Tulisan-Tulisan Anti-Pelagian: Perdebatan Melawan Pelagianisme

Pendahuluan
Salah satu perdebatan teologis terbesar dalam sejarah gereja adalah perdebatan antara ajaran Pelagianisme dan ajaran ortodoksi Kristen yang menolaknya. Tulisan-tulisan anti-Pelagian merujuk pada berbagai karya teolog yang berusaha membantah dan mengoreksi ajaran Pelagius, seorang teolog dari abad ke-4 hingga ke-5 yang mengajarkan bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang cukup untuk mencapai keselamatan tanpa anugerah Allah.
Teologi Reformed, yang sangat dipengaruhi oleh pandangan Augustinus, secara tegas menolak Pelagianisme dan varian-variannya (Semi-Pelagianisme dan Arminianisme). Artikel ini akan menjelaskan tulisan-tulisan anti-Pelagian dalam sejarah gereja, mengapa teologi Reformed menolaknya, serta bagaimana ajaran ini tetap relevan dalam memahami doktrin keselamatan.
1. Siapakah Pelagius dan Apa Itu Pelagianisme?
Pelagius adalah seorang biarawan dan teolog asal Britania yang hidup pada akhir abad ke-4 hingga awal abad ke-5. Ia mengajarkan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan netral, tanpa dosa asal, dan memiliki kebebasan untuk memilih antara kebaikan dan kejahatan tanpa memerlukan anugerah Allah.
Beberapa pokok ajaran Pelagianisme adalah:
-
Tidak Ada Dosa Asal – Pelagius menolak ajaran bahwa dosa Adam diwariskan kepada seluruh umat manusia.
-
Keselamatan Melalui Usaha Sendiri – Manusia dapat mencapai kesempurnaan moral melalui kehendak bebas dan disiplin diri.
-
Anugerah Hanya Sebagai Bantuan – Anugerah Allah bukanlah faktor yang menentukan dalam keselamatan, tetapi sekadar bantuan tambahan.
Ajaran ini dengan cepat mendapat tentangan dari berbagai teolog, terutama Augustinus dari Hippo, yang menulis banyak karya anti-Pelagian untuk menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah, bukan hasil usaha manusia.
2. Tulisan-Tulisan Anti-Pelagian Augustinus
Augustinus dari Hippo (354–430) adalah tokoh utama yang menentang Pelagianisme. Ia menulis banyak karya untuk membantah ajaran Pelagius, dan beberapa di antaranya menjadi fondasi bagi teologi Reformed dalam menolak gagasan keselamatan berdasarkan usaha manusia.
a. "De Peccatorum Meritis et Remissione" (Tentang Dosa dan Pengampunan, 412 M)
Dalam tulisan ini, Augustinus membahas bagaimana dosa asal mempengaruhi seluruh umat manusia dan bagaimana hanya melalui anugerah Allah manusia dapat diselamatkan. Ia menegaskan bahwa:
-
Semua manusia lahir dalam keadaan berdosa (Mazmur 51:5, Roma 5:12).
-
Baptisan bayi diperlukan karena mereka juga mewarisi dosa asal.
-
Pengampunan dosa hanya bisa didapatkan melalui anugerah, bukan perbuatan baik.
b. "De Spiritu et Littera" (Tentang Roh dan Huruf, 412 M)
Augustinus menjelaskan bahwa hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan manusia tanpa anugerah Roh Kudus. Dalam kitab Roma, Paulus dengan jelas mengajarkan bahwa hukum hanya menyadarkan manusia akan dosa, tetapi tidak dapat memberikan kehidupan (Roma 3:20).
c. "De Natura et Gratia" (Tentang Alam dan Anugerah, 415 M)
Tulisan ini secara langsung membantah gagasan Pelagius tentang kodrat manusia. Augustinus menegaskan bahwa:
-
Kodrat manusia setelah kejatuhan sudah tercemar oleh dosa.
-
Tanpa anugerah, manusia tidak mungkin memilih Allah.
-
Keselamatan hanya mungkin terjadi melalui anugerah Allah yang bekerja dalam hati manusia.
d. "De Correptione et Gratia" (Tentang Teguran dan Anugerah, 426 M)
Augustinus menulis bahwa sekalipun Allah menegur dan mengundang semua orang kepada keselamatan, hanya mereka yang dipilih oleh Allah dalam kedaulatan-Nya yang akan menerima anugerah yang menyelamatkan.
