Yakobus 2:5: Pilihan Allah atas Orang Miskin
.jpg)
Pendahuluan
Yakobus 2:5 berbunyi:
“Saudara-saudara yang kukasihi, dengarkanlah! Bukankah Allah telah memilih orang yang miskin di mata dunia untuk menjadi kaya dalam iman dan mewarisi Kerajaan Allah yang telah Dia janjikan kepada mereka yang mengasihi Dia?” (Yakobus 2:5, AYT)
Ayat ini merupakan bagian dari peringatan Yakobus kepada jemaat tentang dosa pilih kasih. Yakobus menegur sikap jemaat yang menghormati orang kaya sementara mengabaikan atau merendahkan orang miskin. Dalam eksposisi ini, kita akan membahas ayat ini berdasarkan pandangan beberapa teolog Reformed seperti John Calvin, Matthew Henry, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita juga akan melihat implikasi teologis dan aplikatifnya dalam kehidupan gereja masa kini.
Konteks Yakobus 2:5
Yakobus 2:1-13 membahas dosa favoritisme di dalam gereja. Yakobus mengecam praktik di mana orang kaya diberikan kehormatan lebih, sementara orang miskin diperlakukan dengan rendah. Dalam ayat 5, Yakobus menekankan bahwa Allah justru memilih orang miskin untuk menjadi pewaris Kerajaan-Nya.
Penting untuk dicatat bahwa Alkitab tidak mengajarkan bahwa setiap orang miskin otomatis lebih saleh daripada orang kaya. Sebaliknya, Yakobus ingin menegaskan bahwa dalam kebijaksanaan Allah, Dia sering kali memilih orang-orang yang tidak memiliki kekuatan duniawi untuk menunjukkan kemuliaan-Nya.
Eksposisi Yakobus 2:5
1. “Saudara-saudara yang kukasihi, dengarkanlah!”
Yakobus membuka ayat ini dengan seruan yang penuh kasih dan otoritas. Ungkapan "Saudara-saudara yang kukasihi" menunjukkan bahwa ia berbicara kepada orang-orang percaya dengan nada pastoral. Kata "dengarkanlah" menandakan bahwa ia akan menyampaikan sesuatu yang sangat penting.
Menurut John Calvin, Yakobus menggunakan panggilan ini untuk menarik perhatian jemaat kepada kebenaran yang sering diabaikan. Calvin menulis:
"Allah tidak menghakimi seperti manusia; Dia melihat hati dan bukan kedudukan duniawi. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam standar dunia yang salah."
Yakobus ingin agar jemaat tidak tertipu oleh nilai-nilai dunia yang sering mengutamakan kekayaan dan status sosial.
2. “Bukankah Allah telah memilih orang yang miskin di mata dunia…”
Yakobus menyatakan bahwa Allah telah memilih orang miskin di mata dunia untuk menerima berkat rohani yang besar. Ini sejalan dengan banyak bagian lain dalam Alkitab yang menunjukkan bagaimana Allah sering kali memakai orang-orang yang dianggap lemah oleh dunia untuk melaksanakan rencana-Nya (1 Korintus 1:27-29).
R.C. Sproul menekankan bahwa pilihan Allah atas orang miskin tidak berarti bahwa hanya orang miskin yang bisa diselamatkan. Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa Allah tidak terikat oleh standar dunia. Sproul menulis:
"Dalam kebijaksanaan-Nya, Allah sering kali memilih mereka yang tidak memiliki apa-apa secara duniawi agar mereka bergantung sepenuhnya kepada-Nya."
Ini juga mengingatkan kita pada Khotbah di Bukit, di mana Yesus berkata:
"Berbahagialah orang yang miskin dalam roh, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga." (Matius 5:3)
Ketika seseorang miskin secara materi, ia lebih mungkin untuk menyadari ketergantungannya kepada Tuhan. Sebaliknya, kekayaan sering kali membuat seseorang merasa cukup dengan dirinya sendiri dan sulit untuk bersandar kepada Tuhan (Matius 19:23-24).
3. “…untuk menjadi kaya dalam iman…”
Yakobus menegaskan bahwa Allah memilih orang miskin untuk menjadi kaya dalam iman. Ini berarti bahwa kekayaan sejati bukanlah dalam harta duniawi, tetapi dalam hubungan dengan Tuhan.
