.’ Philo and Eben Ezra say it is ‘the plural of majesty,’ but this grammatical form does not occur until much later in Jewish literary history (NET Bible says it does not occur with VERBS, p. 5);” [= Di sana telah ada banyak diskusi tentang bentuk jamak ‘Kita’. Philo dan Eben Ezra mengatakan bahwa itu adalah ‘bentuk jamak dari keagungan’, tetapi bentuk gramatika ini tidak / belum muncul sampai jauh belakangan dalam sejarah literatur Yahudi (Alkitab NET mengatakan itu tidak terjadi dengan kata-kata kerja, hal 5.)] - Libronix. 

Saya sama sekali tak setuju terhadap pandangan bahwa kata ganti orang ‘Kita’ menunjuk pada ‘majestic plural’, dengan alasan-alasan sebagai berikut: 

(1)Kalau memang demikian, mengapa hanya sedikit ayat-ayat yang menggunakan bentuk jamak seperti ini? Dan kalau bentuk jamaknya menunjukkan keagungan, lalu bentuk tunggalnya menunjukkan ketidak-agungan? 

(2)Penggunaan kata ganti orang bentuk jamak itu tidak terjadi pada waktu Alkitab menceritakan raja-raja duniawi berbicara. 

Perhatikan komentar Albert Barnes di bawah ini. 

Barnes’ Notes (tentang Kej 1:26): “The plural form of the sentence raises the question, With whom took he counsel on this occasion? Was it with himself, and does he here simply use the plural of majesty? Such was not the usual style of monarchs in the ancient East. Pharaoh says, ‘I have dreamed a dream’ (Gen 41:15). Nebuchadnezzar, ‘I have dreamed’ (Dan 2:3). Darius the Mede, ‘I make a decree’ (Dan 6:26). Cyrus, ‘The Lord God of heaven hath given me all the kingdoms of the earth’ (Ezra 1:2). Darius, ‘I make a decree’ (Ezra 5:8). We have no ground, therefore, for transferring it to the style of the heavenly King.” [= Bentuk jamak dari kalimat itu menimbulkan pertanyaan, ‘Dengan siapa Ia berunding pada peristiwa ini? Apakah dengan diriNya sendiri, dan apakah Ia di sini sekedar / hanya menggunakan bentuk jamak dari keagungan? Yang seperti itu bukanlah gaya biasanya dari raja-raja di Timur kuno. Firaun berkata, ‘Aku bermimpi sebuah mimpi’ (Kej 41:15). Nebukadnezar, ‘Aku telah bermimpi’ (Dan 2:3). Darius orang Media, ‘Aku membuat suatu ketetapan / dekrit’ (Dan 6:26). Koresh, ‘Tuhan Allah dari surga telah memberi aku semua kerajaan-kerajaan dari bumi’ (Ezra 1:2). Darius, ‘Aku membuat suatu ketetapan / dekrit’ (Ezra 5:8). Karena itu, kita tidak mempunyai dasar untuk mentransfer / mengubah / memindahkannya pada gaya dari Raja surgawi.] - PC Study Bible versi 5. 

(3)Disamping itu, kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menyatakan Allah, keluar sekaligus dalam satu ayat, yaitu dalam Yes 6:8. 

Yes 6:8 - “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’”. 

Catatan: Dalam Yes 6:8 ini, Kitab Suci bahasa Indonesia (baik terjemahan lama maupun baru) salah terjemahan! Kata ‘Aku’ itu seharusnya ‘Kami’. 

NASB: “Whom shall I send and who will go for Us?” [= Siapa yang akan Kuutus dan siapa yang mau pergi untuk Kami?]. 

KJV/RSV/NIV menterjemahkan seperti NASB. 

Bahwa terjemahan Alkitab bahasa Inggris ini yang benar, bisa dicek di Bible Works. Dalam bahasa Ibrani digunakan kata Ibrani לָ֑נוּ (LANU) yang artinya memang ‘for us’ [= untuk Kami]. 

Jadi, mau ditafsirkan bagaimana ayat ini? Waktu digunakan ‘Us’ [= Kami] itu menunjukkan keagungan Allah, dan waktu digunakan ‘I’ [= Aku] itu menunjukkan ketidak-agungan Allah??? 

(4)Kalau kata ganti orang bentuk jamak menunjukkan keagungan Allah, apakah kata kerja bentuk jamak dan kata sifat bentuk jamak juga demikian?? 

Catatan: tentang penggunaan kata kerja bentuk jamak dan kata sifat bentuk jamak untuk Allah, lihat di bawah. 

Calvin (tentang Kej 1:26): “Christians, therefore, properly contend, from this testimony, that there exists a plurality of Persons in the Godhead.” [= Karena itu, orang-orang Kristen secara benar berpendapat / menegaskan, dari kesaksian ini, bahwa di sana ada suatu kejamakan dari Pribadi-pribadi dalam diri Allah.]. 

Matthew Henry (tentang Kej 1:26): “‘Let us make man.’ The three persons of the Trinity, Father, Son, and Holy Ghost, consult about it and concur in it,” [= ‘Marilah Kita membuat manusia’. Ketiga Pribadi dari Tritunggal, Bapa, Anak, dan Roh Kudus, berkonsultasi tentangnya dan setuju / sependapat dalam hal itu,]. 

Adam Clarke (tentang Kej 1:26): “The text tells us he was the work of ‎ELOHIM‎, the Divine Plurality, marked here more distinctly by the plural pronouns US and OUR;” [= Text ini memberitahu kita bahwa ia adalah pekerjaan dari ELOHIM, Kejamakan Ilahi, ditandai di sini secara lebih jelas oleh kata-kata ganti orang ‘Kita’ (‘Us’) dan ‘Kita’ (‘Our’)]. 

Kej 1:26a - “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,”. 

KJV: ‘And God said, Let us make man in our image, after our likeness:’ [= Dan Allah berkata, Marilah Kita membuat manusia dalam gambar Kita, menurut rupa Kita:]. 

Barnes’ Notes (tentang Kej 1:26): “Only a plurality of persons can justify the phrase. Hence, we are forced to conclude that the plural pronoun indicates a plurality of persons or hypostases in the Divine Being.” [= Hanya suatu kejamakan Pribadi-pribadi bisa membenarkan ungkapan itu. Maka, kita dipaksa untuk menyimpulkan bahwa kata ganti orang bentuk jamak menunjukkan suatu kejamakan pribadi-pribadi dalam Keberadaan Ilahi / Diri Allah.]. 

2. Kata kerja bentuk jamak. 

Contoh: 

a. Kej 20:13 - “Ketika Allah menyuruh aku mengembara keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada isteriku: Tunjukkanlah kasihmu kepadaku, yakni: katakanlah tentang aku di tiap-tiap tempat di mana kita tiba: Ia saudaraku.’”. 

Kata-kata ‘menyuruh aku mengembara’ dalam bahasa Ibraninya [הִתְע֣וּ (HITU)] adalah kata kerja bentuk jamak. 

b. Kej 35:7 - “Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya”. 

Kata ‘telah menyatakan’ dalam bahasa Ibraninya [נִגְל֤וּ (NIGLU)] adalah kata kerja bentuk jamak. 

c. 2Sam 7:23 - “Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umatNya, untuk mendapat nama bagiNya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat bagi mereka, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dan para allah mereka dari depan umatNya?”. 

Kata ‘pergi’ dalam bahasa Ibraninya [הָלְכֽוּ (HALEKU)] adalah kata kerja bentuk jamak. 

Pulpit Commentary (tentang 2Sam 7:23): “It is remarkable that in this place the word for ‘God,’ Elohim, is followed by a verb plural, the almost invariable rule in Hebrew being that, though Elohim is itself plural, it takes a verb singular whenever it refers to the true God. In the corresponding passage (1 Chron 17:21) the verb is in the singular” [= Adalah hal yang luar biasa / patut diperhatikan bahwa di tempat ini kata untuk ‘Allah’’, ELOHIM, diikuti oleh suatu kata kerja bentuk jamak, karena peraturan yang hampir konstan / tak berubah dalam bahasa Ibrani adalah bahwa sekalipun ELOHIM itu sendiri adalah kata bentuk jamak, tetapi kata itu menggunakan suatu kata kerja bentuk tunggal kapanpun kata itu menunjuk pada Allah yang benar. Dalam text yang sesuai / paralel (1Taw 17:21) kata kerja itu ada dalam bentuk tunggal.]. 

1Taw 17:21 - “Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umatNya, untuk mendapat nama bagiMu dengan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dari depan umatMu yang telah Kaubebaskan dari Mesir?”. 

Kata ‘pergi’ dalam ayat ini dalam bahasa Ibraninya [הָלַ֙ךְ (HALAK)] memang merupakan kata kerja bentuk tunggal. 

d. Maz 58:12 - “Dan orang akan berkata: ‘Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi.’”. 

Kata-kata ‘memberi keadilan’ dalam bahasa Ibraninya [שֹׁפְטִ֥ים (SHOPTIM)] merupakan suatu kata kerja (participle) dalam bentuk jamak. 

Padahal dalam ayat-ayat di atas ini, subyeknya adalah kata ‘ELOHIM’ yang digunakan untuk menyatakan Allah yang esa. 

3. Kata-kata bentuk jamak lainnya seperti dalam: 

a. Pkh 12:1 - “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!’,”. 

Kata ‘pencipta’ (creator), dalam bahasa Ibraninya [בּ֣וֹרְאֶ֔יךָ (BOREEKA)] merupakan suatu kata kerja (participle) dalam bentuk jamak, sehingga seharusnya terjemahan hurufiahnya adalah ‘creators’ [= pencipta-pencipta]. 

b. Maz 149:2 - “Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!”. 

Kata-kata ‘atas yang menjadikannya’, dalam bahasa Ibraninya [בְּעֹשָׂ֑יו (BEOSAV)] merupakan suatu kata kerja (participle) dalam bentuk jamak. 

c. Yos 24:19 - “Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: ‘Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu”. 

Dalam bahasa Ibraninya, kata ‘kudus’ [קְדֹשִׁ֖ים (QEDOSHIM)] ada dalam bentuk jamak, tetapi kata ‘cemburu’ [קַנּ֣וֹא (QANO)] ada dalam bentuk tunggal. 

Jadi, kalau dalam Yes 6:8 digunakan kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menunjuk kepada Allah, maka dalam Yos 24:19 digunakan kata sifat bentuk tunggal dan jamak untuk diri Allah. 

c) Beberapa ayat dalam Kitab Suci membedakan Allah yang satu dengan Allah yang lain (seakan-akan ada lebih dari satu Allah). 

1. Maz 45:7-8 - “(7) Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu”. 

Karena dalam ayat ini Alkitab Indonesia salah terjemahan, mari kita lihat terjemahan NASB di bawah ini. 

Psalm 45:6-7 (NASB): ‘Thy throne, O God, is forever and ever ... Therefore God, Thy God has anointed Thee’ [= TahtaMu, Ya Allah, kekal selama-lamanya. ... Karena itu, Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau]. 

Bandingkan dengan Ibr 1:8-9 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”. 

2. Maz 110:1 - “[Mazmur Daud.] Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”. 

Juga untuk ayat ini perhatikan terjemahan NASB di bawah ini. 

Psalm 110:1 (NASB): ‘The LORD says to my Lord ...’ [= TUHAN berkata kepada Tuhanku]. 

Bandingkan dengan Mat 22:41-45 - “(41) Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kataNya: (42) ‘Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Anak Daud.’ (43) KataNya kepada mereka: ‘Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: (44) Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu. (45) Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?’”. 

Catatan: dalam Maz 110:1, RSV menterjemahkan ‘lord’ [= tuhan / tuan], tetapi KJV/NIV/NASB menterjemahkan ‘Lord’ [= Tuhan]. Sedangkan dalam Mat 22:43,44,45, KJV/RSV/NIV/NASB semua menterjemahkan ‘Lord’ [= Tuhan]. Jelas bahwa terjemahan yang benar adalah ‘Lord’ [= Tuhan], karena dalam Mat 22:41-45 itu jelas bahwa Yesus sedang berusaha untuk membuktikan keilahianNya kepada orang-orang Yahudi. 

H. P. Liddon: “David’s Son is David’s Lord. ... David describes his great descendant Messiah as his ‘Lord’ (Psa. 110:1). ... He is David’s descendant; the Pharisees knew that truth. But He is also David’s Lord. How could He both if He was merely human? The belief of Christendom can alone answer the question which our Lord addressed to the Pharisees. The Son of David is David’s Lord because He is God; the Lord of David is David’s Son because He is God incarnate.” [= ‘Anak dari Daud’ adalah ‘Tuhan dari Daud’. ... Daud menggambarkan keturunannya yang agung, Mesias, sebagai ‘Tuhan’nya (Maz 110:1). ... Ia adalah keturunan dari Daud; orang-orang Farisi mengetahui kebenaran itu. Tetapi Ia juga adalah ‘Tuhan dari Daud’. Bagaimana Ia bisa adalah keduanya jika Ia hanya manusia semata-mata? Hanya kepercayaan dari orang-orang kristen yang bisa menjawab pertanyaan yang ditujukan oleh Tuhan kita kepada orang-orang Farisi. ‘Anak dari Daud’ adalah ‘Tuhan dari Daud’ karena Ia adalah Allah; ‘Tuhan dari Daud’ adalah ‘Anak dari Daud’ karena Ia adalah Allah yang berinkarnasi / menjadi manusia.] - ‘The Divinity of the Lord and Saviour Jesus Christ’, hal 43. 

Jadi dalam Maz 110:1 itu TUHAN (YAHWEH) berkata kepada Yesus, yang adalah Tuhan dan Allah! 

3. Hos 1:7 - “Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi (oleh / dengan) TUHAN, Allah mereka. Aku akan menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, dengan alat perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda.’”. 

Catatan: kata ‘demi’ itu salah terjemahan, seharusnya ‘oleh / dengan’. 

NASB: ‘But I will have compassion on the house of Judah and deliver them by the LORD their God, and will not deliv­er them by bow, sword, battle, horses, or horseman’ [= Tetapi Aku akan berbelaskasihan kepada kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka dengan / oleh TUHAN Allah mereka, dan tidak akan menyelamatkan mereka oleh / dengan busur, pedang, pertempuran, kuda-kuda, atau penunggang-penunggang kuda]. 

4. Kej 19:24 - “Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit;”. 

KJV: ‘Then the LORD rained upon Sodom and upon Gomorrah brimstone and fire from the LORD out of heaven;’ [= Lalu / maka TUHAN menghujani pada / atas Sodom dan pada / atas Gomora, dari TUHAN dari surga;]. 

Baca ceritanya mulai Kej 18:1-dst, maka akan terlihat bahwa TUHAN turun dalam bentuk manusia menemui Abraham. Sekarang di sini, TUHAN yang turun / di bumi itu menurunkan hujan api dan belerang, yang ‘berasal dari TUHAN, dari langit;’. 

5. Amsal 8 berbicara tentang ‘hikmat Allah’. 

Amsal 8:22-31 - “(22) TUHAN telah menciptakan [KJV/NASB: ‘possessed’ {= memiliki}] aku sebagai permulaan pekerjaanNya, sebagai perbuatanNya yang pertama-tama dahulu kala. (23) Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk [Literal: ‘I was appointed’ {= Aku telah ditetapkan}], pada mula pertama, sebelum bumi ada. (24) Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air. (25) Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir; (26) sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama. (27) Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, (28) ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras, (29) ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titahNya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, (30) aku ada sertaNya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenanganNya, dan senantiasa bermain-main di hadapanNya; (31) aku bermain-main di atas muka bumiNya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.”. 

Kalau dilihat dari istilahnya, yaitu ‘hikmat Allah’ [the wisdom of God {= hikmat dari / milik Allah}], maka jelas bahwa ‘hikmat Allah’ ini tidak sama dengan Allah. 

Tetapi Amsal 8 ini lalu mempersonifikasikan ‘hikmat Allah’ itu dan menunjukkannya sebagai seorang pribadi yang bersifat kekal (Yesus). Dengan kata lain, hikmat Allah itu juga adalah Allah (bdk. 1Kor 1:24b - “Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.”). 

6. Penampilan dari Malaikat TUHAN (Kej 16:2-13 22:11,16 31:11,13 48:15,16 Kel 3:2,4,5 Hak 13:20-22). 

Sama seperti istilah ‘hikmat Allah’ di atas, maka istilah ‘Malai­kat TUHAN’ ini juga menunjukkan bahwa ‘Malaikat TUHAN’ (the Angel of the LORD) ini tidak sama dengan Allah / TUHAN. 

Tetapi, sekalipun dalam bagian-bagian tertentu Malaikat TUHAN itu disebut sebagai Malaikat TUHAN, dalam bagian-bagian lain Ia juga disebut sebagai Allah / TUHAN sendiri. 

Contoh: 

a. Kej 16:7-13 - “(7) Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. (8) Katanya: ‘Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?’ Jawabnya: ‘Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.’ (9) Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.’ (10) Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.’ (11) Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu. (12) Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.’ (13) Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: ‘Engkaulah El-Roi.’ Sebab katanya: ‘Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?’”. 

Dalam ay 7,9,10,11 - disebut sebagai ‘Malaikat TUHAN’; tetapi dalam ay 13 disebut sebagai ‘TUHAN’ sendiri. 

b. Kej 22:11-16 - “(11) Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: ‘Abraham, Abraham.’ Sahutnya: ‘Ya, Tuhan.’ (12) Lalu Ia berfirman: ‘Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu.’ (13) Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. (14) Dan Abraham menamai tempat itu: ‘TUHAN menyediakan’; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: ‘Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.’ (15) Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, (16) kataNya: ‘Aku bersumpah demi diriKu sendiri - demikianlah firman TUHAN -: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu, ...”. 

Dalam dalam ay 11a,15 disebut sebagai ‘Malaikat TUHAN’, tetapi dalam ay 11b disebut sebagai ‘Tuhan’. 

Hal lain yang menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah / TUHAN sendiri adalah: Malaikat TUHAN itu bersumpah demi diriNya sendiri (Kej 22:16a). 

Hal seperti ini tidak dilakukan oleh seorang malaikat biasa, tetapi oleh Allah sendiri. 

Bdk. Ibr 6:13,16,17 - “(13) Sebab ketika Allah memberikan janjiNya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari padaNya, ... (16) Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan. (17) Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusanNya, Allah telah mengikat diriNya dengan sumpah,”. 

Hanya Allah yang bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada yang lebih tinggi dari Dia (Ibr 6:13). 

Bandingkan dengan: 

Kel 32:13 - “Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hambaMu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diriMu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.’”. 

Yer 22:5 - “Tetapi jika kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataan ini, maka Aku sudah bersumpah demi diriKu, demikianlah firman TUHAN, bahwa istana ini akan menjadi reruntuhan”. 

Yer 44:26 - “Maka dengarkanlah firman TUHAN, hai semua orang Yehuda yang diam di tanah Mesir: Sesungguhnya, Aku telah bersumpah demi namaKu yang besar - firman TUHAN - bahwa namaKu tidak akan diserukan lagi oleh seseorang Yehuda di segenap tanah Mesir, dengan berkata: Demi Tuhan ALLAH yang hidup!”. 

Yer 49:13 - “Sebab Aku telah bersumpah demi diriKu, demikianlah firman TUHAN, bahwa Bozra akan menjadi ketandusan, cela, keruntuhan dan kutuk, dan segala kotanya akan menjadi reruntuhan yang kekal.’”. 

Yer 51:14 - “TUHAN semesta alam telah bersumpah demi diriNya sendiri: Sungguhpun engkau penuh dengan manusia-manusia seperti belalang, tetapi orang akan mengangkat pekik pertempuran terhadapmu”. 

Amos 6:8 - “Tuhan ALLAH telah bersumpah demi diriNya, - demikianlah firman TUHAN, Allah semesta alam - : ‘Aku ini keji kepada kecongkakan Yakub, dan benci kepada purinya; Aku akan menyerahkan kota serta isinya.’”. 

Seorang malaikat biasa akan bersumpah demi nama Tuhan, bukan demi dirinya sendiri / namanya sendiri. Bandingkan dengan: 

Daniel 12:7 - “Lalu kudengar orang yang berpakaian kain lenan, yang ada di sebelah atas air sungai itu bersumpah demi Dia yang hidup kekal, sambil mengangkat tangan kanan dan tangan kirinya ke langit: ‘Satu masa dan dua masa dan setengah masa; dan setelah berakhir kuasa perusak bangsa yang kudus itu, maka segala hal ini akan digenapi!’”. 

Catatan: bahwa ‘orang’ ini adalah malaikat biasa terlihat dari Daniel 10. 

Wah 10:5-6 - “(5) Dan malaikat yang kulihat berdiri di atas laut dan di atas bumi, mengangkat tangan kanannya ke langit, (6) dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada penundaan lagi!”. 

Jadi, dari fakta bahwa Malaikat TUHAN itu bersumpah demi diriNya sendiri, jelas bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Tuhan / Allah sendiri. 

c. Kel 23:20-23 - “(20) ‘Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. (21) Jagalah dirimu di hadapannya dan dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka kepadanya, sebab pelanggaranmu tidak akan diampuninya, sebab namaKu ada di dalam dia. (22) Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya, dan melakukan segala yang Kufirmankan, maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan melawan lawanmu. (23) Sebab malaikatKu akan berjalan di depanmu dan membawa engkau kepada orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Kanaan, orang Hewi dan orang Yebus, dan Aku akan melenyapkan mereka”. 

Ada 2 hal yang perlu dipersoalkan: 

(1)Dari kata-kata ‘namaKu ada di dalam dia’, Adam Clarke menganggap bahwa malaikat ini adalah Malaikat Perjanjian, yaitu Yesus Kristus sendiri. 

Semua ini menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah / TUHAN sendiri. 

(2)Kata-kata ‘pelanggaranmu tidak akan diampuninya’, menunjukkan bahwa Malaikat Tuhan itu bisa mengampuni dosa. Tentang hal ini Adam Clarke memberikan komentar sebagai berikut: Adam Clarke: “‘He will not pardon your transgressions.’ He is not like a man, with whom ye may think that ye may trifle, were he either man or angel, in the common acceptation of the term, it need not be said, He will not pardon your transgressions, for neither man nor angel could do it.” [= ‘Ia tidak akan mengampuni pelanggaranmu’. Ia bukan seperti seorang manusia, dengan siapa engkau bisa berpikir / menganggap bahwa engkau boleh menyepelekan; seandainya Ia adalah manusia atau malaikat, dalam arti yang biasa diterima, tidak perlu dikatakan, ‘Ia tidak akan mengampuni pelanggaranmu’, karena baik manusia maupun malaikat tidak bisa melakukannya.]. 

ALLAH TRITUNGGAL (6) 

d) Penggunaan nama ‘TUHAN’ (YAHWEH) 3 x berturut-turut dalam Bil 6:24-26 dan sebutan ‘kudus’ bagi Allah 3 x berturut-turut dalam Yesaya 6:3 dan Wah 4:8. 

Bil 6:24-26 - “(24) TUHAN (YHWH) memberkati engkau dan melindungi engkau; (25) TUHAN (YHWH) menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; (26) TUHAN (YHWH) menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.”. 

Yes 6:3 - “Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!’”. 

Wah 4:8 - “Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.’”. 

Tidak anehkah bahwa ayat-ayat itu menyebutkan ‘TUHAN’ dan ‘kudus’ (yang ditujukan kepada Tuhan Allah) sebanyak 3 kali? Mengapa tidak 2 kali, atau 5 kali, atau 7 kali? Jelas karena ada hubungannya dengan Allah TRItunggal! 

Sekarang, mari kita melihat komentar-komentar dari para penafsir tentang ketiga ayat di atas. 

1. Tentang Bil 6:24-26 - “(24) TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; (25) TUHAN menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; (26) TUHAN menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.”. 

The Biblical Illustrator: “2. Notice that the name of the Lord, or Jehovah, is three times mentioned. Here we hear the voice of One, yet Three.” [= 2. Perhatikan bahwa nama Tuhan atau JEHOVAH, disebutkan tiga kali. Di sini kita mendengar suara dari Satu, tetapi Tiga.]. 

Matthew Henry: “That the name Jehovah is three times repeated in it, and (as the critics observe) each with a different accent in the original; the Jews themselves think there is some mystery in this, and we know what it is, the New Testament having explained it, which directs us to expect the blessing from ‘the grace of our Lord Jesus Christ, the love of the Father, and the communion of the Holy Ghost,’ each of which persons is Jehovah, and yet they are ‘not three Lords, but one Lord,’ 2 Cor 13:14.” [= Bahwa nama Yehovah diulang di dalamnya, dan (seperti para pengkritik mengamati) setiap nama dengan logat yang berbeda dalam aslinya; orang-orang Yahudi sendiri berpikir di sana ada suatu misteri dalam hal ini, dan kita tahu apa misteri itu, karena / setelah Perjanjian Baru menjelaskannya, yang mengarahkan kita untuk mengharapkan berkat dari ‘Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Bapa, dan persekutuan Roh Kudus’, setiap Pribadi adalah Yehovah, tetapi di sana tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan’, 2Kor 13:13.]. 

2Kor 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”. 

Adam Clarke: “There are three forms of blessing here, any or all of which the priests might use on any occasion. The following is a verbal translation: 1. May Yahweh bless thee and preserve thee! 2. May Yahweh cause his faces to shine upon thee, and be gracious unto thee! 3. May Yahweh lift up His faces upon thee, and may be put prosperity unto thee!” [= Ada tiga bentuk berkat di sini, sang imam bisa menggunakan yang manapun darinya, atau semuanya, pada peristiwa apapun. Yang berikut ini adalah suatu terjemahan kata per kata: 1. Kiranya Yahweh memberkati engkau dan menjaga engkau! 2. Kiranya Yahweh menyebabkan wajahNya bersinar terhadap engkau, dan bermurah hati / memberi kasih karunia kepada engkau! 3. Kiranya Yahweh mengangkat wajahNya kepada engkau, dan memberi kemakmuran / kesuksesan / kesejahteraan kepada engkau!]. 

Catatan: untuk bagian yang saya beri garis bawah ganda, kata bahasa Ibrani yang digunakan adalah SHALOM, dan semua Alkitab bahasa Inggris menterjemahkan ‘peace’ [= damai]. 