3. Konsili-Konsili Gereja Melawan Pelagianisme
Gereja secara resmi mengecam Pelagianisme dalam beberapa konsili:
a. Konsili Kartago (418 M)
Konsili ini secara resmi menyatakan bahwa:
-
Manusia tidak dapat mencapai keselamatan tanpa anugerah Allah.
-
Dosa asal benar-benar ada dan diwariskan dari Adam.
-
Baptisan bayi diperlukan untuk menghapus dosa asal.
b. Konsili Efesus (431 M)
Konsili ini kembali menegaskan bahwa ajaran Pelagianisme adalah bidah dan menolaknya secara resmi.
4. Tulisan-Tulisan Anti-Pelagian dalam Tradisi Reformed
Teologi Reformed, yang sangat dipengaruhi oleh Augustinus, meneruskan warisan tulisan-tulisan anti-Pelagian. Reformator seperti Martin Luther, John Calvin, dan para teolog Westminster terus menegaskan bahwa keselamatan hanya oleh anugerah.
a. Martin Luther: "The Bondage of the Will" (1525)
Luther menulis buku ini untuk menentang Erasmus yang mendukung gagasan kehendak bebas. Luther dengan tegas menyatakan bahwa:
-
Kehendak manusia terikat oleh dosa.
-
Tidak ada yang dapat memilih Allah kecuali Allah terlebih dahulu mengubah hati manusia.
-
Keselamatan adalah hasil dari anugerah yang berdaulat.
b. John Calvin: "Institutes of the Christian Religion" (1536)
Calvin memperdalam ajaran Augustinus tentang predestinasi dan menyatakan bahwa:
-
Manusia sepenuhnya rusak oleh dosa asal (total depravity).
-
Keselamatan diberikan hanya kepada mereka yang dipilih Allah (unconditional election).
-
Anugerah yang menyelamatkan adalah tidak tertolak (irresistible grace).
c. Sinode Dordrecht (1618–1619) dan Canons of Dort
Sinode ini diadakan untuk menolak ajaran Arminianisme, yang dianggap sebagai bentuk baru dari Semi-Pelagianisme. Hasilnya adalah perumusan Lima Poin Calvinisme (TULIP) yang menegaskan:
-
Total depravity (Kerusakan total manusia).
-
Unconditional election (Pemilihan tanpa syarat).
-
Limited atonement (Penebusan terbatas bagi orang pilihan).
-
Irresistible grace (Anugerah yang tidak dapat ditolak).
-
Perseverance of the saints (Ketekunan orang kudus).
5. Mengapa Tulisan-Tulisan Anti-Pelagian Masih Relevan?
a. Menjaga Kemurnian Injil
Pelagianisme mengajarkan bahwa manusia dapat menyelamatkan dirinya sendiri, sedangkan Injil mengajarkan bahwa keselamatan hanya oleh anugerah Allah melalui iman (Efesus 2:8-9).
b. Melawan Teologi yang Berpusat pada Manusia
Banyak gereja modern mengajarkan bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang menentukan keselamatan. Ini adalah bentuk Semi-Pelagianisme yang harus ditolak oleh gereja.
c. Menegaskan Kedaulatan Allah
Tulisan-tulisan anti-Pelagian mengingatkan kita bahwa hanya Allah yang berkuasa atas keselamatan dan bahwa manusia tidak dapat memilih Allah tanpa karya Roh Kudus.
Kesimpulan
Tulisan-tulisan anti-Pelagian, terutama dari Augustinus, Luther, Calvin, dan para teolog Reformed, terus menjadi pijakan bagi pemahaman yang benar tentang keselamatan. Pelagianisme dan Semi-Pelagianisme masih mempengaruhi banyak pemikiran teologi modern, tetapi gereja harus tetap teguh dalam ajaran bahwa keselamatan adalah hasil dari anugerah Allah, bukan usaha manusia.
Teologi Reformed tetap berpegang pada kebenaran bahwa hanya melalui anugerah Allah manusia dapat diselamatkan. Dengan memahami tulisan-tulisan anti-Pelagian, kita dapat terus berpegang pada Injil sejati yang diajarkan dalam Alkitab.