IBRANI 11:1-3 (MAKNA IMAN BERDASARKAN SURAT IBRANI)

IBRANI 11:1-3 (MAKNA IMAN BERDASARKAN SURAT IBRANI)

Pendahuluan.

IBRANI 11:1-3 (MAKNA IMAN BERDASARKAN SURAT IBRANI). Iman di Perjanjian Baru, Iman berarti: mengamini dengan segenap kepribadian dan cara hidupnya kepada janji Allah, bahwa Ia didalam Kristus telah mendamaikan orang berdosa dengan diri-Nya sendiri, dengan segenap hidup orang yang beriman dikuasai oleh keyakinan. Dengan janji penebusan yang telah di genapi melalui datangnya Tuhan Yesus diatas kayu salib dan hidup orang percaya harus dikuasai dengan keyakinan yang teguh kepada Tuhan Yesus.

Sujoko mengatakan bahwa “Iman adalah hasil kerjasama Allah dan manusia. Allah memberikan wahyu-Nya dan Ia memampuhkan manusia menangkap wahyu itu. Bahkan, Allah ikut serta dengan manusia dalam penangkapan itu. Dalam iman, itu sudah di kuatkan partisipasi manusia pada kehidupan Allah”. 

Sugiri menulis dalam bukunya bahwa: Alkitab mengajarkan bahwa Iman itu bersifat eksistensial, mempengaruhi seluruh eksistensi (hidup). Iman adalah pertama-tama sesuatu yang lahir dalam hati dan dari sana mempengaruhi seluruh hidup, termasuk akal budi. Ini telah diutaran Paulus di Efesus 3:16, 17. “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kami oleh RohNya didalam hati mu, sehingga oleh iman mu Kristus diam didalam hati mu dan kamu berakar serta berdasar dalam kasih.

Warren mengungkapkan bahwa: “iman yang benar adalah ketaatan yang penuh keyakinan kepada Firman Allah bagaimana pun keadaan dan apapun akibatnya.”Penulis menyimpulkan bahwa beriman adalah mempercayai Firman-Nya, dan kemudian melaksanakan Firman itu tidak peduli bagaimanapun keadaannya atau apapun akibatnya, sekalipun menakutkan namun tetap menaati perintah Tuhan dan percaya bahwa Ia akan melakukan apa yang benar dan apa yang baik. 

Apabila Tidak menghargai anugerah Tuhan membuat setiap orang menjauh dari rasa syukur kepadaNya akhirnya iman tidak mengalami perkembangan dan tidak berbuah dalam kehidupan. Kehidupan pun menjadi batu sandungan kepada sesama, baik kepada tim pelayanan maupun dalam keluarga.

Semua yang di kerjakan tidak membawa damai serta hasil yang memuaskan, tanpa iman semuanya yang di kerjakan akan mengalami kesia-siaan. Brill dalam bukunya mengatakan bahwa: “Iman adalah karunia Allah dan juga gerakan manusia. Dasar iman adalah iman ialah Firman Allah, Roma 4:20-21. Tujuan iman ialah oknum Yesus Kristus. Iman yang menyalamatkan ialah iman akan Yesus Kristus sebagai juruselamat.”

Jadi, iman adalah keyakinan dan keteguhan hati orang percaya kepada Firman Allah yaitu kepada Yesus Kristus, mengakui bahwa Yesuslah Juruselamat umat manusia. Wesley mengutip lagi dalam bukunya bahwa iman adalah bukti hak milik segala sesuatu yang diharapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak terlihat. Selain itu juga iman adalah dampak dari segala sesuatu yang tidak kita lihat yaitu Firman Allahlah yang menjadi dasar orang percaya.

Dari penjelasan diatas iman berbicara bukan hanya percaya dan mendengar akan tetapi melakukan Firman Tuhan. Iman bukanlah hanya pengakuan dosa, melainkan pengakuan iman: pengakuan yang mempersatukan umat Kristen ke dalam satu persekutuan, seperti pengakuan iman yang berkembang dalam gereja di kemudian hari.

Pengakuan iman tersebut memuat unsur-unsur inti iman mereka. Dari paparan tersebut menunjukkan adanya keragaman dalam pemahaman tentang iman, namun ditengah keragaman tersebut orang percaya harus melihat bagian penting dalam Surat Ibrani yang membahas tentang iman.

KAJIAN SURAT IBRANI 11:1-3 TENTANG MAKNA IMAN

Iman adalah Dasar Bagi Orang Percaya

Berbicara tentang iman, ialah suatu kepercayaan, terutama kepada reabilitas Allah. Sedang dalam pengertian zaman modern iman adalah semacam pengetahun yag lebih rendah atau penerimaan pendapat atau berita, yang tidak sepenuhnya dapat di buktikan. Makna Alkitabiah iman (kata yang berkaitan denganya adalah kepercayaan) lebih terletak pada hakikat komitmen, meskipun dalam kenyataan tersirat juga adanya dasar yang membuat iman tak dapat didukung dengan bukti historis secara meyakinkan.

‘Iman’ dalam bahasa aslinya menggunakan kata pi,stij (noun nominative feminine singular common) menujukkan kata benda dalam bentuk kata ganti orang ke-1 feminim umum. Ini suatu kata benda satu kali terjadi sampai seterusnya. Artinya iman, kepercayaan, dan komitmen setiap orang percaya, dan tidak dapat digugat. 

Dalam pandangan friberg mengataka as a decision to be faithful and loyal to the Christian religion promise, pledge, commitment as a conviction that brings certainty faith, assurance as a Christian virtue, especially along with hope and love characterizing believers yang artinya sebagai keputusan untuk setia dan setia kepada agama Kristen dan suatu janji atau komitmen sebagai hukuman yang membawa iman kepastian, jaminan sebagai kebaikan Kristen yang terutama bersama dengan berharap dan cinta yang menandai yang percaya.