Adam Clarke: “This is a very comprehensive and excellent prayer, and may be paraphrased thus: 1. May God speak good unto thee, by giving thee his excellent promises! (See the note at Gen 2:3.) May he preserve thee in the possession of all the good thou hast, and from all the evil with which thou art threatened! 2. May the Holy Trinity illuminate thy heart, giving thee the true knowledge of thyself and of thy Maker, and may he show thee His graciousness in pardoning thy sins, and supporting thy soul! 3. May God give thee communion with the Father, Son, and Spirit, with a constant sense of his approbation, and grant thee prosperity in thy soul, and in all thy secular affairs!” [= Ini merupakan suatu doa yang mencakup sangat banyak hal, dan sangat bagus, dan bisa dinyatakan dengan kata-kata yang lain seperti ini: 1. Kiranya Allah berbicara baik kepada engkau, dengan memberi engkau janji-janjiNya yang sangat bagus! (Lihat catatan pada Kej 2:3). Kiranya Ia menjaga engkau dalam kepemilikan dari semua hal baik yang engkau miliki, dan dari semua bencana dengan mana engkau diancam! 2. Kiranya Tritunggal yang Kudus mencerahi hatimu, memberimu pengetahuan / pengenalan yang benar tentang dirimu sendiri dan tentang Penciptamu, dan kiranya Ia menunjukkan engkau kasih karunia / kemurahanNya dalam mengampuni dosa-dosamu, dan menopang jiwamu! 3. Kiranya Allah memberi engkau persekutuan dengan Bapa, Anak, dan Roh, dengan suatu perasaan yang tetap tentang penerimaanNya, dan memberi engkau kemakmuran dalam jiwamu, dan dalam semua urusan-urusan sekulermu!]. 

Adam Clarke: “Several wise and learned men believe that the mystery of the Holy Trinity is not obscurely hinted at in it. God the FATHER blesses and keeps his followers. God the SON is gracious unto sinners in remitting their offences, which he died to blot out. God the HOLY SPIRIT takes of the things which are Christ’s, and shows them unto genuine Christians, and diffuses the peace of God in their hearts. In a word, Christ, the gift of the Father by the energy of the Holy Spirit, came to bless every one of us by turning us away from our iniquities.” [= Beberapa orang yang bijaksana dan terpelajar, percaya bahwa misteri dari Tritunggal yang Kudus ditunjukkan dengan jelas di dalamnya. Allah Bapa memberkati dan menjaga / melindungi pengikut-pengikutNya. Allah Anak bermurah hati / memberi kasih karunia kepada orang-orang berdosa dengan mengampuni pelanggaran-pelanggaran mereka, untuk mana Ia mati untuk menghapuskannya. Allah Roh Kudus mengambil hal-hal milik Kristus, dan menunjukkannya kepada orang-orang Kristen yang sejati, dan mencurahkan damai dari Allah dalam hati mereka. Singkatnya, Kristus, pemberian dari Bapa oleh kekuatan Roh Kudus, datang untuk memberkati setiap orang dari kita dengan membalikkan kita dari kejahatan-kejahatan kita.]. 

Jamieson, Fausset & Brown: “The repetition of the name ‘Lord’ or ‘Jehovah’ three times, expressed the great mystery of the Godhead - three persons, and yet one God. The expressions in the separate clauses correspond to the respective offices of the Father, to ‘bless and keep us;’ of the Son, to be ‘gracious to us;’ and of the Holy Spirit, to ‘give us peace.’” [= Pengulangan nama ‘TUHAN’ atau ‘YEHOVAH’ tiga kali, menyatakan misteri yang agung dari Allah - tiga Pribadi, tetapi satu Allah. Ungkapan-ungkapan dalam anak-anak kalimat yang terpisah sesuai dengan tugas-tugas khusus dari Bapa, untuk ‘memberkati dan menjaga / melindungi kita’; dari Anak, untuk ‘memberi kasih karunia / bermurah hati kepada kita’; dan dari Roh Kudus, untuk memberi kita damai’.]. 

Barnes’ Notes: “From a Christian point of view, and comparing the counterpart benediction of 2 Cor 13:14, it is impossible not to see shadowed forth the doctrine of the Holy Trinity (compare Isa 6:3; Matt 28:19). And the three several sets of terms correspond fittingly to the office of the Three Persons in Their gracious work for the redemption of man.” [= Dari sudut pandang seorang Kristen, dan dengan membandingkan berkat yang mirip dari 2Kor 13:13, adalah tidak mungkin untuk tidak melihat bayangan lebih dulu dari doktrin Allah Tritunggal (bandingkan dengan Yes 6:3; Mat 28:19). Dan tiga set istilah-istilah sesuai dengan tepat dengan tugas-tugas dari Tiga Pribadi dalam pekerjaan Mereka yang murah hati / penuh kasih karunia untuk penebusan manusia.]. 

The Bible Exposition Commentary: “The threefold use of the name of the Lord suggests that our God is a Trinity of persons: God the Father, God the Son, and God the Holy Spirit. The Father is the Lord (Ps 110:1), and so is the Son (Rom 10:9), and so is the Spirit (2 Cor 3:17). You see the Trinity in Matt 3:16-17; 28:19-20; John 3:34-35; and 2 Cor 13:14, as well as many other places in the Bible. Eph 1:3-14 is actually a hymn to the Trinity: Father (vv. 3-6), Son (vv. 7-12), and Spirit (vv. 13-14).” [= Penggunaan rangkap tiga dari nama Tuhan menyatakan secara tak langsung bahwa Allah kita adalah suatu Tritunggal dari Pribadi-pribadi: Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Bapa adalah Tuhan (Maz 110:1), dan demikian juga Anak (Ro 10:9), dan demikian juga Roh (2Kor 3:17). Kamu melihat Tritunggal dalam Mat 3:16-17; 28:19-20; Yoh 3:34-35; dan 2Kor 13:13, maupun dalam banyak tempat-tempat lain dalam Alkitab. Ef 1:3-14 sesungguhnya adalah suatu nyanyian pujian kepada / terhadap Tritunggal: Bapa (ay 3-6), Anak (ay 7-12), dan Roh (ay 13-14).]. 

Maz 110:1 - “Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”. 

Catatan: Bapa disebut ‘TUHAN’ (YHWH) di sini, bukan ‘Tuhan’. Ada banyak ayat lain yang lebih tepat yang bisa digunakan, misalnya Kej 18:30. 

Kej 18:30 - “Katanya: ‘Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata sekali lagi. Sekiranya tiga puluh didapati di sana?’ FirmanNya: ‘Aku tidak akan berbuat demikian, jika Kudapati tiga puluh di sana.’”. 

Ro 10:9 - “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”. 

2Kor 3:17 - “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.”. 

Catatan: Ayat ini sama sekali tak cocok. 

Mungkin tidak ada satu ayatpun dalam Alkitab yang secara explicit menyatakan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan. Tetapi dari perbandingan ayat dengan ayat, kita bisa menyimpulkan bahwa Alkitab memang mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan. 

Mari kita membandingkan Yes 6:8-10 dengan Kis 28:25-27. 

Yes 6:8-10 - “(8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’. Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’. (9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”. 

Kis 28:25-27 - “(25) Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: (26) Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan meli­hat, namun tidak menanggap. (27) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.”. 

Kalau kita membandingkan 2 bagian Kitab Suci di atas, maka jelas terlihat bahwa apa yang dikatakan Paulus dalam Kis 28:26-27 itu ia kutip dari Yes 6:8-10. Tetapi kalau dalam Yes 6:8-10 itu dikatakan bahwa itu adalah ‘suara Tuhan’ kepada nabi Yesaya, maka dalam Kis 28:25 Paulus berkata bahwa ‘firman itu disampai­kan oleh Roh Kudus’ dengan perantaraan nabi Yesaya. Ini menunjuk­kan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan sendiri! 

Mat 3:16-17 - “(16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya, (17) lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”. 

Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”. 

Yoh 3:34-35 - “(34) Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas. (35) Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya.”. 

2Kor 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”. 

Ef 1:3-14 - “(3) Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. (4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya, (6) supaya terpujilah kasih karuniaNya yang mulia, yang dikaruniakanNya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihiNya. (7) Sebab di dalam Dia dan oleh darahNya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karuniaNya, (8) yang dilimpahkanNya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. (9) Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendakNya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaanNya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkanNya di dalam Kristus (10) sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. (11) Aku katakan ‘di dalam Kristus’, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya - (12) supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaanNya. (13) Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu. (14) Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya.”. 

Catatan: saya tak percaya ini suatu hymn / lagu pujian. Dan penggunaan text ini sangat lemah. Ada banyak text lain yang lebih kuat yang bisa digunakan. 

Pulpit Commentary: “Vers. 24–26. - ‘The Lord, … the Lord, … the Lord.’ Are we to see in this threefold use of the Divine name a shadowing forth of the Holy Trinity? It is obvious that it cannot be proved, and that it would not even have suggested any such idea to the priest who gave, or to the people who received, the benediction. To them the threefold form merely added beauty and fulness to the blessing (cf. Eccles. 4:12). But that is not the question. The real question is whether the Old Testament was written for our sakes (1 Cor. 9:10; 10:11; 2 Tim. 3:15, 16), and whether the God of the Jews was indeed the Father of our Lord Jesus Christ (John 5:17; 8:54). If so, it is not possible for us to avoid seeing in this benediction a declaration of the threefold Being of God, and it is not possible to avoid believing that he meant us to see such a declaration, veiled indeed from the eyes of the Jew, but clear enough to the Christian. For a somewhat similar case compare Isa. 6:3; Rev. 4:8.” [= Ay 24-26. - ‘TUHAN, ... TUHAN, ... TUHAN.’ Apakah kita akan / harus melihat dalam penggunaan rangkap tiga dari Nama Ilahi ini suatu bayangan lebih dulu dari Tritunggal yang Kudus? Jelas bahwa itu tidak bisa dibuktikan, dan bahwa itu bahkan tidak mengusulkan / menyatakan secara tak langsung gagasan seperti itu kepada imam yang memberikan, atau kepada bangsa / orang-orang yang menerima, berkat itu. Bagi mereka, bentuk rangkap tiga semata-mata menambahkan keindahan dan kepenuhan pada berkat. (bdk. Pkh 4:12). Tetapi bukan itu pertanyaannya. Pertanyaan sesungguhnya adalah apakah Perjanjian Lama ditulis bagi / demi kita (1Kor 9:10; 10:11; 2Tim 3:15,16), dan apakah Allah dari orang-orang Yahudi memang adalah Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus (Yoh 5:17; 8:54). Jika demikian, tidaklah mungkin bagi kita untuk terhindar dari melihat dalam berkat ini suatu pernyataan tentang Keberadaan rangkap tiga dari Allah, dan tidaklah mungkin untuk terhindar dari percaya bahwa Ia memaksudkan kita untuk melihat pernyataan seperti itu, memang diselubungi dari mata orang-orang Yahudi, tetapi cukup jelas bagi orang Kristen. Untuk suatu kasus yang agak mirip bandingkan dengan Yes 6:3; Wah 4:8.]. 

Pkh 4:12 - “Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.”. 

1Kor 9:9-10 - “(9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya.”. 

1Kor 10:11 - “Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.”. 

2Tim 3:15-16 - “(15) Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. (16) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”. 

Ay 16 (NASB): ‘All Scripture is inspired by God and profitable for teaching, for reproof, for correction, for training in righteousness;’ [= Semua / seluruh Kitab Suci diilhamkan oleh Allah dan bermanfaat untuk pengajaran, untuk teguran, untuk perbaikan, untuk pelatihan dalam kebenaran;]. 

Yoh 5:17 - “Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’”. 

Yoh 8:54 - “Jawab Yesus: ‘Jikalau Aku memuliakan diriKu sendiri, maka kemuliaanKu itu sedikitpun tidak ada artinya. BapaKulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami,”. 

Dari ayat ini memang terlihat secara sangat jelas bahwa Yesus menyamakan BapaNya (Allah Bapa) dengan Allah yang disembah orang-orang Yahudi pada saat itu!! Kalau begitu, dengan alasan apa banyak orang Kristen menganggap bahwa Allah yang kita sembah berbeda dengan Allah orang Islam??? 

Pulpit Commentary: “III. That the first clause of the blessing intimates the love of God the Father, through which we are preserved. ... IV. That the second clause intimates the love of God the Son whereby we have obtained, and do obtain, grace. ... V. That the third clause intimates the love of God the Holy Ghost, whereby we obtain peace through the fellowship of the Spirit.” [= III. Bahwa anak kalimat yang pertama dari berkat itu menyatakan secara tak langsung kasih Allah Bapa, melalui mana kita dijaga / dilindungi. ... IV. Bahwa anak kalimat yang kedua menyatakan secara tak langsung kasih dari Allah Anak oleh / melalui mana kita telah mendapatkan, dan memang mendapatkan, kasih karunia. ... V. Bahwa anak kalimat yang ketiga menyatakan secara tak langsung Allah Roh Kudus, oleh / melalui mana kita mendapatkan damai melalui persekutuan Roh.]. 

Pulpit Commentary: “2. The triple repetition of the name Jehovah was supposed by the Jews themselves to contain some mystery. At any rate it suggested that as there was in God an infinity of holiness that no one term could express (Isa. 6:3), so God has for his people a fulness of blessing beyond what any single utterance of his favour would have suggested (cf. Exod. 33:19; 34:6, 7; Isa. 63:7; Eph. 2:4–10). To us the mystery is further revealed by the doctrine of the Trinity. For it is to be noted that in the New Testament that doctrine is always presented in some practical aspect, often in connection with privileges conferred by the triune ‘God of our salvation’ (e. g. John 14:16, 17; 2 Cor. 13:14; Eph. 2:18, &c.).” [= 2. Pengulangan rangkap tiga dari Nama Yehovah dianggap oleh orang-orang Yahudi sendiri menampung / menahan suatu misteri. Bagaimanapun itu mengusulkan / menunjukkan secara tak langsung bahwa seperti di sana ada dalam Allah suatu ketidak-terbatasan dari kekudusan yang tak seorangpun bisa menyatakan (Yes 6:3), demikian juga Allah mempunyai bagi umat / bangsaNya suatu kepenuhan berkat melampaui apa yang satu ucapan apapun dari kebaikanNya tunjukkan secara tak langsung (bdk. Kel 33:19 34:6,7; Yes 63:7; Ef 2:4–10). Bagi kita, misteri ini dinyatakan selanjutnya oleh doktrin Allah Tritunggal. Karena harus diperhatikan bahwa dalam Perjanjian Baru doktrin itu selalu diberikan dalam suatu aspek yang praktis, sering dalam hubungan dengan hak-hak yang dianugerahkan oleh ‘Allah Tritunggal dari keselamatan kita’ (contoh: Yoh 14:16,17; 2Kor 13:13; Ef 2:18, dsb.).]. 

Kel 33:19 - “Tetapi firmanNya: ‘Aku akan melewatkan segenap kegemilanganKu dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.’”. 

Kel 34:5-7 - “(5) Turunlah TUHAN dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta menyerukan nama TUHAN. (6) Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: ‘TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya, (7) yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.’”. 

Yes 63:7 - “Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukanNya kepada mereka sesuai dengan kasih sayangNya dan sesuai dengan kasih setiaNya yang besar.”. 

Ef 2:4–10 - “(4) Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasihNya yang besar, yang dilimpahkanNya kepada kita, (5) telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan - (6) dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, (7) supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karuniaNya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikanNya terhadap kita dalam Kristus Yesus. (8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (10) Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”. 

Yoh 14:16,17 - “(16) Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, (17) yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.”. 

2Kor 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”. 

Ef 2:18 - “karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.”. 

Calvin, Bible Knowledge Commentary tidak memberi komentar berhubungan dengan Allah Tritunggal, Keil & Delitzsch tidak setuju kalau hal ini mendukung Allah Tritunggal. 

ALLAH TRITUNGGAL(7) 

2. Tentang Yes 6:3 - “Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!’”. 

Pulpit Commentary (tentang Yes 6:3): “The triple repetition has been understood in all ages of the Church as connected with the doctrine of the Trinity.” [= Pengulangan rangkap tiga itu telah dimengerti dalam segala jaman dari Gereja sebagai berhubungan dengan doktrin Tritunggal.]. 

Calvin (tentang Yes 6:3): “The ancients quoted this passage when they wished to prove that there are three persons in one essence of the Godhead. I do not disagree with their opinion; but if I had to contend with heretics, I would rather choose to employ stronger proofs; for they become more obstinate, and assume an air of triumph, when inconclusive arguments are brought against them; and they might easily and readily maintain that, in this passage, as in other parts of Scripture, the number ‘three’ denotes perfection. Although, therefore, I have no doubt that the angels here describe One God in Three Persons, (and, indeed, it is impossible to praise God without also uttering the praises of the Father, of the Son, and of the Spirit,) yet I think that it would be better to employ more conclusive passages, lest, in proving an article of our faith, we should expose ourselves to the scorn of heretics.” [= Orang-orang kuno mengutip text ini pada waktu mereka ingin membuktikan bahwa di sana ada tiga Pribadi dalam satu hakekat dalam Allah. Saya bukannya tidak setuju dengan pandangan mereka; tetapi jika saya harus berdebat dengan orang-orang sesat, saya lebih memilih untuk menggunakan bukti-bukti yang lebih kuat; karena mereka menjadi lebih tegar tengkuk, dan merasa menang, pada waktu suatu argumentasi yang tidak meyakinkan dibawa menentang mereka; dan mereka bisa dengan mudah dan dengan tanpa kesukaran mempertahankan bahwa, dalam text ini, seperti dalam bagian-bagian lain Kitab Suci, bilangan ‘tiga’ menunjuk pada kesempurnaan. Karena itu, sekalipun saya tidak mempunya keraguan bahwa malaikat-malaikat di sini menggambarkan satu Allah dalam Tiga Pribadi, (dan memang, adalah mustahil untuk memuji Allah tanpa juga mengucapkan puji-pujian tentang Bapa, tentang Anak, dan tentang Roh), tetapi saya pikir akan lebih baik untuk menggunakan text-text yang lebih meyakinkan, supaya jangan, dalam membuktikan suatu pokok dari iman kita, kita harus membuka diri kita sendiri terhadap cemoohan dari orang-orang sesat.]. 

Komentar saya: kalau saya menganggap sesuatu itu benar, saya tetap akan menggunakan dalam argumentasi, sekalipun itu ‘lemah’ dan bisa dibantah (secara salah), tetapi saya juga menggunakan / menambahkan argumentasi-argumentasi lain yang lebih kuat. Gabungan semua argumentasi itu juga akan membuktikan kebenaran dari argumentasi yang ‘lemah’. 

Keil & Delitzsch (tentang Yes 6:3): “But did this thrice-holy refer to the triune God? Knobel contents himself with saying that the threefold repetition of the word ‘holy’ serves to give it the greater emphasis. ... The fact that three is the number of developed and yet self-contained unity, has its ultimate ground in the circumstance that it is the number of the trinitarian process; and consequently the trilogy (trisagion) of the seraphim (like that of the cherubim in Rev 4:8), whether Isaiah was aware of it or no, really pointed in the distinct consciousness of the spirits themselves to the triune God.” [= Tetapi apakah kata ‘kudus’ tiga kali ini menunjuk kepada Allah Tritunggal? Knobel puas dengan dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa pengulangan tiga kali dari kata ‘kudus’ berfungsi untuk memberinya penekanan yang lebih besar. ... Fakta bahwa tiga adalah bilangan dari kesatuan yang ‘diperluas / dijadikan komplex’ tetapi membentuk suatu unit yang ‘lengkap dan tak tergantung dalam dan dari dirinya sendiri’, mempunyai dasar terakhirnya dalam keadaan bahwa itu adalah bilangan dari proses Tritunggal; dan karena itu pujian rangkap tiga dari serafim (seperti pujian dari kerub-kerub itu dalam Wah 4:8), apakah Yesaya menyadarinya atau tidak, sungguh-sungguh menunjuk pada kesadaran yang jelas dari roh-roh itu sendiri terhadap Allah Tritunggal.]. 

Catatan: Memang Yesaya sendiri belum tentu mengerti apa yang ia ucapkan / tuliskan. 

Matthew Henry (tentang Yes 6:3): “It may refer to the three person (persons?) in the Godhead, Holy Father, Holy Son, and Holy Spirit (for it follows, v. 8, Who will go for us?) or perhaps to that which was, and is, and is to come; for that title of God’s honour is added to this song, Rev 4:8.” [= Itu bisa menunjuk pada tiga pribadi dalam diri Allah, Bapa yang Kudus, Anak yang Kudus, dan Roh yang Kudus (karena itu diikuti ay 8, Siapa yang mau pergi untuk Kami?) atau mungkin kepada itu yang ada dulu, dan ada sekarang, dan yang akan datang; karena gelar kehormatan Allah itu ditambahkan pada nyanyian ini, Wah 4:8.]. 

Jadi, Matthew Henry menggunakan Yes 6:8, yang sangat berdekatan letaknya dengan Yes 6:3 yang sedang kita bahas, sebagai argumentasi. Karena dalam Yes 6:8 ditunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’ oleh adanya kata ganti orang ‘Kami’, yang digunakan untuk Allah, maka 3 x kata ‘Kudus’ untuk Allah itu pasti juga berhubungan dengan ‘kejamakan dalam diri Allah’ itu. 

Yes 6:8 - “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku (Kami)?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’”. 

Yes 6:8 (KJV): ‘Also I heard the voice of the Lord, saying, Whom shall I send, and who will go for us? Then said I, Here am I; send me.’ [= Juga aku mendengar suara Tuhan, yang berkata, Siapa yang akan Kuutus, dan siapa yang mau pergi untuk Kami? Lalu aku berkata, Ini aku, utuslah aku’.]. 

Wah 4:8 - “Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.’”. 

Barnes’ Notes (tentang Yes 6:3): “‘Holy, holy, holy.’ The ‘repetition’ of a name, or of an expression, three times, was quite common among the Jews.” [= ‘Kudus, kudus, kudus’. ‘Pengulangan’ dari suatu nama, atau dari suatu ungkapan, tiga kali, cukup umum di antara orang-orang Yahudi.]. 

Barnes lalu memberi contoh ayat-ayat ini. 

Yer 7:4 - “Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN,”. 

Yer 22:29 - “Hai negeri, negeri, negeri! Dengarlah firman TUHAN!”. 

Yeh 21:27 - “Puing, puing, puing akan Kujadikan dia! Inipun tidak akan tetap. Sampai ia datang yang berhak atasnya, dan kepadanya akan Kuberikan itu.’”. 

2Sam 18:33 - “Maka terkejutlah raja dan dengan sedih ia naik ke anjung pintu gerbang lalu menangis. Dan beginilah perkataannya sambil berjalan: ‘Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom, anakku, anakku!’”. 

Barnes’ Notes (tentang Yes 6:3): “The form was used, therefore, among the Jews, to denote ‘emphasis;’ and the expression means in itself no more than ‘thrice holy;’ that is, supremely holy. Most commentators, however, have supposed that there is here a reference to the doctrine of the Trinity. It is not probable that the Jews so understood it; but applying to the expressions the fuller revelations of the New Testament, it cannot be doubted that the words will express that. Assuming that that doctrine is true, it cannot be doubted, I think, that the seraphs laid the foundation of their praise in that doctrine. That there was a distinct reference to the second person of the Trinity, is clear from what John says, John 12:41. No ‘argument’ can be drawn directly from this in favor of the doctrine of the Trinity, for the repetition of such phrases thrice in other places, is merely ‘emphatic,’ denoting the superlative degree. But when the doctrine is ‘proved’ from other places, it may be presumed that the heavenly beings were apprized of it, and that the foundation of their ascriptions of praise was laid in that.” [= Karena itu, bentuk itu digunakan, di antara orang-orang Yahudi, untuk menunjukkan ‘penekanan’; dan ungkapan itu dalam dirinya sendiri berarti tak lebih dari ‘kudus tiga kali’; yaitu, kudus dalam tingkat yang tertinggi. Tetapi, kebanyakan penafsir, telah menganggap bahwa di sini ada suatu hubungan dengan doktrin Allah Tritunggal. Tidaklah mungkin bahwa orang-orang Yahudi mengertinya demikian; tetapi dengan menerapkan wahyu-wahyu yang lebih penuh dari Perjanjian Baru pada kata-kata itu, tak bisa diragukan bahwa kata-kata itu akan menyatakan hal itu. Dengan menganggap bahwa doktrin itu (Tritunggal) adalah benar, tak bisa diragukan, saya kira, bahwa serafim itu meletakkan fondasi dari pujian mereka dalam doktrin itu. Bahwa di sana ada suatu referensi yang jelas kepada pribadi kedua dari Tritunggal, adalah jelas dari apa yang Yohanes katakan, Yoh 12:41. Tak ada ‘argumentasi’ bisa ditarik secara langsung dari kata-kata ini untuk mendukung doktrin Tritunggal, karena pengulangan dari ungkapan-ungkapan seperti itu tiga kali di tempat-tempat lain, semata-mata merupakan ‘penekanan’, menunjukkan tingkat yang tertinggi. Tetapi pada waktu doktrin itu ‘dibuktikan’ dari tempat-tempat lain, bisa dianggap benar bahwa makhluk-makhluk surgawi itu menghargainya, dan bahwa fondasi dari pengarahan pujian mereka diletakkan pada hal itu.]. 

Argumentasi Barnes bahwa ayat ini oleh Yohanes dihubungkan dengan Pribadi kedua dari Tritunggal (Allah Anak / Yesus) dalam Yoh 12:41, merupakan suatu argumentasi yang menarik dan kuat! 

Yoh 12:41 - “Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaanNya dan telah berkata-kata tentang Dia.”. 

Kata ‘Nya’ di sini jelas menunjuk kepada Yesus!! Mari kita lihat seluruh kontextnya. 

