Mati bagi Dosa, Hidup bagi Allah: Roma 6:11

Pendahuluan: Panggilan Hidup Baru dalam Kristus
Roma 6:11 merupakan deklarasi transformatif dalam kehidupan orang percaya. Ayat ini bukan hanya menyatakan sebuah kebenaran rohani, tetapi juga memanggil kita untuk menghidupi realitas Injil dalam kehidupan sehari-hari. Bagi para teolog Reformed, Roma 6:11 adalah titik penting dalam pemahaman tentang pembenaran dan pengudusan, serta hubungan antara kematian Kristus dan hidup orang percaya.
Artikel ini bertujuan untuk menggali Roma 6:11 dari segi struktur gramatikal, konteks pasal, serta melalui lensa para pakar teologi Reformed seperti John Calvin, Martyn Lloyd-Jones, John Piper, dan Sinclair Ferguson.
I. Konteks Teologis Roma 6: Hidup Baru dalam Kristus
Surat Roma pasal 6 merupakan bagian dari pemaparan panjang Paulus tentang Injil, khususnya bagaimana anugerah tidak mendorong dosa, tetapi membebaskan kita dari kuasanya. Ayat 1-10 membahas identitas orang percaya yang telah “mati bersama Kristus” dan “bangkit bersama-Nya”, sedangkan ayat 11 adalah transisi dari teologi ke aplikasi praktis.
Rangkaian Pemikiran Paulus:
Roma 6:1-2: Penolakan terhadap gagasan “berdosa supaya anugerah semakin bertambah”
Roma 6:3-10: Kesatuan dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan
Roma 6:11: Kesimpulan: Anggaplah dirimu telah mati terhadap dosa dan hidup bagi Allah
II. Eksposisi Kata per Kata Roma 6:11
“Jadi, kamu juga harus memandang...”
Kata kerja “memandang” (logizesthe dalam Yunani) memiliki makna menghitung, memperhitungkan, menyimpulkan secara logis. Paulus tidak sekadar berkata “rasakanlah”, tapi “anggaplah” — ini adalah keputusan iman berdasarkan kebenaran Injil.
John Calvin mengatakan:
“Iman tidak berdiri pada emosi atau penglihatan, tetapi pada firman dan janji Allah. Ketika Paulus berkata ‘anggaplah’, ia sedang memanggil kita untuk hidup berdasarkan fakta rohani, bukan perasaan sesaat.”
“...bahwa dirimu sudah mati bagi dosa...”
Ini bukan sekadar metafora. Dalam teologi Paulus, kematian terhadap dosa berarti bahwa dosa tidak lagi memiliki kuasa mengikat atas orang percaya.
Menurut Martyn Lloyd-Jones, ini adalah kunci untuk hidup Kristen:
“Dosa bukan lagi majikan kita. Kita bukan lagi budaknya. Kita bukan hanya diampuni—kita telah dipindahkan ke wilayah lain di mana dosa tidak lagi memerintah.”
“...dan hidup bagi Allah dalam Yesus Kristus.”
Frasa ini menandai kebangkitan rohani, yaitu hidup baru yang diarahkan kepada Allah. Bukan hanya kita ‘mati’ terhadap sesuatu, kita juga ‘hidup’ dalam sesuatu yang baru.
Sinclair Ferguson menulis:
“Hidup bagi Allah bukan hanya berarti hidup saleh, tapi hidup yang dijiwai oleh Kristus, dimotivasi oleh kasih kepada Allah, dan diarahkan pada kemuliaan-Nya.”
III. Perspektif Para Teolog Reformed
A. John Calvin: Hidup Kristen sebagai Identitas Baru
Dalam Commentary on Romans, John Calvin melihat Roma 6 sebagai jawaban terhadap penyalahgunaan ajaran anugerah. Ia menjelaskan:
“Siapa pun yang telah dipersatukan dengan Kristus, telah ikut mati terhadap dosa. Maka dari itu, hidupnya tidak lagi milik dosa, tetapi milik Kristus.”
Calvin menekankan bahwa pengudusan adalah kelanjutan dari pembenaran. Kematian terhadap dosa bukanlah usaha manusia, tetapi hasil dari kesatuan dengan Kristus melalui Roh Kudus.
B. Martyn Lloyd-Jones: Kuasa Pembebasan Injil
Dalam Romans: Exposition of Chapter 6, Lloyd-Jones mengupas panjang Roma 6 dan menyebut ayat 11 sebagai:
“salah satu perintah terpenting dalam seluruh Perjanjian Baru.”
