Bagaimana Allah Itu Tidak Terpahami dan Dapat Dikenal Secara Bersamaan

Pendahuluan
Salah satu misteri terbesar dalam teologi Kristen adalah kenyataan bahwa Allah itu sekaligus tak terpahami (incomprehensible) dan dapat dikenal (knowable). Pada pandangan pertama, kedua konsep ini terlihat bertentangan. Bagaimana mungkin Allah yang melampaui segala sesuatu, tidak terbatas, dan tidak dapat dipahami secara sempurna oleh ciptaan-Nya, tetapi dalam waktu yang sama juga dapat dikenal, dikasihi, dan didekati oleh manusia?
Pertanyaan ini menjadi bahan refleksi mendalam dalam teologi Reformed. Tokoh-tokoh besar seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul menjelaskan bahwa Allah menyatakan diri-Nya secara nyata dan personal tanpa kehilangan keagungan dan misteri-Nya.
Artikel ini akan mengulas bagaimana Allah adalah Pribadi yang tak terselami dan pada saat yang sama menyatakan diri-Nya agar dapat dikenal oleh umat manusia, berdasarkan pandangan para pakar teologi Reformed.
Fondasi Alkitabiah: Allah yang Tak Terpahami
Roma 11:33 (AYT)
"Oh, alangkah dalamnya kekayaan dan kebijaksanaan dan pengetahuan Allah! Betapa tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan tidak terduga jalan-jalan-Nya!"
Ayat ini adalah fondasi utama dalam membahas kemahakuasaan dan kemisteriusan Allah. John Calvin menyebut bahwa segala sesuatu dalam Allah jauh melampaui kapasitas akal manusia. Allah tidak mungkin dikurung dalam kerangka logika manusiawi.
Herman Bavinck dalam bukunya Reformed Dogmatics menulis:
"Allah adalah misteri tertinggi, bukan karena Dia tidak mau dikenal, tetapi karena Dia terlalu agung untuk dapat dipahami secara sempurna oleh ciptaan-Nya."
Mazmur 145:3
"TUHAN itu besar dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga."
Louis Berkhof menambahkan bahwa ketidakmampuan manusia memahami Allah secara penuh adalah konsekuensi dari keterbatasan manusia dan ketidakterbatasan Allah.
Apa yang Dimaksud "Allah Tak Terpahami"?
Dalam istilah teologi Reformed, incomprehensibility of God berarti bahwa Allah dalam esensi dan keberadaan-Nya tidak dapat diselami secara total. Bukan berarti kita tidak bisa mengenal Allah sama sekali, tetapi kita tidak akan pernah mengenal-Nya secara menyeluruh.
John Frame menjelaskan bahwa:
"Kita mengenal Allah dengan benar, tetapi tidak secara total."
Ini adalah cara Allah menjaga perbedaan antara Sang Pencipta dan ciptaan. Jika manusia bisa memahami Allah sepenuhnya, maka Allah bukanlah Allah yang sejati.
Allah yang Menyatakan Diri: Knowable God
Meskipun Allah tak terpahami, teologi Reformed menekankan bahwa Allah telah menyatakan diri-Nya agar dapat dikenal.
1. Melalui Ciptaan (Wahyu Umum)
Roma 1:20 mengatakan bahwa sifat-sifat Allah yang tidak kelihatan, yaitu kekuatan dan keilahian-Nya, dapat dikenal melalui ciptaan.
R.C. Sproul menegaskan bahwa:
"Tidak ada manusia yang benar-benar ateis. Ciptaan bersaksi tentang keberadaan Allah."
Namun, wahyu umum tidak cukup untuk menyelamatkan. Oleh karena itu, Allah menyatakan diri-Nya secara khusus.
2. Melalui Firman Allah (Wahyu Khusus)
Kitab Suci adalah media utama Allah menyatakan siapa diri-Nya. Allah berbicara kepada manusia dalam bahasa yang dapat dimengerti.
John Calvin menyebut Alkitab sebagai "kacamata iman" — karena manusia berdosa tidak dapat melihat Allah dengan jelas tanpa tuntunan wahyu tertulis.
3. Melalui Yesus Kristus
Ibrani 1:1-3 menyatakan bahwa Allah telah berbicara melalui Anak-Nya.
Herman Bavinck menyatakan:
"Kristus adalah wahyu Allah yang paling sempurna. Dalam Dia, kita melihat Allah dengan cara yang paling mungkin bagi manusia."
Ketegangan dan Keharmonisan: Allah Tak Terpahami Namun Dapat Dikenal
1. Keterbatasan Pengetahuan Manusia
Teologi Reformed sangat berhati-hati dalam mendefinisikan Allah. Kita tidak mengenal Allah dalam totalitas-Nya, tetapi kita mengenal Allah secara benar karena Dia menyatakan diri.
Louis Berkhof mengatakan:
"Pengetahuan kita tentang Allah adalah analogis — bukan identik — dengan pengetahuan Allah tentang diri-Nya sendiri."
Artinya, kita mengenal Allah secara benar, tetapi selalu ada perbedaan antara cara Allah mengenal diri-Nya dan cara kita mengenal-Nya.
2. Relasi Personal dengan Allah
Allah bukan hanya obyek studi teologi, tetapi Pribadi yang mau berelasi.
Teologi Reformed menekankan aspek perjanjian (covenantal relationship), di mana Allah mengikat diri-Nya untuk dikenal oleh umat-Nya secara personal.
R.C. Sproul menyebut:
"Allah itu pribadi, bukan abstrak. Dia berbicara, mendengar, dan mengasihi."
Dampak Praktis bagi Kehidupan Orang Percaya
1. Kerendahan Hati dalam Mengenal Allah
Kesadaran akan misteri Allah menumbuhkan sikap rendah hati. Kita tidak membanggakan pengetahuan teologis kita, karena semua itu hanyalah hasil dari anugerah pewahyuan Allah.
2. Kekaguman dan Penyembahan
Roma 11:33 menjadi respons hati orang percaya ketika menyadari keagungan Allah:
"Oh, alangkah dalamnya kekayaan dan kebijaksanaan dan pengetahuan Allah!"
Semakin kita mengenal Allah, semakin kita menyadari betapa besar misteri-Nya.
3. Ketekunan Mempelajari Firman
Meskipun Allah tidak dapat dipahami secara total, itu bukan alasan untuk berhenti belajar. Allah memanggil kita untuk mengenal-Nya lebih dalam melalui Firman.
John Calvin mendorong umat percaya untuk terus "menyelam ke dalam kedalaman Alkitab" karena di situlah Allah menyatakan diri-Nya.
Kesimpulan: Allah Yang Tak Terpahami dan Dapat Dikenal Itu Mengundang Kita untuk Berelasi
Dalam teologi Reformed, paradoks bahwa Allah adalah Tak Terpahami namun Dapat Dikenal bukanlah kontradiksi, tetapi kebenaran indah yang mengundang manusia untuk berelasi dengan Allah dalam kerendahan hati, kekaguman, dan kasih.
Allah bukan sekadar misteri yang jauh dan tak terjangkau, tetapi Pribadi yang mendekat kepada manusia dalam kasih dan anugerah-Nya. Kita tidak akan pernah mengenal Allah secara total, tetapi kita dipanggil untuk mengenal-Nya secara benar, sesuai dengan apa yang telah Dia nyatakan.
Sebagaimana ditulis oleh Louis Berkhof:
"Kita tidak mengenal semua tentang Allah, tetapi apa yang kita kenal tentang-Nya adalah benar dan cukup untuk keselamatan, ibadah, dan kehidupan kekal."