NKJV mengatakan Now faith is the substance sekarang iman adalah unsur suatu harapan. Sedangkan dalam BIS mengatakan Beriman berarti yakin sungguh-sungguh akan hal-hal yang diharapkan, dan dalam FAYH mengatakan apakah iman itu? Iman ialah keyakinan bahwa apa yang kita inginkan akan terlaksana. Jadi arti iman adalah suatu unsur harapan setiap orang percaya dan keyakinan, kesungguh-sungguhan.

Herlianto dalam bukunya menjelaskan bahwa iman adalah “positive Confession” yang dipopulerkan oleh Kenneth Hagin, yang dimaksudkan disini adalah bahwa kata-kata pengakuan yang kita ucapkan mempunyai kuasa kreatif. Artinya apa yang kita ucapkan akan menentukan apa yang akan kita alami. Setiap pengakuan (Confession) yang kita harapkan/inginkan harus diucapkan secara positip dan tanpa sikap ragu-ragu, maka dipercaya Tuhan akan mengabulkannya.Hagin menegaskan bahwa: “kamu akan memperoleh apa yang kamu ucapkan. Kamu dapat menulis tiketmu sendiri dengan Tuhan. Dan langkah pertama menulis tiketmu sendiri dengan Tuhan adalah ‘katakan’.

Kesimpulan: iman bukan sekedar percaya dan berkata-kata tetapi harus memiliki suatu kuasa dalam arti keyakinan yang kokoh dan tanpa ada keraguan sedikitpun, dalam arti tetap dalam pendirian. 

Dalam hal ini Hagin memberi penjelasan bahwa setiap orang berkata dan mengakui Dia adalah Tuhan dan Juruselamat maka itu merupakan tindakan yang pasti memberi jaminan hidup bagi kita untuk melangkah lebih baik lagi. 

Sedangkan dalam KBBI iman adalah keyakinan, kepercayaan, ketetapan hati, dan keteguhan batin.  selanjutnya 

Janette Oke menegaskan dalam bukunya bahwa iman adalah percaya dengan sengenap orang bahwa Allah mengasihi setiap orang yang percaya, memelihara, dan memperhatikan segala kebutuhan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Oleh sebab itu iman yang besar kepada Allah berarti kerendahan hati, ketaatan dan pertumbuhan. Hasilnya belum tentu berupa keberhasilan, kesehatan, yang baik, ketenaran, prestasi ataupun berkat keuangan; hasilnya yang paling nyata adalah buah Roh (Galatia 5:22,23). Jadi iman jangan sekali-kali diukur dengan apa yang dimilki meliankan dengan keadaan setiap orang percaya. 

Jadi, iman merupakan suatu keyakinan, keteguhan batin, serta ketetapan hati seseorang untuk mengambil suatu tindakan atau komitmen dalam hidupnya, sehingga dalam keyakinan tersebut membentuk suatu ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan.

Kata ‘Now faith’ yang artinya ‘sekarang iman’ kata ‘sekarang’ ini menunjukan suatu keyakinan dan suatu penekanan bahwa iman adalah suatu harapan keyakinan dan kenyataan dalam diri sesorang. Prime menjelaskan bahwa iman adalah suatu tindakan yang menentukan dan sikap yang terus-menerus. Iman mulai sebagai tindakan seseorang yang membuang kepercayaan pada diri sendiri untuk mendapat keselamatan. Holmes menegaskan dalam bukunya iman adalah respon manusia kepada penyataan diri Allah. Ini tindakan manusia yang muncul dari pekerjaan Allah.

Iman adalah “dasar” dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Kata “dasar” artinya kepercayaan, dan jaminan. Friberg  mengartikan sebagai kenyataan sasaran yang memberi suatu jaminan perusahaan yang basis untuk kepercayaan atau unsur jamiman atau landasan, harapan/pondasi. 

Jadi, dasar disini ialah suatu jaminan atau kepercayaan dalam diri seseorang. Sedangkan dalam TL, dasar adalah “percaya yang sungguh-sungguh” dalam NKJV memakai kata “substance” mengandung arti “unsur” dalam arti bahwa dasar adalah suatu unsur yang terdapat dalam diri seseorang untuk mengambil suatu tindakan yang pasti.

Menurut Henry mengakatakan bahwa iman adalah dasar sesuatu yang kita harapkan. Iman dan harapan berjalan bersama-sama. Hal-hal yang sama yang kita harapkan adalah juga hal-hal yang kita imani. Iman adalah keyakinan dan harapan teguh bahwa Allah berkenan menggenapi semua yang telah di janjikan-Nya kepada kita di dalam Kristus. 

Keyakinan ini begitu kuat sehingga membuat jiwa seakan-akan memiliki hal-hal tersebut dan buah-bauhnya pada saat ini, dan membuat hal-hal itu hidup didalam jiwa, dengan mengecap buah-buah pertama diriNya. Sehingga dalam menjalankan iman orangorang percaya dipenuhi dengan sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan.

Gary Dausey menjelaskan dalam bukunya bahwa dasar adalah suatu bangunan yang dibangun dengan fondasi yang lebih akurat dan fondasi yang tidak mudah digoyahkan oleh siapapun. Dasar artinya keutamakan, atau yang paling terpenting iman tidak bisa menjadi nomor dua dalam hidup seseorang melainkan hal yang paling utama atau pertama dalam setiap kehidupan orang percaya.

