Yohanes 14:28-31: Peneguhan Kristus tentang Perpisahan dan Kedaulatan-Nya

Yohanes 14:28-31: Peneguhan Kristus tentang Perpisahan dan Kedaulatan-Nya

Pendahuluan

Yohanes 14:28-31 adalah bagian dari pengajaran Yesus dalam Perjamuan Malam Terakhir. Dalam perikop ini, Yesus menghibur murid-murid-Nya dengan janji kepulangan-Nya kepada Bapa dan menegaskan otoritas-Nya atas kuasa dunia ini. Ayat-ayat ini menjadi bagian penting dalam doktrin Kristologi, khususnya dalam pemahaman hubungan antara Yesus dan Bapa serta kemenangan-Nya atas kuasa kegelapan.

Artikel ini akan mengeksposisi Yohanes 14:28-31 berdasarkan perspektif beberapa pakar teologi Reformed, termasuk John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan beberapa teolog lainnya.

Teks Yohanes 14:28-31 (AYT)

28 Kamu telah mendengar bahwa Aku berkata kepadamu, ‘Aku akan pergi, dan Aku akan datang lagi kepadamu.’ Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa, sebab Bapa lebih besar daripada Aku.
29 Aku telah memberitahumu sekarang sebelum hal itu terjadi supaya ketika hal itu terjadi, kamu akan percaya.
30 Aku tidak akan berbicara lebih banyak lagi denganmu karena penguasa dunia ini sedang datang. Dia tidak berkuasa sedikit pun atas-Ku.
31 Akan tetapi supaya dunia tahu bahwa Aku mengasihi Bapa, Aku melakukan tepat seperti yang Bapa perintahkan kepada-Ku. Bangunlah, mari kita pergi dari sini.

Eksposisi Ayat per Ayat

1. Yohanes 14:28 – "Bapa lebih besar daripada Aku"

Yesus menyatakan bahwa Ia akan pergi kepada Bapa dan menyebut bahwa "Bapa lebih besar daripada Aku." Pernyataan ini sering menjadi perdebatan, terutama dalam konteks Kristologi.

Pandangan John Calvin

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa pernyataan Yesus ini harus dipahami dalam konteks status ekonomi Kristus sebagai manusia. Ia menjelaskan bahwa dalam keadaan inkarnasi-Nya, Kristus tunduk kepada Bapa. Namun, dalam esensi-Nya sebagai Allah, Ia tetap setara dengan Bapa.

"Yesus tidak menyangkal keilahian-Nya, tetapi menunjukkan bahwa dalam keadaan-Nya yang telah mengambil rupa hamba (Filipi 2:6-7), Ia rela menempatkan diri dalam subordinasi kepada Bapa untuk melaksanakan karya keselamatan." (Institutes II.14.3)

Pandangan Herman Bavinck

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics juga menegaskan bahwa frasa "Bapa lebih besar daripada Aku" berbicara tentang keadaan Yesus dalam peran Mesianik-Nya di dunia, bukan tentang esensi-Nya sebagai Allah.

"Pernyataan ini tidak merusak doktrin Trinitas. Yesus berbicara dari perspektif natur manusia-Nya yang tunduk kepada Bapa dalam sejarah keselamatan." (Reformed Dogmatics, Vol. 2, hlm. 261)

2. Yohanes 14:29 – "Supaya kamu akan percaya"

Yesus menegaskan bahwa Ia telah memberitahukan sebelumnya tentang kepergian-Nya dan kedatangan kembali-Nya agar murid-murid tidak kehilangan iman ketika semuanya terjadi.

Pandangan Louis Berkhof

Dalam Systematic Theology, Berkhof menjelaskan bahwa nubuat Yesus dalam ayat ini meneguhkan iman murid-murid bahwa semua yang terjadi telah berada dalam rencana kekal Allah.

