Galatia 3:19: Peran dan Fungsi Hukum Taurat dalam Rencana Penebusan

Pendahuluan
Surat Paulus kepada jemaat di Galatia merupakan salah satu karya paling teologis dalam Perjanjian Baru, yang secara tajam membedakan antara Injil anugerah dan usaha manusia melalui hukum. Salah satu ayat paling penting dan sering disalahpahami adalah Galatia 3:19, yang berbunyi:
"Jika demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran – sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu – dan ia disampaikan dengan perantaraan malaikat-malaikat ke dalam tangan seorang pengantara." (TB)
Ayat ini menimbulkan banyak pertanyaan teologis, terutama tentang hubungan antara hukum Taurat dan janji keselamatan yang diberikan kepada Abraham. Dalam artikel ini, kita akan mengupas Galatia 3:19 berdasarkan pendekatan ekspositori dan teologi Reformed, serta pendapat beberapa pakar seperti John Calvin, Herman Ridderbos, R.C. Sproul, hingga Michael Horton.
Konteks Historis dan Teologis
Untuk memahami Galatia 3:19, kita harus melihat konteks lebih luas dari pasal 3 dalam surat Galatia. Paulus sedang menegaskan bahwa keselamatan adalah hasil dari iman kepada Kristus, bukan hasil dari ketaatan terhadap hukum Taurat. Dia menggunakan tokoh Abraham sebagai contoh, yang "dibenarkan karena iman" sebelum hukum Taurat diberikan (Gal. 3:6-9).
Di tengah argumennya, Paulus kemudian bertanya: "Kalau demikian, mengapa masih ada hukum Taurat?" Ini pertanyaan penting, karena banyak orang Yahudi menganggap bahwa ketaatan pada hukum adalah syarat untuk memperoleh berkat perjanjian.
Penjelasan Frasa demi Frasa
1. "Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran"
Menurut John Calvin, hukum Taurat ditambahkan bukan untuk menyelamatkan, melainkan untuk mengungkapkan dosa. Dalam komentarnya terhadap ayat ini, Calvin menulis:
"Taurat bukanlah tujuan akhir dari perjanjian Allah, melainkan diberikan untuk membuat manusia menyadari dosa mereka, agar mereka merindukan Juruselamat."
Calvin menjelaskan bahwa Taurat bukanlah solusi terhadap dosa, melainkan cermin yang menunjukkan realitas dosa.
R.C. Sproul menambahkan bahwa hukum Taurat bersifat pedagogis, yaitu berfungsi sebagai guru yang menuntun kita kepada Kristus (bdk. Gal. 3:24). Tanpa hukum, manusia tidak menyadari keberdosaan mereka.
Pandangan ini juga ditegaskan oleh Herman Bavinck, yang menyatakan bahwa hukum diberikan agar dosa “menjadi sangat berdosa” (bdk. Roma 7:13).
2. "Sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu"
Bagian ini menunjukkan bahwa hukum Taurat bersifat sementara. Menurut Michael Horton, frasa ini menegaskan bahwa Taurat adalah sistem sementara yang menunjuk kepada Kristus, "keturunan" yang dijanjikan kepada Abraham (Gal. 3:16).
Theodore Beza, seorang teolog Reformed abad ke-16, menekankan bahwa janji kepada Abraham lebih utama daripada hukum, dan bahwa hukum tidak dapat membatalkan atau menyaingi janji tersebut.
Dengan demikian, hukum Taurat bukan sistem keselamatan yang bersaing, tetapi persiapan menuju penggenapan janji dalam Kristus.
3. "Ia disampaikan dengan perantaraan malaikat-malaikat ke dalam tangan seorang pengantara"
Pernyataan ini unik dan penuh makna. Dalam tradisi Yahudi, Musa menerima hukum melalui perantaraan malaikat (bdk. Kisah Para Rasul 7:53, Ibrani 2:2).
John Stott, meskipun bukan sepenuhnya Reformed, tetapi banyak dipengaruhi oleh teologi Reformed, menyatakan bahwa penyebutan malaikat dan pengantara menunjukkan bahwa hukum Taurat bersifat tidak langsung, berbeda dengan janji kepada Abraham yang disampaikan Allah sendiri.
R.C. Sproul melihat ini sebagai petunjuk bahwa Taurat memiliki perantara karena merupakan bagian dari sistem perjanjian yang bersifat hukum—berbeda dari Injil yang datang langsung dari Allah kepada umat pilihan-Nya dalam Kristus.
Tiga Fungsi Hukum Taurat dalam Teologi Reformed
Teologi Reformed secara klasik mengajarkan tiga fungsi hukum Taurat, yang semuanya relevan dalam memahami Galatia 3:19:
1. Fungsi Cermin (Mirror)
Hukum Taurat menunjukkan standar kekudusan Allah dan mengungkapkan dosa manusia. Ini konsisten dengan ayat bahwa hukum ditambahkan "karena pelanggaran".
2. Fungsi Pembatas (Curb)
Hukum berfungsi untuk membatasi kejahatan dalam masyarakat melalui ancaman hukuman. Fungsi ini bersifat sosial.
3. Fungsi Pedagogis (Tutor)
Hukum menuntun kita kepada Kristus. Ini sesuai dengan Galatia 3:24—Taurat adalah "penuntun" yang membawa kita kepada pembenaran oleh iman.
Hukum Taurat dan Janji: Bukan Dualisme, Tapi Progresi
Salah satu kesalahan umum dalam menafsirkan Galatia 3:19 adalah melihat hukum Taurat dan janji sebagai dua sistem keselamatan yang bersaing. Namun menurut teologi perjanjian Reformed, janji kepada Abraham dan hukum Taurat bukanlah dua perjanjian yang terpisah, melainkan tahap berbeda dalam satu rencana keselamatan Allah yang progresif.
Geerhardus Vos menjelaskan bahwa hukum Taurat bukan antitesis dari Injil, tetapi berfungsi untuk menyiapkan kedatangan Injil.
Relevansi Galatia 3:19 untuk Gereja Masa Kini
Ayat ini sangat relevan bagi gereja masa kini, terutama dalam menghadapi dua ekstrem:
1. Legalisme
Legalismelah yang menjadi konteks surat Galatia. Banyak orang percaya masih tergoda untuk berpikir bahwa kita bisa “menyumbangkan sesuatu” untuk keselamatan kita melalui perbuatan baik. Galatia 3:19 mengingatkan bahwa hukum tidak menyelamatkan—ia menunjukkan kebutuhan akan penyelamat.
2. Antinomianisme
Di sisi lain, ada yang menolak hukum sepenuhnya. Mereka berpikir bahwa karena kita di bawah anugerah, maka hukum sudah tidak relevan. Namun, dalam pandangan Reformed, hukum tetap berguna sebagai panduan hidup orang percaya (fungsi ketiga).
Kesimpulan: Kristus adalah Penggenapan Hukum
Galatia 3:19 tidak menolak nilai hukum Taurat, melainkan menempatkannya dalam perspektif yang benar: hukum adalah alat Allah untuk menyadarkan manusia akan dosa dan menuntun mereka kepada Kristus.
Dalam kata-kata John Calvin:
"Kristus adalah tujuan dari hukum, dan semua yang tertulis dalam Taurat menunjuk kepada-Nya."
Maka, iman Kristen bukanlah sistem moral kosong tanpa dasar. Justru, hukum Taurat adalah cermin kekudusan Allah yang akhirnya membawa kita ke salib, di mana kasih karunia dan kebenaran dinyatakan secara sempurna dalam diri Yesus Kristus.