Misteri Injil dalam Pengudusan

Pendahuluan
Pengudusan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan Kristen, tetapi sering kali dipahami secara keliru. Banyak orang Kristen berjuang dengan pertanyaan: Apakah pengudusan adalah pekerjaan manusia atau karya Allah? Bagaimana Injil berperan dalam pertumbuhan kekudusan?
Dalam tradisi teologi Reformed, pengudusan dipahami sebagai karya Allah dalam diri orang percaya, tetapi juga melibatkan tanggung jawab manusia. Beberapa tokoh teologi Reformed seperti John Calvin, John Owen, Herman Bavinck, dan J.C. Ryle telah menjelaskan bagaimana Injil adalah inti dari proses pengudusan. Artikel ini akan menggali "misteri Injil dalam pengudusan," yaitu bagaimana kasih karunia Injil membentuk kehidupan orang percaya dalam kekudusan.
1. Pengudusan: Karya Allah atau Usaha Manusia?
John Calvin: Pengudusan sebagai Karya Roh Kudus
John Calvin menekankan bahwa pengudusan adalah karya Roh Kudus yang mengubah hati manusia. Dalam Institutes of the Christian Religion, ia menulis:
"Kita tidak dapat memiliki Kristus sebagai Juruselamat kita tanpa juga menerima Dia sebagai Tuhan kita yang menguduskan kita." (Institutes, 3.11.6)
Calvin melihat bahwa pengudusan bukanlah hasil usaha manusia semata, tetapi merupakan bukti dari iman sejati. Orang yang benar-benar percaya kepada Kristus pasti akan mengalami perubahan hidup karena Roh Kudus bekerja di dalamnya.
Namun, Calvin juga mengajarkan bahwa meskipun pengudusan adalah karya Allah, orang percaya tetap memiliki tanggung jawab untuk mengejar kekudusan. Ini sesuai dengan nasihat Rasul Paulus dalam Filipi 2:12-13:
"Kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya."
Dengan kata lain, pengudusan adalah hasil kerja sama antara anugerah Allah dan ketaatan manusia.
John Owen: Mematikan Dosa sebagai Bagian dari Pengudusan
John Owen, seorang teolog Puritan, menulis secara luas tentang pentingnya mortification of sin (mematikan dosa). Dalam bukunya The Mortification of Sin, ia mengatakan:
"Berusahalah untuk membunuh dosa, atau dosa akan membunuhmu."
Owen menegaskan bahwa orang percaya harus secara aktif melawan dosa dalam hidup mereka. Namun, ia juga memperingatkan bahwa usaha manusia tanpa kekuatan Roh Kudus tidak akan membawa kemenangan sejati. Oleh karena itu, pengudusan bukan hanya sekadar usaha manusiawi, tetapi juga kebergantungan penuh pada anugerah Allah.
2. Injil dan Transformasi Hidup
Herman Bavinck: Injil sebagai Dasar Pengudusan
Herman Bavinck menekankan bahwa pengudusan tidak dapat dipisahkan dari Injil. Ia menulis:
"Kekudusan bukanlah sesuatu yang dapat dicapai oleh usaha manusia sendiri, tetapi merupakan hasil dari karya keselamatan yang Allah lakukan melalui Kristus."
Bavinck melihat bahwa keselamatan dalam Kristus bukan hanya mencakup pembenaran (justification), tetapi juga pengudusan (sanctification). Injil tidak hanya membebaskan kita dari hukuman dosa, tetapi juga dari kuasa dosa.
J.C. Ryle: Kasih Karunia yang Menghasilkan Kekudusan
J.C. Ryle, dalam bukunya Holiness, menulis bahwa tidak ada pengudusan sejati tanpa kasih karunia Injil. Ia berkata:
"Sama seperti tidak ada orang yang dapat diselamatkan tanpa Kristus, tidak ada orang yang dapat hidup kudus tanpa kasih karunia Kristus."
