Lukas 18:22: Menanggalkan Kekayaan untuk Mengikut Yesus

Lukas 18:22: Menanggalkan Kekayaan untuk Mengikut Yesus

Pendahuluan

Dalam Lukas 18:22, Yesus memberikan perintah yang mengejutkan kepada seorang pemimpin muda yang kaya. Perintah ini menyoroti hubungan antara kekayaan, kemurahan hati, dan keselamatan. Banyak orang menganggap bahwa memiliki banyak harta adalah tanda berkat dari Tuhan, tetapi Yesus justru menantang pemahaman ini.

Berikut adalah ayat yang menjadi dasar pembahasan kita:

“Ketika Yesus mendengarnya, Dia berkata kepada orang itu, ‘Masih ada satu hal yang kurang. Juallah semua yang kamu miliki dan bagikanlah kepada orang-orang miskin, maka kamu akan mempunyai harta di surga; dan mari, ikutlah Aku.’” (Lukas 18:22, AYT)

Ayat ini sering disalahpahami sebagai larangan terhadap kekayaan atau ajakan untuk hidup miskin. Namun, dalam teologi Reformed, ayat ini lebih dalam daripada sekadar tentang uang. Ini adalah panggilan radikal untuk mengikut Kristus dengan sepenuh hati, tanpa terikat pada harta dunia.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi eksposisi Lukas 18:22 berdasarkan pandangan teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran John Calvin, Martin Luther, R.C. Sproul, dan John MacArthur.

Konteks Lukas 18:22

1. Kisah Pemimpin Muda yang Kaya

Lukas 18:22 merupakan bagian dari kisah pemimpin muda yang kaya (Lukas 18:18-30). Pemuda ini datang kepada Yesus dengan pertanyaan yang tampaknya tulus:

“Guru yang baik, apa yang harus aku lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?” (Lukas 18:18, AYT)

Yesus pertama-tama menantangnya dengan menyebutkan perintah-perintah dalam hukum Taurat (Lukas 18:20). Pemuda ini dengan bangga menjawab bahwa ia telah menaati semua perintah itu sejak masa mudanya. Namun, Yesus mengetahui bahwa ada sesuatu yang masih mengikat hati pemuda ini: kekayaannya.

Karena itu, Yesus berkata:

“Masih ada satu hal yang kurang. Juallah semua yang kamu miliki dan bagikanlah kepada orang-orang miskin, maka kamu akan mempunyai harta di surga; dan mari, ikutlah Aku.” (Lukas 18:22, AYT)

2. Reaksi Pemuda Kaya

Setelah mendengar perintah Yesus, pemuda ini menjadi sangat sedih karena ia memiliki banyak harta (Lukas 18:23). Ini menunjukkan bahwa hatinya lebih terikat pada harta dunia daripada kepada Tuhan.

Yesus kemudian berkata:

“Betapa sulitnya bagi orang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah!” (Lukas 18:24, AYT)

Di sini, Yesus bukan sedang melarang kekayaan, tetapi menyoroti bahaya jika seseorang lebih mencintai hartanya daripada Allah.

Eksposisi Lukas 18:22 dalam Perspektif Teologi Reformed

1. Yesus Menguji Ketulusan Iman Pemuda Kaya

“Masih ada satu hal yang kurang.”

Menurut John Calvin, Yesus tidak mengatakan bahwa menjual harta adalah syarat keselamatan, tetapi Ia mengungkapkan apa yang benar-benar menguasai hati pemuda ini.

"Pemuda ini mengira bahwa ia telah menaati hukum Tuhan, tetapi ternyata ia masih memiliki berhala dalam hatinya: kekayaannya."John Calvin

Yesus ingin menunjukkan bahwa keselamatan bukanlah hasil dari menaati hukum Taurat, tetapi datang dari iman kepada-Nya. Namun, iman sejati harus dibuktikan dengan kesediaan untuk menyerahkan segala sesuatu bagi Kristus.

Aplikasi bagi Orang Kristen

  • Kita harus memeriksa hati kita: Apakah ada sesuatu yang lebih kita cintai daripada Tuhan?

  • Mengikut Yesus berarti bersedia melepaskan semua yang menghambat hubungan kita dengan-Nya.

