Allah Sendiri yang Menyelamatkan
- Pendahuluan
- 1. Dasar Alkitabiah: Keselamatan Adalah Pekerjaan Allah
- 2. Inkarnasi: Allah Menjadi Manusia dalam Kristus
- 3. Beban Dosa dan Murka Allah: Hanya Allah yang Bisa Menanggungnya
- 4. Mediasi dan Pendamaian: Syarat Dual-Natur
- 5. Sejarah Dogmatis: Konsili dan Pengakuan Iman
- 6. Keselamatan Bersifat Ilahi dan Tidak Bergantung pada Usaha Manusia
- 7. Relevansi Praktis bagi Iman Kita
- 8. Penolakan Terhadap Keilahian Kristus = Menolak Injil
- 9. Kesimpulan: Hanya Allah yang Bisa Menyelamatkan
- Penutup

Pendahuluan
Pertanyaan "Mengapa Juruselamat harus Allah?" adalah inti dari pengakuan iman Kristen yang sejati. Dalam sejarah gereja, keilahian Yesus Kristus tidak hanya merupakan salah satu ajaran penting, tetapi fondasi dari keselamatan itu sendiri. Tanpa pengakuan bahwa Yesus adalah Allah, maka doktrin tentang penebusan, inkarnasi, dan karya salib kehilangan makna sejatinya.
Dalam tradisi teologi Reformed, yang berakar pada Reformasi Protestan abad ke-16, pertanyaan ini dijawab dengan serius melalui penelaahan mendalam terhadap Alkitab dan refleksi teologis yang tajam. Para teolog seperti John Calvin, Louis Berkhof, hingga R.C. Sproul menyuarakan dengan kuat bahwa hanya Allah sendiri yang dapat menyelamatkan manusia. Artikel ini akan membahas mengapa hanya Allah yang bisa menjadi Juruselamat, berdasarkan firman Tuhan, argumen teologis, dan juga implikasinya bagi kehidupan iman kita.
1. Dasar Alkitabiah: Keselamatan Adalah Pekerjaan Allah
Salah satu alasan utama mengapa Juruselamat harus Allah adalah karena keselamatan adalah karya Allah semata (sola gratia). Dalam Yesaya 43:11, Tuhan menyatakan:
"Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku."
Ayat ini menjadi dasar kuat bahwa hanya Allah yang dapat menyelamatkan. Penyelamatan manusia dari dosa, maut, dan murka Allah bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan oleh makhluk ciptaan, betapa pun agung atau kudusnya.
John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menegaskan bahwa:
“Keselamatan tidak dapat datang dari manusia, karena manusia adalah makhluk berdosa. Maka, hanya Allah, yang kudus dan benar, dapat menghapuskan dosa dan membawa manusia kepada pembenaran.”
Ini menunjukkan bahwa kualitas ilahi, seperti kemahakuasaan, kekudusan mutlak, dan kasih yang sempurna, adalah syarat mutlak untuk menyelamatkan umat manusia.
2. Inkarnasi: Allah Menjadi Manusia dalam Kristus
Doktrin inkarnasi menyatakan bahwa Firman menjadi manusia (Yohanes 1:14). Dalam Yesus Kristus, Allah sendiri mengambil rupa manusia, bukan sekadar mengutus seorang nabi atau malaikat. Hal ini ditegaskan dalam Filipi 2:6-8, di mana Yesus "yang walaupun dalam rupa Allah... telah mengosongkan diri-Nya... dan menjadi sama dengan manusia."
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menulis:
“Hanya pribadi yang adalah Allah dan manusia sekaligus yang dapat bertindak sebagai mediator sejati antara Allah dan manusia. Jika Kristus hanya manusia, Ia tidak memiliki kekuatan untuk menyelamatkan; jika Ia hanya Allah, Ia tidak dapat mewakili umat manusia.”
Ini menjadi kunci penting: Yesus harus menjadi Allah untuk menyelamatkan, tetapi juga harus menjadi manusia untuk mewakili manusia di hadapan Allah.
3. Beban Dosa dan Murka Allah: Hanya Allah yang Bisa Menanggungnya
Dosa bukan hanya pelanggaran etika atau moral. Dalam pandangan Alkitab, dosa adalah pemberontakan terhadap Allah yang kudus, dan akibatnya adalah murka Allah (Roma 1:18). Pengampunan dosa menuntut keadilan ditegakkan.
Hanya Allah yang sanggup:
-
Menanggung beban dosa dunia (1 Yohanes 2:2),
-
Memuaskan keadilan ilahi (Roma 3:25-26),
-
Dan mengalahkan maut (1 Korintus 15:54-57).
R.C. Sproul, teolog Reformed kontemporer, berkata:
“Jika Yesus bukan Allah, maka kematian-Nya di kayu salib adalah kematian seorang manusia biasa. Itu tidak cukup untuk menebus dosa satu orang pun, apalagi dunia.”
Artinya, pengorbanan Kristus hanya memiliki nilai penebusan yang tidak terbatas karena Ia adalah Pribadi Ilahi.
4. Mediasi dan Pendamaian: Syarat Dual-Natur
Dalam 1 Timotius 2:5 dikatakan:
"Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus."
