Roma 3:3-4: Kesetiaan Allah dan Ketidaksetiaan Manusia
Pendahuluan
Roma 3:3-4 adalah bagian dari argumen besar Rasul Paulus tentang keselamatan oleh iman dan kedaulatan Allah atas umat manusia. Dalam ayat ini, Paulus membahas pertanyaan penting: Apakah ketidaksetiaan manusia dapat membatalkan kesetiaan Allah? Jawaban Paulus tegas: Sama sekali tidak!
Ayat ini menegaskan bahwa Allah tetap setia meskipun manusia gagal dan bahwa kebenaran Allah tidak bisa diubah oleh ketidakbenaran manusia. Ini adalah dasar penting dalam teologi Reformed, yang menekankan kedaulatan Allah, kejatuhan manusia, dan anugerah keselamatan yang tidak tergantung pada usaha manusia.
Dalam artikel ini, kita akan membahas eksposisi Roma 3:3-4 dengan perspektif teologi Reformed, mengacu pada pemikiran beberapa teolog besar seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Bavinck, Charles Hodge, dan Martin Lloyd-Jones.
1. Teks Roma 3:3-4
3 Bagaimana jika ada sebagian yang tidak setia, apakah ketidaksetiaan mereka membatalkan kesetiaan Allah?
4 Sama sekali tidak! Allah adalah benar sekalipun setiap orang adalah pembohong. Seperti yang ada tertulis: “Engkau memang terbukti benar saat Engkau berfirman, dan bersih saat Engkau menghukum.” (Roma 3:3-4, AYT)
2. Konteks Roma 3:3-4
a. Surat Roma dan Tema Keselamatan oleh Iman
Surat Roma adalah salah satu karya teologis paling mendalam yang pernah ditulis. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan bahwa keselamatan tidak diperoleh melalui perbuatan manusia, tetapi melalui iman kepada Kristus (Roma 1:16-17).
Dalam Roma 3, Paulus mulai membangun argumentasi bahwa baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi sama-sama berdosa dan membutuhkan keselamatan dalam Kristus.
-
Roma 3:1-2 menegaskan bahwa bangsa Yahudi memiliki keistimewaan karena mereka menerima firman Allah.
-
Roma 3:3-4 membahas pertanyaan: Apakah ketidaksetiaan orang Yahudi membatalkan rencana Allah?
-
Roma 3:5-8 menegaskan bahwa keadilan Allah tidak dapat dipertanyakan meskipun manusia berdosa.
Menurut John Calvin, Paulus sedang menjawab keberatan dari orang-orang Yahudi yang menganggap bahwa ketidaksetiaan mereka dapat menggagalkan rencana Allah. Paulus menegaskan bahwa kesetiaan Allah tidak bergantung pada kesetiaan manusia.
3. Eksposisi Roma 3:3-4 dalam Perspektif Teologi Reformed
a. "Bagaimana jika ada sebagian yang tidak setia?" – Ketidaksetiaan Manusia
Paulus mengakui bahwa tidak semua orang Yahudi setia kepada perjanjian Allah. Banyak di antara mereka yang:
-
Menolak Mesias yang dijanjikan (Yohanes 1:11).
-
Gagal menaati hukum Taurat (Roma 2:17-24).
-
Mengandalkan status lahiriah sebagai anak Abraham tanpa pertobatan hati (Matius 3:9).
Menurut R.C. Sproul, ayat ini menunjukkan bahwa dosa manusia adalah sesuatu yang universal. Bahkan mereka yang menerima wahyu Allah tetap gagal menaati-Nya.
Namun, pertanyaannya adalah: Apakah kegagalan manusia membatalkan rencana Allah?
b. "Apakah ketidaksetiaan mereka membatalkan kesetiaan Allah?" – Kesetiaan Allah yang Tidak Berubah
Paulus menjawab dengan tegas bahwa kesetiaan Allah tidak bisa dibatalkan oleh ketidaksetiaan manusia.
Menurut Herman Bavinck, ini adalah salah satu prinsip dasar teologi Reformed:
-
Allah tetap setia pada janji-janji-Nya meskipun manusia gagal.
-
Kedaulatan Allah tidak tergantung pada perbuatan manusia.
-
Keselamatan adalah rencana Allah sejak semula dan tidak dapat digagalkan oleh dosa manusia.
Dalam 2 Timotius 2:13, Paulus menegaskan:
"Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri."
