2 Korintus 2:15-16: Bau Harum Kristus dalam Dunia

Pendahuluan
Dalam 2 Korintus 2:15-16, Rasul Paulus menggambarkan pelayanan Injil sebagai suatu bau harum yang berdampak berbeda bagi orang yang percaya dan yang menolak Kristus. Ayat ini berbicara tentang bagaimana kehidupan dan pemberitaan orang percaya memancarkan pengaruh yang berbeda bagi dua kelompok manusia—mereka yang diselamatkan dan mereka yang binasa.
Ayat-ayat ini berbunyi:
"Sebab, kami adalah bau harum Kristus bagi Allah di antara mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang sedang binasa." (2 Korintus 2:15, AYT)
"Bagi yang satu, kami adalah bau kematian untuk kematian, dan bagi yang lain, bau kehidupan untuk kehidupan. Namun, siapakah yang sanggup untuk hal-hal ini?" (2 Korintus 2:16, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna ayat ini dalam perspektif teologi Reformed, melihat konteks historisnya, serta bagaimana penerapannya dalam kehidupan Kristen masa kini.
I. Konteks Historis dan Latar Belakang Surat 2 Korintus
Surat 2 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus untuk meneguhkan hubungannya dengan jemaat di Korintus dan membela kerasulannya dari tuduhan orang-orang yang menentangnya. Kota Korintus sendiri adalah pusat perdagangan dan kebudayaan di Kekaisaran Romawi, tetapi juga terkenal dengan moralitas yang bejat dan penyembahan berhala.
Dalam pasal 2, Paulus berbicara tentang kesulitan dan penderitaan dalam pelayanan, tetapi juga tentang kemenangan Kristus yang dinyatakan melalui pemberitaan Injil. Gambaran "bau harum" yang ia gunakan kemungkinan besar merujuk pada praktik pawai kemenangan Romawi, di mana para jenderal yang menang akan berparade di jalan-jalan dengan dupa yang dibakar sebagai tanda kemenangan.
Bagi mereka yang ditaklukkan, bau itu adalah tanda hukuman dan kematian. Tetapi bagi rakyat Romawi, itu adalah aroma kemenangan. Demikian pula, Injil adalah kabar baik bagi mereka yang percaya, tetapi menjadi penghakiman bagi mereka yang menolaknya.
II. Eksposisi 2 Korintus 2:15-16 dalam Perspektif Teologi Reformed
1. "Sebab, kami adalah bau harum Kristus bagi Allah" (2 Korintus 2:15)
Frasa ini menunjukkan bahwa hidup dan pelayanan orang percaya memiliki aroma rohani yang membawa kemuliaan bagi Allah. Paulus menyebut orang percaya sebagai bau harum Kristus, yang berarti bahwa kehidupan mereka menyatakan pengorbanan Kristus kepada dunia.
John Calvin dalam komentarnya menekankan bahwa ini menunjukkan bagaimana hidup orang percaya harus menjadi saksi nyata dari kasih karunia Allah. Calvin menulis:
“Sebagaimana dupa harum yang dipersembahkan di hadapan Allah dalam ibadah di Bait Suci, demikian juga kehidupan orang percaya adalah persembahan yang menyenangkan bagi-Nya.”
Dalam teologi Reformed, konsep ini berkaitan erat dengan soli Deo gloria, yaitu bahwa seluruh hidup kita adalah untuk kemuliaan Allah.
2. "Di antara mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang sedang binasa"
Paulus dengan jelas membagi dunia menjadi dua kelompok:
- Mereka yang diselamatkan – Orang-orang yang percaya kepada Injil dan menerima keselamatan dalam Kristus.
- Mereka yang sedang binasa – Mereka yang menolak Injil dan tetap berada di bawah hukuman dosa.
R.C. Sproul dalam bukunya Chosen by God menjelaskan bahwa ini menunjukkan bagaimana anugerah Allah bekerja secara berbeda bagi orang percaya dan orang tidak percaya. Sproul menulis:
“Bagi mereka yang dipilih oleh Allah, Injil adalah kuasa yang menyelamatkan. Tetapi bagi yang menolaknya, itu adalah kebodohan yang membawa kepada kebinasaan.”