Yoh 12:37-41 - “(37) Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepadaNya, (38) supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ‘Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?’ (39) Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: (40) ‘Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.’ (41) Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaanNya dan telah berkata-kata tentang Dia.”. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan: 

a. Ay 38 diambil dari Yes 53:1 - “Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?”. 

b. Ay 39-40 diambil dari Yes 6:9-10 (lihat di bawah). 

c. Kata-kata ‘ia (Yesaya) telah melihat kemuliaanNya’ tidak bisa tidak menunjuk pada Yes 6:1-2,5b (lihat di bawah). Dan pada waktu rasul Yohanes menerapkan ini kepada Yesus dalam Yoh 12:41, maka tidak bisa tidak, yang disebut kudus 3 x itu juga adalah Yesus! Bagaimana ini tidak mengarah pada doktrin Allah Tritunggal? 

Bdk. Yes 6:1-10 - “(1) Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. (2) Para Serafim berdiri di sebelah atasNya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. (3) Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!’ (4) Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. (5) Lalu kataku: ‘Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.’ (6) Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. (7) Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: ‘Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.’ (8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku (Kami)?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’ (9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”. 

Sekarang mari kita melihat komentar dari para penafsir tentang Yoh 12:41. 

Matthew Henry (tentang Yoh 12:41): “The vision which the prophet there had of the ‘glory of God’ is here said to be his seeing the glory of Jesus Christ: He ‘saw his glory.’ Jesus Christ therefore is equal in power and glory with the Father, and his praises are equally celebrated. Christ had a glory ‘before the foundation of the world,’ and Esaias saw this.” [= Penglihatan yang sang nabi dapatkan di sana tentang ‘kemuliaan Allah’, di sini dikatakan sebagai penglihatannya tentang kemuliaan Yesus Kristus: Ia ‘telah melihat kemuliaanNya’. Karena itu, Yesus Kristus setara dalam kuasa dan kemuliaan dengan Bapa, dan puji-pujian terhadapNya dilakukan / ditunjukkan secara sama. Kristus mempunyai kemuliaan ‘sebelum dunia diciptakan’, dan Yesaya telah melihat ini.]. 

Yoh 17:5 - “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.”. 

Adam Clarke (tentang Yoh 12:41): “‘When he saw his glory.’ Isa 6:1, etc. I saw Jehovah, said the prophet, sitting upon a throne, high and lifted up, and his train filled the temple. Above it stood the seraphim; and one cried unto another, and said, Holy, holy, holy, is Jehovah, God of hosts; the whole earth shall be full of his glory. It appears evident from this passage, that the glory which the prophet saw was the glory of Jehovah: John, therefore, saying here that it was the glory of Jesus, shows that he considered Jesus to be Jehovah.” [= ‘Pada waktu ia telah melihat kemuliaanNya’. Yes 6:1, dst. ‘Aku telah melihat Yehovah’, kata sang nabi, ‘duduk di atas suatu takhta, tinggi dan ditinggikan, dan ujung jubahNya memenuhi Bait Suci. Di atasnya berdiri para serafim; dan satu berteriak kepada yang lain, dan berkata Kudus, kudus, kuduslah Yehovah, Allah semesta alam; seluruh bumi akan penuh dengan kemuliaanNya’. Kelihatannya jelas dari text ini, bahwa kemuliaan yang sang nabi lihat adalah kemuliaan Yehovah: karena itu, pada waktu Yohanes berkata di sini bahwa itu adalah kemuliaan Yesus, itu menunjukkan bahwa ia menganggap Yesus sebagai Yehovah.]. 

Kalau Bapa adalah Yehovah / Yahweh (YHWH), dan Yesus juga adalah Yehovah / Yahweh (YHWH), maka ini pasti mengarah pada doktrin Allah Tritunggal! 

Barnes’ Notes (tentang Yoh 12:41): “‘When he saw his glory.’ Isa 6:1-10. Isaiah saw the LORD (in Hebrew, ‎Jehovah) sitting on a throne and surrounded with the seraphim. ... In the prophecy Isaiah is said expressly to have seen Jehovah, ver. 1, and in ver. 5: ‘Mine eyes have seen the King Jehovah of hosts.’ By his glory is meant the manifestation of him - the Shechinah, or visible cloud that was a representation of God, and that rested over the mercy-seat. This was regarded as equivalent to seeing God, and John here expressly applies this to the Lord Jesus Christ; for he is not affirming that the people did not believe in God, but is assigning the reason why they believed not on Jesus Christ as the Messiah. The whole discourse has respect to the Lord Jesus, and the natural construction of the passage requires us to refer it to him. John affirms that it was the glory of the Messiah that Isaiah saw, and yet Isaiah affirms that it was Jehovah; and from this the inference is irresistible that John regarded Jesus as the Jehovah whom Isaiah saw.” [= ‘Pada waktu ia telah melihat kemuliaanNya’. Yes 6:1-10. Yesaya telah melihat TUHAN (dalam bahasa Ibrani, Yehovah) duduk di atas sebuah takhta dan dikelilingi dengan para serafim. ... Dalam nubuat Yesaya dikatakan secara explicit telah melihat Yehovah, ay 1, dan dalam ay 5: ‘Mataku telah melihat sang Raja Yehovah semesta alam’. Dengan / oleh ‘kemuliaanNya’ dimaksudkan manifestasi dari Dia - Shekhinah, atau awan yang kelihatan yang merupakan suatu perwakilan dari Allah, dan yang tinggal di atas tempat duduk belas kasihan / tutup tabut perjanjian. Ini dianggap sama seperti melihat Allah, dan Yohanes di sini secara explicit menerapkan ini kepada Tuhan Yesus Kristus; karena ia bukan sedang menegaskan bahwa bangsa itu tidak percaya kepada Allah, tetapi sedang menunjukkan alasan mengapa mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai sang Mesias. Seluruh pembicaraan berhubungan dengan Tuhan Yesus, dan konstruksi yang wajar dari text itu menuntut kita untuk mengarahkannya kepada Dia. Yohanes menegaskan bahwa itu adalah kemuliaan dari sang Mesias yang dilihat oleh Yesaya, tetapi Yesaya menegaskan bahwa itu adalah Yehovah; dan dari ini kesimpulannya tak bisa ditahan bahwa Yohanes menganggap Yesus sebagai Yehovah yang dilihat Yesaya.]. 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yes 6:3): “‘One cried unto another Holy, holy, holy (is) the Lord of hosts.’ - (Rev 4:8) The Trinity is implied (see note on ‘Lord’ Isa 6:1).” [= Satu berteriak kepada yang lain, Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam’. - (Wah 4:8). Tritunggal ditunjukkan secara implicit (lihat catatan tentang ‘Tuhan’ Yes 6:1).]. 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yes 6:1): “‘I saw also the Lord.’ - here ‎Adonaay‎; ‎Yahweh ‎in Isa 6:5. Jesus Christ is meant as speaking in Isa 6:10, according to John 12:41. ... The words of Isa 6:10 are attributed by Paul (Acts 28:25-26) to the Holy Spirit. Thus the Trinity, in unity is implied; as also by the thrice ‘Holy’ (Isa 6:3).” [= ‘Aku juga melihat Tuhan’. - di sini ADONAY; YAHWEH dalam Yes 6:5. Yesus Kristus dimaksudkan sebagai yang berbicara dalam Yes 6:10, menurut Yoh 12:41. ... Kata-kata dari Yes 6:10 oleh Paulus (Kis 28:25-26) dianggap berasal dari Roh Kudus. Maka Tritunggal, dalam kesatuan, ditunjukkan secara implicit; seperti juga oleh kata ‘Kudus’ tiga kali (Yes 6:3).]. 

Jadi, selain menggunakan Yoh 12:41 seperti Albert Barnes, Jamieson, Fausset & Brown juga menggunakan Kis 28:25-26 yang mengarah kepada Roh Kudus! 

Kis 28:25-27 - “(25) Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: (26) Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (27) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.”. 

Catatan: dalam tafsirannya tentang Yes 6:3, Adam Clarke tak membicarakan hal ini dalam hubungannya dengan Allah Tritunggal. Bible Knowledge Commentary bahkan terang-terangan menolak bagian ini sebagai pendukung doktrin Allah Tritunggal. 

3. Tentang Wah 4:8 - “Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.’”. 

Matthew Henry: “And here, 1. They adore one God, and one only, ‘the Lord God Almighty,’ unchangeable and everlasting. 2. They adore three holies in this one God, the Holy Father, the Holy Son, and the Holy Spirit; and these are one infinitely holy and eternal Being, who sits upon the throne, ‘and lives for ever and ever.’” [= Dan di sini, 1. Mereka memuja satu Allah, dan hanya satu saja, ‘Tuhan Allah Yang Maha Kuasa’, tak berubah dan kekal. 2. Mereka memuja tiga Yang Kudus dalam satu Allah ini, Bapa yang Kudus, Anak yang Kudus, dan Roh Kudus; dan Mereka ini adalah satu Keberadaan (Being) yang kudus secara tak terbatas dan kekal, yang duduk di atas takhta, ‘dan hidup selama-lamanya’.]. 

Pulpit Commentary: “Holy, holy, holy. The thrice-repeated ‘holy’ has very generally been held to indicate the Trinity of the Godhead.” [= Kudus, kudus, kudus. ‘Kudus’ yang diulang tiga kali telah secara umum dipegang untuk menunjukkan Tritunggal dari Ketuhanan / keilahian.]. 

William Hendriksen: “They ascribe glory and honour and thanksgiving to the everlasting One who sits upon the throne. (See 7:12.) They do this not once but again and again. They are constantly saying, ‘Holy, holy, holy, Lord God the Almighty, who was and who is and who is coming.’ Thus these cherubim glorify God, the Father, who represents the Trinity. (Cf. Isa. 6:3.)” [= Mereka memberikan kemuliaan dan hormat dan syukur kepada Yang Kekal yang duduk di atas takhta (lihat 7:12). Mereka melakukan ini bukan satu kali tetapi berulang-ulang. Mereka secara terus menerus berkata, ‘Kudus, kudus, kudus, Tuhan Allah Yang Maha Kuasa, yang ada, dan sudah ada dan yang akan datang’. Demikianlah para kerub ini memuliakan Allah, sang Bapa, yang mewakili Tritunggal. (bdk. Yes 6:3).] - ‘More Than Conquerors’, hal 88. 

Lenski: “The three ‘holy,’ like the entire name, refer to the Triune God. ‘The One who Is,’ etc., in 1:4 refers to the Father, in 1:8 equally to the Son. In 1:8 ‘the Almighty’ is the Son, here he is the Triune God. To be sure, this doxology renews the one found in Isa. 6:3, but to say that John modifies it in a characteristic apocalyptic way is to deny that John heard even as Isaiah also heard. ‘The whole earth is full of his glory’ is proper only in Isaiah where the seraphim cry their praise of God to each other. It does not belong here where the whole ascription directly concerns the Triune God.” [= Tiga ‘kudus’ itu, seperti seluruh nama itu, menunjuk kepada Allah Tritunggal. ‘Yang ada’, dst., dalam 1:4 menunjuk kepada Bapa, dalam 1:8 secara sama menunjuk kepada Anak. Dalam 1:8 ‘Yang Maha Kuasa’ adalah Anak, di sini (4:8) ‘Yang Maha Kuasa’ adalah Allah Tritunggal. Tak diragukan, doxologi ini memperbaharui doxologi yang ditemukan dalam Yes 6:3, tetapi mengatakan bahwa Yohanes memodifikasinya dengan suatu cara yang bersifat apokaliptik berarti menyangkal bahwa Yohanes mendengar sama seperti Yesaya juga mendengar. ‘Seluruh bumi penuh dengan kemuliaanNya’ adalah benar hanya dalam Yesaya dimana para serafim meneriakkan pujian mereka tentang Allah satu kepada yang lain. Itu tidak termasuk di sini dimana seluruh pernyataan secara langsung berkenaan dengan Allah Tritunggal.]. 

Bdk. Wah 1:4-8 - “(4) Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya, (5) dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya - (6) dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, BapaNya, - bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin. (7) Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (8) ‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”. 

Dalam ay 4-5 ada kata-kata ‘dari Dia’, ‘dari ketujuh roh’, lalu ‘dari Yesus Kristus’. Karena itu jelas bahwa ‘Dia’ adalah Bapa! Jadi, dalam ay 4 istilah / kata-kata ‘yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang’ jelas menunjuk kepada Bapa. 

Tetapi ay 8 bicara tentang siapa? Mulai ay 5-7 text ini terus bicara tentang Yesus Kristus, demikian juga kalau kita membaca ay 9-20-nya! Kalau begitu, maka pasti ay 8 juga tentang Yesus Kristus, dan karena itu istilah / kata-kata ‘yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang’ jelas menunjuk kepada Yesus Kristus. 

Dan istilah ‘Yang Maha Kuasa’ dalam Wah 1:8 juga jelas menunjuk kepada Yesus Kristus, tetapi istilah itu dalam Wah 4:8, menurut Lenski, menunjuk kepada Allah Tritunggal. 

Herman Hoeksema: “The Throne in Heaven. ... Before the throne are seven lamps burning, which are the seven Spirits of God. These seven Spirits, as we have already explained in connection with 1:4, are indeed the Holy Spirit, but then as the Spirit of Christ as He dwells in the church of God forever. The Triune God sits on the Throne. The Father, the Son, and the Holy Ghost in their essential divinity are enthroned as the Lord God Almighty, thrice holy.” [= Takhta di Surga. ... Di depan takhta ada tujuh lampu / obor menyala, yang adalah tujuh Roh Allah (ay 5). Tujuh Roh ini, seperti telah kami jelaskan dalam hubungan dengan 1:4, memang adalah Roh Kudus, tetapi pada saat itu sebagai Roh Kristus karena Ia tinggal dalam gereja Allah selama-lamanya. Allah Tritunggal duduk di atas Takhta. Bapa, Anak, dan Roh Kudus dalam ketuhanan hakiki Mereka dinobatkan / ditempatkan sebagai Tuhan Allah Yng Maha Kuasa, tiga kali kudus.] - ‘Behold He Cometh’, hal 156,157. 

Herman Hoeksema: “It all sings of the holiness of the Most High: ‘Holy, holy, holy,’ thrice repeated to express the divine fulness of the holiness of God, of the Triune.” [= Semua menyanyi tentang kekudusan dari Yang Maha Tinggi: ‘Kudus, kudus, kudus’, diulang tiga kali untuk menyatakan kepenuhan ilahi tentang kekudusan dari Allah, dari Tritunggal.] - ‘Behold He Cometh’, hal 163.

ALLAH TRITUNGGAL(8) 

e) Kata ‘esa’ / ‘satu’ yang digunakan dalam Ul 6:4, dalam bahasa Ibraninya adalah EKHAD, bukan YAKHID. 

Ul 6:4 - “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN (YHWH) itu Allah kita, TUHAN (YHWH) itu esa (EKHAD)!”. 

Ayat ini sangat umum digunakan oleh orang-orang yang percaya bahwa Allah itu tunggal mutlak. 

1. Para Saksi Yehuwa mengatakan bahwa kata EKHAD ini berarti ‘satu yang mutlak’ dan tidak mengandung kejamakan. 

Untuk itu perhatikan kutipan dari buku mereka yang berjudul ‘Haruskah anda percaya kepada Tri­tunggal?’,hal 13, di bawah ini: 

“Kata-kata tersebut terdapat dalam Ulangan 6:4. New Jerusalem Bible (NJB) Katolik berbunyi: ‘Dengarlah Israel: Yahweh Allah kita adalah esa, satu-satunya Yahweh’. Dalam tatabahasa dari ayat itu kata ‘esa’ tidak mengandung sifat jamak untuk menyatakan bahwa kata itu mempunyai arti yang lain, yaitu bukan satu priba­di.”. 

Jawaban saya: 

Pandangan Saksi Yehuwa ini justru salah, dan mereka mendukung kesalahannya itu dengan mengutip suatu versi Alkitab, yaitu New Jerusalem Bible Katolik! Ini sebetulnya tidak masuk akal, karena Katolik percaya doktrin Allah Tritunggal. 

Ul 6:4 (NJB): ‘‘Listen, Israel: Yahweh our God is the one, the only Yahweh.’ [= Dengarlah, Israel: Yahweh Allah kita adalah satu, satu-satunya Yahweh.]. 

Sebetulnya tak ada masalah dengan terjemahan ini. Apakah Yahweh itu dikatakan ‘satu’, ‘esa’, atau ‘satu-satunya’, semua itu tetap benar. Ini sama sekali tak menunjuk pada monoteis mutlak! 

Jadi kata-kata mereka dalam kutipan di atas yang berbunyi “Dalam tatabahasa dari ayat itu kata ‘esa’ tidak mengandung sifat jamak untuk menyatakan bahwa kata itu mempunyai arti yang lain, yaitu bukan satu priba­di.” merupakan omong kosong. Tatabahasa apa??? Dari mana kelihatan tidak mengandung arti jamak? 

Apakah ‘satu’ (EKHAD) di sini mengandung arti jamak atau tidak, harus dilihat dari kata Ibrani yang digunakan. Kata Ibrani yang digunakan adalah EKHAD, dan arti kata ini tidak ada hubungannya dengan tatabahasa dari ayat itu. 

Memang kata EKHAD ini bisa sekedar berarti ‘satu’. Misalnya: 

Kej 1:9 - “Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu (EKHAD) tempat, sehingga kelihatan yang kering.’ Dan jadilah demikian.”. 

Kej 2:21 - “Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu (EKHAD) rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.”.

Tetapi cukup sering kata EKHAD ini digunakan dalam arti ‘satu gabungan’ / ‘a compound one’, bukan ‘satu yang mutlak’ / ‘an absolute one’, dan ini bisa terlihat dari contoh-contoh di bawah ini: 

a. Kej 1:5 - gabungan dari petang dan pagi membentuk satu (EKHAD) hari. 

Kej 1:5 - “Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama (EKHAD).”. 

b. Kej 2:24 - Adam dan Hawa menjadi satu (EKHAD) daging. 

Kej 2:24 - “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu (EKHAD) daging.”. 

c. Banyak tenda menjadi satu Kemah Suci. 

Kel 26:6,11 - “(6) Dan haruslah engkau membuat lima puluh kaitan emas dan menyambung tenda-tenda Kemah Suci yang satu dengan yang lain dengan memakai kaitan itu, sehingga menjadi satu (EKHAD). ... (11) Haruslah engkau membuat lima puluh kaitan tembaga dan memasukkan kaitan itu ke dalam sosok-sosok dan menyambung tenda-tenda kemah itu, supaya menjadi satu (EKHAD).”. 

d. Banyak buah anggur membentuk satu tandan anggur. 

Bil 13:23 - “Ketika mereka sampai ke lembah Eskol, dipotong merekalah di sana suatu cabang dengan setandan buah anggurnya, lalu berdualah mereka menggandarnya; juga mereka membawa beberapa buah delima dan buah ara”. 

‘Setandan buah anggur’, dalam KJV diterjemahkan ‘one cluster of grapes’ [= satu tandan buah anggur]. 

Dan kata ‘satu’ di sini menggunakan kata EKHAD. Satu tandan buah anggur pasti terdiri dari banyak buah anggur. 

d. Hak 20:1,8,11 - “(1) Lalu majulah semua orang Israel; dari Dan sampai Bersyeba dan juga dari tanah Gilead berkumpullah umat itu secara serentak menghadap TUHAN di Mizpa. ... (8) Kemudian bangunlah seluruh bangsa itu dengan serentak, sambil berkata: ‘Seorangpun dari pada kita takkan pergi ke kemahnya, seorangpun dari pada kita takkan pulang ke rumahnya. ... (11) Demikianlah orang Israel berkumpul melawan kota itu, semuanya bersekutu dengan serentak.”. 

Semua kata-kata ‘dengan serentak’ terjemahan hurufiahnya adalah ‘as one man’ [= seperti / sebagai satu orang], seperti dalam KJV/RSV/NIV/NASB, dan kata ‘satu’ di sini menggunakan kata Ibrani EKHAD. 

e. Ezra 2:64 - “Seluruh jemaah itu bersama-sama ada empat puluh dua ribu tiga ratus enam puluh orang,”. 

KJV: ‘The whole congregation together was forty and two thousand three hundred and threescore,’. 

RSV: ‘The whole assembly together was forty-two thousand three hundred and sixty,’. 

NIV: ‘The whole company numbered 42,360,’. 

NASB: ‘The whole assembly numbered 42,360,’. 

Jadi, baik dari terjemahan Indonesia maupun Inggris, tak terlihat ada kata ‘satu’ / ‘one’. Tetapi dalam bahasa Ibraninya ada kata EKHAD (cek dengan Bible Works). 

Jadi, seluruh jemaat itu satu (EKHAD) tetapi terdiri dari banyak orang. 

Keil & Delitzsch (tentang Ezra 2:64): “The sum-total of the congregation (‎כְּאֶחָ֑ד , as one, i.e., reckoned together; ‎comp. Ezra 3:9; 6:20)” [= Jumlah dari jemaat (KEEKHAD, sebagai satu, artinya dianggap / diperhitungkan bersama-sama; bdk. Ezra 3:9; 6:20)]. 

Ezra 3:9 - “Lalu Yesua serta anak-anak dan saudara-saudaranya dan Kadmiel serta anak-anaknya, orang-orang Yehuda bersama-sama bertindak mengawasi orang-orang yang melakukan pekerjaan membangun rumah Allah. Demikian juga bani Henadad, anak-anak dan saudara-saudara mereka, orang-orang Lewi itu.”. 

KJV/RSV/NIV: ‘together’ [= bersama-sama]. 

NASB: ‘united’ [= bersatu]. 

Ezra 6:20 - “Karena para imam dan orang-orang Lewi bersama-sama mentahirkan diri, sehingga tahirlah mereka sekalian. Demikianlah mereka menyembelih anak domba Paskah bagi semua orang yang pulang dari pembuangan, dan bagi saudara-saudara mereka, yakni para imam, dan bagi dirinya sendiri.”. 

KJV/RSV/NASB: ‘together’ [= bersama-sama]. 

Dalam kedua ayat ini kata bahasa Ibrani yang digunakan sama persis seperti dalam Ezra 2:64 di atas. 

Jadi, dalam 3 ayat dari kitab Ezra ini kata EKHAD digunakan untuk menunjuk pada ‘satu kelompok orang’. 

f. Dua papan digabung menjadi satu (EKHAD) papan. 

Yeh 37:16-19 - “(16) ‘Hai engkau anak manusia, ambillah sepotong papan dan tulis di atasnya: Untuk Yehuda dan orang-orang Israel yang bersekutu dengan dia. Kemudian ambillah papan yang lain dan tulis di atasnya: Untuk Yusuf - papan Efraim - dan seluruh kaum Israel yang bersekutu dengan dia. (17) Gabungkanlah keduanya menjadi satu papan, sehingga keduanya menjadi satu dalam tanganmu. (18) Maka kalau teman-teman sebangsamu bertanya kepadamu: Tidakkah engkau bersedia memberitahukan kepada kami, apa artinya ini - (19) katakanlah kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku mengambil papan Yusuf - yang dalam tangan Efraim - beserta suku-suku Israel yang bersekutu dengan dia dan menggabungkannya dengan papan Yehuda dan Aku akan menjadikan mereka satu papan, sehingga mereka menjadi satu dalam tanganKu.”. 

Yeh 37:17 - “Gabungkanlah keduanya menjadi satu (EKHAD) papan, sehingga keduanya menjadi satu dalam tanganmu.”. 

KJV: ‘And join them one to another into one stick; and they shall become one in thine hand.’ [= Dan gabungkan mereka satu dengan yang lain menjadi satu papan; dan mereka akan menjadi satu dalam tanganmu.]. 

2. Sebetulnya ada sebuah kata lain dalam bahasa Ibrani yang berarti ‘satu yang mutlak’ atau ‘satu-satunya’. Kata itu adalah YAKHID. 

Contoh: Kej 22:2,16 - “(2) FirmanNya: ‘Ambillah anakmu yang tunggal (YAKHID) itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.’ ... (16) kataNya: ‘Aku bersumpah demi diriKu sendiri - demikianlah firman TUHAN - : Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal (YAKHID) kepadaKu,”. 

Kalau Musa, atau Roh Kudus yang mengilhami Musa, memang mau menekankan tentang ‘kesatuan yang mutlak’ dari Allah dan bukannya ‘kesatuan gabungan’ (a compound unity), maka dalam Ul 6:4 itu ia seharusnya menggunakan kata YAKHID dan bukan­nya EKHAD. Tetapi ternyata Musa, atau Roh Kudus, menggunakan kata EKHAD, dan ini menunjukkan bahwa Allah itu tidak satu secara mutlak, tetapi ada kejamakan dalam diri Allah. 

3. Argumentasi Steve Rudd tentang EKHAD dan YAKHID. 

Catatan: semua kutipan dari Steve Rudd di bawah ini saya ambil dari: http://www.bible.ca/trinity/trinity-oneness-unity-yachid-vs-echad.htm. 

Steve Rudd: “Yachid vs. Echad: The most important verse Jews memorized in the Bible was Deut 6:4: ‘Hear, O Israel! Yahweh is our God, Yahweh is one (Echad)!’ There are a few words in Hebrew that the Holy Spirit could have used a word the (?) has one exclusive meaning: the numeric, solitary oneness of God (‘yachid’ or ‘bad’). Instead the Holy Spirit chose to use the Hebrew word, ‘echad’ which is used most often as a unified one, and sometimes as numeric oneness. ... This is most troubling for Jews and Anti-Trinitarians since the word yachid, the main Hebrew word for solitary oneness, is never used in reference to God.” [= YAKHID vs. EKHAD: Ayat terpenting dalam Alkitab yang dihafalkan orang-orang Yahudi adalah Ul 6:4: ‘Dengarlah, hai orang Israel: Yahweh itu Allah kita, Yahweh itu esa (EKHAD)!’ Ada beberapa kata dalam bahasa Ibrani yang Roh Kudus bisa telah gunakan, suatu kata yang mempunyai arti yang bersifat exklusif / arti yang tidak mengijinkan arti lain: kesatuan sendirian yang bersifat bilangan dari Allah (‘YAKHID’ atau ‘BAD’). Alih-alih Roh Kudus memilih untuk menggunakan kata Ibrani ‘EKHAD’ yang digunakan sangat sering sebagai suatu satu yang bersifat kesatuan (a unified one), dan kadang-kadang sebagai kesatuan yang bersifat bilangan (numeric oneness). ... Ini sangat mengganggu bagi orang-orang Yahudi dan orang-orang yang anti Tritunggal karena kata YAKHID, kata utama bahasa Ibrani untuk kesatuan / satu yang sendirian (solitary oneness), tidak pernah digunakan berhubungan dengan Allah.]. 