Iman adalah Dasar Pengharapan Orang Percaya

Berbicara tentang pengharapan ini merupakan suatu kesamaan dengan iman dimana iman adalah keyakinan atau kepercayaan. Sedangkan pengharapan juga sama dalam arti memiliki suatu keteguhan hati, keyakinan hati, harapan akan janji Allah. 

Henry menjelaskan bahwa pengaharpan adalah teguh bahwa Allah akan menggenapi semua yang telah dijanjikan-Nya kepada kita di dalam Kristus.

Kata “pengharapan” dalam bahasa aslinya menujukkan perintah bersifat tetap yang menandakan suatu kepunyaan dalam bentuk jamak. Yang artinya kesetiaan, kwalitas, komitmen dan ke andalan.

NKJV Memakai kata Hoped for yang artinya yang diharapkan. Sedangkan dalam NET, mengatakan we hope for yang artinya mengharapkan. Dalam KBBI memakai kata berharap yang artinya: keinginan supaya sesuatu terjadi, rindu, dan selalu menanti. 

Jadi, disimpulkan bahwa kata pengharapan adalah suatu kualitas yng berpusat dalam satu tujuan yaitu harapan benar-benar terjadi, atau sesuatu yang diharapkan itu pasti diterima. Marty mengatakan dalam bukunya bahwa pengharapan adalah kepercayaan yang menaruh harapan yang patis, adanya kepastian, jaminan.

Iman Adalah “Bukti” Bagi Orang Percaya

Kata “Bukti” berarti melakukan, bertindak, menyatakan, membuktikan dari dalam hati sampai bertindak dengan dunia nyata. 

Dalam AV memakai kata: reproof , evidence.artinya teguran, bukti. Sedangkan dalam NKJV memakai kata evidence artinya bukti. Sedangkan dalam BIS lebih menekankan bahwa bukti adalah mempunyai kepastian.

Jadi "bukti" adalah tindakan dan menyatakan dalam hal bahwa memberi kepastian untuk sungguh-sungguh melakukannya.

Matthew Henry menjelaskan bahwa: iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat. Iman menunjukkan kepada akal budi kenyataan dari hal-hal yang tidak dapat dicerna oleh mata jasmani. Iman adalah persetujuan teguh dari jiwa terhadap wahyu ilahi dan setiap bagian darinya, dan mencerahi jiwa bahwa Allah itu benar. 

Iman adalah persetujuan penuh akan semua hal yang telah diwahyukan Allah sebagai kudus, adil, dan baik. Iman membatu jiwa menerapkan semua itu pada dirinya dengan segala perasaan dan perbuatan yang sesuai. Jadi, iman dirancang untuk melayani orang percaya sebagai alat penglihatan, dan bagi jiwa, iman bertindak layaknya pancaindra bagi tubuh.

Iman adalah Percaya dan Tidak Melihat

Kata percaya dan tidak melihat disini menunjuk pada kesaksian dalam arti sekalipun tidak melihat namun tetap percaya akan Tuhan dan mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan dalam FAYH mengatakan Iman ialah kepastian bahwa yang diharapkan sudah menantikan, walaupun hal itu belum dapat dilihat sekarang. 

NKJV memakai kata the evidence of things not seen. Yang artinya bukti macam hal tidak melihat. Dalam BIS mengatakan; berarti mempunyai kepastian akan hal-hal yang tidak dilihat. Jadi, artinya sekalipun tidak melihat namun percaya atas karya Allah dan membuktikan dan memperlihatkan bawah iman adalah harapan yang teguh dalam setiap persoalan hidup.  

Henry mengakatakan dalam bukunya bahwa: Iman mereka adalah kehormatan mereka. Iman mematulkan kehormatan pada diri mereka. Mereka adalah kehormatan bagi iman mereka, dan iman mereka adalah kehormatan bagi mereka. Iman membuat mereka melakukan hal-hal yang memberikan kesaksian baik, dan Allah telah memberi perhatian supaya ada catatan dan kesaksian yang ditulis tentang hal-hal baik yang mereka lakukan dengan kekuatan anugerah ini.

Tindakan-tindakan iman yang tulus akan tahan untuk disaksikan, patut disaksikan, dan akan ketika disakiskan, membawah kehormatan mereka yang sungguh-sungguh percaya. 

Pertama: percaya bahwa alam semesta ini tidak abadi, tidak pula terjadi dengan sendirinya, tetapi dijadikan oleh yang lain; 

kedua bahwa penciptaan alam semesta adalah Allah. Dialah penciptaan segalanya, dan siapa saja yang menciptakan segalanya seperti ini pastilah Allah. 

Ketiga bahwa Allah menjadikan dunia dengan ketepatan yang tinggi. Dunia adalah pekerjaan yang terbentuk, segala sesuatunya disesuaikan dan dicondongkan untuk memenuhi tujuannya.

Ke empat bahwa Allah menciptakan dunia oleh Firman-Nya, yaitu oleh hikmat-Nya yang hakiki dan Anak-Nya yang kekal, dan oleh kehendak-Nya yang bekerja, yang berkata, terjadilah, maka semuanya jadi (Mazmur 33:9).

Percaya berarti pengorbanan. Setelah Abraham lepas dari segala kepastiannya yang dahulu itu, ia harus pula mengorbankan anaknya yang sangat dikasihi-Nya (Kej 22).

Percaya berarti bahwa kita diberikan sikap yang baru terhadap apa yang disebut “realitas sehari-hari”.sebab “Realitas abadi” telah menguasai hidup. Oleh karena itu orang-orang beriman adalah sebagai orang asing dan pendatang di bumi ini (Ibrani 11:13-14). 