Dalam perspektif Reformed, ini menegaskan doktrin predestinasi, di mana Allah telah menetapkan mereka yang akan menerima Injil dan mereka yang akan tetap dalam hukuman karena dosa mereka.
3. "Bagi yang satu, kami adalah bau kematian untuk kematian" (2 Korintus 2:16a)
Bagi mereka yang menolak Kristus, pemberitaan Injil justru menjadi bau kematian yang mengarah kepada penghakiman. Ini mirip dengan orang yang mencium bau api tetapi tetap memilih untuk tetap tinggal dalam rumah yang terbakar.
John MacArthur dalam komentarnya tentang ayat ini menulis:
“Banyak orang menolak Injil bukan karena mereka tidak mengerti, tetapi karena mereka tidak ingin tunduk kepada kebenaran Allah. Bagi mereka, Injil adalah kebodohan yang membawa mereka kepada kebinasaan.”
Ini mengingatkan kita bahwa pemberitaan Injil bukan hanya membawa keselamatan, tetapi juga mengungkapkan hati manusia yang keras terhadap Allah.
4. "Bagi yang lain, bau kehidupan untuk kehidupan" (2 Korintus 2:16b)
Sebaliknya, bagi mereka yang percaya, Injil adalah bau kehidupan yang membawa kepada kehidupan kekal. Mereka yang diselamatkan oleh anugerah Allah mengenali Injil sebagai kabar baik yang memberikan pengharapan.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menegaskan bahwa Injil bukan hanya membawa kehidupan, tetapi juga memelihara dan memperkuat kehidupan rohani orang percaya.
“Injil bukan hanya pintu masuk kepada kehidupan, tetapi juga udara yang harus dihirup oleh umat Allah setiap hari.”
Ini menunjukkan bahwa keselamatan bukan hanya keputusan sekali waktu, tetapi perjalanan iman yang terus bertumbuh dalam Kristus.
5. "Namun, siapakah yang sanggup untuk hal-hal ini?" (2 Korintus 2:16c)
Paulus mengakhiri ayat ini dengan pertanyaan retoris, yang menunjukkan bahwa pelayanan Injil adalah tugas yang sangat berat dan hanya dapat dilakukan dengan kuasa Allah.
J.I. Packer dalam Evangelism and the Sovereignty of God menulis bahwa pemberitaan Injil bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan manusia dengan kekuatan sendiri, tetapi bergantung pada pekerjaan Roh Kudus.
“Tugas kita adalah setia dalam memberitakan Injil, tetapi hanya Allah yang bisa memberikan pertumbuhan dan keselamatan.”
Dalam perspektif Reformed, ini menegaskan bahwa keberhasilan pemberitaan Injil bukan tergantung pada manusia, tetapi pada kedaulatan Allah dalam menarik orang kepada-Nya.
III. Makna Teologis 2 Korintus 2:15-16 Bau Harum Kristus dalam Dunia
1. Makna Bau Harum dalam Konteks Alkitab
Metafora "bau harum" dalam ayat ini memiliki akar dalam Perjanjian Lama, terutama dalam konteks persembahan korban yang dipersembahkan kepada Allah. Dalam Imamat 1:9, korban yang dipersembahkan disebut sebagai “bau yang menyenangkan bagi TUHAN.”
Menurut John MacArthur, dalam Perjanjian Baru, bau harum ini melambangkan kehidupan yang dikuduskan bagi Tuhan, yang berarti bahwa setiap tindakan, perkataan, dan kesaksian kita seharusnya menjadi persembahan yang menyenangkan bagi-Nya.
Paulus menghubungkan konsep ini dengan peran orang percaya sebagai saksi Kristus di dunia. Kehidupan kita sebagai orang Kristen adalah "bau harum" yang menyebarkan Injil kepada orang lain—bagi yang percaya, bau ini menyenangkan, tetapi bagi yang menolak Injil, bau ini menjadi tanda kematian.