Kesetiaan Allah tidak pernah bergantung pada manusia, tetapi pada karakter-Nya sendiri yang benar dan tidak berubah.
c. "Sama Sekali Tidak! Allah adalah Benar Sekalipun Setiap Orang adalah Pembohong" – Kebenaran Allah Tidak Bergantung pada Manusia
Paulus menolak gagasan bahwa Allah bisa gagal atau berubah karena dosa manusia.
Martin Lloyd-Jones menjelaskan bahwa kebenaran Allah bersifat absolut, sedangkan manusia penuh dengan kebohongan dan ketidaksetiaan.
Charles Hodge juga menekankan bahwa Allah tetap benar meskipun seluruh dunia berdusta, karena kebenaran bukanlah sesuatu yang bergantung pada opini manusia, tetapi pada karakter Allah yang kekal.
Yesus berkata dalam Yohanes 14:6:
"Akulah jalan, kebenaran, dan hidup."
Ini berarti bahwa kebenaran sejati hanya ditemukan dalam Allah, bukan dalam manusia.
d. "Engkau Memang Terbukti Benar Saat Engkau Berfirman, dan Bersih Saat Engkau Menghukum" – Allah Adil dalam Penghakiman-Nya
Paulus mengutip Mazmur 51:4, doa pertobatan Raja Daud setelah dosa perzinahannya dengan Batsyeba.
Dalam Mazmur ini, Daud mengakui bahwa Allah benar dalam setiap keputusan-Nya, termasuk ketika Ia menghukum dosa.
Menurut John Calvin, kutipan ini menunjukkan bahwa:
-
Allah berhak untuk menghukum dosa karena Ia adalah Hakim yang adil.
-
Tidak ada manusia yang bisa menyalahkan Allah atas penghukuman-Nya, karena setiap manusia adalah pendosa.
-
Keselamatan hanya bisa datang dari anugerah Allah, bukan dari usaha manusia.
Dalam Roma 9:14-15, Paulus berkata:
"Apakah ada ketidakadilan pada Allah? Sekali-kali tidak! Sebab Dia berfirman kepada Musa: 'Aku akan menunjukkan belas kasihan kepada siapa Aku mau menunjukkan belas kasihan.'"
Allah tetap benar dalam setiap keputusan-Nya, baik dalam memberi anugerah maupun dalam menghukum dosa.
4. Aplikasi Teologis dalam Kehidupan Kristen
a. Percaya pada Kesetiaan Allah di Tengah Ketidaksetiaan Manusia
Roma 3:3-4 mengajarkan bahwa kita tidak boleh meragukan kesetiaan Allah meskipun manusia sering gagal.
Ketika kita merasa lemah atau berdosa, kita bisa berpegang pada janji dalam Ibrani 13:5:
"Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau, dan Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau."
Keselamatan kita bukan karena kita setia, tetapi karena Allah setia.
b. Jangan Mengandalkan Kebenaran Manusia
Paulus berkata bahwa setiap manusia adalah pembohong, yang berarti tidak ada manusia yang bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
Sebagai orang percaya, kita harus bergantung pada kebenaran Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, bukan pada usaha kita sendiri.
Dalam Efesus 2:8-9, Paulus menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah, bukan hasil usaha manusia.
c. Menghormati Keadilan Allah
Allah benar dalam setiap keputusan-Nya, termasuk dalam penghukuman dosa. Oleh karena itu, kita harus:
-
Mengakui dosa kita dan bertobat (1 Yohanes 1:9).
-
Tidak mempertanyakan keadilan Allah, tetapi percaya bahwa semua keputusan-Nya benar.
-
Bersyukur atas anugerah-Nya, karena tanpa itu kita semua pantas menerima penghukuman-Nya.
5. Kesimpulan
Roma 3:3-4 menegaskan bahwa kesetiaan Allah tidak bisa dibatalkan oleh ketidaksetiaan manusia.
Dari eksposisi ini, kita belajar bahwa:
-
Manusia selalu gagal, tetapi Allah tetap setia pada janji-Nya.
-
Kebenaran Allah tidak tergantung pada kebenaran manusia.
-
Allah benar dalam setiap keputusan-Nya, termasuk dalam menghukum dosa.
-
Keselamatan adalah anugerah yang tidak tergantung pada usaha manusia.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam iman, percaya kepada kesetiaan Allah, dan bersyukur atas anugerah keselamatan dalam Kristus.