Menurut Matthew Henry, kekayaan iman adalah kekayaan yang sejati karena itu adalah sesuatu yang tidak bisa dicuri atau hilang. Henry menulis:
"Orang miskin yang memiliki iman lebih kaya daripada orang kaya yang tidak memiliki iman, karena mereka memiliki Kristus, yang adalah harta terbesar dari semuanya."
Dalam teologi Reformed, konsep ini juga berhubungan dengan doktrin anugerah pemilihan Allah. Allah memilih orang-orang, bukan berdasarkan status mereka, tetapi berdasarkan kehendak-Nya yang berdaulat.
4. “…dan mewarisi Kerajaan Allah yang telah Dia janjikan kepada mereka yang mengasihi Dia?”
Yakobus mengakhiri ayat ini dengan janji besar: mewarisi Kerajaan Allah. Ini berarti bahwa mereka yang percaya kepada Kristus akan menerima kehidupan kekal dan menjadi bagian dari pemerintahan-Nya yang kekal.
Menurut Martyn Lloyd-Jones, warisan ini bukan hanya sesuatu yang akan datang di masa depan, tetapi juga sesuatu yang bisa dinikmati dalam kehidupan sekarang melalui sukacita, damai sejahtera, dan pemeliharaan Tuhan.
Aplikasi bagi Gereja Masa Kini
1. Jangan Memperlakukan Orang Berdasarkan Status Duniawi
Banyak gereja hari ini masih berjuang dengan masalah favoritisme. Orang kaya sering diberikan posisi kehormatan, sementara orang miskin diabaikan. Yakobus mengingatkan kita bahwa Allah tidak memilih berdasarkan status duniawi, sehingga kita pun harus memperlakukan semua orang dengan kasih yang sama.
John Calvin memperingatkan bahwa gereja yang lebih memperhatikan orang kaya telah menyimpang dari kebenaran Injil. Ia menulis:
"Jika kita lebih menghormati mereka yang kaya dalam dunia ini daripada mereka yang kaya dalam iman, kita telah menukar standar Allah dengan standar manusia."
2. Kekayaan Sejati Adalah Iman dalam Kristus
Di dunia yang materialistis ini, banyak orang mengejar kekayaan sebagai tujuan utama hidup. Namun, Yakobus mengingatkan kita bahwa kekayaan iman lebih berharga daripada kekayaan materi.
Menurut R.C. Sproul, kita harus mendidik jemaat untuk lebih menghargai warisan rohani mereka daripada harta duniawi. Gereja harus menekankan bahwa iman kepada Kristus adalah kekayaan yang sejati.
3. Fokus pada Warisan Kekal, Bukan Hanya Kehidupan Duniawi
Banyak orang Kristen terlalu sibuk dengan kehidupan duniawi sehingga melupakan janji Allah tentang Kerajaan-Nya. Yakobus mengingatkan bahwa orang percaya harus hidup dengan perspektif kekekalan.
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa orang percaya harus memiliki pola pikir surgawi. Ia menulis:
"Kita harus selalu mengingat bahwa kehidupan ini hanya sementara, tetapi Kerajaan Allah bersifat kekal. Kita harus hidup dengan perspektif bahwa kita adalah warga negara surga."
Gereja harus terus mengingatkan jemaat bahwa hidup ini bukanlah tujuan akhir, tetapi hanyalah persiapan untuk kerajaan yang akan datang.
Kesimpulan
Yakobus 2:5 mengajarkan bahwa Allah memilih orang miskin di mata dunia untuk menjadi kaya dalam iman dan mewarisi Kerajaan-Nya.
Beberapa pelajaran utama yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah:
- Allah tidak memilih berdasarkan status duniawi, tetapi berdasarkan kehendak-Nya yang berdaulat.
- Kekayaan iman lebih berharga daripada kekayaan materi.
- Gereja harus menolak favoritisme dan memperlakukan semua orang dengan kasih yang sama.
- Kita harus hidup dengan fokus pada warisan kekal, bukan hanya pada kehidupan duniawi.
Sebagai orang percaya, kita harus selalu bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita lebih menghargai harta duniawi atau harta rohani? Apakah kita memandang orang lain dengan cara yang sama seperti Allah memandang mereka?
Kiranya Roh Kudus menolong kita untuk memahami dan menerapkan firman-Nya dalam kehidupan kita.
Soli Deo Gloria!