Catatan: Pasti ada salah tulis dalam kata-kata yang saya beri warna ungu. Saya kira seharusnya adalah ‘There are a few words in Hebrew that the Holy Spirit could have used, a word that has one exclusive meaning:’, dan saya terjemahkan sesuai dengan perkiraan saya itu. 

Steve Rudd: “b. There isn’t a single Jew or anti-Trinitarian today who, given the chance, would not go back in time and tell Moses his choice of ECHAD instead of YACHID in Deut 6:4 will cause them grief in the future. c. As we will see, Jews did change words and start using the word YACHID in reference to God after they rejected conversion to Christianity.” [= b. Tidak ada satupun orang Yahudi atau anti Tritunggal pada jaman sekarang yang, seandainya diberikan kesempatan, tidak ingin kembali dalam waktu dan memberitahu Musa bahwa pemilihannya tentang EKHAD dan bukannya YAKHID dalam Ul 6:4 akan menyebabkan kesedihan bagi mereka di masa yang akan datang. c. Seperti yang akan kita lihat, orang-orang Yahudi memang mengubah kata-kata dan mulai menggunakan kata YAKHID berhubungan dengan Allah setelah mereka menolak pertobatan pada kekristenan.]. 

Steve Rudd: “A. Jews, after the rise of Christianity, were compelled to change the Hebrew word for ‘one’ from echad to yachid: ... 1. For any Jew to use ‘Yachid’ to refer to the oneness of God is UNBIBLICAL because the Holy Spirit never willed that any scripture in the Bible uses the word YACHID in reference to God. 2. It is claimed by Jews who attack Christian theology that the use of the word ECHAD in Deut 6:4 causes them no problem since the word ECHAD is used in other places in the Old Testament to refer to a clearly single person. But this ignores the powerful argument made by Christians, namely that the word YACHID, which always means one and only one, is never used of God. 3. If the use of ‘echad’ instead of ‘yachid’ in Deut 6:4 gave no help to the early Christians in proving to the Jews that Yahweh of the Old Testament was the multi-personal God of the Christians (Father, Son, Holy Spirit) then Jews would not have felt compelled replace the word in their dogmas and statements of faith. If it is really that insignificant, then they would have told us the argument Christians were using to prove trinity is invalid to native Hebrews who know and speak the language. 4. A man named Moses Maimonides who lived in the 12th century AD, was Jewish Rabbi and philosopher who compiled a creed in Hebrew using the Aramaic alphabet with 13 articles. While he did use the word echad in Deut 6:4, in his 13 point creed, he uses the UNBIBLICAL word yachid instead of echad: 

Hebrew using Aramaic alphabet: 

אֲנִי מַאֲמִין בֶּאֱמוּנָה שְׁלֵמָה, שֶׁהַבּורֵא יִתְבָּרַךְ שְׁמו הוּא יָחִיד וְאֵין יְחִידוּת כָּמוהוּ בְּשׁוּם פָּנִים, וְהוּא לְבַדּו אֱלהֵינוּ, הָיָה הוֶה וְיִהְיֶה 

a. Translation 1: ‘I believe with a perfect faith that the Creator, blessed be His name, is an absolute one (yachid)’. 

b. Translation 2: ‘I believe with perfect faith that the Creator, blessed be his name is one and there is no unity like his in any way. He alone is our G-d - He was, he is, and he will be.’ 

5. Modern Jewish prayer books use the UNBIBLICAL word ‘yachid’ to describe God. a. Remember, by UNBIBLICAL, we do not mean that Yachid is not used in the Bible. b. By UNBIBLICAL we mean that YACHID is never used to describe God’s oneness in the Torah or anywhere in the entire Old Testament. ... 7. It must be most troubling for Jews that their word of choice (yachid) to describe God’s oneness is never actually used in the Bible. They should give up their 2000 year old rebellion against Christianity, be more truthful and not engage in a deliberate action of misrepresenting what the Bible says. Then they could use Bible words to describe the one true God and creep closer to becoming Christians!” [= A. Orang-orang Yahudi, setelah munculnya kekristenan, dipaksa mengubah kata Ibrani untuk ‘satu’ dari EKHAD menjadi YAKHID: ... 1. Bagi orang Yahudi manapun menggunakan ‘YAKHID’ untuk menunjuk pada kesatuan Allah adalah tidak Alkitabiah karena Roh Kudus tidak pernah menghendaki bahwa ayat Kitab Suci manapun dalam Alkitab menggunakan kata YAKHID berhubungan dengan Allah. 2. Diclaim oleh orang-orang Yahudi yang menyerang teologia Kristen bahwa penggunaan kata EKHAD dalam Ul 6:4 tidak menyebabkan problem bagi mereka karena kata EKHAD digunakan di tempat-tempat lain dalam Perjanjian Lama untuk menunjuk secara jelas kepada satu pribadi. Tetapi ini mengabaikan argumentasi yang kuat yang dibuat orang-orang Kristen, yaitu bahwa kata YAKHID, yang selalu berarti satu, dan hanya satu, tidak pernah digunakan untuk / tentang Allah. 3. Jika / seandainya penggunaan ‘EKHAD’ dan bukannya ‘YAKHID’ dalam Ul 6:4 tidak memberikan pertolongan bagi orang-orang Kristen awal untuk membuktikan kepada orang-orang Yahudi bahwa Yahweh dari Perjanjian Lama adalah Allah dari banyak pribadi dari orang-orang Kristen (Bapa, Anak, Roh Kudus) maka orang-orang Yahudi tidak akan merasa terpaksa untuk mengganti kata itu dalam dogma-dogma dan pernyataan-pernyataan iman mereka. Jika / seandainya itu memang tidak penting / berarti, maka mereka akan sudah memberitahu kita bahwa argumentasi yang orang-orang Kristen gunakan untuk membuktikan Tritunggal adalah tidak sah bagi orang-orang Ibrani asli yang mengerti dan berbicara bahasa itu. 4. Seorang yang bernama Moses Maimonides yang hidup pada abad 12 M., adalah seorang Rabi dan ahli filsafat Yahudi yang menyusun suatu credo / pengakuan iman dalam bahasa Ibrani menggunakan alfabet Aramaik dengan 13 artikel. Sekalipun ia memang menggunakan kata EKHAD dalam Ul 6:4, dalam 13 pokok artikelnya, ia menggunakan kata yang tidak Alkitabiah YAKHID dan bukannya EKHAD: 

Bahasa Ibrani menggunakan alfabet Aramaik: 

אֲנִי מַאֲמִין בֶּאֱמוּנָה שְׁלֵמָה, שֶׁהַבּורֵא יִתְבָּרַךְ שְׁמו הוּא יָחִיד וְאֵין יְחִידוּת כָּמוהוּ בְּשׁוּם פָּנִים, וְהוּא לְבַדּו אֱלהֵינוּ, הָיָה הוֶה וְיִהְיֶה 

a. Terjemahan 1: ‘Aku percaya dengan suatu iman yang sempurna bahwa sang Pencipta, terpujilah namaNya, adalah satu yang mutlak (YAKHID)’. 

b. Terjemahan 2: ‘Aku percaya dengan iman yang sempurna bahwa sang Pencipta, terpujilah namaNya adalah satu dan di sana tidak ada kesatuan seperti kesatuanNya dengan cara apapun. Ia saja / sendirian adalah Allah kita - Ia ada dulu, Ia ada sekarang, dan Ia akan ada’. 

5. Buku-buku doa Yahudi modern menggunakan kata yang tidak Alkitabiah ‘YAKHID’ untuk menggambarkan Allah. a. Ingat, dengan ‘tidak Alkitabiah’, kami tidak memaksudkan bahwa YAKHID tidak digunakan dalam Alkitab. b. Dengan ‘tidak Alkitabiah’ kami memaksudkan bahwa YAKHID tidak pernah digunakan untuk menggambarkan kesatuan Allah dalam Taurat atau di tempat manapun dalam seluruh Perjanjian Lama. ... 7. Pasti sangat mengganggu bagi orang-orang Yahudi bahwa kata pilihan mereka (YAKHID) untuk menggambarkan kesatuan Allah tidak pernah sungguh-sungguh digunakan dalam Alkitab. Mereka harus menyerahkan pemberontakan mereka yang berusia 2000 tahun terhadap / menentang kekristenan, menjadi lebih benar dan tidak melibatkan diri dalam suatu tindakan sengaja dari menggambarkan secara salah apa yang Alkitab katakan. Maka mereka bisa menggunakan kata-kata Alkitab untuk menggambarkan satu Allah yang benar itu dan merangkak lebih dekat pada menjadi orang-orang Kristen!]. 

Steve Rudd: “4. Jesus quoted Deut 6:4 in Mk 12:29 and chose the ‘unified oneness’ word ‘hen’ which is the same word used by Jesus in Mt 19:5, ‘the two shall become one (hen) flesh.’ a. It is significant that Jesus did not use ‘mono’ in Mk 12:29. The word ‘hen’ directly corresponds to ‘echad’ which was used in Deut 6:4. b. Both texts used ‘unified oneness’ words rather than absolute numeric oneness to the exclusion of all others. c. This is a very devastating pattern of using the unified one as opposed to the singular one in both the Old and New Testaments in Deut 6:4.” [= 4. Yesus mengutip Ul 6:4 dalam Mark 12:29 dan memilih kata ‘satu yang bersifat kesatuan’ (HEN) yang adalah kata yang sama yang digunakan oleh Yesus dalam Mat 19:5, ‘keduanya akan menjadi satu (HEN) daging’. a. Adalah penting / berarti bahwa Yesus tidak menggunakan kata ‘MONO’ dalam Mark 12:29. Kata ‘HEN’ sesuai / cocok secara langsung dengan ‘EKHAD’ yang digunakan dalam Ul 6:4. b. Kedua text menggunakan kata-kata ‘satu yang bersifat kesatuan’ (unified oneness) dari pada ‘satu yang bersifat bilangan secara mutlak’ (absolute numeric oneness) yang mengeluarkan semua yang lain. c. Ini adalah suatu pola yang sangat menghancurkan yang menggunakan ‘satu yang bersifat kesatuan’ (the unified one) sebagai kontras dari ‘satu yang bersifat tunggal’ (the singular one) dalam baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Ul 6:4.].

ALLAH TRITUNGGAL(9) 

Steve Rudd: “It is most devastating to Jews and Anti-Trinitarians that Deut 6:4 uses ‘echad’, the word for a unified one between individuals. The same word echad is used to say that God is one and that husband and wife are one.” [= Adalah sangat menghancurkan bagi orang-orang Yahudi dan orang-orang yang anti Tritunggal bahwa Ul 6:4 menggunakan EKHAD, kata untuk suatu satu yang bersifat kesatuan antara individu-individu. Kata EKHAD yang sama digunakan untuk mengatakan bahwa Allah adalah satu dan bahwa suami dan istri adalah satu.]. 

Sampai di sini semuanya enak dan jelas. Kata yang digunakan untuk ‘esa’ atau ‘satu’ pada waktu menunjuk kepada Allah, adalah EKHAD, yang bisa berarti ‘satu gabungan’. Tak pernah untuk Allah digunakan kata YAKHID, yang selalu berarti ‘satu yang mutlak’. 

Tetapi Steve Rudd lalu melanjutkan pembahasannya, dengan menambahkan pembahasan tentang kata Ibrani BAD (yang ia katakan juga berarti ‘satu yang mutlak’ seperti YAKHID), dan juga lalu masuk dalam Perjanjian Baru, dan membahas kata Yunani HEN dan MONO. 

Catatan: kalau nanti muncul kata-kata HEN, HEIS dan MIA, jangan bingung. Ketiga kata itu sebetulnya sama, hanya jenis kelaminnya yang berbeda. 

HEIS = masculine, MIA = feminine, HEN = neuter. 

Semua ini jadi bukan makin jelas tetapi makin membingungkan untuk saya. 

Saya berikan pembahasan Steve Rudd di bawah ini:

B. Five different words for "one" in the Bible:
Word
Definition/texts
usage
EchadOT
unified one: Gen. 2:24; Deut. 6:4
absolute numeric one: Ezekiel 33:24
Used of God's oneness
YachidOT
Always absolute numeric one: Judges 11:34
Never used of God's oneness
BadOT
Absolute numeric one: Isaiah 37:20
Used of God's oneness
HenNT
Unified one: John 10:30; Matthew 19:5; Mk 12:29
absolute numeric one: Galatians 3:20
Used of God's oneness
MonosNT
absolute numeric one: Matthew 24:36; 1 Timothy 1:17
Used of God's oneness

a. Lima kata yang berbeda untuk ‘satu’ dalam Alkitab: 

(1)EKHAD (PL). 

(a)Bisa berarti ‘satu yang bersifat kesatuan’ (Kej 2:24 Ul 6:4). 

Kej 2:24 - “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu (Ibrani: EKHAD) daging.”. 

Ul 6:4 - “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa (Ibrani: EKHAD)!”. 

(b)Bisa juga berarti bilangan satu yang mutlak (Yeh 33:24). 

Yeh 33:24 - “‘Hai anak manusia, orang-orang yang tinggal pada reruntuhan-reruntuhan ini, yaitu yang di tanah Israel, berkata begini: Abraham adalah seorang diri, tatkala ia mendapat tanah ini menjadi miliknya, tetapi kita banyak, tentu tanah ini diberikan kepada kita menjadi milik.”. 

KJV: ‘Abraham was one’ [= Abraham adalah satu]. 

Kata Ibrani yang digunakan adalah EKHAD. 

Kata ini digunakan untuk kesatuan Allah (God’s oneness). 

(2)YAKHID (PL). Selalu berarti bilangan satu yang mutlak (Hak 11:34). 

Hak 11:34 - “Ketika Yefta pulang ke Mizpa ke rumahnya, tampaklah anaknya perempuan keluar menyongsong dia dengan memukul rebana serta menari-nari. Dialah anaknya yang tunggal (Ibrani: YEKHIDAH); selain dari dia tidak ada anaknya laki-laki atau perempuan.”. 

Catatan: YEKHIDAH sama dengan YAKHID, hanya saja kata ini jenis kelaminnya perempuan. 

Kata ini tidak pernah digunakan untuk kesatuan Allah (God’s oneness). 

(3)BAD (PL). Berarti bilangan satu yang mutlak (Yes 37:20). 

Yes 37:20 - “Maka sekarang, ya TUHAN, Allah kami, selamatkanlah kami dari tangannya, supaya segala kerajaan di bumi mengetahui, bahwa hanya (Ibrani: BAD) Engkau sendirilah TUHAN.’”. 

Kata ini digunakan untuk kesatuan Allah (God’s oneness). 

(4)HEN (PB). 

(a)Bisa berarti ‘satu yang bersifat kesatuan’ (Yoh 10:30 Mat 19:5 Mark 12:29). 

Yoh 10:30 - “Aku dan Bapa adalah satu (Yunani: HEN).’”. 

Mat 19:5 - “Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu (Yunani: MIAN) daging.”. 

Mark 12:29 - “Jawab Yesus: ‘Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa (Yunani: HEIS).”. 

(b)Bisa juga berarti bilangan satu yang mutlak (Gal 3:20). 

Gal 3:20 - “Seorang pengantara bukan hanya mewakili satu (Yunani: HENOS) orang saja, sedangkan Allah adalah satu (Yunani: HEIS).”. 

Kata ini digunakan untuk kesatuan Allah (God’s oneness). 

(5)MONOS (PB). Berarti bilangan satu yang mutlak (Mat 24:36 1Tim 1:17). 

Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya (Yunani: MONOS) Bapa sendiri.’”. 

1Tim 1:17 - “Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa (Yunani: MONO)! Amin.”. 

RSV/NIV/NASB: ‘the only God’ [= satu-satunya Allah]. 

Kata ini digunakan untuk kesatuan Allah (God’s oneness). 

C. "Echad", denoting a unified one in the OT is translated only "hen" in the NT: 

Here are a number of Old Testament passages that are either directly quoted in the New Testament, or contain parallel thoughts.

 Unified one
Echad
Old Testament
Hen
New Testament
Two shall become one flesh
Gen 2:24
Mt 19:5
God is one
Deut 6:4
Mk 12:29,32; Jn 10:30; 1 Cor 8:4; Eph 4:6
one people
Gen 11:6; 34:16, 22
John 11:52; Gal 3:28
one heart
2 Chron 30:12; Jer 32:39
Acts 4:32; Phil 1:27; 2:2
Two objects becoming one
sticks: Ezek. 37:17
flocks: Jn 10:16
assembly as one
Ezra. 2:64
Romans 12:5, 15:6; 1 Cor 12:5,12

b. Kata EKHAD yang menunjuk ‘satu yang bersifat kesatuan’ dalam Perjanjian Lama, diterjemahkan hanya HEN dalam Perjanjian Baru. 

Di sini ada sejumlah text-text Perjanjian Lama yang atau secara langsung dikutip dalam Perjanjian Baru, atau mengandung pemikiran yang paralel. 

(1)Dua orang menjadi satu daging. 

Kej 2:24 - “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu (Ibrani: EKHAD) daging.”. 

Mat 19:5 - “Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu (Yunani: MIAN) daging.”. 

(2)Allah itu satu. 

Ul 6:4 - “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa (Ibrani: EKHAD)!”. 

Mark 12:29,32 - “(29) Jawab Yesus: ‘Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa (Yunani: HEIS). ... (32) Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: ‘Tepat sekali, Guru, benar kataMu itu, bahwa Dia esa (Yunani: HEIS), dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.”. 

Yoh 10:30 - “Aku dan Bapa adalah satu (Yunani: HEN).’”. 

1Kor 8:4 - “Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa (Yunani: HEIS).’”. 

Ef 4:6 - “satu (Yunani: HEIS) Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.”. 

Catatan: HEN, HEIS dan MIA sebetulnya sama, hanya jenis kelaminnya yang berbeda. 

HEIS = masculine, MIA = feminine, HEN = neuter. 

(3)Satu bangsa / umat. 

Kej 11:6a - “dan Ia berfirman: ‘Mereka ini satu (Ibrani: EKHAD) bangsa dengan satu (Ibrani: EKHAD) bahasa untuk semuanya.”. 

Kej 34:16,22 - “(16) barulah kami akan memberikan gadis-gadis kami kepada kamu dan mengambil gadis-gadis kamu; maka kami akan tinggal padamu, dan kita akan menjadi satu (Ibrani: EKHAD) bangsa. ... (22) Namun hanya dengan syarat ini orang-orang itu setuju tinggal bersama-sama dengan kita, sehingga kita menjadi satu (Ibrani: EKHAD) bangsa, yaitu setiap laki-laki di antara kita harus disunat seperti mereka bersunat.”. 

Yoh 11:52 - “dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.”. 

Dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia ini jadi kata kerja, sebetulnya tidak demikian. 

NIV: ‘make them one.’ [= membuat mereka satu.]. 

Kata Yunani yang digunakan adalah HEN. 

Gal 3:28 - “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu (Yunani: HEIS) di dalam Kristus Yesus.”. 

(4)Satu hati. 

2Taw 30:12 - “Di Yehuda nyata pula tangan Allah yang membulatkan hati mereka untuk melakukan perintah raja dan para pemimpin sesuai dengan firman TUHAN.”. 

KJV/RSV/NASB: ‘to give them one heart’ [= memberi mereka satu hati]. 

Kata Ibrani yang digunakan adalah EKHAD. 

Yeremia 32:39 - “Aku akan memberi mereka satu (Ibrani: EKHAD) hati dan satu (Ibrani: EKHAD) tingkah langkah, sehingga mereka takut kepadaKu sepanjang masa untuk kebaikan mereka dan anak-anak mereka yang datang kemudian.”. 

Kisah Para Rasul 4:32 - “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.”. 

RSV/NASB: ‘were of one heart and soul’ [= adalah dari satu hati dan jiwa]. 

Kata Yunani yang digunakan adalah MIA. 

Filipi 1:27 - “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil,”. 

KJV/RSV/NASB: ‘one spirit, with one mind’ [= satu (Yunani: HENI) roh, dengan satu (Yunani: MIA) pikiran]. 

Filipi 2:2 - “karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,”. 

Dalam Yunaninya hanya ada satu kali kata ‘satu’ (HEN). 

RSV: ‘complete my joy by being of the same mind, having the same love, being in full accord and of one mind.’ [= sempurnakanlah sukacitaku dengan berada dari pikiran yang sama, mempunyai kasih yang sama, berada dalam keharmonisan / persetujuan yang penuh dan dari satu pikiran.]. 

(5)Dua obyek menjadi satu. 

Yeh 37:17 - “Gabungkanlah keduanya menjadi satu (Ibrani: EKHAD) papan, sehingga keduanya menjadi satu (Ibrani: EKHAD) dalam tanganmu.”. 

Yohanes 10:16 - “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu (Yunani: MIA) kawanan dengan satu (Yunani: HEIS) gembala.”. 

(6)Satu kelompok orang sebagai satu kesatuan. 

Ezra 2:64 - “Seluruh jemaah itu bersama-sama ada empat puluh dua ribu tiga ratus enam puluh orang,”. 

Dalam Ezra 2:64 ini kata ‘satu’ tidak kelihatan baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, tetapi ada dalam bahasa Ibraninya, dan digunakan kata Ibrani EKHAD. 

Roma 12:5 - “demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu (Yunani: HEN) tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.”. 

Roma 15:6 - “sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.”. 

Dalam bahasa Yunaninya kata ‘satu’ hanya ada satu kali, dan menggunakan kata Yunani HENI. 

RSV: ‘that together you may with one voice glorify the God and Father of our Lord Jesus Christ.’ [= sehingga bersama-sama kamu bisa dengan satu suara memuliakan Allah dan Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus.]. 

1Kor 12:5,12 - “(5) Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. ... (12) Karena sama seperti tubuh itu satu (Yunani: HEN) dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu (Yunani: HEN) tubuh, demikian pula Kristus.”. 

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘but the same Lord’ [= tetapi Tuhan yang sama]. 
D. "Echad", denoting an absolute and numeric oneness in the OT is translated both "hen" and "monos" in the NT:

Echad is used to designate a single individual or thing, numerical oneness. In these texts we consider Echad to be synonymous with yachid. Yet we find the parallel passages of thought in the New Testament are translated from two different Greek words: "hen" and "monos". Like "echad", "hen" is used in two different ways: unified one and numeric one. "Monos", however, always means a numeric one. This means we do not find a consistent pattern between the Hebrew and Greek languages.

Numerically one and only
EchadOld Testament
Hen & MonosNew Testament
12 gates of Jerusalem
Ezekiel 48:31-34 [echad]
Revelation 21:21 [hen]
There is yet one prophet
1 Kings 22:8: Micaiah [echad]
Elijah: Romans 11:2 [monos]
One man alone
Ezekiel: 33:24: Abraham [echad]
2 Timothy 4:11 Luke [monos]
One of the angels
Michael: Daniel 10:13 [echad]
Revelation 17:1 Angel [hen]
Numbering individuals in sequence
Joshua 12:9-24
31 Canaanite kings [echad]
Mark 14:19 the disciples [hen]

c. ‘EKHAD’, yang menunjukkan suatu kesatuan bilangan dan mutlak dalam PL diterjemahkan dengan baik ‘HEN’ dan ‘MONOS’ dalam PB: 

Steve Rudd: “Echad is used to designate a single individual or thing, numerical oneness. In these texts we consider Echad to be synonymous with yachid. Yet we find the parallel passages of thought in the New Testament are translated from two different Greek words: ‘hen’ and ‘monos’. Like ‘echad’, ‘hen’ is used in two different ways: unified one and numeric one. ‘Monos’, however, always means a numeric one. This means we do not find a consistent pattern between the Hebrew and Greek languages.” [= Ekhad digunakan untuk menunjukkan seorang individu atau sebuah benda, kesatuan bilangan. Dalam text-text ini kami menganggap Ekhad sama dengan Yakhid. Tetapi kita mendapati text-text yang paralel dalam pemikirannya dalam Perjanjian Baru diterjemahkan dari dua kata Yunani yang berbeda: ‘HEN’ dan ‘MONOS’. Seperti ‘EKHAD’, ‘HEN’ digunakan dalam dua cara yang berbeda: satu yang bersifat kesatuan dan satu yang bersifat bilangan. Tetapi ‘MONOS’ selalu berarti satu yang bersifat bilangan. Ini berarti bahwa kita tidak menemukan suatu pola yang konsisten antara bahasa Ibrani dan bahasa Yunani.]. 

Yeh 48:31-34 - “(31) terdapat tiga pintu gerbang, yaitu (satu) pintu gerbang Ruben, (satu) pintu gerbang Yehuda dan (satu) pintu gerbang Lewi - sebab pintu-pintu gerbang kota itu disebut menurut nama suku-suku Israel -. (32) Di sisi sebelah timur, yang ukurannya empat ribu lima ratus hasta, terdapat tiga pintu gerbang juga, yaitu (satu) pintu gerbang Yusuf, (satu) pintu gerbang Benyamin dan (satu) pintu gerbang Dan. (33) Di sisi sebelah selatan, yang ukurannya empat ribu lima ratus hasta, terdapat tiga pintu gerbang juga, yaitu (satu) pintu gerbang Simeon, (satu) pintu gerbang Isakhar dan (satu) pintu gerbang Zebulon. (34) Di sisi sebelah barat, yang ukurannya empat ribu lima ratus hasta, terdapat tiga pintu gerbang juga, yaitu (satu) pintu gerbang Gad, (satu) pintu gerbang Asyer dan (satu) pintu gerbang Naftali.”. 