Percaya berarti kebangkitan untuk memulai hidup yang baru. Ur adalah negeri yang terkenal, ditinggalkan oleh Abraham; dirinya yang dahulu itu, telah di serahnya ke dalam kematian (Galatia 6:14); lalu lahirlah seoarang manusia baru (Galatia 2:20). Abraham percaya kepada Allah yang hidup yakni Allah yang menghidupkan orang mati dan membuat dengan firmaNya apa yang tidak ada menjadi ada (Roma 4:17). 

Percaya berarti, bahwa bukan aku lagi yang hidup melainkan Kristus, firman Allah yang hidup dalam diriku. Aku hidup dari iman dan oleh iman (Roma 1:17). Iman itu hidupku. Tuhanlah yang menjadi hidupku. Ke percaya berarti kemenangan. kemenangan yang mengalahkan dunia, iman( 1 Yohanes 5:7). sungguhpun seluruh tanah itu telah dijanjikan kepadanya (Kejadian 12:7; 15:7). Tetapi Abraham mempercayainya, biarpun bertentangan dengan segala yang dilihat dan dialaminya.

Dengan “mata iman ”ia melihat sesuatu yang lain. Percaya Adalah dasar dari segala sesuatu yang tidak terlihat (Ibrani 11:1). 

Percaya adalah berjuang untuk menjadi percaya. Kehidupan Abraham memperlihatkan kepada kita, bahwa kadang-kadang imannya terancam hilang: Ismael adalah bagaikan anak dari ketidak percayaan Abraham (Kej 16; Galatia 4:23). Siapa yang percaya, ia berdoa: Aku percaya. Tolonglah aku dalam ketidak percayaanku (Markus 9:24).

KAJIAN TEOLOGIS TENTANG MAKNA IMAN

Iman secara hakiki berkenan dengan dua macam hal, hal-hal dimasa depan (atau yang diharapkan) dan hal-hal yang tidak kelihatan. Iman itu memilki keyakinan yang sama terhadap pemenuhan yang akan datang dari yang satu, serta kenyataannya dimasa kini dari yang kedua. Tanpa sikap yang penuh kesadaran dan kepastian terhadap Allah yang dinyatakan secara aktif demikian, tidak mungkin orang berkenan kepada Allah atau memiliki hubungan pribadi dengan Dia jikalau tidak menghampiri Allah. 

Dalam kajian ini memaparkan beberapa makna iman berdasarkan pemikiran teologis.

Penyerahan Diri Secara Total kepada Allah.

Seorang hamba Tuhan atau pelayan harus betul-betul memberi diri untuk kepentingan pelayanan. Seseorang yang betul-betul mengabdikan dirinya untuk pelayanan, rela kehilangan hak. Tuhan Yesus melepaskan segala hak demi tugas pelayanan yang diberikan kepadaNya. Ia rela melapaskan apa yang menjadi milik-Nya demi kepentingan kerajaan Allah. 

Hak-hak tersebut antara lain, hak untuk di hormati, dikasihi, di perlakukan adil, menikmati milik sendiri. Tanpa penyerahan, pelayanan hanya akan menjadikan seorang sebagai sebuah mesin, yang melakukan tugasnya tanpa hati. Agar setiap orang percaya benar-benar menyerahkan dirinya di dalam kuasa Tuhan, segenap hati. Anda tidak menginginkan sebagian dari hidup Anda. Dia meminta kita segenap hati kita, segenap jiwa kita, segenap akal budi kita, dan dengan segenap kekuatan kita. Allah tertarik pada komitmen separuh hati, ketaatan sebagian, dan sisa-sisa waktu dan mengabdi kepadaAllah. 

Eddy dalam bukunya mengatakan bahwa: Sesungguhnya tak ada seorang pun yang dapat kita percayai, bahkan kepercayaan suami dan istri, orang tua dan anak, sesama saudara sekandungpun dapat berakhir dengan kecurigaan, perselisihan, perpisahan, dendam kusumat atau pembunuhan. Hubungan manusia yang tidak di bangun atas iman percaya yang sejati dalam Yesus Kristus akan terancam kesia-siaan dan kehancuran. Dia juga berjanji akan setia memelihara mereka yang bersandar kepada-Nya. Sebab itu serahkan seluruh kekuatiran mu kepada-Nya (I Petrus 5:7). Hanya mereka yang sungguh-sungguh percaya kepadaNya, yaitu mereka yang berserah penuh kepadaNya akan menikmati kebahagiaan yang sejati.

Jadi satu cara penyerahan diri secara total ialah percaya secara total, dan mengabdi kepada Allah serta penyerahan diri dalam arti bahwa Allah adalah maha pelindung, maha penyayang, maha tahu, dan maha mulia. Dan iman yang sejati adalah mencakup tentang kemustahilan bagi dunia menjadi tidak mustahil bagi Allah, dalam Friman Allah mengatakan: “sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” ( Matius 17:20). 

Pernando menjelaskan, sikap penyerahan diri menurut Alkitab adalah menyerahkannya kepada Kristus dan membiarkan Kristus menjadi Tuhan atas hidupnya. Kristus tidak membinasakan setiap diri orang percaya yang diserahkan kepada-Nya, malahan Ia menebuskanya dan memberikannya kepada kepada satiap orang yang percaya kepacaya.

Ketaatan Dan Kesetiaan Kepada Allah

Kata ‘setia’ dalam bahasa Ibrani, berasal dari sebuah kata ‘sokong’ atau tanggung’ yang artinya Orang yang setia berarti orang yang dapat menyongkong, yang menanggung, yang kepadanya kita dapat bersandar tanpa merasa kuatir (Ulangan 7:9;32:4; Yesaya 49:7; 1 Korintus 1:9; 10:13, 1 Tesalonika 5:24, 2 Tesalonika 3:3, 1 Yohanes 1:9).57 Dapat di simpulkan bahwa orang yang setia adalah seorang yang menyadari bahwa Allah setia sehingga ia mau untuk memperhatikan satu sama lain sebagai saudara dalam Tuhan.