Ryle menentang pandangan legalisme yang menganggap bahwa kekudusan adalah hasil usaha manusia saja. Ia juga menolak antinomianisme, yaitu pandangan yang mengabaikan pentingnya ketaatan. Bagi Ryle, kasih karunia Injil adalah kekuatan utama yang menggerakkan orang percaya untuk hidup dalam kekudusan.
3. Peran Roh Kudus dalam Pengudusan
John Owen: Roh Kudus sebagai Sumber Kekudusan
Owen menjelaskan bahwa tanpa Roh Kudus, tidak ada yang bisa bertumbuh dalam kekudusan. Ia menulis:
"Pengudusan adalah karya Roh Kudus dalam jiwa manusia, membentuk mereka menjadi serupa dengan Kristus."
Roh Kudus bekerja melalui Firman Tuhan, doa, dan sakramen untuk mengubah orang percaya. Inilah sebabnya mengapa Paulus berkata dalam 2 Korintus 3:18:
"Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung, dan kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar, oleh Tuhan yang adalah Roh."
Pengudusan bukan hanya tentang meninggalkan dosa, tetapi juga tentang bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus.
4. Tantangan dalam Pengudusan
1. Perjuangan Melawan Dosa
Meskipun orang percaya telah menerima Roh Kudus, mereka masih hidup dalam dunia yang penuh dengan godaan. Paulus sendiri mengakui perjuangannya dalam Roma 7:15:
"Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu; karena bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat."
Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dalam pengudusan adalah proses yang penuh pergumulan.
2. Legalisme vs. Anugerah
Beberapa orang Kristen jatuh ke dalam legalisme, berpikir bahwa mereka bisa menjadi kudus hanya dengan menaati aturan-aturan tertentu. Sebaliknya, ada juga yang jatuh ke dalam antinomianisme, berpikir bahwa karena mereka telah diselamatkan oleh kasih karunia, mereka tidak perlu berusaha untuk hidup kudus.
Teologi Reformed menekankan keseimbangan antara anugerah dan tanggung jawab. Pengudusan adalah karya Allah, tetapi juga melibatkan ketaatan manusia.
5. Hidup dalam Injil: Cara Praktis Bertumbuh dalam Kekudusan
Bagaimana Injil dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk bertumbuh dalam pengudusan?
-
Hidup dalam Firman Tuhan
-
Mazmur 119:11: "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau."
-
Membaca, merenungkan, dan mempraktikkan Firman Tuhan adalah kunci pertumbuhan dalam kekudusan.
-
-
Doa dan Ketergantungan pada Roh Kudus
-
Doa bukan hanya untuk meminta pertolongan, tetapi juga untuk memperdalam hubungan dengan Allah.
-
Roh Kudus membantu kita dalam doa (Roma 8:26).
-
-
Hidup dalam Komunitas Kristen
-
Pengudusan bukanlah perjalanan individu. Kita membutuhkan saudara seiman untuk saling meneguhkan dan menegur dalam kasih (Ibrani 10:24-25).
-
-
Menghindari Godaan dan Mematikan Dosa
-
Seperti yang diajarkan oleh John Owen, kita harus secara aktif melawan dosa dan tidak memberikan kesempatan kepada Iblis (Efesus 4:27).
-
-
Mengandalkan Injil Setiap Hari
-
Setiap kali kita gagal, kita harus kembali kepada Injil dan mengingat bahwa keselamatan kita didasarkan pada kasih karunia Allah, bukan usaha kita sendiri.
-
Kesimpulan
Pengudusan adalah misteri Injil yang luar biasa. Itu bukan sekadar usaha manusia, tetapi karya Allah dalam diri orang percaya. Dalam perspektif Reformed, pengudusan adalah hasil dari kasih karunia, dipimpin oleh Roh Kudus, dan bertujuan untuk membuat kita semakin serupa dengan Kristus.
Ketika kita memahami bahwa pengudusan bukan hanya tentang menaati aturan, tetapi tentang hidup dalam hubungan dengan Allah Tritunggal, kita akan mengalami pertumbuhan rohani yang sejati. Semoga kita terus bertumbuh dalam kekudusan dengan mengandalkan kasih karunia Injil setiap hari. Soli Deo Gloria!