Baginya, perintah untuk menganggap diri mati terhadap dosa adalah dasar bagi seluruh pertumbuhan rohani. Ia menolak ide bahwa orang Kristen harus menunggu perasaan atau pengalaman tertentu sebelum menjalani hidup baru. Menurutnya:
“Iman adalah bertindak berdasarkan kebenaran. Kita mati terhadap dosa karena Allah berkata demikian. Sekarang tugas kita adalah menghidupi kebenaran itu.”
C. John Piper: Hidup Baru Dimulai dari Injil
John Piper dalam berbagai khotbahnya menjelaskan bahwa perintah dalam Roma 6:11 bersumber dari identitas baru yang kita miliki karena Injil.
“Kita bukan lagi siapa diri kita dahulu. Kita adalah ciptaan baru. Jadi Paulus berkata: pikirkanlah dirimu sebagaimana Allah memandangmu—mati terhadap dosa, dan hidup untuk kemuliaan-Nya.”
Piper menegaskan bahwa iman dalam Injil adalah kekuatan transformasi: bukan sekadar keputusan moral, tetapi perubahan status dan posisi rohani.
D. Sinclair Ferguson: Kristus Sebagai Sumber Hidup
Dalam The Christian Life, Ferguson menyatakan bahwa hidup baru dalam Kristus tidak hanya berarti hidup dengan standar baru, tetapi hidup dengan kuasa dan sumber yang baru.
“Hidup bagi Allah dalam Yesus Kristus adalah hidup yang sepenuhnya tergantung pada Kristus—baik sumber kekuatan, motivasi, maupun tujuan.”
IV. Implikasi Praktis Roma 6:11
A. Menolak Dosa Sebagai Penguasa
Orang Kristen tidak dipanggil untuk hidup pasif terhadap dosa, tetapi untuk memandang diri tidak lagi dikendalikan oleh dosa. Ini adalah sikap iman yang aktif.
Contoh praktis:
-
Saat dicobai, kita berkata dalam hati: “Aku sudah mati terhadap dosa ini. Ini bukan lagi siapa aku.”
-
Saat jatuh, kita tidak menyerah pada rasa bersalah, tetapi kembali kepada kebenaran: “Aku hidup bagi Allah dalam Kristus.”
B. Hidup Progresif dalam Pengudusan
Roma 6:11 adalah fondasi dari proses pengudusan, yaitu pertumbuhan dalam kekudusan. Ini bukan berarti hidup sempurna, tetapi hidup yang terus bertumbuh dan diperbarui oleh Roh Kudus.
Jonathan Edwards menulis:
“Kekristenan yang sejati selalu menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan. Jika tidak, bisa dipertanyakan apakah kehidupan baru benar-benar telah dimulai.”
C. Kesadaran Identitas Baru
Sebagian besar masalah kehidupan Kristen berasal dari lupa siapa kita di dalam Kristus. Roma 6:11 mengajarkan bahwa perubahan hidup tidak dimulai dari “usaha berubah”, tetapi dari menyadari siapa kita sekarang dalam Kristus.
V. Menjawab Tantangan dan Kesalahpahaman
A. “Saya masih jatuh dalam dosa, apakah saya benar-benar mati terhadap dosa?”
Kematian terhadap dosa bukan berarti tidak bisa berdosa, tetapi bahwa dosa tidak lagi berkuasa. Perjuangan melawan dosa adalah bukti kehidupan rohani.
B. “Menganggap diri mati terhadap dosa itu seperti pura-pura?”
Tidak! Ini adalah tindakan iman. Sama seperti kita percaya bahwa kita dibenarkan (meski masih merasa bersalah), kita juga percaya bahwa kita mati terhadap dosa karena Allah menyatakannya demikian.
VI. Doa Reflektif
“Tuhan, ajari kami untuk hidup berdasarkan kebenaran Injil. Tolong kami untuk menganggap diri kami telah mati terhadap dosa, dan hidup hanya bagi Engkau. Berikan kami kuasa Roh Kudus agar hidup kami mencerminkan Kristus setiap hari. Amin.”
Kesimpulan: Hiduplah Berdasarkan Siapa Dirimu Sekarang
Roma 6:11 bukan hanya perintah; ini adalah deklarasi identitas. Ketika kita percaya kepada Kristus, kita bukan lagi milik dosa. Kita adalah milik Allah—dihidupkan untuk kemuliaan-Nya.
“Anggaplah dirimu sudah mati bagi dosa, dan hidup bagi Allah dalam Yesus Kristus.”
Jangan percaya pada suara dosa, dunia, atau bahkan hati yang goyah. Percayalah pada suara Firman: kamu telah mati terhadap dosa dan sekarang hidup dalam kuasa kebangkitan Kristus.