Matius 18:19-20: Kuasa Doa dalam Persekutuan

Matius 18:19-20: Kuasa Doa dalam Persekutuan

Pendahuluan

Matius 18:19-20 adalah bagian firman Tuhan yang sangat populer dan sering dikutip dalam banyak pertemuan doa atau ibadah Kristen:

“Sekali lagi, Aku mengatakan kepadamu bahwa jika dua orang di antaramu sepakat di bumi tentang sesuatu yang mereka minta, hal itu akan terjadi bagi mereka oleh Bapa-Ku yang ada di surga. Sebab, di tempat dua atau tiga orang berkumpul bersama dalam Nama-Ku, Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Matius 18:19-20, AYT)

Ayat ini sering dipahami sebagai janji tentang kehadiran Tuhan dalam doa bersama atau pertemuan rohani. Namun, bagaimana seharusnya ayat ini dipahami dalam terang teologi Reformed? Apakah ayat ini menjamin semua permohonan bersama akan dikabulkan? Apakah maknanya lebih dalam daripada sekadar pertemuan doa?

Artikel ini akan membahas eksposisi Matius 18:19-20 secara mendalam, memperhatikan konteksnya, latar belakang sejarahnya, dan pandangan dari beberapa pakar teologi Reformed terkemuka seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Piper, serta panduan dari pengajaran Puritan.

Konteks Matius 18: Tentang Disiplin Gereja dan Kesatuan Tubuh Kristus

Sebelum masuk ke eksposisi ayat, penting untuk memahami konteks besar Matius 18. Pasal ini banyak berbicara tentang bagaimana orang percaya hidup dalam komunitas gereja — termasuk bagaimana menghadapi dosa, pengampunan, dan pemulihan.

Matius 18:15-17 berbicara tentang langkah-langkah disiplin gereja terhadap anggota yang berdosa. Maka ayat 18-20 muncul dalam konteks komunitas gereja yang sedang bergumul untuk menegakkan kebenaran dan kekudusan di tengah jemaat.

Menurut R.C. Sproul dalam bukunya St. Matthew Expositional Commentary:

“Ayat 19-20 tidak berdiri sendiri, tetapi terikat pada prinsip penegakan kebenaran dan kasih dalam persekutuan orang percaya.”

Eksposisi Matius 18:19 — Kuasa Sepakat dalam Doa

“Jika dua orang di antaramu sepakat di bumi tentang sesuatu yang mereka minta”

A. Arti Sepakat (Symphōnēsōsin)

Dalam bahasa Yunani, kata “sepakat” berasal dari kata symphōnēsōsin, yang menjadi akar kata “symphony” — menggambarkan harmoni atau kesatuan suara.

John Calvin menafsirkan bagian ini bukan sekadar tentang doa kolektif, tetapi tentang adanya kesatuan hati dan pikiran dalam kehendak Allah.

“Allah bukan hanya menuntut doa, tetapi doa yang selaras dengan kehendak-Nya dan didukung oleh kesatuan tubuh Kristus.”

Dalam teologi Reformed, doa bukan alat untuk memaksa Allah mengabulkan keinginan manusia, melainkan sarana bagi umat-Nya untuk selaras dengan kehendak-Nya.

B. Permohonan yang Sejalan dengan Firman

John Piper dalam Desiring God mengajarkan bahwa doa dalam persekutuan tidak lepas dari syarat bahwa permintaan itu sejalan dengan kehendak Allah yang dinyatakan dalam Kitab Suci.

“Doa kolektif dalam gereja berakar bukan pada kekuatan jumlah orang, melainkan pada keselarasan dengan kebenaran Allah.”

Ini sejalan dengan 1 Yohanes 5:14: “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya: bahwa jika kita meminta sesuatu menurut kehendak-Nya, Dia mendengarkan kita.”