2. Bau Harum Kristus: Hidup sebagai Kesaksian bagi Dunia
Menurut Charles Spurgeon, bau harum Kristus melambangkan kehidupan orang percaya yang mencerminkan Kristus dalam segala hal. Hidup kita seharusnya menunjukkan kasih, kesabaran, kebenaran, dan kekudusan, sehingga orang lain dapat melihat Kristus melalui kita.
Yesus berkata dalam Matius 5:16:
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.”
Ketika kita hidup dengan cara yang mencerminkan Kristus, kita menjadi "bau harum" yang menarik orang kepada Tuhan. Namun, tidak semua orang akan menerima bau harum ini dengan baik.
3. Bau Kehidupan dan Bau Kematian: Dua Respons terhadap Injil
Paulus menjelaskan bahwa bau harum Kristus memiliki dua efek yang berlawanan:
- Bagi yang diselamatkan, bau ini adalah bau kehidupan, yaitu kabar baik yang membawa keselamatan.
- Bagi yang binasa, bau ini adalah bau kematian, yaitu pengingat akan penghakiman Tuhan.
Menurut R.C. Sproul, konsep ini mengacu pada realitas bahwa pemberitaan Injil selalu menghasilkan dua respons: menerima Kristus atau menolak-Nya. Injil tidak netral—orang akan diselamatkan atau tetap dalam kebinasaan berdasarkan bagaimana mereka meresponsnya.
Ini sejalan dengan ajaran Yesus dalam Yohanes 3:18:
“Barangsiapa percaya kepada-Nya tidak akan dihukum, tetapi barangsiapa tidak percaya sudah dihukum, karena ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”
4. Tantangan dalam Menjadi Bau Harum Kristus
Di akhir 2 Korintus 2:16, Paulus bertanya, “Namun, siapakah yang sanggup untuk hal-hal ini?”
Menurut Matthew Henry, pertanyaan ini menunjukkan bahwa menjadi "bau harum Kristus" bukanlah tugas yang mudah. Orang percaya akan menghadapi tantangan, seperti:
- Penolakan dan penganiayaan, karena dunia tidak selalu menyambut Injil dengan tangan terbuka.
- Godaan untuk berkompromi, agar dapat diterima oleh dunia.
- Beban tanggung jawab, karena kita dipanggil untuk hidup sebagai saksi Kristus setiap hari.
Namun, dalam ayat-ayat selanjutnya, Paulus menjelaskan bahwa kekuatan untuk menjadi "bau harum Kristus" tidak berasal dari diri kita sendiri, tetapi dari Tuhan yang memampukan kita.
IV. Penerapan 2 Korintus 2:15-16 dalam Kehidupan Kristen
Bagaimana kita dapat menerapkan pelajaran dari 2 Korintus 2:15-16 dalam kehidupan kita sehari-hari?
- Hidup sebagai Bau Harum Kristus – Hidup kita harus mencerminkan karakter Kristus sehingga menjadi saksi bagi dunia (Matius 5:16).
- Tidak Takut akan Penolakan – Banyak orang akan menolak Injil, tetapi kita tetap harus memberitakannya dengan setia.
- Mengandalkan Kuasa Roh Kudus dalam Pelayanan – Kita tidak bisa membawa orang kepada Kristus dengan kekuatan kita sendiri, tetapi harus mengandalkan Roh Kudus.
- Bersyukur atas Anugerah Allah – Jika kita mengenal Kristus, itu bukan karena usaha kita sendiri, tetapi karena anugerah Allah yang menarik kita kepada-Nya (Efesus 2:8-9).
Kesimpulan
2 Korintus 2:15-16 mengajarkan bahwa pemberitaan Injil membawa dua dampak yang berbeda—hidup bagi yang percaya dan kematian bagi yang menolak. Dalam perspektif teologi Reformed, ini menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah, dan tugas kita sebagai orang percaya adalah setia dalam memberitakan kebenaran.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi bau harum Kristus, membawa Injil kepada dunia, dan percaya bahwa Allah yang berdaulat akan menyelamatkan mereka yang telah dipilih-Nya.