Melalui pemaparan di atas Rey juga menjelaskan bahwa kesetiaan dalam bahasa Yunani disebut pistis. Kesetiaan ini juga terdalam dalam Amsal 20:6,”... tetapi, orang yang setia siapakah yang menemukannya” ayat ini memiliki arti, kesetiaan itu langkah ditemukan, karena itu ketika orang percaya memiliki kesetiaan, maka ia akan menjadi teladan bagi dunia yang dahaga akan kesetiaan. 

Dapat di simpulkan bahwa tidak semua orang memiliki kesetiaan itu, tetapi ketika orang percaya memiliki kesetiaan di hadapan Tuhan maka dari situlah orang percaya dapat menjadi teladan bagi dunia. 

Naftrik 6mengatakan bahwa kesetiaan Allah sang khalik adalah kesetiaan terhadap dunia dan manusia yang berdosa. Mengapa orang percaya harus memiliki kesetiaan? Dan bahkan kesetiaan orang percaya harus menjadi telada, penulis menyimpulakan bahwa Allah sudah terlebih dahulu setia kepada umatNya. 

Barth mengatakan bahwa kesetian Tuhan kepada umatNya mengajarakan kepada umat pilihannya agar umat pun setia kepda Allah. 

Brake juga mengatakan bahwa kita setia dalam mencari Allah karena kita memandang Allah itu baik dan murah hati. 

Caram mempertegas dalam bukunya bahwa orang yang menyadari ketidak berdayaannya akan berdoa dengan sungguh-sungguh dan bersandar kepada Allah. Dengan demikian ia di kuatkan dan ia mampuh tetap berdiri teguh.

Sama halnya yang telah dialami oleh Rasul Paulus. Caram kembali mengatakan dalam bukunya bahwa Paulus tetap setia waktu ia berada dalam kesusahan sama seperti waktu ia berada dalam keadaan baik. Tidak ada kondisi jatuh bangun dalam kehidupan Rasul Paulus. Ia telah mendapatkan Visi ilahi dan ini membuat ia hidup secara berbeda. Suatu visi yang baru mengubah cara berfikir dan cara hidup kita.

Dapat disimpulkan bahwa kesetiaan yang dimaksud melalui penjelasan diatas adalah kesetiaan umat kepada Allah melalui setiap persekutuan dengan umat percaya untuk memiliki hidup yang terus mencari Tuhan dan bersandar atas setiap kehendak Tuhan. Dalam hidup beriman pun harus dapat dinyatakan dengan hidup yang berkomitmen dalam hati untuk terus rindu mencari Tuhan dan bersandar terus dengan setiap kehendak Tuhan.

Ketaatan adalah buah dari iman setiap orang yang percaya kepada Tuhan. Iman tanpa ada ketaatan kepada perintah Tuhan tidak berguna. Iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh Firman Tuhan, (Roma 10:17). Alkitab telah memberikan contoh bagi setiap orang percaya seorang bapak yang beriman dan memilki ketaatan yaitu Abraham. Abraham merupakan bapak dari segala iman Kristen yang telah memberikan contoh bagi orang percaya. 

John Perkins menjelaskan bahwa: Tetapi Abraham menjadi bapa iman kita sebab walaupun dia hidup dalam zaman penyembahan berhala yang orang-orangnya percaya pada banyak dewa, ia percaya pada penyataan Allah kepadanya bahwa hanya ada satu Allah di surga. Dari berjalan keluar karena taat pada apa yang Tuhan suruh ia kerjakan-yaitu meninggalkan semua dewa lain dan kaum keluarganya, dan pergi ke negeri yang baru. dan ia pergi dengan taat, Imanya-kepercayaannya Allah dan perbuatanya berdasarkan kepercayaan itu menjadikannya bapa iman kita.

Jadi ketaatan merupakan bentuk kerendahan hati setiap orang percaya kepada Allah, jadi iman yang benar selalu terarah kepada Kristus dan percaya Allah yang menopang seluruh hidup orang percaya. Ketaatan juga dapat dilihat dari setiap kehidupan sehari-hari apakah setaip orang percaya hidup dalam kebenaran Firman Tuhan. Iman adalah ketaatan terhadap perintah Tuhan, dan keatatan menimbulkan kerendahan hati kepada Tuhan.

Iman Disertai Dengan Perbuatan

Manusia tidak hanya berfikir dan menilai, dia juga memiliki proyek-proyek yang ia kerjakan. Pemikiran dan penilainnya turut mempengaruhi proyeknya, menentukan sarana yang dipergunakannya,dan juga tindakannya. Sebaliknya juga proyeknya membentuk pemikirannya dan mempengaruhi kepercayaanya. Abineno menegaskan dalam bukunya bahwa Iman Kristen adalah pemberian atau anugerah Allah. 

Pemberian atau anugerah Allah tidak membuat manusia menjadi passif. Malahan sebaliknya: dalam iman, yang Allah berikan kepadanya, manusia aktif. sebab beriman artinya: mengulurkan tangan kepada Allah untuk menyambut tanganNya, yang terlebih dahulu di ulurkanNya (sebagai anugerah) kepada manusia. Oleh karena imanlah setiap orang percaya dibenarkan dan oleh karena imanlah manusia tidak lepas dari hukuman dosa.

Menurut Roma 8:33,34 kata “membenarkan” menjadi lawan kata “menghukum” jikalau demikian, maka yang disebut “membenarkan” adalah tindakan Allah sebagai Hakim, yang setelah menghakimi manusia menjatuhkan putusan, bahwa orang yang dihakiki tadi “benar’ artinya “tidak bersalah”. Dan oleh karenanya tidak dihukum. 