Catatan: semua kata ‘satu’ yang saya letakkan dalam tanda kurung dalam text di atas tidak ada dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, juga tidak ada dalam terjemahan RSV dan NIV, tetapi ada dalam terjemahan KJV dan NASB, dan dalam bahasa Ibraninya memang ada, dan digunakan kata Ibrani EKHAD. Di sini kelihatannya EKHAD digunakan dalam arti satu yang mutlak, sehingga menjadi sama dengan YAKHID. 

Wahyu 21:21 - “Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.”. 

ASV/Lit: ‘each one (Yunani: HEIS) of the several gates was of one (Yunani: HENOS) pearl:’. 

1Raja-Raja 22:8 - “Jawab raja Israel kepada Yosafat: ‘Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.’ Kata Yosafat: ‘Janganlah raja berkata demikian.’”. 

Dalam KJV/RSV/NIV/NASB kata ‘seorang’ itu diterjemahkan ‘one man’ [= satu orang]. Dalam bahasa Ibraninya kata ‘satu’ itu adalah EKHAD. 

Ro 11:3 - “‘Tuhan, nabi-nabiMu telah mereka bunuh, mezbah-mezbahMu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.’”. 

KJV: ‘and I am left alone’ [= dan aku tertinggal sendirian]. 

RSV/NASB: ‘and I alone am left’ [= dan aku sendirian tertinggal]. 

NIV: ‘I am the only one left’ [= aku adalah satu-satunya yang tertinggal]. 

Dalam bahasa Yunani digunakan kata Yunani MONOS. 

Catatan: ini dikutip dari 1Raja 19:14 yang menggunakan BAD. 

1Raja-Raja 19:14 - “Jawabnya: ‘Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya (Ibrani: BAD) aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku.’”. 

Yeh 33:24 - “‘Hai anak manusia, orang-orang yang tinggal pada reruntuhan-reruntuhan ini, yaitu yang di tanah Israel, berkata begini: Abraham adalah seorang diri, tatkala ia mendapat tanah ini menjadi miliknya, tetapi kita banyak, tentu tanah ini diberikan kepada kita menjadi milik.”. 

KJV: ‘Abraham was one’ [= Abraham adalah satu]. 

Kata Ibrani yang digunakan adalah EKHAD. 

2Timotius 4:11 - “Hanya (Yunani: MONOS) Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku.”. 

Daniel 10:13 - “Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia.”. 

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘one of the chief princes’ [= satu dari pangeran-pangeran utama / kepala]. 

Dalam bahasa Ibraninya kata yang digunakan adalah AKHAD (berasal dari EKHAD). 

Wahyu 17:1 - “Lalu datanglah seorang dari ketujuh malaikat, yang membawa ketujuh cawan itu dan berkata kepadaku: ‘Mari ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu putusan atas pelacur besar, yang duduk di tempat yang banyak airnya.”. 

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘one’ [= satu]. 

Dalam bahasa Yunani digunakan kata Yunani HEIS. 

Yos 12:9-24 - “(9) Raja negeri Yerikho, satu; raja negeri Ai, di sebelah Betel, satu; (10) raja negeri Yerusalem, satu; raja negeri Hebron, satu; (11) raja negeri Yarmut, satu; raja negeri Lakhis, satu; (12) raja negeri Eglon, satu; raja negeri Gezer, satu; (13) raja negeri Debir, satu; raja negeri Geder, satu; (14) raja negeri Horma, satu; raja negeri Arad, satu; (15) raja negeri Libna, satu; raja negeri Adulam, satu; (16) raja negeri Makeda, satu; raja negeri Betel, satu; (17) raja negeri Tapuah, satu; raja negeri Hefer, satu; (18) raja negeri Afek, satu; raja negeri Lasaron, satu; (19) raja negeri Madon, satu; raja negeri Hazor, satu; (20) raja negeri Simron Meron, satu; raja negeri Akhsaf, satu; (21) raja negeri Taanakh, satu; raja negeri Megido, satu; (22) raja negeri Kedesh, satu; raja negeri Yokneam di dekat gunung Karmel, satu; (23) raja negeri Dor di tanah bukit Dor, satu; raja negeri Goyim di Galilea, satu; (24) raja negeri Tirza, satu; jadi jumlah semua raja itu, tiga puluh satu orang.”. 

Catatan: semua kata ‘satu’ dalam text di atas ini berasal dari kata Ibrani EKHAD. 

Markus 14:19 - “Maka sedihlah hati mereka dan seorang demi seorang berkata kepadaNya: ‘Bukan aku, ya Tuhan?’”. 

KJV: ‘one by one’ [= satu demi satu]. 

Untuk dua kali kata ‘satu’ ini digunakan kata Yunani HEIS. 

E. "Yachid": solitary one and only, numerically one 
"He said, "Take now your son, your only [yachid] son, whom you love, Isaac, and go to the land of Moriah, and offer him there as a burnt offering on one of the mountains of which I will tell you." " Genesis 22:2 
"He said, "Do not stretch out your hand against the lad, and do nothing to him; for now I know that you fear God, since you have not withheld your son, your only [yachid] son, from Me." " Genesis 22:12 
"and said, "By Myself I have sworn, declares Yahweh, because you have done this thing and have not withheld your son, your only [yachid] son, " Genesis 22:16 
"Now she was Jephthah's one and only [yachid] child; besides her he had no son or daughter." Judges 11:34 
"When I was a son to my father, Tender and the only son [yachid] in the sight of my mother, " Proverbs 4:3 
"Mourn as for an only son [yachid]" Jeremiah 6:26 
"And I will make it like a time of mourning for an only son [yachid]" Amos 8:10 
"they will look on Me whom they have pierced; and they will mourn for Him, as one mourns for an only son [yachid]" Zechariah 12:10 

d. ‘YAKHID’: satu-satunya yang bersifat sendirian, satu yang bersifat bilangan. 

Kej 22:2,12,16 - “(2) FirmanNya: ‘Ambillah anakmu yang tunggal (YAKHID) itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.’ ... (12) Lalu Ia berfirman: ‘Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal (YAKHID) kepadaKu.’ ... (16) kataNya: ‘Aku bersumpah demi diriKu sendiri - demikianlah firman TUHAN - : Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal (YAKHID) kepadaKu,”. 

Hak 11:34 - “Ketika Yefta pulang ke Mizpa ke rumahnya, tampaklah anaknya perempuan keluar menyongsong dia dengan memukul rebana serta menari-nari. Dialah anaknya yang tunggal (Ibrani: YEKHIDAH); selain dari dia tidak ada anaknya laki-laki atau perempuan.”. 

Catatan: YEKHIDAH sama dengan YAKHID, hanya jenis kelaminnya perempuan. 

Amsal 4:3 - “Karena ketika aku masih tinggal di rumah ayahku sebagai anak, lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibuku,”. 

RSV/Lit: ‘the only one’ [= satu-satunya]. 

Dalam bahasa Ibraninya digunakan kata YAKHID. 

Yeremia 6:26 - “Hai puteri bangsaku, kenakanlah kain kabung, dan berguling-gulinglah dalam debu! Berkabunglah seperti menangisi seorang anak tunggal, merataplah dengan pahit pedih! Sebab sekonyong-konyong akan datang si pembinasa menyerangmu.”. 

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘an only son’ [= satu-satunya anak laki-laki]. 

Sebetulnya dalam bahasa Ibraninya tak ada kata ‘son’ [= anak laki-laki]. 

Kata Ibrani yang digunakan hanya YAKHID. 

Amos 8:10 - “Aku akan mengubah perayaan-perayaanmu menjadi perkabungan, dan segala nyanyianmu menjadi ratapan. Aku akan mengenakan kain kabung pada setiap pinggang dan menjadikan gundul setiap kepala. Aku akan membuatnya sebagai perkabungan karena kematian anak tunggal, sehingga akhirnya menjadi seperti hari yang pahit pedih.’”. 

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘an only son’ [= satu-satunya anak laki-laki.]. 

Sebetulnya dalam bahasa Ibraninya tak ada kata ‘son’ [= anak laki-laki]. 

Kata Ibrani yang digunakan hanya YAKHID. 

Zak 12:10 - “‘Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.”. 

KJV: ‘his only son’ [= satu-satunya anak laki-lakinya]. 

RSV/NIV: ‘an only child’ [= seorang anak satu-satunya]. 

NASB: ‘an only son’ [= seorang anak laki-laki satu-satunya]. 

Baik kata ‘son’ maupun ‘child’ sebetulnya tidak ada dalam bahasa Ibraninya. Kata Ibrani yang digunakan hanya YAKHID.

ALLAH TRITUNGGAL(10) 

F. "Bad" corresponds to "Yachid" and "monos" 
"You are the God, You alone [bad], of all the kingdoms of the earth." 2 Kings 19:15 
"You alone [bad] are Yahweh." Nehemiah 9:6 
"You alone [bad], Yahweh, are God." Isaiah 37:20 

e. Kata Ibrani ‘BAD’ sesuai dengan kata Ibrani ‘YAKHID’ dan kata Yunani ‘MONOS’. 

2Raja 19:15 - “Hizkia berdoa di hadapan TUHAN dengan berkata: ‘Ya TUHAN, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi.”. 

NASB: ‘Thou alone’ [= hanya Engkau]. 

Kata bahasa Ibrani yang digunakan adalah BAD. 

LXX: MONOS. 

Neh 9:6 - “‘Hanya Engkau adalah TUHAN! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala langit dengan segala bala tentaranya, dan bumi dengan segala yang ada di atasnya, dan laut dengan segala yang ada di dalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara langit sujud menyembah kepadaMu.”. 

NASB: ‘Thou alone’ [= hanya Engkau]. 

Kata bahasa Ibrani yang digunakan adalah BAD. 

LXX: MONOS. 

Yes 37:16,20 - “(16) ‘Ya TUHAN semesta alam, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi. ... (20) Maka sekarang, ya TUHAN, Allah kami, selamatkanlah kami dari tangannya, supaya segala kerajaan di bumi mengetahui, bahwa hanya Engkau sendirilah TUHAN.’”. 

NASB: ‘Thou alone’ [= hanya Engkau]. 

Kata bahasa Ibrani yang digunakan adalah BAD. 

LXX: MONOS. 

Catatan: di sini problem mulai muncul. Kalau BAD itu disamakan artinya dengan kata Ibrani YAKHID dan kata Yunani MONOS, dan artinya selalu tunggal mutlak, mengapa bisa digunakan untuk menunjuk pada kesatuan Allah? Bukankah ini menunjukkan Allah itu tunggal mutlak? 

Saya tak akan menjawab pertanyaan itu di sini. Saya akan menjawab belakangan, setelah saya memberikan seluruh pandangan Steve Rudd. 

G. "Mono": solitary one and only, numerically one, directly corresponds to yachid in the New Testament: 
You shall worship the Lord your God, and serve Him only [mono]. Matthew 4:10 
""But of that day and hour no one knows, not even the angels of heaven, nor the Son, but the Father alone [mono]." Matthew 24:36 
Who can forgive sins, but God alone [mono]?" Luke 5:21 
"My judgment is true; for I am not alone [mono] in it, but I and the Father who sent Me." John 8:16 
"This is eternal life, that they may know You, the only [mono] true God, and Jesus Christ whom You have sent." John 17:3 
"to the only [mono] wise God, through Jesus Christ" Romans 16:27 
"Now to the King eternal, immortal, invisible, the only [mono] God" 1 Timothy 1:17 
"who alone [mono] possesses immortality and dwells in unapproachable light" 1 Timothy 6:16 
"deny our only [mono] Master and Lord, Jesus Christ. " Jude 4 
to the only God [mono] our Savior, through Jesus Christ our Lord Jude 25 

f. Kata Yunani ‘MONO’ (dalam Perjanjian Baru): satu-satunya yang sendirian, satu yang bersifat bilangan, sesuai secara langsung dengan ‘YAKHID’: 

Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya (MONO) kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”. 

Catatan: ayat paralelnya, yaitu Luk 4:8 juga menggunakan kata Yunani MONO. 

Lukas 4:8 - “Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya (MONO) kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”. 

Ayat ini sebetulnya dikutip oleh Yesus dari Ul 6:13. 

Ulangan 6:13 - “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah.”. Bdk. Ul 10:20. 

Hanya saja, dalam Ul 6:13, kata ‘hanya’ hanya ada secara implicit (karena YHWH hanya satu), tetapi dalam Matius 4:10, apa yang tadinya implicit, oleh Yesus dijadikan explicit. 

Tetapi keanehannya adalah: kalau dalam Ul 6:4 dikatakan YHWH itu satu (EKHAD), mengapa di sini digunakan kata Yunani MONO??? 

Matius 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya (MONOS) Bapa sendiri.’”. 
Catatan: ayat paralelnya, yaitu Markus 13:32 menggunakan pengalimatan yang berbeda (lihat terjemahan bahasa Inggrisnya) sehingga kata Yunani MONO itu tidak muncul. 

Ayat ini tidak aneh, karena kata MONOS digunakan untuk Bapa, bukan untuk Allah! 

Lukas 5:21 - “Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: ‘Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri (MONOS)?’”. 

Catatan: ayat paralelnya, yaitu Mark 2:7, menggunakan kata HEIS!! 

Markus 2:7 - “‘Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri (HEIS)?’”. 

KJV: ‘but God only’ [= kecuali Allah saja / sendiri]. 

A. T. Robertson (tentang Lukas 5:21): “‘But God alone’ (‎ei ‎‎mee ‎‎monos ‎‎ho ‎‎theos‎). Mark has ‎heis ‎(one) instead of ‎monos ‎(alone).” [= ‘Kecuali Allah saja’ (EI ME MONOS HO THEOS). Markus mempunyai HEIS (satu) dan bukannya MONOS (saja).]. 

R. T. France (tentang Markus 2:7): “The use of εἷς, rather than μόνος as in Luke, perhaps carries the implication that what is at issue here is the defence of the Jewish creed that ‘Yahweh is one’ (Dt. 6:4).” [= Penggunaan HEIS, dan bukannya MONOS seperti dalam Lukas, mungkin membawa implikasi bahwa apa yang dipersoalkan di sini adalah pembelaan credo Yahudi bahwa ‘Yahweh adalah satu’ (Ul 6:4).] - ‘The New International Greek Testament Commentary: The Gospel of Mark’ (Libronix). 

Tetapi yang aneh adalah penggunaan MONOS untuk Allah, bukan penggunaan HEIS. 

Yohanes 8:16 - “dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakimanKu itu benar, sebab Aku tidak seorang diri (MONOS), tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.”. 

Catatan: menurut saya Yesus di sini bicara tentang PribadiNya. Jadi tak ada masalah dengan penggunaan MONOS. 

Yohanes 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya (MONON) Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”. 

Catatan: Kelihatannya di sini kata ‘Allah’ menunjuk kepada Bapa, dan kalau demikian, tak ada masalah dengan penggunaan MONON itu. 

William Hendriksen (tentang Yoh 17:3): “Note the words, ‘the only true God’ (cf. I Thess. 1:9), not the figment of Jewish imagination, which tried to worship a Father who had not revealed himself in the Son; nor the object of pagan worship, which was directed to the creature rather than to the Creator; but the Father as revealed in the Son.” [= Perhatikan kata-kata, ‘satu-satunya Allah yang benar’ (bdk. 1Tes 1:9), bukan buatan / ciptaan dari khayalan orang-orang Yahudi, yang berusaha untuk menyembah seorang Bapa yang tidak menyatakan diriNya dalam Anak; ataupun obyek dari penyembahan kafir, yang diarahkan kepada makhluk ciptaan dan bukannya kepada Sang Pencipta; tetapi Bapa sebagaimana dinyatakan dalam Anak.]. 

1Tesalonika 1:9 - “Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar,”. 

Roma 16:27 - “bagi Dia, satu-satunya (MONO) Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.”. 

1Timotius 1:17 - “Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa (MONO)! Amin.”. 

RSV/NIV/NASB: ‘the only God’ [= satu-satunya Allah]. 

1Timotius 6:16 - “Dialah satu-satunya (MONOS) yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. BagiNyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.”. 

Yudas 4 - “Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya (MONON) Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.”. 

Yudas 25 - “Allah yang esa (MONO), Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.”. 

H. "Monogenes" also corresponds to "yachid" only begotten: 
Jesus raised an only begotten [monogenes] son: Luke 7:12 
Jesus raised an only begotten [monogenes] daughter: Luke 8:42 
Jesus cast out a demon from an only begotten [monogenes] son: Luke 9:38 
Isaac was the only begotten [monogenes] of Abraham: Hebrews 11:17 
Jesus was the only begotten [monogenes] of God: John 1:14; 18; 3:16,18; 1 John 4:9

    YachidOld Testament
    MonogenesNew Testament
    Isaac the only begotten
    Genesis 22:2
    Hebrews 11:17
    Jesus the only begotten
    Zechariah 12:10
    John 1:14; 18; 3:16,18; 1 John 4:9
    Only begotten children of men
    Judges 11:34
    Luke 7:12; 8:42

    g. Kata Yunani ‘MONOGENES’ juga sesuai dengan ‘YAKHID’, satu-satunya yang diperanakkan / anak tunggal: 

    (1)Yesus membangkitkan satu-satunya anak laki-laki. 

    Luk 7:12 - “Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal (MONOGENES) ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.”. 

    (2)Yesus membangkitkan satu-satunya anak perempuan. 

    Lukas 8:42 - “karena anaknya perempuan yang satu-satunya (MONOGENES), yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati. Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak.”. 

    Catatan: dalam ayat-ayat paralelnya (Matius 9:18 dan Markus 5:23) kata ‘satu-satunya’ itu tidak muncul. 

    (3)Yesus mengeluarkan setan dari satu-satunya anak laki-laki. 

    Lukas 9:38 - “Seorang dari orang banyak itu berseru, katanya: ‘Guru, aku memohon supaya Engkau menengok anakku, sebab ia adalah satu-satunya anakku (MONOGENES).”. 

    Catatan: dalam ayat-ayat paralelnya (Matius 17:15 dan Markus 9:14) kata ‘satu-satunya’ itu tidak muncul. 

    (4)Ishak adalah satu-satunya anak Abraham. 

    Ibrani 11:17 - “Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal (MONOGENES),”. 

    (5)Yesus adalah satu-satunya Anak Allah. 

    Yohanes 1:14,18 - “(14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal (MONOGENOUS) Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. ... (18) Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal (MONOGENES) Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”. 

    Yoh 3:16,18 - “(16) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal (MONOGENE), supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. ... (18) Barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal (MONOGENOUS) Allah.”. 

    1Yohanes 4:9 - “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal (MONOGENE) ke dalam dunia, supaya kita hidup olehNya.”. 

    Ishak adalah satu-satunya anak. 

    Kej 22:2 - “FirmanNya: ‘Ambillah anakmu yang tunggal (YAKHID) itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.’”. 

    Ibrani 11:17 - “Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal (MONOGENES),”. 

    Yesus adalah satu-satunya Anak. 

    Zakh 12:10 - “‘Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal (YAKHID), dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.”. 

    Catatan: menurut saya ayat ini tidak cocok. Adanya kata ‘seperti’ menunjukkan ini adalah sebuah simile. 

    Yoh 1:14,18 - “(14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal (MONOGENOUS Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. ... (18) Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal (MONOGENES) Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”. 

    Yoh 3:16,18 - “(16) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal (MONOGENE), supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. ... (18) Barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal (MONOGENOUS) Allah.”. 

    1Yohanes 4:9 - “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal (MONOGENE) ke dalam dunia, supaya kita hidup olehNya.”. 

    Satu-satunya anak dari manusia. 

    Hak 11:34 - “Ketika Yefta pulang ke Mizpa ke rumahnya, tampaklah anaknya perempuan keluar menyongsong dia dengan memukul rebana serta menari-nari. Dialah anaknya yang tunggal (Ibrani: YEKHIDAH); selain dari dia tidak ada anaknya laki-laki atau perempuan.”. 

    Catatan: YEKHIDAH sama dengan YAKHID, hanya saja kata ini jenis kelaminnya perempuan. 

    Lukas 7:12 - “Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal (MONOGENES) ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.”. 

    Lukas 8:42 - “karena anaknya perempuan yang satu-satunya (MONOGENES), yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati. Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak.”. 
    Catatan: menurut saya tak ada problem dengan semua ayat-ayat ini. 

    I. God is one: Echad, bad, hen, monos 
    "Hear, O Israel! Yahweh is our God, Yahweh is one [echad]!" Deuteronomy 6:4 
    "You are the God, You alone [bad], of all the kingdoms of the earth." 2 Kings 19:15 
    "You alone [bad] are Yahweh." Nehemiah 9:6 
    "You alone [bad], Yahweh, are God." Isaiah 37:20 
    "And Yahweh will be king over all the earth; in that day Yahweh will be the only one [echad], and His name the only one [echad]." Zechariah 14:9 
    "the two shall become one [hen] flesh" Matthew 19:5 
    "you do not seek the glory that is from the one and only [monos] God?" John 5:44 
    "I and the Father are one [hen]." John 10:30 
    "This is eternal life, that they may know You, the only [monos] true God" John 17:3 
    "since indeed God is one [hen]" Romans 3:30 
    "to the only [monos] wise God, Amen." Romans 16:27 
    "There is neither Jew nor Greek, there is neither slave nor free man, there is neither male nor female; for you are all one [hen] in Christ Jesus. " Galatians 3:28 
    "there is no God but one [hen]" 1 Corinthians 8:4 
    "yet for us there is but one [hen] God, the Father, from whom are all things and we exist for Him; and one [hen] Lord, Jesus Christ, by whom are all things, and we exist through Him." 1 Corinthians 8:6 
    "Now a mediator is not for one party only; whereas God is only one [hen]." Galatians 3:20 
    "There is one [hen] body and one [hen] Spirit, one [hen] hope, one [hen] Lord, one [hen] faith, one [hen] baptism, one [hen] God and Father of all who is over all and through all and in all." Ephesians 4:4-6 
    "Now to the King eternal, immortal, invisible, the only [monos] God" 1 Timothy 1:17 
    "which He will bring about at the proper time—He who is the blessed and only [monos] Sovereign, the King of kings and Lord of lords, who alone [monos] possesses immortality and dwells in unapproachable light, whom no man has seen or can see. To Him be honor and eternal dominion! Amen." 1 Timothy 6:16 
    "For there is one [hen] God, and one mediator also between God and men, the man Christ Jesus," 1 Timothy 2:5 
    "You believe that God is one [hen]. You do well; the demons also believe, and shudder." James 2:19 
    "For certain persons deny our only [monos] Master and Lord, Jesus Christ." Jude 4 
    "the only [monos] God our Savior, through Jesus Christ our Lord. Amen." Jude 25 

    h. Allah adalah satu / esa: EKHAD, BAD, HEN, MONOS. 

    (1)Ul 6:4 - “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa (EKHAD)!”. 

    (2)2Raja 19:15 - “Hizkia berdoa di hadapan TUHAN dengan berkata: ‘Ya TUHAN, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya (BAD) Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi.”. 

    (3)Neh 9:6a - “‘Hanya (BAD) Engkau adalah TUHAN!”. 

    (4)Yesaya 37:20 - “Maka sekarang, ya TUHAN, Allah kami, selamatkanlah kami dari tangannya, supaya segala kerajaan di bumi mengetahui, bahwa hanya (BAD) Engkau sendirilah TUHAN.’”. 

    (5)Zak 14:9 - “Maka TUHAN akan menjadi Raja atas seluruh bumi; pada waktu itu TUHAN adalah satu-satunya (EKHAD) dan namaNya satu-satunya (EKHAD).”. 

    (6)Matius 19:5 - “Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu (HEN) daging.”. 

    (7)Yohanes 5:44 - “Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa (MONOS)?”. 

    William Hendriksen (tentang Yoh 5:44): “These Jews whom Jesus is addressing may intone their petitions twice each day, addressing them to ‘the Only God’ - on the basis of Deut. 6:4, 5 - yet they do not seek the praise that comes from the Only God, neither do they love him, as commanded in the Deuteronomy passage.” [= Orang-orang Yahudi kepada siapa Yesus berbicara boleh membacakan permohonan mereka dua kali setiap hari, memanggil ‘satu-satunya Allah’ - berdasarkan Ul 6:4,5 - tetapi mereka tidak mencari pujian yang datang dari satu-satunya Allah, juga mereka tidak mengasihiNya, sebagaimana diperintahkan dalam text Ulangan itu.]. 

    (8)Yohanes 10:30 - “Aku dan Bapa adalah satu (HEN).’”. 

    (9)Yohanes 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya (MONOS) Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”. 

    (10)Roma 3:30 - “Artinya, kalau ada satu (HEN) Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.”. 

    (11)Roma 16:27 - “bagi Dia, satu-satunya (MONOS) Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.”. 

    (12)Galatia 3:28 - “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu (HEN) di dalam Kristus Yesus.”. 

    (13)1Korintus 8:4 - “Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa (HEN).’”. 

    (14)1Korintus 8:6 - “namun bagi kita hanya ada satu (HEN) Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu (HEN) Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.”. 

    (15)Galatia 3:20 - “Seorang pengantara bukan hanya mewakili satu orang saja, sedangkan Allah adalah satu (HEN).”. 

    (16)Efesus 4:4-6 - “(4) satu (HEN) tubuh, dan satu (HEN) Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu (HEN) pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, (5) satu (HEN) Tuhan, satu (HEN) iman, satu (HEN) baptisan, (6) satu (HEN) Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.”. 

    (17)1Timotius 1:17 - “Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa (MONOS)! Amin.”. 

    (18)1Timotius 6:15-16 - “(15) yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya (MONOS) dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. (16) Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa (MONOS)! Amin.”. 

    (19)1Timotius 2:5 - “Karena Allah itu esa (HEN) dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”. 

    (20)Yakobus 2:19 - “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu (HEN) Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”. 

    (21)Yudas 4 - “Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya (MONOS) Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.”. 

    (22)Yudas 25 - “Allah yang esa (MONOS), Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.”. 

