Kumpulkanlah Harta di Surga (Matius 6:20)

Kumpulkanlah Harta di Surga (Matius 6:20)

Matius 6:20 (AYT):

“Akan tetapi, kumpulkan untuk dirimu sendiri harta di surga, tempat ngengat dan karat tidak merusak, dan tempat pencuri tidak membongkar serta mencuri.”

I. Pendahuluan

Dalam kehidupan yang semakin terdorong oleh kecepatan, kekayaan, dan kompetisi duniawi, kata-kata Yesus dalam Matius 6:20 menyerukan pembalikan arah yang radikal: dari bumi ke surga, dari materi ke kekekalan, dari diri sendiri ke Allah. Ayat ini adalah lanjutan dari peringatan dalam ayat 19 tentang bahaya mengumpulkan harta duniawi. Namun, Yesus tidak hanya melarang, Ia juga mengarahkan: kumpulkanlah harta yang kekal.

Eksposisi ini membahas makna ayat tersebut secara mendalam, berdasarkan pemikiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, R.C. Sproul, hingga Tim Keller. Kita akan mengupas konteks, makna teologis, dan aplikasinya dalam kehidupan.

II. Konteks Historis dan Literer

A. Posisi dalam Khotbah di Bukit

Ayat 20 ini adalah bagian dari Khotbah di Bukit (Matius 5-7), inti ajaran Yesus tentang hidup dalam Kerajaan Allah. Di pasal 6, Yesus memaparkan bagaimana kehidupan rohani seharusnya bebas dari kemunafikan dan berakar dalam relasi dengan Allah.

Matius 6:19-21 membentuk satu perikop tentang orientasi hidup terhadap kekayaan dan hati. Ayat 20 menjadi jantung dari perikop ini: sebuah seruan untuk menaruh hidup kita pada hal-hal yang kekal.

III. Eksposisi Ayat

A. “Kumpulkan untuk dirimu sendiri harta di surga”

Yesus menggunakan bentuk imperatif (thēsaurizete – “kumpulkanlah”) yang menunjukkan tindakan aktif dan terus-menerus. Harta di surga merujuk pada hal-hal rohani yang memiliki nilai kekal—perbuatan kasih, iman, ketaatan, pelayanan kepada sesama, dan relasi dengan Kristus.

John Calvin menegaskan: "Harta di surga bukan hanya pahala, tetapi anugerah kekal dari Allah bagi mereka yang hidupnya berfokus kepada-Nya."

B. “Tempat ngengat dan karat tidak merusak”

Ini adalah kontras langsung dari ayat 19. Di dunia, segala hal bisa rusak—tetapi harta surgawi tak terjamah oleh waktu, kerusakan, atau kehilangan. Kekekalan tidak bisa dipengaruhi oleh elemen-elemen duniawi.

Matthew Henry mengomentari, "Tidak ada bahaya akan kehilangan atau kerusakan di surga. Inilah investasi sejati, tempat di mana bunga (keuntungan) rohani tak pernah menurun."

C. “Dan tempat pencuri tidak membongkar serta mencuri”

Keamanan surgawi mutlak. Harta yang disimpan di surga tidak bisa disentuh oleh manusia atau musuh rohani. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, Yesus menunjukkan bahwa hanya harta surgawi yang aman.

R.C. Sproul berkata, "Apa yang kita simpan di surga, tidak pernah bisa hilang karena dijaga oleh tangan Allah sendiri."

IV. Teologi Reformed tentang Kekayaan dan Kekekalan

A. Dualitas Dunia vs Surga

Teologi Reformed secara kuat menekankan pemisahan antara dunia yang fana dan Kerajaan Allah yang kekal. Dunia adalah tempat sementara, sedangkan surga adalah rumah sejati bagi orang percaya.

Jonathan Edwards menyampaikan dalam salah satu khotbah terkenalnya bahwa, "orang bijak adalah mereka yang hidup untuk masa depan kekal, bukan kesenangan sesaat."

B. Prinsip Stewardship

Dalam teologi Reformed, manusia tidak memiliki apapun secara mutlak. Semua berasal dari Allah dan untuk Allah. Oleh karena itu, penggunaan harta harus mencerminkan tujuan Allah, bukan ego manusia.

Abraham Kuyper pernah berkata: "Tidak ada satu inci pun dari hidup kita yang bukan milik Kristus." Termasuk harta dan kekayaan.

C. Kemenangan atas Penyembahan Berhala

Uang dan kekayaan mudah menjadi berhala. Dengan mengarahkan hati pada harta di surga, kita sedang memerangi penyembahan terhadap mamon.

Tim Keller menyebut bahwa "berhala paling tersembunyi di hati manusia modern adalah rasa aman yang palsu dari kekayaan."

V. Aplikasi Praktis

A. Investasi Kekal: Apa Maknanya?

Mengumpulkan harta di surga berarti:

  1. Melayani orang lain dengan kasih.

  2. Memberi untuk pekerjaan Tuhan dan misi.

  3. Menumbuhkan buah Roh dalam hidup.

  4. Menyimpan Firman dan hidup berdasarkan Injil.

C.S. Lewis (yang meski bukan teolog Reformed secara teknis, sering dikutip dalam lingkaran Reformed) berkata: "Tujuan hidup kita di bumi adalah untuk mempersiapkan diri hidup di surga."

B. Menata Prioritas Hidup

Apakah hidup kita lebih banyak untuk membangun karier, status sosial, dan tabungan bank? Atau untuk membangun kehidupan kekal yang menyenangkan hati Allah?

Yesus mengajak kita bukan untuk meninggalkan dunia sepenuhnya, tetapi untuk menempatkannya dalam perspektif kekal.

C. Memberi dengan Sukacita

Harta di surga bukan dikumpulkan melalui kekikiran, melainkan melalui pemberian. Memberi adalah bentuk penyembahan dan ekspresi iman.

Rasul Paulus menulis dalam 2 Korintus 9:7, "Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."

VI. Ilustrasi dan Kisah Nyata

A. Ilustrasi: Bank Surgawi

Bayangkan kamu punya rekening di bank surgawi. Setiap kali kamu memberi, melayani, mengampuni, dan taat kepada Tuhan, kamu menabung di situ. Keuntungannya bukan dalam bentuk bunga duniawi, tetapi sukacita kekal dan mahkota kehidupan.

B. Kisah: George Müller

George Müller, pelayan Tuhan abad ke-19, menggunakan seluruh hidup dan kekayaannya untuk merawat anak-anak yatim. Ia tidak menumpuk harta, tetapi "menyimpannya" di surga melalui tindakan kasih. Ia percaya bahwa Allah akan mencukupi kebutuhannya selama ia melayani tanpa pamrih.

Penutup: Hati yang Tertambat ke Surga

Matius 6:20 adalah seruan Yesus untuk hidup dengan perspektif kekekalan. Dunia ini bukan rumah terakhir kita. Semua yang kita lakukan seharusnya bernilai kekal. Teologi Reformed menegaskan bahwa hidup Kristen adalah hidup yang berakar dalam kasih karunia Allah dan terarah pada kemuliaan-Nya yang kekal.

Kumpulkanlah harta di surga—bukan karena kita ingin menyuap Allah, tetapi karena hati kita telah ditransformasi oleh Injil. Harta surgawi adalah refleksi dari hati yang mencintai Allah lebih dari segalanya.

Next Post Previous Post