Kata pembenaran adalah kata yang dipakai dibidang kehakiman. Allah membenarkan manusia, artinya menganggap manusia tidak bersalah, adalah sama dengan Allah mengampuni dosa manusia atau Allah mendamaikan manusia dengan diriNya sendiri atau Allah menjadikan manusia menjadi anak-anakNya. Menurut Roma.3:21,23 agar manusia dapat dibenarkan di dalam penghakiman Allah, ia harus memiliki “kebanaran Allah” karena iman dalam Yesus Kristus. Jadi penulis menyimpulkan bahwa manusia haruslah memiliki pembenaran yaitu “kebenaran Allah” sebab kebenaran di dalam Kristus memberi jaminan hidup bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Menurut Prime mengatakan dalam bukunya pembenaran ialah: Kebenaran adalah kebenaran yang yang kelak pada akhir Zaman akan menjadikan orang dappat bertahan dihadapan meja penghakiman Tuhan Allah. Kebenaran berpusat iman kita kepada Kristus atas dasar kematian dan kebangkitan Kristus. Dengan kejadian itu Kristus menjadi alat pendamai bagi Allah antara manusia dengan Allah.

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa iman adalah suatu pembenaran dalam setiap hidup orang percaya, di mana iman menjamin bahwa jalan hidup adalah Kristus. Dengan satu catatan bahwa Allah sumber kebenaran dan sumber kehidupan bagi setiap orang percaya yang mengandalkan Dia.

PENERAPAN MAKNA IMAN BERDASARKAN IBRANI 11:1-3

Berdasarkan kajian eksegetikal dan tinjauan teologis tentang makna iman dalam Ibrani 11:1-3 maka ada beberapa aplikasi penting untuk diterapkan oleh orang percaya, yaitu: menyerahkan diri secara total kepada Allah, memiliki ketaatan dan kesetiaan kepada Allah dan memiliki iman yang disertai dengan perbuatan.

Menyerahkan Diri Secara Total Kepada Allah

Tidak semua orang memiliki kesadaran untuk menyerahkan diri secara totalitas kepada Tuhan, ada kalahnya manusia hanya sebagai runtinitas saja untuk percaya bahwa Allah adalah Maha kuasa. Semakin banyak manusia semakin meragukan hubungan dengan Tuhan. Pada zaman moderen ini begitu sulit setiap orang percaya menyerahkan dirinya dengan sepenuh hati, dan dengan totalitas kepada Allah, lebih cederung adalah mengikuti keinginan duniawi dan keinginan diri sendiri. Dalam hal ini bukan berarti setiap orang percaya tidak bisa menyerahkan totalitas dirinya kepada Tuhan, akan tetapi penyerahan diri adalah merupakan kesimpulan atau keputusan yang ada dalam diri seseorang dalam hidupnya.

Menurut kitab Roma 12:1 penyerahan diri secara total ialah mempersembahkan hidup dengan sepenuhnya dihadapan Tuhan, Sebagai orang percaya haruslah memiliki iman yang berkualitas yang tidak mudah kendor terhadap masalah dan berbagai pencobaan tetap hati hanya tertujuk kepada Tuhan sebagai Juruselamat manusia. 

Selanjutnya penyerahan diri ialah bukan hanya sekdar menyerahkan diri saja dihadapan Tuhan, tetapi penyerahan diri disini ialah secara totalitas, segenap hati, segenap akal budi, pikiran, serta benar-benar mengabdi kepada Tuhan. Hal ini menunjukan kesungguhan hati dan ketekunan hati kepada Tuhan. Hal ini mustahil untuk dilakukan setiap orang percaya, sebab keinginan daging dan hawa nafsu dunia, dan pengaruh semakin besar sehingga setiap orang percaya sulit untuk menyerahkan diri secara totalitas kepada Tuhan. 

Dengan demikian bukan dalam arti setiap orang percaya tidak bisa melakukan, sebenarnya bisa asalkan setiap orang percaya mengambil komitmen dalam hatinya untuk tetap setia kepada Tuhan, dan menghandalkan Dia sebagai Tuhan dan juruselamat manusia. Hal ini membuktikan bahwa salah bukti iman adalah menyerahkan diri secara total kepada Tuhan. Dengan demikian ketika menyerahkan diri untuk dipimpin oleh Tuhan makan apapun yang terjadi tetap tegak dihadapan Tuhan, (2 Korintus 13:5).

Dalam Yohanes 14:12 berkata bahwa “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa” artinya bahwa setiap yang percaya dan yang telah menyerahkan dirinya dipimpin oleh Tuhan, dengan kekuatan Tuhan orang percaya mampu melakukan perkara-perkara yang besar, (Lukas 10:16). 

Orang yang sudah menyerahkan diri secara total dihadapan Tuhan, berarti mampu mengendalikan diri dari pikiran-pikiran yang tinggi yang hanya menuruti keinginan duniawi, (Roma 12:3). Memang setiap orang percaya tidak memiliki masalah dalam iman, tetapi orang percaya memiliki masalah dalam pengetahuan, untuk itu marilah belajar bagimana pekerjaan iman dalam setiap orang percaya. Orang percaya harus mengakui bahwa iman yang dia peroleh adalah berasal dari Tuhan, (Filemon 1:6).

Oleh sebab itu, tidak perlu meragukan kuasa Tuhan atas diri setiap orang percaya, sebab oleh kasih karunia Tuhanlah manusia diselamatkan dan diberikan kuasa untuk dapat mengendalikan diri dari keinginan duniawi, (2 Petrus 1:2-4). Salah satu bukti penyerahan diri secara Alkitab ialah Filipi 1:21 berkata bahwa “karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”. Hal ini memberi pemahaman yang tepat bagi setiap orang percaya bahwa ketika menyerahkan diri secara total dihadapan Tuhan mati pun keuntungan baginya. Inilah salah satu bentuk sifat orang percaya yang sudah benar-benar menyerahkan diri kepada Tuhan dengan segenap hati, dan mau dipimpin oleh Tuhan.

