Doa bagi Orang yang Merasa Dirinya Dekat dengan Kematian

Doa bagi Orang yang Merasa Dirinya Dekat dengan Kematian

Pendahuluan

Kematian adalah kenyataan yang pasti bagi setiap manusia. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya (Ibrani 9:27). Namun, ketika seseorang merasa bahwa ajalnya sudah dekat, perasaan takut, gelisah, dan ketidakpastian sering kali muncul. Bagaimana seharusnya orang percaya merespons momen ini?

Dalam teologi Reformed, kematian bukanlah akhir, melainkan pintu masuk menuju kemuliaan bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus. Oleh karena itu, doa memainkan peran penting dalam menyiapkan hati bagi mereka yang merasa dirinya dekat dengan kematian. Artikel ini akan membahas doa yang sesuai dalam menghadapi kematian menurut perspektif beberapa teolog Reformed, serta bagaimana iman dalam Kristus memberi penghiburan dan kepastian dalam menghadapi saat-saat terakhir di dunia ini.

1. Kematian dalam Pandangan Teologi Reformed

a. Kematian sebagai Upah Dosa

Menurut Roma 6:23, “Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Teologi Reformed menekankan bahwa kematian fisik adalah akibat langsung dari dosa yang masuk ke dalam dunia melalui kejatuhan manusia di Taman Eden (Kejadian 3:19).

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa kematian adalah konsekuensi dari pemberontakan manusia terhadap Allah. Namun, bagi mereka yang berada dalam Kristus, kematian tidak lagi menjadi hukuman, melainkan jalan menuju kehidupan kekal.

b. Kematian sebagai Pintu Masuk ke Kemuliaan

Bagi orang percaya, kematian bukanlah akhir yang menakutkan, tetapi awal dari kehidupan bersama Tuhan. Paulus menulis dalam Filipi 1:21, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa kematian bagi orang percaya hanyalah transisi menuju kemuliaan. Ini adalah saat di mana jiwa meninggalkan tubuh fana dan masuk ke dalam hadirat Allah (2 Korintus 5:8).

Oleh karena itu, doa menjelang kematian bukanlah sekadar ungkapan ketakutan, tetapi juga penyerahan diri kepada rencana Allah yang lebih besar.

2. Elemen Penting dalam Doa bagi Orang yang Merasa Dekat dengan Kematian

Doa bagi mereka yang merasa dirinya mendekati kematian harus mencerminkan beberapa aspek teologis utama, yaitu:

a. Pengakuan Dosa dan Permohonan Pengampunan

Setiap orang berdosa dan memerlukan pengampunan Allah. Oleh karena itu, doa menjelang kematian harus dimulai dengan pengakuan dosa yang tulus.

Contoh doa:

“Ya Tuhan yang Maha Kudus, aku mengakui bahwa aku adalah orang berdosa. Sepanjang hidupku, aku telah banyak gagal dalam menaati firman-Mu. Namun, aku percaya bahwa dalam Kristus ada pengampunan. Ampunilah aku, ya Bapa, dan sucikanlah aku dengan darah Anak-Mu yang kudus.”

Teologi Reformed menekankan bahwa keselamatan bukan berasal dari usaha manusia, tetapi semata-mata oleh anugerah Allah melalui iman kepada Yesus Kristus (Efesus 2:8-9). Oleh karena itu, pengakuan dosa dan permohonan pengampunan adalah langkah pertama dalam mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Allah.

b. Penyerahan Diri kepada Kedaulatan Allah

Orang percaya harus menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada kehendak Allah, baik dalam hidup maupun dalam kematian. Doa ini mencerminkan keyakinan bahwa segala sesuatu ada dalam kendali-Nya.

Contoh doa:

“Ya Tuhan, aku percaya bahwa hidup dan matiku ada di tangan-Mu. Jika Engkau memanggilku hari ini, aku tahu bahwa Engkau adalah Allah yang setia. Aku menyerahkan jiwaku ke dalam tangan-Mu seperti Kristus yang berkata, ‘Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.’” (Lukas 23:46)

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa keyakinan pada kedaulatan Allah adalah sumber penghiburan terbesar bagi orang percaya dalam menghadapi kematian.

c. Penghiburan dalam Janji Keselamatan

Orang yang merasa dirinya dekat dengan kematian harus dikuatkan oleh janji-janji keselamatan yang diberikan dalam Kristus.

