Apakah Predestinasi Itu Tidak Adil?

Apakah Predestinasi Itu Tidak Adil?

Pendahuluan

Predestinasi atau penentuan Allah atas keselamatan manusia telah menjadi salah satu doktrin paling kontroversial dalam sejarah kekristenan. Banyak orang bertanya-tanya, “Jika Allah sudah menetapkan siapa yang diselamatkan dan siapa yang tidak, bukankah itu tidak adil?”

Dalam tradisi teologi Reformed, pertanyaan tentang keadilan Allah dalam predestinasi bukanlah hal baru. Para tokoh seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Piper, hingga J.I. Packer telah membahasnya secara mendalam. Artikel ini akan membahas predestinasi menurut perspektif Reformed berdasarkan Alkitab, menguraikan pandangan para teolog, dan menjelaskan apakah predestinasi itu adil atau tidak.

Pengertian Predestinasi Menurut Teologi Reformed

Definisi Predestinasi

Predestinasi berasal dari kata Latin prae (sebelum) dan destinare (menentukan). Dalam konteks Alkitab, predestinasi berarti keputusan kekal Allah sebelum dunia dijadikan untuk menyelamatkan sebagian orang (orang pilihan) dan membiarkan sebagian lain dalam dosa mereka (reprobasi).

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion mendefinisikan predestinasi sebagai:

"Rencana kekal Allah, di mana Ia telah menentukan apa yang akan terjadi pada setiap orang."

Ayat Kunci dalam Predestinasi

Salah satu bagian Alkitab yang paling kuat dalam menjelaskan predestinasi ada di Roma 9:14-16 (AYT):

“Jadi, apa yang hendak kita katakan sekarang? Adakah ketidakadilan pada Allah? Sekali-kali tidak! Sebab, Ia berkata kepada Musa, ‘Aku akan berbelas kasih kepada siapa Aku mau berbelas kasih, dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ Jadi, tidak tergantung pada kehendak atau kerja keras manusia, melainkan pada Allah yang memiliki belas kasih.”

Ayat ini menjadi landasan utama bagi teologi Reformed dalam membela keadilan Allah di tengah predestinasi.

Apakah Predestinasi Tidak Adil?

1. Keadilan Allah Tidak Sama dengan Keadilan Manusia

R.C. Sproul dalam bukunya Chosen by God mengatakan:

“Masalah utama dalam menilai keadilan predestinasi adalah kita sering menilai Allah dengan standar keadilan manusia. Tetapi keadilan Allah jauh melampaui pengertian manusia.”

Dalam pandangan Reformed, keadilan Allah berarti memberikan kepada seseorang sesuai dengan keputusan-Nya yang sempurna dan penuh hikmat, bukan berdasarkan hak atau usaha manusia.

2. Semua Manusia Berdosa dan Layak Menerima Murka Allah

John Piper dalam kotbahnya mengatakan bahwa ketidakadilan justru terjadi jika Allah wajib menyelamatkan semua orang, padahal manusia sudah memberontak terhadap Dia.

Roma 3:23 menegaskan:

“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.”

Dengan demikian, tidak ada manusia yang layak diselamatkan. Jika Allah memilih untuk menyelamatkan sebagian, itu bukan ketidakadilan, melainkan anugerah murni.

3. Predestinasi Berdasarkan Kasih Karunia, Bukan Perbuatan

Predestinasi dalam teologi Reformed bukan karena Allah melihat kebaikan atau iman di masa depan seseorang, melainkan semata-mata karena kasih karunia-Nya.

Efesus 1:4-5 (AYT) berkata:

“Sebab, di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan untuk menjadi kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih, Dia telah menentukan kita sebelumnya untuk diadopsi sebagai anak-anak-Nya melalui Yesus Kristus, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.”

Kesalahpahaman Tentang Predestinasi

Berikut lima mitos yang sering muncul terkait predestinasi dan jawabannya dalam perspektif Reformed:

Mitos 1: Predestinasi Membuat Manusia Menjadi Robot

John Calvin menegaskan bahwa kehendak manusia tetap ada. Predestinasi tidak meniadakan tanggung jawab manusia. Allah bekerja dalam hati manusia untuk menggerakkan mereka menerima Injil dengan sukarela.

Mitos 2: Predestinasi Menghapus Tugas Penginjilan

Teologi Reformed justru sangat mendorong misi dan penginjilan karena keselamatan terjadi melalui sarana pemberitaan Injil.

Roma 10:14-15 (AYT) berkata:

“Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia jika mereka tidak pernah mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka dapat mendengar tanpa ada yang memberitakan?”

Mitos 3: Predestinasi Menghapus Kehendak Bebas

Reformed membedakan antara free will (kehendak bebas secara umum) dan moral inability (ketidakmampuan moral untuk memilih Allah tanpa anugerah). Manusia memiliki kehendak, tetapi kehendaknya telah diperbudak oleh dosa.

Mitos 4: Predestinasi Membuat Allah Tidak Adil

Seperti yang telah dijelaskan di atas, keadilan Allah bukan berarti memberikan semua orang kesempatan yang sama, melainkan bertindak sesuai dengan hikmat dan tujuan-Nya yang sempurna.

Mitos 5: Predestinasi Menghilangkan Penghiburan

Sebaliknya, predestinasi memberikan penghiburan terbesar bagi orang percaya. Allah tidak hanya memulai keselamatan, tetapi juga memastikan bahwa orang pilihan-Nya akan bertahan sampai akhir.

Apa Tujuan Predestinasi?

Menurut teologi Reformed, predestinasi memiliki beberapa tujuan utama:

1. Untuk Kemuliaan Allah

Efesus 1:6 (AYT) berkata:

“Untuk pujian kemuliaan kasih karunia-Nya.”

Predestinasi menunjukkan betapa besar kasih karunia Allah.

2. Untuk Menjamin Keselamatan Orang Percaya

R.C. Sproul berkata:

“Jika keselamatan bergantung pada manusia, kita semua akan binasa. Tetapi karena bergantung pada Allah, maka itu pasti dan terjamin.”

3. Untuk Menguatkan Iman di Tengah Penderitaan

Predestinasi memastikan bahwa Allah memegang kendali penuh atas hidup orang percaya, termasuk penderitaan yang mereka alami.

Roma 8:28-30 menjadi ayat penghiburan terbesar:

“Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.”

Kesimpulan: Predestinasi Itu Adil Karena Berdasarkan Anugerah

Dalam kesimpulannya, teologi Reformed menegaskan bahwa predestinasi bukan hanya adil, tetapi juga indah dan penuh kasih karunia. Ini bukan tentang hak manusia, tetapi tentang kasih Allah yang bebas dan berdaulat.

Next Post Previous Post