Memiliki Ketaatan dan Kesetiaan Kepada Allah

Orang Kristen harus mengejar kesetiaan dalam mempertahankan iman kepada Tuhan apa pun yang terjadi. Kristen yang memiliki kesetiaan harus mampu menunjukkan iman yang kuat, yang berbobot, bukan iman yang kosong dan mati tetapi dapat diteladani.

Kata ‘setia’ dalam bahasa Ibrani, berasal dari sebuah kata yang berarti ‘sokong’ atau tanggung’. Orang yang setia berarti orang yang dapat menyongkong, yang menanggung, yang kepada-Nya dapat bersandar tanpa merasa kuatir (Ulangan 7:9;32:4; Yesaya 49:7; 1 Korintus 1:9; 10:13, 1 Tesalonika 5:24, 2 Tes. 3:3, 1 Yohanes 1:9). 

Dapat disimpulkan bahwa orang yang setia adalah seorang yang menyadari bahwa Allah setia sehingga ia mau untuk memperhatikan satu sama lain sebagai saudara dalam Tuhan. Kesetiaan ini juga terdalam di dalam Amsal 20:6,”tetapi, orang yang setia siapakah yang menemukannya” ayat ini memiliki arti, kesetiaan itu langkah di temukan, karena itu ketika orang percaya memiliki kesetiaan, maka ia akan memjadi telada bagi dunia yang dahaga akan kesetiaan.

Dapat di simpulkan bahwa tidak semua orang memiliki kesetiaan itu, tetapi ketika orang percaya memiliki kesetiaan di hadapan Tuhan maka dari situlah orang percaya dapat menjadi teladan bagi dunia. Naftrik mengatakan bahwa kesetiaan Allah sang khalik adalah kesetiaan terhadap dunia dan manusia yang berdosa. Salah satu mengapa orang percaya kurang kesetiaan ialah karena orang percaya mudag terpengaruh terhadap pengajarah sesat, karena orang percaya terlalu mementingkan diri sendiri, dan karena orang percaya kurang percaya diri sehingga ketika diperhadapkan masalah kesetian dan ketaatan tersebut hilang.

Akibat dari ketidak setiaan adalah banyak orang percaya menjadi murtad, dan berpaling dari imannya kepada Yesus. Dalam zaman ke-zanman sulit untuk menemukan orang yang setia kepada imannya, sulit untuk menemukan orang yang taat, kepada imanya bahkan ada yang meragukan imanya, kepercayaan kepada Tuhan.

Hal ini terjadi karena pola hidup manusia yang semakin hari semakin berubah, bahkan perkembangan zaman yang semakin mengubahkan pola kehidupan orang percaya yang mengutamakan ialah pengetahuan, intelektual, kecedasan, kebebasan, sehingga tidak ada namanya takut akan Tuhan yang ada semuanya mengandalkan kekuatan sendiri.

Dalam Alkitab berkata, “ iman adalah dasar dari segala sersuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1). Iman dalam arti yang sebenarnya adalah percaya dan menaati Firman Allah. Hal ini telah memberi contoh Alkitab tentang iman Abraham yang telah menjadi bapa iman bagi setiap umat manusia.

Iman Abraham ialah ketaatanya kepada Allah dan kesetiaannya kepada Firman Allah, Abraham tidak mengabaikan perkataan atau perintah Allah dia terus setia dan taat sampai dia mengakhiri hidupnya.

Seseorang percaya mendapat iman dari Firman Allah. “jadi iman timbul dari pendengaran dan pendegaran oleh Firman Kristus” (Roma 10:17). Dalam suratnya kepada orang Roma, paulus menunjukkankepada orang percaya bahwa dunia berada dalam kegelapan kafir, tetapi ia “mempunyai keyakinan yang kokoh dalam injil, karena injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Roma 1:16). Injil Kristuslah yang merupakan dasar iman orang percaya. Itulah sebabnya orang harus mendengar Firman Tuhan, setia kepada Firman Tuhan, dan taat terhadap perintah Allah.

Ketaatan orang percaya merupakan bentuk kerendahan diri dihadapan Tuhan, sehingga melalui ketaatan orang percaya tidak tinggi hati, tidak serakah, tetapi memiliki hati yang lemah lembut, dan ramah kepada sesamanya. Iman yang sejati ialah merupakan misteri dalam arti bahwa iman itu diberikan Allah bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Iman sejati bukan dimulai dari dirinya sendiri, melainkan dimulai dari Allah, (Matius 16:13-17).

Memiliki Iman Yang Disertai Dengan Perbuatan

Yang dimaksud dengan perbuatan adalah kelakuan atau tindakan seseorang yang mengahasilkan sifat positif maupun negatif. Dalam hal ini memberi suatu pengajaran bagi setiap orangt percaya bahwa iman bukan hanya sekedar percaya, berkomitmen, ketaatan, kesetiaan, atau menyerahkan diri secara total kepada Tuhan. Akan tetapi iman adalah disertai dengan perbuatan, tindakan, dan kelakuan yang dapat dipercaya itulah iman yang sesungguhnya dihadapan Tuhan. 

Dalam Yakobus 2:17 berkata bahwa “Demikian juga halnya dengan iman: jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Artinya bahwa tindakan sangat penting bagi setiap orang yang percaya, sebab ketika tidak ada tindakan iman tidak berfungsi akibatnya kendor dan mati, dengan kata lain tidak ada gunanya.