    Conclusion: 
    When speaking of God's oneness, what we see is a mix of words, both in the Hebrew and the Greek. There does not appear to be a clear pattern of usage: In the Old Testament, "echad" is used both as a unified one and numeric oneness and "bad" is also used which means a numeric oneness. Similarly, in the New Testament, "hen" is used both as a unified one and numeric oneness and "monos" is also used which means a numeric oneness. 
    These facts delight Trinitarians and send Anti-Trinitarians and Unitarians alike scurrying for the shadows. While Trinitarians would expect both kinds of words to be used in reference to God, Anti-Trinitarian are left with their mouths hanging open in bewilderment. To make matters even worse, the word "monos" is not only used of God's oneness (John 5:44; 17:3), but also Jesus is said to be the "monos Master", "monos Lord" and "monos Sovereign" (1 Timothy 6:16; Jude 4). This proves that Jn 17:3 no more excludes Jesus from being "true God" than 1 Timothy 6:16 and Jude 4 exclude the Father from being Master, Lord and Sovereign. (The official interpretation of 1 Timothy 6:16 the Jehovah's Witnesses and the Watchtower is that 1 Timothy 6:16 is speaking solely of Christ.) Click here for a detailed look at this powerful argument in John 17:3. 
    Anti-Trinitarians who reject the fact that "echad" means a unified one between individuals, should always remember that shortly after the rise of Christianity, the Jews replaced "echad" with "yachid" in Deut 6:4. Obviously these Jews who knew the Hebrew language 2000 years ago, saw something modern Unitarians do not. 
    So in the end it is a win-win for Trinitarians! It is most devastating to Jews and Anti-Trinitarians that Deut 6:4 uses "echad", the word for a unified one between individuals. The same word echad is used to say that God is one and that husband and wife are one. This laid the ground work for the Trinity to be revealed in Christ and his apostles who could look back to the most important Jewish Bible verse and show them Jesus was there too! Instead of converting to Christianity, the Jews twisted the word of God and started telling lies about the resurrection of Jesus. 
    Zechariah prophesied that at the time of the Messiah all will know that God is one: "And the Lord will be king over all the earth; in that day the Lord will be the only one [echad], and His name the only one [echad]." (Zechariah 14:9) 
    Again the unified word for one is used! 
    If ever there was a place YACHID would have been used, this would have been it, but no, the unified one was used. 
    Today Jews live under a veil of darkness unable to come to the truth: 
    "But their minds were hardened; for until this very day at the reading of the old covenant the same veil remains unlifted, because it is removed in Christ. But to this day whenever Moses is read, a veil lies over their heart; but whenever a person turns to the Lord, the veil is taken away." (2 Corinthians 3:14–16) 

    Lalu Steve Rudd memberikan beberapa hal sebagai kesimpulan (Catatan: saya hanya memberikan bagian yang dibutuhkan untuk pembahasan saat ini): 

    Steve Rudd: “1. When speaking of God’s oneness, what we see is a mix of words, both in the Hebrew and the Greek. There does not appear to be a clear pattern of usage: In the Old Testament, ‘echad’ is used both as a unified one and numeric oneness and ‘bad’ is also used which means a numeric oneness. Similarly, in the New Testament, ‘hen’ is used both as a unified one and numeric oneness and ‘monos’ is also used which means a numeric oneness.” [= 1. Pada waktu berbicara tentang kesatuan Allah, apa yang kita lihat adalah suatu campuran kata-kata, baik dalam bahasa Ibrani dan bahasa Yunani. Di sana tak terlihat suatu pola penggunaan yang jelas: Dalam Perjanjian Lama, ‘EKHAD’ digunakan baik sebagai satu yang bersifat kesatuan dan satu yang bersifat bilangan dan ‘BAD’ juga digunakan yang berarti satu yang bersifat bilangan. Secara mirip, dalam Perjanjian Baru, ‘HEN’ digunakan baik sebagai satu yang bersifat kesatuan dan satu yang bersifat bilangan dan ‘MONOS’ juga digunakan yang berarti satu yang bersifat bilangan.]. 

    Steve Rudd: “2. These facts delight Trinitarians and send Anti-Trinitarians and Unitarians alike scurrying for the shadows. While Trinitarians would expect both kinds of words to be used in reference to God, Anti-Trinitarian are left with their mouths hanging open in bewilderment.” [= 2. Fakta-fakta ini menyenangkan para penganut Tritunggal dan menyebabkan orang-orang yang anti Tritunggal dan para penganut Unitarian berlari-lari mencari bayangan. Pada waktu / sementara para penganut Tritunggal mengharapkan kedua jenis kata digunakan berhubungan dengan Allah, orang-orang yang anti Tritunggal ditinggalkan dengan mulut mereka terbuka dalam kebingungan.]. 

    Catatan: 

    · Bagi saya kata-kata yang saya garis-bawahi dan warnai merah itu tak masuk akal. Bagaimana bisa orang Kristen mengharapkan kedua kata (satu yang mutlak dan satu gabungan) sama-sama digunakan untuk menunjuk pada kesatuan Allah? 

    · Kata-kata Steve Rudd di sini saya potong karena bagian akhir tak ada hubungannya dengan apa yang sedang kita bahas. 

    Steve Rudd: “3. Anti-Trinitarians who reject the fact that ‘echad’ means a unified one between individuals, should always remember that shortly after the rise of Christianity, the Jews replaced ‘echad’ with ‘yachid’ in Deut 6:4. Obviously these Jews who knew the Hebrew language 2000 years ago, saw something modern Unitarians do not.” [= 3. Orang-orang yang anti Tritunggal yang menolak fakta bahwa ‘EKHAD’ berarti satu yang bersifat kesatuan antar individu-individu, harus selalu ingat bahwa tak lama setelah munculnya kekristenan, orang-orang Yahudi menggantikan ‘Ekhad’ dengan ‘YAKHID’ dalam Ul 6:4. Jelas bahwa orang-orang Yahudi ini yang tahu / mengenal bahasa Ibrani 2000 tahun yang lalu, melihat segala sesuatu yang para Unitarian modern tidak melihatnya.]. 

    Steve Rudd: “4. So in the end it is a win-win for Trinitarians! It is most devastating to Jews and Anti-Trinitarians that Deut 6:4 uses ‘echad’, the word for a unified one between individuals.” [= 4. Jadi pada akhirnya itu merupakan sesuatu yang bagaimanapun menguntungkan bagi para penganut Tritunggal! Merupakan sesuatu yang sangat menghancurkan bagi orang-orang Yahudi dan orang-orang yang anti Tritunggal bahwa Ul 6:4 menggunakan ‘EKHAD’, kata untuk satu yang bersifat kesatuan antar individu-individu.]. 

    Catatan: 

    · Saya tidak mengerti bagaimana Steve Rudd bisa mengatakan bagian yang saya garis-bawahi itu. 

    · Kata-kata Steve Rudd di sini saya potong karena tak ada gunanya, hanya mengulang hal-hal yang lalu. 

    Catatan: saya membuang komentarnya selanjutnya dari Steve Rudd, karena menurut saya tak ada gunanya, dan / atau tak ada hubungannya dengan apa yang kita bahas di sini. 

    Pembahasan ajaran Steve Rudd: 

    (1)Steve Rudd menganggap kata Ibrani BAD berarti ‘absolute numeric one’ [= bilangan satu yang mutlak], jadi sama dengan kata YAKHID. Benarkah ini? 

    Pembahasan kata Ibrani BAD dalam buku ‘Theological Wordbook of the Old Testament’ (vol I, no 201, hal 90). 

    Theological Wordbook of the Old Testament (tentang kata BAD): “The core concept is ‘to be separate and isolated.’ It can also connote the idea of dividing into parts. This verb underscores the idea of isolation, e.g. the lonely bird on the housetop (Ps 102:8), the donkey (simile of Ephraim) wildfully going alone to Assyria (Hos 8:9), and the lone army straggler.” [= Konsep dasar / terpenting adalah ‘terpisah dan terisolasi’. Kata itu juga bisa mengusulkan gagasan tentang pembagian menjadi bagian-bagian. Kata kerja ini menggaris-bawahi gagasan tentang pengisolasian, seperti burung yang kesepian pada atap rumah (Maz 102:8), keledai (simile tentang Efraim) secara liar pergi sendiri kepada Asyur (Hos 8:9), dan pasukan yang tercerai berai sendirian.] - Vol I, no 201, hal 90. 

    Maz 102:8 - “Aku tak bisa tidur dan sudah menjadi seperti burung terpencil di atas sotoh.”. 

    Hos 8:9 - “Sebab mereka telah pergi ke Asyur, bagaikan keledai hutan yang memencilkan diri; Efraim telah membagi-bagi hadiah cinta.”. 

    Theological Wordbook of the Old Testament (tentang kata BAD): “BAD. II. Alone. ... It may have a positive, a negative, or a neutral connotation.” [= BAD. II. Hanya / Sendirian. ... Kata itu bisa mempunyai suatu konotasi yang positif, negatif, atau netral.] - Vol I, no 201, hal 90. 

    Theological Wordbook of the Old Testament (tentang kata BAD): “Positively, the word is used of the Lord’s incomparability and uniqueness in his exclusive claim to deity as seen in his extraordinary works (Deut 4:35; 32:12; Job 9:8; Isa 44:24; Neh 9:6), or in his splendid exaltation (Ps 72:18; 148:13; Isa 2:11,17). Also, positively, Balaam celebrated Israel’s dwelling alone (Num 23:9), which seems to refer to his sole possession of the land of Canaan and to his security in it (cf. Jer 49:31).” [= Secara positif, kata itu digunakan tentang ketidak-bisa-dibandingkan dan keunikan Tuhan dalam claim exklusifNya pada keallahan seperti terlihat dalam pekerjaan-pekerjaanNya yang luar biasa (Ul 4:35; 32:12; Ayub 9:8; Yes 44:24; Neh 9:6), atau dalam pemuliaan / peninggianNya yang mulia (Maz 72:18; 148:13; Yes 2:11,17). Juga, secara positif, Bileam menunjukkan / meninggikan tempat tinggal Israel saja (Bil 23:9), yang kelihatannya menunjuk pada kepemilikannya sendirian tentang tanah Kanaan dan pada keamanannya di dalamnya (bdk. Yer 49:31).] - Vol I, no 201, hal 90. 

    Ul 4:35 - “Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia.”. 

    Ul 32:12 - “demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia.”. 

    Ayub 9:8 - “yang seorang diri membentangkan langit, dan melangkah di atas gelombang-gelombang laut;”. 

    Yes 44:24 - “Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak dari kandungan; ‘Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi - siapakah yang mendampingi Aku? -”. 

    Neh 9:6 - “‘Hanya Engkau adalah TUHAN! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala langit dengan segala bala tentaranya, dan bumi dengan segala yang ada di atasnya, dan laut dengan segala yang ada di dalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara langit sujud menyembah kepadaMu.”. 

    Maz 72:18 - “Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang melakukan perbuatan yang ajaib seorang diri!”. 

    Maz 148:13 - “Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya namaNya saja yang tinggi luhur, keagunganNya mengatasi bumi dan langit.”. 

    Yes 2:11,17 - “(11) Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu. ... (17) Manusia yang sombong akan ditundukkan dan orang yang angkuh akan direndahkan; hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu.”. 

    Bil 23:9 - “Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir.”. 

    Theological Wordbook of the Old Testament (tentang kata BAD): “But negatively, Israel’s deplorable isolation is the result of the Lord’s judgment on her (Isa 27:10; Mic 7:14; Lam 1:1). Commenting on the last passage Rudolph noted: ‘This is not the 'splendid isolation' of Num 23:9 and Deut 33:28, but the loneliness of a mother deprived of her children’ (cited in TNDT, I, p. 476). The word also has a negative connotation when a man is abandoned by his community or by God. Thus the unclean leper must suffer alone apart from human fellowship (Lev 13:46) and Jeremiah complained that because of his unique call he cannot sit at the company of merrymakers (Jer 15:17). The psalmist under the chastening hand of God felt alone - separated from men and abandoned by God {Ps 102:1-7 (H 2-8)}. ... Then too it is not good for a man to live alone without a wife (Gen 2:18) and a man alone may be exposed to personal danger (II Sam 17:2).” [= Tetapi secara negatif, pengisolasian yang buruk dari Israel adalah hasil dari penghakiman Tuhan kepadanya (Yes 27:10; Mikha 7:14; Rat 1:1). Pada waktu mengomentari tentang text yang terakhir Rudolph mengatakan: ‘Ini bukanlah 'pengisolasian yang bagus' dari Bil 23:9 dan Ul 33:28, tetapi kesendirian dari seorang ibu yang kehilangan anak-anaknya’ (dikutip dalam TNDT, I, hal 476). Kata itu juga mempunyai suatu konotasi negatif pada waktu seseorang ditinggalkan oleh masyarakatnya atau oleh Allah. Demikianlah orang kusta yang najis harus menderita sendirian terpisah dari persekutuan manusia (Im 13:46) dan Yeremia mengeluh bahwa karena panggilannya yang unik ia tidak bisa duduk dalam pertemuan / perkumpulan orang-orang yang bersenang-senang (Yer 15:17). Sang Pemazmur di bawah tangan Allah yang menghajar merasa sendirian - terpisah dari orang-orang dan ditinggalkan oleh Allah {Maz 102:1-7 (H 2-8)}. ... Lalu juga tidaklah baik bagi seorang laki-laki untuk hidup seorang diri tanpa seorang istri (Kej 2:18) dan seorang laki-laki yang sendirian bisa terbuka terhadap bahaya pribadi (2Sam 17:2).] - Vol I, no 201, hal 90-91. 

    Catatan: H mungkin adalah singkatan dari Hebrew [= bahasa Ibrani]. 

    Yes 27:10 - “Sebab kota yang berkubu itu terpencil, suatu tempat kediaman yang dikosongkan dan ditinggalkan seperti padang gurun; anak lembu akan makan rumput dan berbaring di situ menghabiskan dahan-dahan pohon.”. 

    Mikha 7:14 - “Gembalakanlah umatMu dengan tongkatMu, kambing domba milikMu sendiri, yang terpencil mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka makan rumput di Basan dan di Gilead seperti pada zaman dahulu kala.”. 

    Rat 1:1 - “Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Laksana seorang jandalah ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan.”. 

    Bil 23:9 - “Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir.”. 

    Ul 33:28 - “Maka Israel diam dengan tenteram dan sumber Yakub diam tidak terganggu di dalam suatu negeri yang ada gandum dan anggur; bahkan langitnya menitikkan embun.”. 

    KJV: ‘Israel then shall dwell in safety alone:’ [= Maka Israel akan tinggal dalam keamanan sendirian:]. 

    Im 13:46 - “Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.”. 

    Yer 15:17 - “Tidak pernah aku duduk beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau; karena tekanan tanganMu aku duduk sendirian, sebab Engkau telah memenuhi aku dengan geram.”. 

    Maz 102:2-8 - “(2) TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepadaMu. (3) Janganlah sembunyikan wajahMu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telingaMu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku! (4) Sebab hari-hariku habis seperti asap, tulang-tulangku membara seperti perapian. (5) Hatiku terpukul dan layu seperti rumput, sehingga aku lupa makan rotiku. (6) Oleh sebab keluhanku yang nyaring, aku tinggal tulang-belulang. (7) Aku sudah menyerupai burung undan di padang gurun, sudah menjadi seperti burung ponggok pada reruntuhan. (8) Aku tak bisa tidur dan sudah menjadi seperti burung terpencil di atas sotoh.”. 

    Kej 2:18 - “TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.’”. 

    2Sam 17:2 - “Aku akan mendatangi dia, selagi ia lesu dan lemah semangatnya, dan mengejutkan dia; seluruh rakyat yang ada bersama-sama dengan dia akan melarikan diri, maka aku dapat menewaskan raja sendiri.”. 

    Theological Wordbook of the Old Testament (tentang kata BAD): “The word is used more neutrally in these famous passage: ‘Man does not live by bread alone’ (Deut 8:3) and ‘against thee, thee only, have I sinned’ {Ps 51:4 (H 6)}.” [= Kata itu digunakan dengan lebih netral dalam text yang terkenal ini: ‘Manusia tidak hidup dari roti saja’ (Ul 8:3) dan ‘terhadap Engkau, Engkau saja, aku telah berdosa’ {Psalm 51:4 / Maz 51:6 (H 6)}.] - Vol I, no 201, hal 91. 

    Ul 8:3 - “Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.”. 

    Maz 51:6 - “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusanMu, bersih dalam penghukumanMu.”.
    Kesimpulan saya: Kata bahasa Ibrani BAD tidak ada hubungannya dengan bilangan satu, apakah ‘satu yang mutlak’ atau ‘satu gabungan’. Kata BAD lebih menunjuk pada keterpisahan / keunikan / keadaan ditinggalkan. Dan karena itu, menurut saya, bukan sesuatu yang aneh kalau kata Ibrani BAD digunakan untuk Allah. Allah memang unik dan terpisah dari semua yang lain / non Allah.

    ALLAH TRITUNGGAL(11) 

    Sekarang mari kita lihat tentang arti dari kata Ibrani YAKHID. 

    William L. Holladay (tentang kata YAKHID): “יָחִיד: f. יְחִידָה, sf. יְחִידָתִי; pl. יְחִידִים: - 1. only; one’s only son Gn 22:2, ˒ēbel (hay) yāḥîd mourning for an only (son) Je 6:26; f. only daughter Ju 11:34; - 2. lonely, abandoned Ps 25:16; yeḥîdātî my soul (suffering & complaining) Ps 22:21.” [= ... 1. satu-satunya; anak laki-laki tunggal / anak laki-laki satu-satunya Kej 22:2, ... 2. sendirian / kesepian, ditinggalkan Maz 25:16; ...] - ‘A Concise Hebrew and Aramaic Lexicon of the Old Testament’, hal 133 (Libronix). 

    Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi dan beri warna merah. 

    Kej 22:2 - “FirmanNya: ‘Ambillah anakmu yang tunggal itu (YEKHIDKA), yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.’”. 

    Maz 25:16 - “Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara (YAKHID) dan tertindas.”. 

    KJV: ‘desolate’ [= ditinggalkan / terisolasi]. 

    RSV/NIV/NASB: ‘lonely’ [= sendirian / kesepian]. 

    The New Brown-Driver-Briggs-Genesius Hebrew-Aramaic Lexicon (tentang kata YAKHID): “1. only one, especially of an only son, Kej 22:2,12,16 ... 3. solitary, ... ” [= 1. hanya satu, khususnya tentang seorang anak laki-laki tunggal / satu-satunya anak laki-laki, Kej 22:2,12,16 ... 3. sendirian / terpencil, ...] - hal 402. 

    Theological Wordbook of the Old Testament (tentang kata YAKHID): “יָחִיד (yāḥîd). Only, only begotten son, beloved, solitary. Appears eleven times (KJV twice uses ‘darling,’ RSV renders ‘my life’ following the poetic parallel with napšî or (of?) Ps 22:20, (H 21); 35:17 (NIV ‘my precious life’) and ‘desolate’ in Ps 68:6 (H 7) (ASV follows KJV). LXX translates it seven times with agapētos ‘beloved’ and four times with monogenēs ‘only begotten.’ The Ugaritic cognate is yḥd. Theologically, yāḥîd is important as it impinges on nt Christology. The word basically refers to an only child (cf. Ug yḥd "either ‘a person without kith or kin’ or ‘an only son’ subject to military service only under extenuating circumstances," UT 19: no. 410). Jephthah’s daughter is described accordingly, ‘now she was his one and only child, besides her he had neither son nor daughter’ (Jud 11:34). Consider the pathos elicited in Amos 8:10 where the judgment of God is described as ‘a time of mourning for an only son’ (cf. Jer 6:26; Zech 12:10). However, in Gen 22 Abraham is told, ‘take now your son, your only son (yāḥîd), whom you love (ʾāhab), Isaac, and go to the land of Moriah.’ Here the LXX uses agapētos ‘beloved’ rather than monogenēs ‘only begotten’ as in Jud 11:34. monogenēs may be more specific. If so, it could not apply to Isaac who had Ishmael as a half brother. It must be pointed out, however, that even monogenēs may "be used more generally without reference to its etymological derivation in the sense of ‘unique’, ‘unparalleled,’ ‘incomparable,’" (TDNT, IV, p. 738; see especially nn. 5–6). In what sense is Isaac a yāḥîd = agapētos? Obviously, an only child is especially dear to parents. It is tempting to see here the idea of ‘incomparable’ and ‘without parallel’ anticipating the Messiah in his ‘unique’ relationship to the Father who claims him as ho huios mou ho agapētos ‘my beloved Son’ (Mt 3:17; 17:5 and parallels). This expression finds its equivalence in John’s ho monogenēs huios ‘the only begotten son’ i.e. ‘the unique son’ (Jn 1:14, 18; 3:16, 18; I Jn 4:9). The supreme act of God is evidence of his love for the world. This was prophetically typified by Abraham’s willingness to sacrifice Isaac. In Ps 22:20 and 35:17 yāḥîd = monogenēs is variously translated ‘my darling,’ ‘my only life,’ referring to the uniqueness of the soul. (There is thus warrant for the idea that the term monogenēs in John does not refer to derivation of the Son from the Father as in human families, but to the uniqueness and love of the Trinitarian relationship. The doctrine of eternal generation of the son never meant such derivation. Indeed it was adopted against the Arian theology that the son had a ‘beginning’ and was ‘made.’ r.l.h.) Another use of yāḥîd is ‘solitary,’ ‘isolated,’ ‘lonely.’ It is used of men, as when David cries out ‘turn to me and be gracious to me, for I am lonely and afflicted’ (Ps 25:16). God expresses his concern for such in Ps 68:5–6 (H 6–7), ‘A father of the fatherless and a judge for the widows … God makes a home for the lonely; he leads out the prisoners into prosperity.’ Dahood, by vocalizing MT yaḥēd as yāhîd in Ps 86:11, translates, ‘Yahweh, teach me your way, that I may walk faithfully to you alone; teach my heart to revere your name.’ {Cf. Ps 88:17 (H 18) ‘they close in on me alone’ as in contrast to ‘encompassed me altogether.’} He then comments, ‘The king pledges fidelity to Yahweh alone since he alone is God, as affirmed in the preceeding verse’ (AB, Psalms, II, p. 295).” [= YAKHID. Satu-satunya, anak laki-laki tunggal / satu-satunya anak laki-laki yang diperanakkan, tersendiri / terpencil. ... Kata itu pada dasarnya / terutama menunjuk kepada seorang anak tunggal / satu-satunya. ... Penggunaan yang lain dari YAKHID adalah ‘sendirian’, ‘terpisah dari yang lain / terisolasi’, ‘kesepian / sendirian’.] - Vol I, hal 372-373 (no 858). 

    Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi dan beri warna merah. 

    Theological Wordbook of the Old Testament (tentang kata YāKHAD): “ יָחַד (yāḥad) be united, be joined.” [= YāKHAD. dipersatukan, digabungkan.] - Vol I, hal 373 (no 858). 

    Theological Wordbook of the Old Testament (tentang kata YAKHAD): “יַחַד (yaḥad). Unitedness, as adverb when accusative ‘in union,’ ‘together,’ ‘altogether,’ also adverb yahdāw ‘together,’ ‘alike,’ both appearing altogether 134 times. LXX primarily translates with homothumadon ‘with one mind, unanimously.’” [= YAKHAD. Kebersatuan, sebagai kata keterangan pada waktu akusatif ‘dalam kesatuan’, ‘bersama-sama’, ‘secara keseluruhan’, juga kata keterangan YAKHDāW ‘bersama-sama’, ‘secara sama’, keduanya muncul secara keseluruhan 134 kali. LXX terutama menterjemahkan dengan HOMOTHUMADON ‘dengan satu pikiran’, ‘dengan suara bulat’.] - Vol I, hal 373 (no 858). 

    Perhatikan bahwa dua kata di atas ini (YAKHAD dan YāKHAD), berbeda penulisannya dalam bahasa Ibrani, dan dalam transliterasinyapun juga berbeda. 

    Theological Wordbook of the Old Testament (tentang kata YAKHID): “Generally, yaḥad describes the community in action, doing things together. In Ps 34:3 (H 4); Isa 52:9, the community extols the praise of God together.” [= Secara umum, YAKHAD menggambarkan masyarakat yang sedang beraksi, melakukan hal-hal bersama-sama. Dalam Maz 34:4; Yes 52:9, masyarakat menaikkan pujian kepada Allah bersama-sama.] - Vol I, hal 373 (no 858). 

    Maz 34:4 - “Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama (YAKHDāW) memasyhurkan namaNya!”. 

    Yes 52:9 - “Bergembiralah, bersorak-sorailah bersama-sama (YAKHDāW), hai reruntuhan Yerusalem! Sebab TUHAN telah menghibur umatNya, telah menebus Yerusalem.”. 

    Ini membuat semua menjadi makin membingungkan. Baik kata YAKHAD maupun kata YāKHAD, pasti sangat berhubungan dengan kata YAKHID. Kalau YAKHID hanya bisa berarti ‘tunggal mutlak’ bagaimana mungkin YAKHAD dan YāKHAD bisa mempunyai arti seperti itu? 

    (2)Kata Yunani ‘MONO’ digunakan untuk Allah, dan menurut Steve Rudd ini bukan masalah, bahkan sesuai dengan harapan para penganut Tritunggal. 

    Steve Rudd: “b. About the only fact that all on both sides of the debate agree on, is that yachid indisputably means an absolute numeric one and is never used to describe God. Jews and Anti-Trinitarians would naturally expect such a word to be commonly used of God. Having said this, when we cross over to the Greek, in parallel passages that use ‘yachid’, we find a correspondence with the Greek word ‘mono’. We do find ‘mono’ used of God in the New Testament describing his oneness. So while yachid is never used of God’s oneness in the Old Testament, the corresponding word ‘mono’ is used of God’s oneness in the New Testament. But this is exactly what Trinitarians would expect to be the case because there are three persons in the one God.” [= b. Tentang satu-satunya fakta yang kedua sisi dari debat setuju, adalah bahwa YAKHID secara tak bisa dibantah berarti ‘suatu satu yang mutlak dan bersifat bilangan’, dan tidak pernah digunakan untuk menggambarkan Allah. Orang-orang Yahudi dan orang-orang yang anti Tritunggal secara wajar mengharapkan kata seperti itu digunakan secara umum tentang / untuk Allah. Setelah mengatakan ini, pada waktu kita menyeberang ke bahasa Yunani, dalam text-text paralel yang menggunakan ‘YAKHID’, kita mendapati suatu kesesuaian dengan kata Yunani ‘MONO’. Kita / kami mendapati ‘MONO’ digunakan tentang / untuk Allah dalam Perjanjian Baru menggambarkan kesatuanNya. Jadi, kalau YAKHID tidak pernah digunakan tentang / untuk kesatuan Allah dalam Perjanjian Lama, kata ‘MONO’ yang bersesuaian digunakan tentang / untuk kesatuan Allah dalam Perjanjian Baru. Tetapi ini persis merupakan apa yang para penganut Tritunggal harapkan sebagai kasusnya karena ada tiga Pribadi dalam satu Allah.]. 