Contoh doa:

“Tuhan Yesus, Engkau telah berkata bahwa siapa yang percaya kepada-Mu akan memiliki hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Aku berpegang pada janji-Mu. Aku tidak takut, sebab Engkau telah menyediakan tempat bagiku di rumah Bapa (Yohanes 14:2-3).”

Jonathan Edwards dalam khotbahnya yang terkenal, Sinners in the Hands of an Angry God, menggambarkan bagaimana hanya kasih karunia Allah yang dapat menyelamatkan manusia dari hukuman kekal. Oleh karena itu, orang yang mendekati kematian harus dikuatkan dengan pengharapan akan keselamatan yang pasti dalam Kristus.

d. Permohonan bagi Keluarga yang Ditinggalkan

Menjelang kematian, banyak orang merasa khawatir terhadap keluarga yang akan ditinggalkan. Oleh karena itu, doa harus mencakup permohonan bagi orang-orang yang masih hidup.

Contoh doa:

“Ya Tuhan, aku menyerahkan keluargaku ke dalam tangan-Mu. Engkau adalah Bapa yang setia, yang tidak akan meninggalkan mereka. Kiranya mereka tetap berpegang pada iman yang sejati dan tetap berharap kepada-Mu.”

Teologi Reformed mengajarkan bahwa Allah memelihara umat-Nya dari generasi ke generasi. Doa bagi keluarga adalah bukti kepercayaan kepada pemeliharaan-Nya.

3. Sikap Hati yang Diperlukan dalam Berdoa Menjelang Kematian

Menurut teologi Reformed, doa yang benar tidak hanya sekadar kata-kata, tetapi juga mencerminkan sikap hati yang benar. Beberapa sikap hati yang diperlukan dalam doa menjelang kematian adalah:

a. Iman yang Teguh

Iman kepada Kristus adalah dasar dari doa yang sejati. Tanpa iman, doa hanya menjadi ungkapan ketakutan tanpa pengharapan.

John Calvin menulis:

“Doa yang sejati adalah doa yang lahir dari hati yang percaya kepada janji-janji Allah dan bersandar sepenuhnya kepada Kristus.”

b. Kerendahan Hati

Orang yang mendekati kematian harus memiliki sikap rendah hati di hadapan Allah, menyadari bahwa hidup ini adalah anugerah dan hanya oleh kasih karunia Allah seseorang dapat masuk ke dalam kemuliaan-Nya.

c. Pengharapan akan Kehidupan Kekal

Kematian bukanlah akhir, tetapi awal dari kehidupan bersama Kristus. Pengharapan ini harus menjadi pusat dari doa menjelang kematian.

4. Kesaksian Teolog Reformed tentang Kematian Orang Percaya

a. John Owen

Dalam bukunya The Glory of Christ, John Owen menulis bahwa kematian adalah jalan menuju persekutuan yang lebih dalam dengan Kristus. Dia berkata:

“Kematian bagi orang percaya adalah seperti seorang pengantin yang dipanggil untuk bertemu dengan mempelainya.”

b. Charles Spurgeon

Spurgeon, meskipun lebih dikenal sebagai pengkhotbah Baptis, memiliki pandangan Reformed yang kuat tentang kematian. Dia berkata:

“Kematian tidak lagi memiliki sengat bagi kita, karena Kristus telah menanggung segala hukuman kita di kayu salib.”

c. Martyn Lloyd-Jones

Dalam khotbah-khotbahnya, Lloyd-Jones menekankan bahwa orang Kristen tidak boleh takut akan kematian, karena kita memiliki jaminan di dalam Kristus.

Kesimpulan: Menghadap Kematian dengan Doa dan Iman

Doa bagi mereka yang merasa dirinya dekat dengan kematian bukanlah doa keputusasaan, melainkan doa yang penuh iman, pengharapan, dan penyerahan diri kepada Tuhan.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menghadapi kematian dengan keyakinan bahwa Kristus telah menaklukkannya (1 Korintus 15:55-57). Kita berdoa bukan karena takut, tetapi karena kita ingin semakin dekat dengan Allah yang telah menebus kita.

Next Post Previous Post