Hendaklah setiap orang percaya memiliki iman yang disertai dengan perbuatan, karena melalui tindakan orang percayalah bahwa seseorang mempunyai iman yang sejati atau sebaliknya iman yang ada dalam diri orang percaya adalah iman diragukan. Perbuatan disini adalah perbuatan yang bersifat rohani, dan bersifat kekal. Bukan sebaliknya perbuatan adalah buruk. 

Hal ini memberikan dua pengertian bagi setiap orang percaya yang memang saling bertentangan dalam kehidupan orang percaya. Akan tetapi pilihan tersebut tergantung pada diri setiap orang percaya memiliki perbuatan baik atau perbuatan buruk. Tidak tertutup ke mungkinan bahwa masih banyka orang-orang percaya atau jemaat Tuhan yang masil memilih perbuatan buru. Contohnya ialah orang-orang percaya sering memilih kehendak hati, sering menuruti keinginan diri sendiri, dan selalu mengutamakan kesenangan duniawi dari pada dekat dengan Tuhan. 

Selanjutnya sering orang percaya tidak ada lagi rasa takut akan Tuhan dalam setiap rencanan tidak lagi melibatkan Tuhan, dan sering meragukan akan janji-janji Tuhan. Dengan demikiam sebagai orang percaya memberi suatu pemahaman yang paling dalam bahwa perbuatan haruslah seiring dengan iman yang teguh dihadapan Tuhan.

BACA JUGA: YAKOBUS 2:18-26 (DIBENARKAN OLEH IMAN)

Sebaliknya sisi positifnya ialah orang yang sudah mengenal dan memahami kebenaran dan sudah tahu kebenaran, maka setiap tindakannya adalah menjadi berkat bagi sesamanya. Sebagai orang percaya haruslah memiliki hati yang mengasihi, memiliki kelamah-lembutan, dan sebagai orang percaya haruslah memiliki yang namanya integritas dalam setiap langkah kehidupanya. Iman kristen yang benar harus terlihat dalam perbuatan yang benar perbuatan kebenaran, perbuatan keadilan, perbuatan kemurahan. 

Jika iman tidak menghasilkan perbuatan yang benar, iman itu mati. Dan perbuatan saja, tanpa iman yang menunjannya, adalah mati. Dengan demikian iman tanpa perbuatan, iman tanpa tindakan kasih dan kemurahan, adalah samasekali bukan iman. Oleh sebab itu, hendaknyaa satiap orang percaya memiliki iman yang disertai dengan perbuatan, bukan iman yang hanya saja mengakui saya adalah orang percaya, tetapi tindakan dan perbuatan tidak ada sama sekali tidak berguna hakikatnya mati.

PENUTUP

Surat Ibrani 11:1-3, penulis surat Ibrani ini berusaha untuk menguatkan iman orang-orang percaya yang sudah mulai kendor imanya akibat pengaruh pengajaran-pengajaran sesat yang sudah mulai menyebar di tengah-tengah orang percaya. Surat Ibrani ini terutama ditulis kepada orang-orang kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan ketegasan penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa penyediaan penebusan dibawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. 

Hal ini penulis menantang para pembaca yang pertama ialah untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada kesudahannya, kedua untuk maju terus menuju kedewasaan rohani, dan ketiga untuk tidak kembali kepada kehidupan dibawah hukuman dengan cara meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus.

Iman adalah dasar dari segala sesuatu bagi setiap orang percaya, dasar disini ialah pondasi atau ke-utamaan atau sering disebut akar. Jadi iman adalah akar atau pondasi serta ke-utamaan setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Selanjutnya iman adalah dasar pengharapan bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus. Pengharapan disini ialah, hasil atau buah juga disebut hadiah. Jadi setiap orang pecaya bahwa haruslah memiliki suatu pengharapan yang pasti kepada Tuhan dengan menantikan hadiah keselamatan, melalui buah iman yang telah dinyatakan bagi setiap orang yang percaya.

Selanjutnya bahwa iman juga adalah sering diartikan sebagai bukti bagi setiap orang percaya. Bukti disini ialah bersaksi, rela berkorban, dan rela menanggung derita inilah bukti iman menurut penulis. Jadi artinya bahwa orang percaya iman haruslah disertai dengan bukti dalam setiap kehidupannya, dalam perbuatannya, dalam tindakannya dalam sehari-hari. Iman juga memberi pengertian yang dalam yaitu sebagai seorang buta.

BACA JUGA: IMAN YANG MENYELAMATKAN DALAM ALKITAB

Artinya bahwa sekalipun tidak melihat tetapi tujuan hidup setiap orang percaya yaitu tertuju kepada Tuhan. Hal sangatlah penting iman dalam setiap kehidupan orang percaya milikilah iman yang berkualitas seperti seorang buta, sekalipun tidak melihat namun kehidupanya terarah pada satu tujuan yaitu kehidupan yang kekal.

Hal ini telah nyata dalam kehidupan setiap orang percaya bahwa iman merupakah hal yang utama dalam hidup ini, tanpa iman, tanpa kepercayaan kepada Tuhan, pada hakekatnya adalah mati, atau tidak ada gunanya, (Yakobus 2:17). Dengan demikian iman sangatlah penting bagi setiap kehidupan orang percaya, sebab memalaui iman ada dua pilihan yaitu beriman kepada allah-allah lain atau sebaliknya percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat umat manusia yang telah menebus tiap-tiap orang percaya terhadap dosa. IBRANI 11:1-3 (MAKNA IMAN BERDASARKAN SURAT IBRANI)-Waharman Kiasip -https://teologiareformed.blogspot.com/

Next Post Previous Post