"Yesus menunjukkan bahwa iman mereka tidak boleh goyah oleh peristiwa penyaliban-Nya. Sebaliknya, penggenapan firman-Nya seharusnya meneguhkan iman mereka dalam rencana Allah yang berdaulat." (Systematic Theology, hlm. 357)

3. Yohanes 14:30 – "Penguasa dunia ini sedang datang"

Yesus menyatakan bahwa "penguasa dunia ini," yaitu Iblis, akan datang, tetapi tidak memiliki kuasa atas-Nya.

Pandangan Augustinus

Augustinus menafsirkan bahwa Iblis memang bekerja dalam dunia ini, tetapi ia tidak memiliki otoritas atas Kristus karena Yesus tidak memiliki dosa.

"Iblis mungkin memiliki kekuatan dalam dunia ini, tetapi ia tidak memiliki bagian dalam diri Kristus. Yesus tidak memiliki dosa, dan karena itu, Ia tetap berkuasa atas semua hal." (Tractates on the Gospel of John, LXXXIV.1)

Pandangan John Owen

John Owen dalam bukunya The Death of Death in the Death of Christ menegaskan bahwa melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus benar-benar mengalahkan kuasa maut yang dikendalikan oleh Iblis.

"Meskipun Iblis mungkin tampak menang di kayu salib, kemenangan sejati adalah milik Kristus. Dengan kematian-Nya, Ia mengalahkan kuasa dosa dan maut." (The Death of Death, hlm. 193)

4. Yohanes 14:31 – "Aku melakukan tepat seperti yang Bapa perintahkan kepada-Ku"

Yesus menunjukkan bahwa ketaatan-Nya kepada Bapa adalah bukti kasih-Nya kepada-Nya. Dengan ini, Ia meneguhkan kembali bahwa karya penebusan-Nya adalah bagian dari rencana kekal Allah.

Pandangan Jonathan Edwards

Jonathan Edwards menekankan bahwa ketaatan Kristus dalam kehendak Bapa menunjukkan kasih yang sempurna.

"Yesus menunjukkan kasih-Nya kepada Bapa melalui ketaatan sempurna. Inilah model kasih yang harus diikuti oleh setiap orang percaya." (The Works of Jonathan Edwards, Vol. 2, hlm. 113)

Aplikasi Teologis

Dari eksposisi di atas, ada beberapa implikasi teologis yang penting:

  1. Doktrin Trinitas – Yesus menyatakan subordinasi ekonomi-Nya dalam inkarnasi, tetapi tidak dalam esensi-Nya sebagai Allah. Ini mendukung pemahaman ortodoks tentang Trinitas.

  2. Kedaulatan Allah – Yesus menegaskan bahwa segala sesuatu terjadi dalam kendali Allah. Ini meneguhkan keyakinan Reformed akan providensi-Nya.

  3. Kemenangan atas Iblis – Meski Iblis adalah "penguasa dunia ini," ia tidak memiliki kuasa atas Kristus. Ini memberi pengharapan bagi orang percaya dalam peperangan rohani.

  4. Ketaatan sebagai wujud kasih – Yesus menunjukkan bahwa kasih sejati kepada Allah terwujud dalam ketaatan yang penuh.

Kesimpulan

Yohanes 14:28-31 adalah bagian penting dalam pengajaran Kristus yang mengajarkan kedaulatan Allah, hubungan antara Yesus dan Bapa, serta kemenangan-Nya atas kuasa dunia ini. Teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan Louis Berkhof memberikan wawasan mendalam bahwa ayat-ayat ini tidak bertentangan dengan doktrin Trinitas, tetapi justru memperkuatnya.

Sebagai orang percaya, kita diajak untuk meneladani Kristus dalam ketaatan kepada Bapa dan memiliki keyakinan penuh bahwa segala sesuatu ada dalam rencana Allah yang kekal. Dengan demikian, kita dapat hidup dengan iman yang teguh dan pengharapan dalam Kristus yang telah menang atas dunia.

Next Post Previous Post