    Catatan: bagi saya kata-kata Steve Rudd bagian akhir ini (warna merah) tidak masuk akal. Yang sedang dibahas adalah kata ‘satu’, bukan kata ‘tiga’ dan juga bukan ‘Tritunggal’! 

    Bukankah dalam Perjanjian Lama kita berargumentasi bahwa kata EKHAD (‘satu gabungan’) digunakan untuk Allah, sedangkan kata YAKHID (‘satu yang mutlak’) tidak pernah? 

    Dan sekarang dalam Perjanjian Baru kita mengharapkan kata Yunani MONO (‘satu yang mutlak’) digunakan untuk Allah??? 

    Mari kita pelajari kata-kata Steve Rudd selanjutnya. 

    Steve Rudd: “c. Hebrew is a very simple language, but Greek is quite complex and specific. Some Trinitarians overemphasize the clear differences between ‘yachid and echad’ in the Hebrew. Yes, ‘echad’ is a unified one, but it is also used of a numeric one as well. Yes, ‘yachid’ is never used in reference to God’s oneness, but the word ‘bad’ is used and it is synonymous with numeric oneness to yachid. When we cross over to the Greek, we find a similar blur in the words used of God that mean unified versus numeric oneness. If the Holy Spirit intended to convey Trinity hidden in the Old Testament in the words ‘yachid and echad’, we would expect such a distinction to be even more pronounced in the Greek, since it is a more specific language than Hebrew. But we find exactly the same in the New Testament as we do in the old, namely a combination of words meaning unified versus numeric oneness being employed to describe God’s oneness.” [= c. Bahasa Ibrani adalah bahasa yang sangat sederhana, tetapi Yunani adalah cukup komplex dan jelas / mendetail. Sebagian penganut Tritunggal terlalu menekankan perbedaan-perbedaan yang jelas antara ‘YAKHID dan EKHAD’ dalam bahasa Ibrani. Ya, ‘EKHAD’ adalah suatu satu gabungan, tetapi itu juga digunakan untuk suatu satu yang bersifat bilangan. Ya, ‘YAKHID’ tidak pernah digunakan berhubungan dengan kesatuan Allah, tetapi kata ‘BAD’ digunakan, dan itu sinonim dengan kesatuan yang bersifat bilangan dari YAKHID. Pada waktu kita menyeberang ke bahasa Yunani, kita mendapati suatu kekaburan yang mirip dalam kata-kata yang digunakan tentang / untuk Allah yang berarti kesatuan gabungan versus kesatuan yang bersifat bilangan. Jika Roh Kudus bermaksud untuk menyampaikan Tritunggal tersembunyi dalam Perjanjian Lama dalam kata-kata ‘YAKHID’ dan ‘EKHAD’, kita akan mengharapkan bahwa pembedaan seperti itu akan lebih dinyatakan dalam bahasa Yunani, karena itu adalah bahasa yang lebih jelas dan mendetail dari pada bahasa Ibrani. Tetapi kita mendapati hal yang persis sama dalam Perjanjian Baru seperti yang kita dapati dalam Perjanjian Lama, yaitu suatu kombinasi dari kata-kata yang berarti kesatuan gabungan versus kesatuan yang bersifat bilangan digunakan untuk menggambarkan kesatuan Allah.]. 

    Tanggapan saya: 

    (a)Bahasa Yunani memang lebih rumit dibandingkan bahasa Ibrani, tetapi dalam hal apa? Dalam hal gramatika jelas memang ya. Tetapi yang dibicarakan di sini adalah arti kata. Dalam hal vocabulary / perbendaharaan kata, selalu ada kata yang ada dalam satu bahasa yang tidak ada dalam bahasa yang lainnya, dan ini tidak ada hubungannya dengan gramatika dari bahasa mana yang lebih rumit. 

    Sebagai contoh, bahasa Inggris jelas lebih rumit dari pada bahasa Indonesia, karena adanya tenses dalam bahasa Inggris, yang tidak ada dalam bahasa Indonesia. Tetapi tentang vocabulary / perbendaharaan kata, tetap ada kata-kata dalam bahasa Indonesia yang tidak ada dalam bahasa Inggris. 

    Misalnya kata-kata ‘padi’, ‘beras’, ‘nasi’ dibedakan dalam bahasa Indonesia, tetapi dalam bahasa Inggris semua adalah ‘rice’. 

    (b)Juga dalam kutipan pertama ia mengatakan itu sesuai dengan pengharapan para penganut Tritunggal, tetapi dalam kutipan kedua, itu tidak sesuai pengharapan para penganut Tritunggal. Ini kata-kata yang kontradiksi! 

    (c)Sekarang saya mengajak saudara untuk membahas / mempelajari kata-kata Yunani HEIS / HEN / MIA dan MONO. 

    W. E. Vine (tentang kata ‘one’): “ONE. A. Numeral. heis (εἷς, NT:1520), the first cardinal numeral, masculine (feminine and neuter nominative forms are mia and hen, respectively), is used to signify (1) (a) ‘one’ in contrast to many, e. g., Matt 25:15; Rom 5:18, RV, ‘(through) one (trespass),’ i. e., Adam’s transgression, in contrast to the ‘one act of righteousness,’ i. e., the death of Christ (not as KJV, ‘the offense of one,’ and ‘the righteousness of one’); (b) metaphorically, ‘union’ and ‘concord,’ e. g., John 10:30; 11:52; 17:11,21-22; Rom 12:4-5; Phil 1:27; (2) emphatically, (a) a single (‘one’), to the exclusion of others, e. g., Matt 21:24; Rom 3:10; 1 Cor 9:24; 1 Tim 2:5 (twice); (b) ‘one, alone,’ e. g., Mark 2:7, RV (KJV, ‘only’); 10:18; Luke 18:19; (c) ‘one and the same,’ e. g., Rom 3:30, RV, ‘God is one,’ i. e., there is not ‘one’ God for the Jew and one for the Gentile; cf. Gal 3:20, which means that in a promise there is no other party; 1 Cor 3:8; 11:5; 12:11; 1 John 5:8 (lit., ‘and the three are into one,’ i. e., united in ‘one’ and the same witness);” [= SATU. A. Bilangan. HEIS (εἷς, NT:1520), Bilangan yang pertama, maskulin (bentuk-bentuk feminin dan netral adalah MIA dan HEN, sesuai dengan urutan yang diberikan), digunakan untuk menunjukkan (1) (a) ‘satu’ dalam pertentangan dengan ‘banyak’, misalnya, Mat 25:15; Ro 5:18, RV, ‘(melalui) satu (pelanggaran)’, yaitu pelanggaran Adam, dalam pertentangan dengan ‘satu tindakan kebenaran’, yaitu kematian Kristus (bukan seperti KJV, ‘pelanggaran dari satu’, dan ‘kebenaran dari satu’); (b) secara simbolis, ‘persatuan’ dan ‘kesetujuan / keharmonisan’, misalnya, Yoh 10:30; 11:52; 17:11,21-22; Ro 12:4-5; Fil 1:27; (2) secara menekankan, (a) satu, pada pengeluaran dari yang lain, misalnya, Mat 21:24; Ro 3:10; 1Kor 9:24; 1Tim 2:5 (dua kali); (b) ‘satu, sendirian’, misalnya, Mark 2:7, RV (KJV, ‘hanya / satu-satunya’); 10:18; Luk 18:19; (c) ‘satu-satunya’, misalnya, Ro 3:30, RV, ‘Allah adalah satu’, artinya, disana tidak ada ‘satu’ Allah untuk orang-orang Yahudi dan satu untuk orang-orang non Yahudi; bdk. Gal 3:20, yang berarti bahwa dalam suatu janji disana tidak ada pihak lain; 1Kor 3:8; 11:5; 12:11; 1Yoh 5:8 (secara hurufiah, ‘dan ketiganya menjadi satu’, artinya, bersatu dalam satu-satunya kesaksian / kesaksian yang ‘satu’ dan sama);] - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 809. 

    Mat 25:15 - “Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu (HEN), masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.”. 

    Ro 5:18 - “Sebab itu, sama seperti oleh satu (HENOS) pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu (HENOS) perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.”. 

    Yoh 10:30 - “Aku dan Bapa adalah satu (HEN).’”. 

    Yoh 11:52 - “dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.”. 

    KJV: ‘gather together in one (HEN)’ [= mengumpulkan menjadi satu (HEN)]. 

    Yoh 17:11,21-22 - “(11) Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepadaMu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu (HEN) sama seperti Kita. ... (21) supaya mereka semua menjadi satu (HEN), sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. (22) Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu (HEN), sama seperti Kita adalah satu (HEN):”. 

    Ro 12:4-5 - “(4) Sebab sama seperti pada satu (HENI) tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, (5) demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu (HEN) tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.”. 

    Filipi 1:27 - “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil,”. 

    ASV/YLT: ‘in one (HENI) spirit, with one (MIA) soul’ [= dalam satu (HENI) roh, dengan satu (MIA) jiwa]. 

    Mat 21:24 - “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Aku juga akan mengajukan satu (HENA) pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepadaKu, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”. 

    Roma 3:10 - “seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”. 

    KJV: ‘not one (HEIS)’ [= tak satu (HEIS) pun]. 

    1Korintus 9:24 - “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu (HEIS) orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!”. 

    1Timotius 2:5 - “Karena Allah itu esa (HEIS) dan esa (HEIS) pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”. 

    Markus 2:7 - “‘Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri (HEIS)?’”. 

    Mark 10:18 - “Jawab Yesus: ‘Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.”. 

    KJV: ‘but one (HEIS), that is, God.’ [= kecuali satu (HEIS), yaitu, Allah.]. 

    Lukas 18:19 - “Jawab Yesus: ‘Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.”. 

    KJV: ‘save one (HEIS), that is, God.’ [= kecuali satu (HEIS), yaitu, Allah.]. 

    Roma 3:30 - “Artinya, kalau ada satu (HEIS) Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.”. 

    Galatia 3:20 - “Seorang pengantara bukan hanya mewakili satu (HENOS) orang saja, sedangkan Allah adalah satu (HEIS).”. 

    1Korintus 3:8 - “Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.”. 

    KJV: ‘are one (HEN)’ [= adalah satu (HEN)]. 

    1Korintus 11:5 - “Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.”. 

    NASB: ‘for she is one and the same (HEN)’ [= karena ia adalah satu dan sama (HEN)]. 

    1Korintus 12:11 - “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu (HEN) dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya.”. 

    1Yohanes 5:7-8 - “(7) Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. (8) Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu (HEN).”. 

    W. E. Vine (tentang kata ‘alone’): “A. Adjective. monos (‎μόνος, NT:3441) denotes ‘single, alone, solitary,’ Matt 4:4, etc. See ONLY, SELF. B. Adverbs. 1. monon (‎μόνον‎, NT:3441), the neuter of A, meaning ‘only, exclusively,’ e. g., Rom 4:23; Acts 19:26, is translated ‘alone’ in the KJV of John 17:20; RV, ‘only.’ See ONLY.” [= A. Kata sifat. MONOS (‎μόνος, NT:3441) berarti ‘tunggal / satu, sendirian, terpencil’, Mat 4:4, dsb. Lihat ONLY, SELF. B. Kata keterangan. 1. MONON (‎μόνον‎, NT:3441), Bentuk neuter dari A, berarti ‘satu-satunya, secara exklusif’, misalnya, Ro 4:23; Kis 19:26, diterjemahkan ‘sendirian’ dalam KJV dari Yoh 17:20; Revised Version, ‘satu-satunya’. Lihat ONLY.] - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 41. 

    Matius 4:4 - “Tetapi Yesus menjawab: ‘Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja (MONO), tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.’”. 

    Roma 4:23 - “Kata-kata ini, yaitu ‘hal ini diperhitungkan kepadanya,’ tidak ditulis untuk Abraham saja (MONON),”. 

    Kis 19:26 - “Sekarang kamu sendiri melihat dan mendengar, bagaimana Paulus, bukan saja (MONON) di Efesus, tetapi juga hampir di seluruh Asia telah membujuk dan menyesatkan banyak orang dengan mengatakan, bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa.”. 

    Yoh 17:20 - “Dan bukan untuk mereka ini saja (MONON) Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka;”. 

    W. E. Vine (tentang kata ‘only’): “A. Adjectives. 1. monos (μόνος, NT:3441), ‘alone, solitary,’ is translated ‘only,’ e. g., in Matt 4:10; 12:4; 17:8; 1 Cor 9:6; 14:36; Phil 4:15; Col 4:11; 2 John 1; it is used as an attribute of God in John 5:44; 17:3; Rom 16:27; 1 Tim 1:17; 6:15-16; Jude 4,25; Rev 15:4. ... B. Adverbs. 1. monon (‎μόνον‎, NT:3441), the neuter of A, No. 1, ‘only, exclusively,’ is translated ‘only,’ e. g., in Matt 5:47; 8:8; John 5:18; 11:52; 12:9; 13:9; frequently in Acts, Romans and Galatians.” [= A. Kata-kata sifat. 1. MONOS (μόνος, NT:3441), ‘sendirian, terpencil’, diterjemahkan ‘hanya / satu-satunya’, misalnya dalam Mat 4:10; 12:4; 17:8; 1Korintus 9:6; 14:36; Filipi 4:15; Kol 4:11; 2Yoh 1; itu digunakan sebagai suatu atribut dari Allah dalam Yohanes 5:44; 17:3; Roma 16:27; 1Timotius 1:17; 6:15-16; Yudas 4,25; Wahyu 15:4. ... B. Kata-kata keterangan. 1. MONON (μόνον‎, NT:3441), bentuk neuter dari A, No 1, ‘hanya / satu-satunya, secara exklusif’, diterjemahkan ‘hanya / satu-satunya’, misalnya dalam Matius 5:47; 8:8; Yohanes 5:18; 11:52; 12:9; 13:9; sering muncul dalam Kisah Rasul, Roma, Galatia.] - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 811. 

    MONOS dalam ‘A Greek - English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature’, Arndt and Gingrich, hal 659, Libronix. 

    1. Bisa berarti: ‘to separate one person or thing from others’ [= memisahkan satu orang atau hal / benda dari lainnya]. 

    2. Bisa juga berarti: ‘in isolation οὐκ ἐκ πίστεως μόνον not by faith viewed in isolation Js 2:24 (NEB: ‘not by faith in itself’; ...)’ [= dalam pengisolasian OUK EK PISTEOS MONON ‘bukan oleh iman dipandang dalam pengisolasian’ Yak 2:24 (NEB: ‘bukan oleh iman dalam dirinya sendiri’; ...)]. 

    Melihat bahwa kata Yunani MONOS bisa diterjemahkan ‘hanya / satu-satunya’ dan juga ‘sendirian / terpencil’, maka saya mulai berpikir bahwa kata Yunani MONOS bisa digunakan untuk menterjemahkan kata Ibrani YAKHID maupun BAD. Dan kelihatannya memang benar, sebagaimana ditunjukkan oleh Lexicon di bawah ini. 

    J. H. Thayer:. chiefly for לְבַד” [= μόνος, -η, -ον, Septuaginta terutama untuk לְבַד (LEBAD)] - ‘A Greek - English Lexicon of the New Testament’, hal 418 (Libronix). Catatan: Septuaginta adalah Perjanjian Lama yang diterjemahkan ke bahasa Yunani. 

    ALLAH TRITUNGGAL(12) 

    4. Komentar para penafsir tentang Ulangan 6:4. 

    a. Matthew Henry. 

    Matthew Henry (tentang Ul 6:4-5): “Here is, I. A brief summary of religion, containing the first principles of faith and obedience, v. 4,5. ... 1. What we are here taught to believe concerning God: ... That he is the one only living and true God; he only is God, and he is but one. The firm belief of this self-evident truth would effectually arm them against all idolatry, which was introduced by that fundamental error, that there are gods many. It is past dispute that there is one God, and there is no other but he, Mark 12:32.” [= Di sini ada, I. Suatu ringkasan singkat tentang agama, mencakup / berisikan prinsip-prinsip pertama dari iman dan ketaatan, ay 4,5. ... 1. Apa yang di sini kita diajar untuk percaya berkenaan dengan Allah: ... Bahwa Ia adalah satu-satunya Allah yang hidup dan benar; hanya Dia adalah Allah, dan Ia hanya satu. Kepercayaan yang teguh tentang kebenaran yang jelas ini akan mempersenjatai mereka terhadap semua penyembahan berhala, yang diperkenalkan oleh kesalahan dasar itu, bahwa di sana ada banyak allah. Merupakan sesuatu yang sudah tak diperdebatkan bahwa di sana ada satu Allah, dan di sana tidak ada yang lain kecuali Dia, Mark 12:32.]. 

    Markus 12:29-32 - “(29) Jawab Yesus: ‘Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. (30) Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. (31) Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.’ (32) Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: ‘Tepat sekali, Guru, benar kataMu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.”. 

    Memang dimanapun dalam Alkitab ditekankan bahwa hanya ada satu Allah, maka ini tujuannya adalah menentang polytheisme / kepercayaan kepada banyak allah / dewa, bukan menentang doktrin Allah Tritunggal. 

    Matthew Henry (tentang Ulangan 6:4-5): “Some have thought there is here a plain intimation of the trinity of persons in the unity of the Godhead; for here is the name of God three times, and yet all declared to be one.” [= Sebagian / beberapa orang telah berpikir bahwa di sini ada suatu isyarat yang jelas tentang Tritunggal dari pribadi-pribadi dalam kesatuan dari Allah; karena di sini ada nama Allah tiga kali, tetapi semua dinyatakan sebagai satu.]. 

    Ulangan 6:4-5 - “(4) Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (5) Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.”. 

    b. Adam Clarke. 

    Adam Clarke mengatakan bahwa orang-orang Yahudi ini dalam melakukan pengakuan iman ini, mengulang kata EKHAD ini dengan sangat keras sampai beberapa menit. Ia lalu melanjutkan dengan berkata sebagai berikut: 

    Adam Clarke (tentang Ul 6:4): “‎this I suppose they do to vent a little of their spleen against the Christians, for they suppose the latter hold three Gods, because of their doctrine of the Trinity; but all their skill and cunning can never prove that there is not a plurality expressed in the word אֱלֹהֵ֖ינוּ / 'Eloheeynuw, which is translated ‘our God’; ‎and were the Christians, when reading this verse, to vociferate אֱלֹהֵ֖ינוּ / 'Eloheeynuw for several minutes as the Jews do achad, it would apply more forcibly in the way of conviction to the Jews of the plurality of persons in the Godhead, than the word 'achad, of one, against any pretended false tenet of Christianity, as every Christian receives the doctrine of the unity of God in the most conscientious manner. Some Christians have joined the Jews against this doctrine, and some have even outdone them, and have put themselves to extraordinary pains to prove that 'Elohiym is a noun of the singular number! This has not yet been proved. It would be as easy to prove that there is no plural in language.” [= ini saya duga mereka lakukan untuk menyatakan sedikit dari khayalan mereka terhadap / menentang kekristenan, karena mereka menganggap bahwa yang belakangan ini mempercayai tiga Allah, karena doktrin mereka tentang Tritunggal; tetapi semua keahlian dan kecerdikan mereka tidak pernah dapat membuktikan bahwa tidak ada kejamakan yang dinyatakan dalam kata ELOHEYNU, yang diterjemahkan ‘Allah kita’; dan seandainya orang-orang Kristen, pada waktu membaca ayat ini, meneriakkan אֱלֹהֵ֖ינוּ / 'Eloheeynuw selama beberapa menit seperti yang orang-orang Yahudi lakukan dengan kata EKHAD, itu akan memberikan pembuktian dengan lebih kuat kepada orang-orang Yahudi tentang kejamakan pribadi dalam diri Allah, dari pada kata EKHAD, ‘satu’, terhadap ajaran palsu apapun yang diclaim tentang kekristenan, karena setiap orang Kristen menerima doktrin tentang kesatuan Allah dalam cara yang paling ketat. Sebagian orang-orang Kristen telah bergabung dengan orang-orang Yahudi menentang doktrin ini (doktrin Allah Tritunggal), dan bahkan sebagian mengalahkan orang-orang Yahudi itu, dan berusaha mati-matian untuk membuktikan bahwa ELOHIM adalah sebuah kata benda tunggal! Ini tidak pernah terbukti. Adalah lebih mudah membuktikan bahwa tidak ada bentuk jamak dalam bahasa.]. 

    c. Jamieson, Fausset & Brown. 

    Jamieson, Fausset & Brown (tentang Ul 6:4): “‘Hear, O Israel: The Lord our God is one Lord’ - or, as the words may perhaps be better translated, ‘Hear, O Israel: ‎Yahweh ‎is our God (‎Elohim‎, plural), Yahweh alone.’ {The Septuagint has: kurios ho Theos heemoon kurios heis estin (cf. Zech 14:9).} The basis of their religion was an acknowledgment of the unity of God with the understanding, and the love of God in the heart (Deut 6:4-5).” [= ‘Dengarlah, hai Israel: Tuhan Allah kita adalah satu Tuhan’ - atau, sebagaimana kata-kata itu mungkin bisa diterjemahkan dengan lebih baik, ‘Dengarlah hai Israel: Yahweh adalah Allah (ELOHIM, bentuk jamak) kita, satu-satunya Yahweh’. {Septuaginta menuliskan: kurios ho Theos heemoon kurios heis estin (bdk. Zakh 14:9).} Dasar dari agama mereka adalah suatu pengakuan tentang kesatuan Allah dengan pengertian, dan kasih kepada Allah dalam hati (Ul 6:4-5).]. 

    Catatan: dalam buku fisiknya bukan ditulis ‘Yahweh’ tetapi ‘Jehovah’. 

    d. Albert Barnes. 

    Barnes’ Notes (tentang Ul 6:4): “These words form the beginning of what is termed the ‘Shema’ (‘Hear’) in the Jewish Services, and belong to the daily morning and evening office. They may be called ‘the creed of the Jews.’ This weighty text contains far more than a mere declaration of the unity of God as against polytheism; or of the sole authority of the revelation that He had made to Israel as against other pretended manifestations of His will and attributes. It asserts that the Lord God of Israel is absolutely God, and none other. He, and He alone, is Jehovah (Yahweh) the absolute, uncaused God; the One who had, by His election of them, made Himself known to Israel.” [= Kata-kata ini membentuk permulaan dari apa yang disebut ‘SHEMA’ (‘Dengarlah’) dalam kebaktian-kebaktian Yahudi, dan termasuk dalam upacara harian pagi dan sore. Kata-kata itu bisa disebut ‘pengakuan iman dari orang-orang Yahudi’. Text yang sangat berpengaruh ini mengandung jauh lebih banyak dari pada semata-mata suatu pernyataan tentang kesatuan Allah yang menentang politheisme; atau tentang otoritas satu-satunya dari wahyu yang telah Ia buat kepada Israel bertentangan dengan manifestasi-manifestasi palsu yang lain tentang kehendak dan atribut-atributNya. Itu menegaskan bahwa Tuhan Allah dari Israel adalah Allah secara mutlak, dan tidak ada yang lain. Ia, dan hanya Ia sendiri, adalah Yehovah (Yahweh) Allah yang mutlak, dan tidak mempunyai penyebab; seseorang yang oleh pemilihanNya tentang mereka, telah menyatakan diriNya sendiri kepada Israel.]. 

    e. Keil & Delitzsch. 

    Keil & Delitzsch (tentang Ul 6:4): “‘Jehovah our God is one Jehovah.’ This does not mean ‘Jehovah is one God, Jehovah alone’ (Abenezra), for in that case יְהֹוָה לְבַדֹּו (YEHOVAH LEBADO) would be used instead of יְהֹוָה אֶחָד (YEHOVAH EKHAD); still less ‘Jehovah our God, namely, Jehovah is one’ (J. H. Michaelis). יְהֹוָה אֶחָד together form the predicate of the sentence. The idea is not, Jehovah our God is ‘one (the only) God,’ but ‘one (or the only) Jehovah:’ ... Hence what is predicated here of Jehovah (Jehovah one) does not relate to the unity of God, but simply states that it is to Him alone that the name Jehovah rightfully belongs, that He is the one absolute God, to whom no other Elohim can be compared. This is also the meaning of the same expression in Zech. 14:9, where the words added, ‘and His name one,’ can only signify that in the future Jehovah would be acknowledged as the one absolute God, as King over all the earth.” [= ‘Yehovah Allah kita adalah satu Yehovah’. Ini tidak berarti ‘Yehovah adalah satu Allah, Yehovah saja’ (Abenezra), karena dalam kasus itu יְהֹוָה לְבַדֹּו (YEHOVAH LEBADO) akan digunakan dan bukannya יְהֹוָה אֶחָד (YEHOVAH EKHAD); dan lebih-lebih bukan ‘Yehovah Allah kita, artinya, Yehovah adalah satu’ (J. H. Michaelis). יְהֹוָה אֶחָד (Yehovah EKHAD) bersama-sama membentuk predikat dari kalimat itu. Gagasannya bukanlah, Yehovah Allah kita adalah ‘satu (satu-satunya) Allah’, tetapi ‘satu (atau satu-satunya) Yehovah’: ... Jadi apa yang dinyatakan di sini tentang Yehovah (Yehovah satu) tidak berhubungan dengan ketritunggalan Allah, tetapi hanya / sekedar menyatakan bahwa adalah bagi Dia saja nama Yehovah itu dimiliki secara benar, bahwa Ia adalah satu Allah yang mutlak, dengan siapa tak ada ELOHIM lain bisa dibandingkan. Ini juga merupakan arti dari ungkapan yang sama dalam Zakh 14:9, dimana ditambahkan kata-kata, ‘dan namaNya satu’, hanya bisa berarti bahwa pada masa yang akan datang Yehovah akan diakui sebagai satu Allah yang mutlak, sebagai Raja atas seluruh bumi.]. 

