Yesus Melayani, Bukan Mencari Popularitas

Yesus Melayani, Bukan Mencari Popularitas

Pendahuluan:

Yesus Kristus adalah tokoh sentral dalam Kekristenan yang dikenal karena pelayanan-Nya yang penuh kasih, kerendahan hati, dan pengorbanan. Meskipun memiliki kuasa untuk melakukan mukjizat besar, menarik banyak pengikut, dan bahkan menggemparkan dunia, Yesus tidak pernah mencari popularitas. Sebaliknya, Ia berfokus pada misi-Nya: melayani manusia dan menggenapi kehendak Bapa di surga.

Banyak pakar teologi menekankan bahwa Yesus berbeda dari pemimpin dunia pada umumnya yang mengejar ketenaran dan pengaruh. Ia menolak kemuliaan duniawi dan memilih jalan salib sebagai bukti cinta-Nya kepada manusia. Artikel ini akan menggali lebih dalam bagaimana Yesus melayani tanpa mencari popularitas berdasarkan pendapat beberapa pakar teologi serta referensi dari Alkitab.

1. Yesus Menolak Popularitas Duniawi

a. Menolak Didorong oleh Publik untuk Berkuasa

Beberapa kali dalam Injil, Yesus menolak usaha orang-orang yang ingin menjadikan-Nya raja atau pemimpin duniawi. Yohanes 6:15 mencatat:

"Karena Yesus tahu bahwa mereka akan datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir lagi ke gunung seorang diri."

Menurut Dr. Craig Keener, seorang pakar Perjanjian Baru, Yesus memahami bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini (Yohanes 18:36). Keputusan-Nya untuk menolak gelar raja menunjukkan bahwa tujuan-Nya bukanlah membangun kekuasaan politik, melainkan membawa keselamatan bagi umat manusia.

b. Perintah untuk Tidak Mempublikasikan Mukjizat-Nya

Beberapa kali Yesus memerintahkan orang-orang yang disembuhkan untuk tidak memberitakan tentang mukjizat-Nya. Misalnya, dalam Markus 1:43-44, Yesus menyembuhkan seorang penderita kusta dan berkata:

"Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk penyucianmu persembahan yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka."

Menurut William Lane, seorang teolog terkemuka, tindakan ini dikenal sebagai "Messianic Secret" (rahasia Mesianik). Yesus tidak ingin orang-orang hanya mengikuti-Nya karena mukjizat, tetapi karena mereka benar-benar memahami pesan-Nya tentang pertobatan dan kerajaan Allah.

2. Pelayanan Yesus Berfokus pada Pengorbanan, Bukan Kepopuleran

a. Pelayanan Yesus Berpusat pada Kasih dan Kerendahan Hati

Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai seorang hamba. Dalam Markus 10:45, Ia berkata:

"Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Teolog John Stott menegaskan bahwa inti pelayanan Yesus adalah kerendahan hati dan pengorbanan, bukan pencarian ketenaran atau kehormatan manusia. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:14-15) sebagai contoh bagaimana pemimpin sejati seharusnya melayani, bukan mencari penghormatan.

b. Menyentuh dan Melayani yang Terpinggirkan

Yesus tidak berusaha mendekati orang-orang berkuasa atau mencari perhatian dari kelompok elit. Sebaliknya, Ia lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang yang terpinggirkan, seperti:

  • Orang sakit dan cacat (Matius 8:1-4)
  • Wanita yang dianggap rendah dalam masyarakat (Yohanes 4:7-26)
  • Pemungut cukai dan pendosa (Lukas 19:1-10)

Menurut N.T. Wright, seorang sarjana Alkitab, pelayanan Yesus yang inklusif ini membuktikan bahwa misi-Nya adalah menyelamatkan mereka yang terhilang, bukan mengumpulkan pengaruh politik atau sosial.

3. Yesus Menghadapi Penolakan daripada Mencari Pengakuan

a. Yesus Tidak Takut Ditolak karena Kebenaran

Jika tujuan Yesus adalah menjadi populer, Ia pasti akan berusaha menyenangkan semua orang. Namun, realitasnya, Yesus sering kali menyampaikan kebenaran yang keras dan menegur dosa, yang membuat-Nya ditolak banyak orang, termasuk pemimpin agama Yahudi.

Dalam Yohanes 6:60-66, banyak pengikut meninggalkan-Nya setelah mendengar pengajaran yang sulit mereka terima. Yesus tidak mencoba menarik mereka kembali dengan kompromi, tetapi tetap teguh pada kebenaran.

D.A. Carson, seorang teolog terkenal, mengatakan bahwa Yesus lebih memilih kesetiaan kepada kebenaran daripada popularitas di mata manusia. Ia memahami bahwa kepopuleran bisa bersifat sementara, tetapi kebenaran Allah bersifat kekal.

b. Yesus Tidak Menghindari Penderitaan dan Salib

Yesus tahu bahwa jalan-Nya akan berakhir di kayu salib, bukan di tahta kerajaan duniawi. Dalam Matius 16:21, Yesus mengajarkan murid-murid-Nya bahwa Ia harus menderita, ditolak, dan disalibkan.

Menurut Dietrich Bonhoeffer, seorang teolog Jerman, Yesus memberikan contoh sejati dari pelayanan yang berorientasi pada pengorbanan. Pelayanan sejati bukanlah mencari pengakuan, tetapi siap untuk menanggung penderitaan demi kebenaran.

4. Pelajaran bagi Orang Percaya: Mengikuti Yesus dalam Pelayanan Sejati

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk meneladani pelayanan-Nya yang rendah hati. Beberapa prinsip utama yang bisa kita pelajari dari Yesus adalah:

a. Melayani dengan Motivasi yang Benar

Dalam Matius 6:1, Yesus mengingatkan:

"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga."

John Piper menekankan bahwa pelayanan sejati harus berfokus pada kemuliaan Allah, bukan pengakuan manusia.

b. Menjangkau Orang yang Terpinggirkan

Yesus mengutamakan pelayanan kepada mereka yang dianggap rendah oleh dunia. Gereja dan orang percaya harus memiliki hati yang sama, tidak hanya mencari pengakuan di kalangan orang-orang terkemuka, tetapi juga menjangkau mereka yang terlupakan.

c. Setia pada Kebenaran, Meskipun Tidak Populer

Seperti Yesus yang tidak kompromi dengan kebenaran hanya demi diterima orang banyak, kita juga dipanggil untuk tetap teguh dalam iman, meskipun menghadapi penolakan.

Kesimpulan

Yesus Kristus adalah teladan pelayanan sejati yang tidak mencari popularitas duniawi. Ia menolak kemuliaan dunia, melayani dengan kasih dan kerendahan hati, serta tetap setia pada misi-Nya meskipun menghadapi penolakan dan penderitaan.

Para pakar teologi menegaskan bahwa pelayanan sejati tidak diukur dari ketenaran, tetapi dari kesetiaan kepada Allah, pengorbanan bagi sesama, dan ketaatan kepada kehendak Bapa.

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk meneladani sikap-Nya dalam melayani: bukan mencari popularitas, tetapi setia kepada panggilan Allah dalam hidup kita.

Next Post Previous Post