2. Menjual Harta sebagai Tanda Ketaatan dan Ketergantungan pada Allah

“Juallah semua yang kamu miliki dan bagikanlah kepada orang-orang miskin.”

Menurut Martin Luther, Yesus tidak sedang memberikan perintah universal agar semua orang Kristen menjadi miskin. Sebaliknya, Ia menguji apakah pemuda ini siap untuk melepaskan kepercayaannya pada harta dan hanya mengandalkan Tuhan.

"Ujian utama bagi iman sejati adalah apakah seseorang bersedia menyerahkan segalanya bagi Kristus."Martin Luther

Dalam teologi Reformed, keselamatan adalah anugerah, tetapi iman sejati harus menghasilkan buah, termasuk sikap hati yang tidak terikat pada kekayaan.

Aplikasi bagi Orang Kristen

  • Kita dipanggil untuk menggunakan kekayaan kita bagi kemuliaan Tuhan, bukan untuk kesenangan diri sendiri.

  • Kita harus siap melepaskan segala sesuatu jika Tuhan memanggil kita untuk itu.

3. Harta di Surga Lebih Bernilai dari Harta Dunia

“Maka kamu akan mempunyai harta di surga.”

Menurut R.C. Sproul, harta dunia bersifat sementara, tetapi harta di surga kekal selamanya.

"Yesus tidak ingin mengurangi kebahagiaan kita, tetapi ingin kita memiliki kebahagiaan yang sejati dan kekal dalam Kerajaan Allah."R.C. Sproul

Harta di Surga vs. Harta di Dunia

Harta DuniaHarta di Surga
Bersifat sementaraKekal selamanya
Bisa hilang dan dicuriDijaga oleh Tuhan
Tidak memuaskan hati manusiaMemberikan sukacita sejati

Yesus ingin pemuda kaya ini menaruh kepercayaannya pada kekayaan surgawi, bukan pada kekayaan duniawi.

Aplikasi bagi Orang Kristen

  • Apakah kita lebih mencintai harta di dunia atau harta di surga?

  • Apakah kita menggunakan harta kita untuk melayani Tuhan dan sesama?

4. Panggilan untuk Mengikut Yesus dengan Totalitas

“Mari, ikutlah Aku.”

Menurut John MacArthur, ini adalah panggilan utama dalam ayat ini. Yesus ingin pemuda ini bukan sekadar menaati hukum, tetapi benar-benar mengikut Dia.

"Mengikut Yesus berarti menyerahkan segalanya kepada-Nya, termasuk segala keinginan dan ambisi pribadi."John MacArthur

Ini menunjukkan bahwa iman sejati bukan sekadar soal menaati aturan, tetapi tentang hubungan pribadi dengan Kristus.

Aplikasi bagi Orang Kristen

  • Mengikut Yesus berarti menjadikan Dia sebagai pusat hidup kita.

  • Kita harus bersedia mengorbankan segala sesuatu demi Kristus.

Kesimpulan

1. Kekayaan Bisa Menjadi Penghalang bagi Kerajaan Allah

Yesus tidak mengatakan bahwa kekayaan itu jahat, tetapi cinta akan kekayaan bisa menghalangi seseorang untuk sungguh-sungguh mengikut Kristus.

2. Keselamatan Tidak Dapat Dibeli dengan Perbuatan Baik

Pemuda kaya ini berpikir bahwa ia bisa memperoleh hidup kekal dengan menaati hukum Taurat. Namun, Yesus menunjukkan bahwa iman kepada-Nya adalah satu-satunya jalan keselamatan.

3. Iman Sejati Ditunjukkan dengan Kesediaan Menyerahkan Segala Sesuatu

Jika kita benar-benar mengikut Yesus, kita harus bersedia meninggalkan segala sesuatu yang menghalangi hubungan kita dengan-Nya.

Sebagai orang percaya, kita harus bertanya kepada diri sendiri: Apakah ada sesuatu dalam hidup kita yang lebih kita cintai daripada Kristus? Jika ada, kita perlu bersedia menyerahkannya kepada Tuhan dan sepenuhnya mengikut Yesus.

Next Post Previous Post