    Zakh 14:9 - “Maka TUHAN akan menjadi Raja atas seluruh bumi; pada waktu itu TUHAN adalah satu-satunya dan namaNya satu-satunya.”. 

    Keil & Delitzsch (tentang Ul 6:4): “This clause not merely precludes polytheism, but also syncretism, which reduces the one absolute God to a national deity, a Baal (Hos. 2:18), and in fact every form of theism and deism, which creates for itself a supreme God according to philosophical abstractions and ideas.” [= Anak kalimat ini tidak semata-mata membuang / mencegah politheisme, tetapi juga sinkretisme, yang merendahkan satu Allah yang mutlak menjadi seorang allah nasional, seorang Baal (Hos 2:18), dan sebetulnya setiap bentuk dari theisme dan deisme, yang menciptakan untuk dirinya sendiri seorang Allah yang terbesar / tertinggi sesuai dengan hal-hal yang abstrak dan gagasan-gagasan yang bersifat filsafat.]. 

    Hosea 2:15-19 - “(15) Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN, engkau akan memanggil Aku: Suamiku, dan tidak lagi memanggil Aku: Baalku! (16) Lalu Aku menjauhkan nama para Baal dari mulutmu, maka nama mereka tidak lagi disebut. (17) Aku akan mengikat perjanjian bagimu pada waktu itu dengan binatang-binatang di padang dan dengan burung-burung di udara, dan binatang-binatang melata di muka bumi; Aku akan meniadakan busur panah, pedang dan alat perang dari negeri, dan akan membuat engkau berbaring dengan tenteram. (18) Aku akan menjadikan engkau isteriKu untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteriKu dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang. (19) Aku akan menjadikan engkau isteriKu dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN.”. 

    Catatan: saya tak mengerti mengapa ayat ini dijadikan referensi olehnya. 

    f. John Walvoord. 

    Bible Knowledge Commentary (tentang Ul 6:4): “This verse has been called the Shema, from the Hebrew word translated ‘Hear.’ The statement in this verse is the basic confession of faith in Judaism. The verse means that ‘the LORD’ (Yahweh) is totally unique. He alone is ‘God.’ The Israelites could therefore have a sense of security that was totally impossible for their polytheistic neighbors. The ‘gods’ of the ancient Near East rarely were thought of as acting in harmony. Each god was unpredictable and morally capricious. So a pagan worshiper could never be sure that his loyalty to one god would serve to protect him from the capricious wrath of another. The monotheistic doctrine of the Israelites lifted them out of this insecurity since they had to deal with only one God, who dealt with them by a revealed consistent righteous standard. This confession of monotheism does not preclude the biblical doctrine of the Trinity. ‘God’ is plural (‎ELOHIM‎), possibly implying the Trinity, and ‘one’ (‎EKHAD) may suggest a unity of the Persons in the Godhead (cf. Gen 2:24, where the same word for ‘one’ is used of Adam and Eve).” [= Ayat ini telah disebut SHEMA, dari kata Ibrani yang diterjemahkan ‘Dengarlah’. Pernyataan dalam ayat ini adalah pengakuan iman dasar dalam Yudaisme. Ayat itu berarti bahwa ‘TUHAN’ (Yahweh) adalah unik secara total. Hanya Dia adalah ‘Allah’. Karena itu orang-orang Israel bisa mempunyai suatu perasaan aman yang adalah mustahil secara total untuk tetangga-tetangga mereka yang percaya banyak allah. ‘allah-allah / dewa-dewa’ dari Timur Dekat kuno jarang dipikirkan sebagai bertindak secara harmonis. Setiap allah / dewa tak bisa diramalkan dan plin plan / berubah-ubah secara moral. Maka seorang penyembah kafir tidak pernah bisa yakin bahwa kesetiaannya kepada satu allah / dewa akan berfungsi untuk melindungi dia dari murka yang plin plan dari allah / dewa yang lain. Doktrin monotheistik dari orang-orang Israel mengangkat mereka keluar dari ketidak-amanan ini karena mereka harus berurusan dengan hanya satu Allah, yang menangani mereka dengan suatu standard kebenaran konsisten yang dinyatakan. Pengakuan monotheistik ini tidak membuang doktrin Alkitabiah tentang Tritunggal. ‘Allah’ adalah jamak (ELOHIM), mungkin menunjuk secara implicit pada Tritunggal, dan ‘satu’ / ‘esa’ (EKHAD) bisa mengusulkan suatu kesatuan dari Pribadi-pribadi dalam Allah (bdk. Kejadian 2:24, dimana kata yang sama untuk ‘satu’ digunakan tentang Adam dan Hawa).]. 

    Catatan: dari semua buku tafsiran yang saya gunakan dalam mempelajari Ul 6:4 ini, hanya penafsir ini yang menggunakan kata EKHAD sebagai dasar dari doktrin Allah Tritunggal. 

    g. Calvin (tentang Ul 6:4): “‘Hear, O Israel.’ When Moses proclaims that God is One, the statement is not confined to His sole essence, which is incomprehensible, but must be also understood of His power and glory, which had been manifested to the people; as though he had said, that they would be guilty of rebellion unless they abode in the One God, who had laid them under such obligations to Himself. Therefore he not only calls him Jehovah, but at the same time infers that He is the God of that people whom he addresses, ‘Thy God.’ Thus all other deities are brought to nought, and the people are commanded to fly and detest whatever withdraws their minds from the pure knowledge of Him; for although His name may be left to Him, still He is stripped of His majesty, as soon as He is mixed up with a multitude of others. Thus He says by Ezekiel, (Ezekiel 20:39,) ‘Go ye, serve ye every one his idols;’ in which words He not only repudiates all mixed worship, but testifies that He would rather be accounted nothing than not be worshipped undividedly. The orthodox Fathers aptly used this passage against the Arians; because, since Christ is everywhere called God, He is undoubtedly the same Jehovah who declares Himself to be the One God; and this is asserted with the same force respecting the Holy Spirit.” [= ‘Dengarlah, hai Israel’. Pada waktu Musa memproklamirkan bahwa Allah adalah Satu, pernyataan ini tidak dibatasi pada satu-satunya hakekatNya, yang tidak bisa dimengerti, tetapi harus juga dimengerti tentang kuasa dan kemuliaanNya, yang telah dinyatakan kepada bangsa itu; seakan-akan ia telah mengatakan, bahwa mereka akan bersalah tentang pemberontakan kecuali mereka tinggal dalam Allah yang Satu itu, yang telah meletakkan mereka di bawah kewajiban-kewajiban seperti itu kepada DiriNya sendiri. Karena itu ia bukan hanya menyebutNya Yehovah, tetapi pada saat yang sama menyatakan secara implicit bahwa Ia adalah Allah dari bangsa itu yang ia sebut, ‘Allahmu’. Jadi semua allah-allah / dewa-dewa lain dibawa pada kenihilan, dan bangsa itu diperintahkan untuk lari dan membenci apapun yang menarik pikiran mereka dari pengenalan yang murni tentang Dia; karena sekalipun namaNya bisa dibiarkan / ditinggalkan kepadaNya, tetap Ia dilucuti dari keagunganNya, begitu Ia dicampur dengan banyak allah / dewa yang lain. Maka Ia berkata oleh Yehezkiel, (Yeh 20:39), ‘Pergilah kamu, beribadahlah kamu masing-masing kepada berhalanya’; dalam kata-kata mana Ia bukan hanya menolak semua penyembahan campuran, tetapi juga menyaksikan bahwa Ia lebih memilih untuk dianggap tidak ada dari pada tidak disembah secara tidak terpecah. Bapa-bapa ortodox sering menggunakan text ini terhadap pengikut-pengikut Arianisme; karena, karena Kristus dimana-mana disebut Allah, tak diragukan Ia adalah Yehovah yang sama yang menyatakan DiriNya sendiri sebagai Satu Allah; dan ini ditegaskan dengan kekuatan yang sama berkenaan dengan Roh Kudus.]. 

    Yeh 20:39a - “Hai kamu, kaum Israel, beginilah firman Tuhan ALLAH, biarlah masing-masing pergi beribadah kepada berhala-berhalanya.”. 

    h. Matthew Poole (tentang Ul 6:4): “One in essence, and the only object of our worship.” [= Satu dalam hakekat, dan satu-satunya obyek penyembahan kita.]. 

    i. Theological Wordbook of the Old Testament (tentang kata ECHAD): “Some scholars have felt that, though ‘one’ is singular, the usage of the word allows for the doctrine of the Trinity. While it is true that this doctrine is foreshadowed in the ot, the verse concentrates on the fact that there is one God and that Israel owes its exclusive loyalty to him (Deut 5:9; 6:5).” [= Beberapa / sebagian sarjana telah merasa bahwa, sekalipun ‘satu’ ada dalam bentuk tunggal, penggunaan kata itu mengijinkan untuk doktrin tentang Tritunggal. Sekalipun adalah benar bahwa doktrin ini diberi bayangan lebih dulu dalam PL, ayat itu berkonsentrasi pada fakta bahwa di sana ada satu Allah dan bahwa Israel berhutang kesetiaan yang exklusif kepadaNya (Ul 5:9; 6:5).] - hal 30 (no 61). 

    Ul 5:8-9 - “(8) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (9) Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,”. 

    Ulangan 6:4-5 - “(4) Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (5) Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.”. 

    Peter. C. Craigie (tentang Ulangan 6:4): “‘Hear, O Israel’ - see also 5:1, where the same phrase opens the chapter containing the Decalog, just as here the words introduce a major and important part of Moses’ address. ‘The Lord our God is one Lord.’ The Hebrew at this point can be rendered in a number of different ways, and it is possible that ‘one’ is intended as a name or title of God: C. H. Gordon has suggested the rendering, ‘Yahweh is our God, Yahweh is One.’ These words, which have been called the fundamental monotheistic dogma of the OT, have both practical and theological implications. The Israelites had already discovered the practical implications when they celebrated the Exodus in song: ‘Who is like you, O Lord, among the gods?’ (Exod. 15:11), a rhetorical question inviting a negative response - there were no gods like the Lord! In the Exodus, the Israelites had discovered the uniqueness of their God and that the Egyptian ‘gods’ could do nothing to stop the Lord’s people leaving Egypt. It was because they had experienced the living presence of their God in history that the Israelites could call the Lord our God. Thus the oneness and reality of the Lord were practical knowledge to the people. But there were also theological implications and the context of this verse indicates its source as a direct revelation from God (v. 1). The word expresses not only the ‘uniqueness’ but also the ‘unity’ of God. As one God (or the ‘Unique’), when he spoke there was no other to contradict; when he promised, there was no other to revoke that promise; when he warned, there was no other to provide refuge from that warning. He was not merely first among the gods, as Baal in the Canaanite pantheon, Amon-Re in Egypt, or Marduk in Babylon; he was the one and only God and as such he was omnipotent. It was this all-powerful Unique God who imposed on Israel the charge to love him, thereby revealing another aspect of his character.” [= Bahasa Ibraninya di titik ini bisa diterjemahkan dalam sejumlah cara yang berbeda, dan adalah mungkin bahwa ‘satu’ dimaksudkan sebagai suatu nama atau gelar dari Allah: ... Kata itu menyatakan bukan hanya ‘keunikan’ tetapi juga ‘kesatuan’ dari Allah. Sebagai satu Allah (atau Yang ‘Unik’), pada waktu Ia berbicara tidak boleh ada yang lain yang menentang; pada waktu Ia berjanji, tidak ada yang lain yang membatalkan janji itu; pada waktu Ia memperingatkan, tidak ada yang lain yang menyediakan perlindungan dari peringatan itu. Ia bukannya semata-mata yang pertama di antara allah-allah / dewa-dewa, seperti Baal dalam kumpulan dewa-dewa Kanaan, Amon-Re di Mesir, atau Marduk di Babilonia; Ia adalah satu-satunya Allah dan sebagai Allah seperti itu Ia adalah maha kuasa.] - ‘The New International Commentary On The New Testament’. 

    Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi. 

    J. A. Thompson (tentang Ul 6:4): “‘Hear, O Israel.’ Israel is invited to respond to Yahweh with the same fullness of love that Yahweh displayed towards his people. In the New Testament verse 5 is described by Jesus as the first and great commandment (Matt. 22:36–38. Cf. Mark 12:29–34; Luke 10:27, 28). This small section (4–9) has been known to the Jews for many centuries as the ‘Shema’ (Heb., ‘Hear’) and has been recited along with 11:13–21 and Numbers 15:37–41 as a daily prayer. The reference to the binding of God’s laws on one’s forehead is discussed under 6:8. The prescription of verse 4 has sometimes been regarded as the positive way of expressing the negative commands of the first two commandments of the decalogue (5:7–10). This central confession of faith consists of only four words, ‘Yahweh, our God, Yahweh, One.’ The expression has been variously understood. Possible translations are ‘Yahweh our God, Yahweh is one’, ‘Yahweh is our God, Yahweh is one’. ‘Yahweh is our God, Yahweh alone’. Whatever translation is chosen the essential meaning is clear. Yahweh was to be the sole object of Israel’s worship, allegiance and affection. The word ‘one’ or ‘alone’ implies monotheism, even if it does not state it with all the subtleties of theological formulation. Biblical monotheism was given a practical and existential expression which would lead to the abandonment of such views as monolatry. Even if some in Israel acknowledged the existence of other gods, the affirmation that Yahweh alone was Sovereign and the sole object of Israel’s obedience sounded the death-knell to all views lesser than monotheism.” [= Terjemahan manapun yang dipilih, arti hakikinya adalah jelas. Yahweh harus menjadi obyek satu-satunya dari penyembahan, kesetiaan, dan kasih Israel. Kata ‘satu’ atau ‘saja’ secara implicit menunjuk pada monotheisme, sekalipun itu tidak menyatakannya dengan semua kehalusan / ketajaman dari formula theologia.] - ‘Tyndale Old Testament Commentaries’. 

    Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian yang saya garis-bawahi. 

    5. Para ahli theologia. 

    Calvin, Louis Berkhof, R. L. Dabney, Charles Hodge, W. G. T. Shedd, John Murray, Herman Bavinck, Herman Hoeksema, B. B. Warfield, A. H. Strong, tidak menggunakan perbedaan kata EKHAD dan YAKHID sebagai dasar dari doktrin Allah Tritunggal. Ini saya cari dalam buku-buku mereka dimana mereka membahas tentang Tritunggal, atau tentang Ul 6:4, dan saya tidak menemukan bahwa mereka menggunakan hal ini sebagai argumentasi untuk mendukung doktrin Allah Tritunggal. Ul 6:4 hanya digunakan untuk menunjukkan keesaan Allah, dan tidak lebih dari itu. 

    Yang menggunakan argumentasi EKHAD dan YAKHID itu untuk mendukung doktrin Allah Tritunggal adalah Loraine Boettner, dalam bukunya ‘Studies in Theology’. 

    Loraine Boettner: “Jewish Misunderstanding of the Doctrine. The Christian doctrine of the Trinity has been generally misunderstood among the Jewish people, with the result that they believe we worship three Gods. To set forth this idea and the reason for its strong hold on the Jewish people to-day we propose to quote rather extensively from the writings of one who is in a position to understand the problem, - from the writings of Ex-Rabbi Leopold Cohn. Says he: "The reason that the Jews have become estranged from the doctrine of the Triune God is found in the teachings of Moses Maimonides. He compiled thirteen articles of faith which the Jews accepted and incorporated into their liturgy. One of them is ‘I believe with a perfect faith that the Creator, blessed be His name, is an absolute one’ (Hebrew, ‘Yachid’). This has been repeated daily by Jews in their prayers, ever since the twelfth century, when Moses Maimonides lived. This expression of an ‘absolute one’ is diametrically opposed to the word of God which teaches with great emphasis that God is not a ‘Yachid,’ which means an only one, or an ‘absolute one,’ but ‘achid,’ which means a united one. In Deuteronomy 6:4 God laid down for His people a principle of faith, which is certainly superior to that of Moses Maimonides, inasmuch as it comes from God Himself. We read, ‘Hear O Israel, the Lord our God, the Lord is ONE,’ stressing the sense of the phrase ‘one’ by using not ‘yachid,’ which Moses Maimonides does, but ‘achid,’ which means a united one. "We want now to trace where these two words, ‘yachid’ and ‘achid,’ occur in the Old Testament and in what connection and sense they are used, and thus ascertain their true meaning. "In Genesis I we read, ‘And there was evening and there was morning, one day.’ Here the word ‘achid’ is used, which implies that the evening and the morning - two separate objects - are called one, thus showing plainly that the word ‘achid’ does not mean an ‘absolute one,’ but a united one. Then in Genesis 2:24 we read, ‘Therefore shall a man leave his father and his mother and shall cleave unto his wife, and they shall be one flesh.’ Here too the word ‘achid’ is used, furnishing another proof that it means a united one, referring, as it does in this case, to two separate persons. "Now let us see in the Word of God where that expression ‘yachid,’ an ‘absolute one,’ is found. In Genesis 22:2 God says to Abraham, ‘Take now thy son, thine only son.’ Here we read the word ‘yachid.’ The same identical word, ‘yachid,’ is repeated in the 12th verse of the same chapter. In Psalm 25:16 it is again applied to a single person as also in Jeremiah 6:26, where we read, ‘Make thee mourning as for an only son.’ The same word, conveying the sense of one only, occurs in Zechariah 12:10, ‘And they shall look upon me whom they have pierced, and they shall mourn for Him as one mourneth for his only son.’ "Thus we see that Moses Maimonides, with all his great wisdom and much learning, made a serious mistake in prescribing for the Jews that confession of faith in which it is stated that God is a ‘yachid,’ a statement which is absolutely opposed to the Word of God. And the Jews, in blindly following the so-called ‘second Moses’ have once more given evidence of their old proclivities of perverting the Word of the living God. The Holy Spirit made that serious complaint against them through Jeremiah the prophet, saying, ‘For ye have perverted the words of the living God, of the Lord of hosts our God’ (Jer. 23:36).” [= Kesalah-pahaman Yahudi tentang doktrin itu. Doktrin Kristen tentang Tritunggal pada umumnya telah disalah-pahami di antara bangsa Yahudi, dengan akibat bahwa mereka percaya kita menyembah tiga Allah. Untuk menyatakan dengan kata-kata gagasan dan alasan untuk pegangannya yang kuat ini pada bangsa Yahudi jaman sekarang kami mengajukan / mengusulkan untuk mengutip dengan cukup banyak dari tulisan-tulisan dari seseorang yang ada dalam posisi untuk mengerti problem itu, - dari tulisan-tulisan dari seorang ex Rabi Leopold Cohn. Katanya, "Alasan bahwa orang-orang Yahudi telah menjadi bersikap memusuhi / terpisah dari doktrin Allah Tritunggal ditemukan dalam ajaran-ajaran dari Moses Maimonides. Ia mengumpulkan 13 artikel iman yang diterima dan dipersatukan oleh orang-orang Yahudi ke dalam liturgi mereka. Salah satu dari mereka adalah ‘Aku percaya dengan suatu iman yang sempurna bahwa sang Pencipta, terpujilah namaNya, adalah suatu satu yang mutlak’ (Ibrani, ‘YAKHID’). Ini telah diulang setiap hari oleh orang-orang Yahudi dalam doa-doa mereka, sejak abad ke 12, pada waktu Moses Maimonides hidup. Ungkapan tentang suatu ‘satu yang mutlak’ bertentangan secara frontal dengan firman Allah yang mengajarkan dengan penekanan yang besar bahwa Allah bukanlah suatu ‘YAKHID’, yang berarti ‘satu-satunya’, atau suatu ‘satu yang mutlak’, tetapi ‘AKHID’, yang berarti suatu ‘satu gabungan’. Dalam Ul 6:4 Allah meletakkan untuk umatNya suatu prinsip dari iman, yang pasti lebih tinggi dari milik Moses Maimonides, karena itu datang dari Allah sendiri. Kami / kita membaca, ‘Dengarlah hai Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan adalah SATU’, menekankan arti dari ungkapan ‘satu’ dengan tidak menggunakan ‘YAKHID’, yang Moses Maimonides lakukan, tetapi ‘AKHID’, yang berarti suatu ‘satu gabungan’. "Sekarang kami ingin menelusuri dimana dua kata ini, ‘YAKHID’ dan ‘AKHID’, muncul dalam Perjanjian Lama dan dalam hubungan dan arti apa mereka digunakan, dan dengan demikian menemukan / memastikan arti mereka yang benar. "Dalam Kej 1 kita / kami membaca, ‘Dan jadilah petang dan jadilah pagi, satu hari’. Di sini kata ‘AKHID’ digunakan, yang menunjukkan secara implicit bahwa petang dan pagi - dua obyek yang terpisah - disebut SATU, dengan demikian menunjukkan dengan jelas bahwa kata ‘AKHID’ tidak berarti suatu ‘satu yang mutlak’, tetapi suatu ‘satu gabungan’. Lalu dalam Kej 2:24 kami / kita membaca, ‘Karena itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan akan bersatu dengan istrinya, dan mereka akan menjadi SATU daging’. Di sini juga kata ‘AKHID’ digunakan, menyediakan / memberikan bukti yang lain bahwa itu berarti suatu ‘satu gabungan’, menunjuk, seperti yang dilakukan dalam kasus ini, pada dua pribadi yang terpisah. "Sekarang mari kita melihat dalam Firman Allah dimana ungkapan ‘YAKHID’, suatu ‘satu yang mutlak’, ditemukan. Dalam Kej 22:2 Allah berkata kepada Abraham, ‘Ambillah anakmu, satu-satunya anakmu’. Di sini kami / kita membaca kata ‘YAKHID’. Kata yang identik yang sama, ‘YAKHID’, diulang dalam ayat ke 12 dari pasal yang sama. Dalam Maz 25:16 itu diterapkan lagi pada seorang pribadi tunggal seperti juga dalam Yer 6:26, dimana kami / kita membaca, ‘Berkabunglah seperti untuk seorang anak satu-satunya’. Kata yang sama, memberikan arti dari ‘hanya satu’, muncul dalam Zakh 12:10, ‘Dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan mereka akan berkabung untuk Dia sebagai seseorang berkabung untuk satu-satunya anaknya’. "Jadi kita melihat bahwa Moses Maimonides, dengan semua hikmatnya yang besar dan pengetahuannya yang banyak, membuat suatu kesalahan yang serius dalam merumuskan untuk orang-orang Yahudi pengakuan iman itu dalam mana dinyatakan bahwa Allah adalah suatu ‘YAKHID’, suatu pernyataan yang secara mutlak bertentangan dengan Firman Allah. Dan orang-orang Yahudi, dalam mengikuti secara membuta orang yang disebut ‘Musa kedua’ telah sekali lagi memberikan bukti dari kecenderungan alamiah kuno mereka tentang penyimpangan Firman dari Allah yang hidup. Roh Kudus membuat keluhan / pengaduan serius itu terhadap mereka melalui Yeremia sang nabi, dengan berkata, ‘Karena kamu telah menyimpangkan firman dari Allah yang hidup, dari Tuhan semesta alam Allah kita’ (Yer 23:36).] - ‘Studies in Theology’, hal 104-105. 

    Catatan: semua kata AKHID dalam kutipan di atas ini seharusnya adalah EKHAD!!! 

    Saya tidak mengerti bagaimana Loraine Boettner bisa membuat kesalahan seperti itu. Pada waktu ia mengutip kata-kata dari orang yang katanya adalah seorang ex rabi, apakah ia tak mengecek kata-kata itu? Dan lebih-lebih lagi, bagaimana mungkin seorang rabi Yahudi bisa membuat kesalahan seperti itu? Rasanya sama sekali tidak masuk akal. Atau mungkin sang ex rabi menuliskan kata EKHAD itu dalam bahasa Ibrani dan Loraine Boettner tak bisa bahasa Ibrani sehingga membacanya secara salah? 

    Pdt. Stephen Tong dalam bukunya tentang Tritunggal, juga menggunakan argumentasi ini, yang jelas-jelas didapatkan dari Loraine Boettner. 

    Dosen theologia saya di RTS (Dr. Douglas Kelly) juga menggunakan argumentasi EKHAD dan YAKHID sebagai dasar dari doktrin Allah Tritunggal. Tetapi mengingat ia juga menggunakan buku-buku Loraine Boettner, mungkin sekali ia mendapatkannya dari sana. 

    Kesimpulan akhir tentang argumentasi berdasarkan kata EKHAD dalam Ul 6:4 ini: argumentasi ini mungkin tetap bisa digunakan, tetapi mengingat rumitnya arti kata-kata itu, lebih-lebih kalau sudah masuk ke dalam Perjanjian Baru, maka saya cenderung untuk tidak menggunakannya sebagai argumentasi untuk mendukung doktrin Allah Tritunggal. 

    Ini tentu tidak berarti bahwa saya tidak mempercayai doktrin Allah Tritunggal. Kepercayaan saya terhadap doktrin Allah Tritunggal tetap tak tergoyahkan karena ada sangat banyak argumentasi-argumentasi yang lain. 

    Ini juga tidak berarti saya menerima argumentasi dari Saksi-Saksi Yehuwa yang saya berikan pada awal dari point ini (session 8). Argumentasi itu mutlak salah, dan bersifat mendustai. 

    Jadi apa yang saya tegaskan di sini sebagai kesimpulan adalah: hanya satu argumentasi ini saja, yang dulunya sangat sering saya gunakan untuk mendukung doktrin Allah Tritunggal, tetapi sekarang setelah mendalaminya, saya cenderung untuk tidak menggunakannya lagi. 

    -bersambung-
    -BUKTI ALLAH TRITUNGGAL-
    -o0o-
    Next Post Previous Post