Oneness: Kesatuan Sejati (Yohanes 17:21)

Oneness: Kesatuan Sejati (Yohanes 17:21)

Pendahuluan: Mengapa Kesatuan Itu Penting?

Dunia kita saat ini semakin terpecah—secara politik, sosial, bahkan rohani. Ironisnya, hal yang sama bisa ditemukan dalam tubuh Kristus. Padahal, Yesus sendiri dalam doa-Nya sebelum disalibkan, memohon kepada Bapa agar murid-murid-Nya "menjadi satu" (Yohanes 17:21).

Dalam teologi Reformed, kesatuan (oneness) bukan sekadar harmoni sosial atau persatuan institusional. Kesatuan yang sejati adalah hasil dari pekerjaan anugerah Allah, yang mempersatukan orang percaya dalam Kristus, oleh Roh Kudus, untuk kemuliaan Allah. Kesatuan ini tidak diusahakan oleh manusia, tetapi diciptakan oleh Allah dan harus dipelihara oleh gereja.

Artikel ini akan membahas konsep “oneness” atau kesatuan dalam terang Alkitab dan ajaran para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, John Owen, R.C. Sproul, dan John Piper.

1. Apa Itu “Oneness” Menurut Alkitab?

"Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."
(Yohanes 17:21)

a. Kesatuan Bukan Uniformitas

Kesatuan Kristen bukan berarti semua harus seragam, tetapi:

  • Berakar dalam relasi dengan Kristus.

  • Menyatakan kesatuan dalam kebenaran, kasih, dan tujuan.

b. Sumber Kesatuan: Allah Tritunggal

Efesus 4:4–6 menyatakan:

“Satu tubuh, satu Roh... satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua...”

Kesatuan orang percaya mencerminkan kesatuan dalam Tritunggal.

2. John Calvin: Kesatuan Melalui Injil dan Roh Kudus

Dalam komentarnya atas Yohanes 17, John Calvin menulis:

“Kesatuan sejati hanya bisa dicapai jika hati manusia dijadikan baru oleh Roh dan diarahkan pada Kristus.”

Poin-poin Calvin:

  • Kesatuan bukan proyek sosial, tapi buah kelahiran baru dan doktrin yang benar.

  • Injil adalah pusat pemersatu: tanpa kebenaran, tidak ada kesatuan sejati.

3. Herman Bavinck: Kesatuan Adalah Tujuan dari Gereja yang Hidup

Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menyatakan:

“Kesatuan umat Allah mencerminkan rencana kekal Allah dalam menciptakan satu umat dari segala bangsa, bahasa, dan budaya.”

Bavinck melihat:

  • Kesatuan adalah hasil dari penyatuan dengan Kristus (union with Christ).

  • Gereja yang sejati tidak bisa tidak bersatu, karena mereka semua hidup oleh Roh yang sama.

4. Louis Berkhof: Kesatuan sebagai Ciri Gereja Sejati

Dalam Systematic Theology, Louis Berkhof menjelaskan bahwa:

“Kesatuan adalah salah satu dari empat sifat Gereja: satu, kudus, am, dan apostolik.”

Menurut Berkhof:

  • Kesatuan tidak berarti semua denominasi harus menjadi satu organisasi, tetapi kesatuan iman, baptisan, dan kebenaran Injil.

  • Ada kesatuan tak terlihat (invisible church), yaitu semua orang percaya sejati.

5. John Owen: Kesatuan Melalui Kebenaran, Bukan Mengorbankan Kebenaran

John Owen, teolog Puritan, sangat menekankan:

“Kesatuan yang sejati hanya bisa ada ketika kebenaran menjadi fondasinya.”

Implikasinya:

  • Kesatuan di luar Injil bukan kesatuan sejati.

  • Mencari kesatuan dengan mengorbankan doktrin adalah pengkhianatan terhadap Kristus.

6. R.C. Sproul: Kesatuan Sebagai Buah dari Rekonsiliasi

R.C. Sproul menulis:

“Gereja yang sejati bersatu bukan karena pilihan manusia, tetapi karena mereka telah dipersatukan dalam Kristus oleh Roh Kudus.”

Sproul menegaskan:

  • Kesatuan adalah hasil dari justifikasi dan regenerasi.

  • Gereja tidak perlu menciptakan kesatuan, tapi memeliharanya (Efesus 4:3).

7. John Piper: Kesatuan untuk Kemuliaan Allah dan Kesaksian Dunia

Dalam banyak tulisannya, John Piper menekankan bahwa:

“Kesatuan gereja memperlihatkan kemuliaan Injil kepada dunia yang terpecah.”

Kesatuan Kristen:

  • Menjadi saksi nyata bahwa Injil adalah kuasa yang mempersatukan.

  • Mewujudkan kebesaran kasih dan kemuliaan Allah.

8. Aplikasi Kesatuan dalam Gereja Reformed

a. Kesatuan dalam Pengajaran

  • Reformed sangat menekankan kesatuan doktrin yang sehat.

  • Konfesi dan katekismus menjaga kesatuan iman.

b. Kesatuan dalam Sakramen

  • Baptisan dan Perjamuan Kudus sebagai tanda dan meterai dari kesatuan tubuh Kristus.

c. Kesatuan dalam Disiplin Gereja

  • Gereja menjaga kesatuan melalui disiplin rohani, mengoreksi yang menyimpang, dan menguatkan yang lemah.

9. Ancaman terhadap Kesatuan Sejati

a. Dosa dan Egoisme

“Dimana ada iri hati dan perselisihan, di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”
(Yakobus 3:16)

b. Kesombongan Teologis

  • Kesatuan tidak berarti kita meninggalkan kebenaran, tapi juga tidak boleh menjadikannya alat untuk sombong dan memecah.

c. Relativisme dan Kompromi

  • Menyamakan semua doktrin dan iman hanya demi “kesatuan” adalah penghinaan terhadap kebenaran.

10. Bagaimana Menjaga dan Menghidupi Kesatuan?

a. Pelihara Kerendahan Hati

“Hendaklah kamu saling mengasihi dengan kasih persaudaraan dan saling mendahului dalam memberi hormat.”
(Roma 12:10)

b. Tekun dalam Pengajaran yang Sehat

Kesatuan sejati lahir dari kebenaran yang satu:

  • Injil tentang salib Kristus.

  • Pengajaran Alkitab yang konsisten dan reformatoris.

c. Kasih dan Pengampunan

  • Rekonsiliasi antaranggota gereja sangat penting untuk menjaga kesatuan nyata.

11. Kesatuan dalam Keragaman: Tubuh yang Banyak Anggota

“Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak... demikian pula Kristus.”
(1 Korintus 12:12)

a. Kesatuan Tidak Menghapus Perbedaan

  • Reformed menghargai keragaman spiritual, latar belakang budaya, dan karunia.

b. Semua Diikat oleh Kristus

  • Karunia dipakai bukan untuk memecah, tapi untuk membangun tubuh Kristus.

Kesimpulan: Kesatuan adalah Cerminan dari Allah Sendiri

Kesatuan Kristen bukan proyek buatan manusia. Itu adalah:

  • Pekerjaan Allah dalam Kristus oleh Roh Kudus.

  • Tujuan dari Injil.

  • Saksi dari kemuliaan Allah di dunia.

Sebagaimana Allah itu satu, demikian juga gereja-Nya harus menjadi satu—bukan dalam kompromi, tapi dalam kasih dan kebenaran.

“Supaya mereka semua menjadi satu... supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang mengutus Aku.”
(Yohanes 17:21)

Next Post Previous Post