Namun, pengantara yang sejati harus mampu mengerti dan menghubungkan dua pihak yang bertikai. Hanya Yesus yang memiliki dua natur – Allah dan manusia – yang dapat berdiri di antara Allah dan manusia.
Herman Bavinck, teolog besar dari tradisi Reformed Belanda, menyatakan:
“Kristus sebagai Mediator tidak bisa semata-mata Allah atau manusia. Ia harus menjadi keduanya secara utuh agar pendamaian menjadi sah dan efektif.”
Dalam hal ini, hanya Allah yang bisa menjadi Juruselamat karena pendamaian sejati mengharuskan keterlibatan Allah sendiri untuk menjembatani celah akibat dosa.
5. Sejarah Dogmatis: Konsili dan Pengakuan Iman
Gereja sepanjang abad telah berjuang mempertahankan keilahian Kristus melawan ajaran sesat seperti Arianisme yang menganggap Yesus sebagai ciptaan. Konsili Nicea (325 M) secara tegas menyatakan bahwa Kristus adalah "sehakikat" (homoousios) dengan Bapa.
Dalam Pengakuan Iman Westminster, salah satu dokumen Reformed paling berpengaruh, dikatakan:
“Kristus, Anak Allah, adalah Allah sejati dan manusia sejati, dalam satu pribadi dengan dua natur yang tidak bercampur dan tidak terpisah.” (Pasal 8)
Sejak masa Reformasi hingga kini, pengakuan akan keilahian Kristus sebagai dasar keselamatan tetap menjadi garis pembeda antara teologi Reformed dengan pandangan yang menyimpang.
6. Keselamatan Bersifat Ilahi dan Tidak Bergantung pada Usaha Manusia
Salah satu keunikan Injil adalah bahwa keselamatan tidak berasal dari manusia kepada Allah, tetapi dari Allah kepada manusia. Ini dikenal dalam lima sola Reformasi, terutama Sola Gratia (hanya oleh anugerah) dan Solus Christus (hanya oleh Kristus).
Dalam Efesus 2:8-9, Paulus berkata:
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah."
Keselamatan bukan kerja sama antara manusia dan makhluk yang lebih tinggi, tapi inisiatif penuh dari Allah. Maka, jika Allah sendiri tidak turun tangan sebagai Juruselamat, keselamatan menjadi mustahil.
7. Relevansi Praktis bagi Iman Kita
Mengenali bahwa Juruselamat adalah Allah sendiri membawa banyak penghiburan dan kekuatan:
-
Keyakinan keselamatan: Kita tahu bahwa penyelamat kita tidak mungkin gagal. Tidak ada kuasa yang dapat mengalahkan Allah.
-
Kasih yang tak terukur: Bahwa Allah sendiri rela merendahkan diri untuk mati bagi kita menunjukkan kasih yang luar biasa (Roma 5:8).
-
Kepastian pengampunan: Karena yang mati bagi kita adalah Pribadi ilahi, pengampunan kita dijamin sempurna dan kekal.
Tim Keller, pendeta dan penulis Reformed yang terkenal, menuliskan:
“Jika Yesus bukan Allah, maka kasih-Nya hanya seperti kasih seorang guru. Tapi karena Dia adalah Allah, kasih-Nya adalah kasih Penebus yang rela kehilangan segalanya agar kita memperoleh segalanya.”
8. Penolakan Terhadap Keilahian Kristus = Menolak Injil
Banyak aliran sesat seperti Saksi Yehova atau Unitarianisme modern menolak keilahian Kristus. Namun, menolak keilahian Yesus berarti merobohkan seluruh struktur Injil. Sebab:
-
Tidak ada korban sempurna yang memuaskan murka Allah.
-
Tidak ada jembatan antara Allah dan manusia.
-
Tidak ada pengampunan sejati dan keselamatan kekal.
John Owen, tokoh Puritan, menulis:
“Mereka yang menyangkal keilahian Kristus harus bersiap untuk memikul beban dosa mereka sendiri, karena hanya Allah yang bisa menanggungnya.”
9. Kesimpulan: Hanya Allah yang Bisa Menyelamatkan
Mengapa Juruselamat harus Allah? Karena hanya Allah yang:
-
Kudus dan tak berdosa,
-
Mahakuasa untuk mengalahkan dosa dan maut,
-
Mengasihi manusia dengan kasih yang sempurna,
-
Mampu menjadi pengantara yang sah.
Yesus Kristus bukan hanya perantara ilahi. Ia adalah Allah sendiri yang datang dalam rupa manusia untuk menyelamatkan kita. Keilahian Kristus adalah titik tumpu dari Injil yang sejati. Tanpa itu, tidak ada kabar baik – hanya keputusasaan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil bukan hanya untuk mempercayai bahwa Kristus menyelamatkan, tetapi bahwa Kristus adalah Allah yang menyelamatkan.
Penutup
Sebagai penutup, marilah kita merenungkan kata-kata dari Titus 2:13:
"...menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh berbahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus."
Yesus bukan hanya Juruselamat kita, tetapi juga Allah yang Mahabesar. Hanya dalam Dialah kita mendapatkan keselamatan, pengampunan, dan kehidupan yang kekal.