Eksposisi Matius 18:19b — “Hal itu akan terjadi bagi mereka oleh Bapa-Ku yang ada di surga”

Janji ini menunjukkan keaktifan Allah dalam mendengarkan dan menjawab doa umat-Nya. Namun, sekali lagi, dalam tradisi Reformed, Allah tidak tunduk kepada manusia. Allah adalah berdaulat.

John Owen, teolog Puritan besar, menyatakan:

“Allah merespons doa bukan karena Ia terikat janji kepada permintaan manusia, melainkan karena Ia telah berkenan menyatakan anugerah-Nya melalui sarana doa.”

Dengan demikian, doa persekutuan bukanlah alat magis untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, melainkan pernyataan ketergantungan umat kepada Allah yang berdaulat.

Eksposisi Matius 18:20 — Hadirat Kristus dalam Persekutuan

“Sebab, di tempat dua atau tiga orang berkumpul bersama dalam Nama-Ku, Aku ada di tengah-tengah mereka.”

A. Kehadiran Kristus Secara Rohani

Salah satu penekanan besar teologi Reformed adalah kehadiran Kristus secara spiritual di tengah umat-Nya. Ini bukan kehadiran fisik (karena Kristus telah naik ke surga), tetapi kehadiran rohani melalui Roh Kudus.

R.C. Sproul menekankan:

“Ini adalah janji kehadiran covenantal — Allah hadir dalam pengertian perjanjian kasih, penghiburan, dan kuasa di tengah persekutuan umat-Nya.”

B. Berkumpul dalam Nama Kristus

Frasa “dalam Nama-Ku” berarti persekutuan yang diadakan berdasarkan otoritas, ajaran, dan karakter Kristus.

John MacArthur dalam The MacArthur New Testament Commentary menulis:

“Ini bukan sembarang pertemuan sosial. Ini adalah pertemuan resmi umat Allah yang tunduk kepada Kristus sebagai Kepala Gereja.”

Relevansi bagi Gereja Masa Kini

Dalam konteks modern, ayat ini sering dipakai untuk:

  • Menguatkan pertemuan doa kecil

  • Menghibur persekutuan yang jumlahnya sedikit

  • Menekankan pentingnya doa bersama

Namun, dalam terang teologi Reformed, ayat ini berbicara lebih dalam daripada itu.

1. Mendorong Kesatuan dalam Gereja

Persekutuan gereja bukan sekadar berkumpul, tetapi persekutuan yang dipenuhi kasih, kesatuan hati, dan ketaatan kepada Firman.

John Calvin mengingatkan:

“Tanpa kesatuan dalam kasih dan kebenaran, pertemuan manusia hanyalah perkumpulan duniawi.”

2. Meneguhkan Otoritas Gereja Lokal

Karena konteksnya berkaitan dengan disiplin gereja, maka ayat ini menegaskan bahwa keputusan gereja lokal yang dijalankan dalam kasih dan kebenaran memiliki otoritas rohani, karena Kristus hadir dan bekerja di dalamnya.

Tantangan dalam Aplikasi Praktis

A. Menghindari Penyalahgunaan Ayat

Sebagian orang salah menafsirkan ayat ini seolah-olah:

  • Semua doa kolektif pasti dikabulkan

  • Hadirat Allah hanya ada jika ada dua atau tiga orang

  • Persekutuan tanpa Kristus tetap diberkati

Teologi Reformed menegaskan bahwa janji ini berlaku dalam kondisi tertentu:

  • Ketika doa sesuai dengan kehendak Allah

  • Ketika persekutuan terjadi dalam iman yang sejati

  • Ketika ada kesatuan dan kasih dalam kebenaran

B. Mendorong Doa Kolektif yang Sehat

Prinsip-prinsip dari Matius 18:19-20 menolong gereja masa kini untuk:

  • Menjaga kesatuan doktrin dalam persekutuan doa

  • Mengedepankan kasih dalam menyikapi perbedaan

  • Mengutamakan kehendak Allah daripada agenda pribadi

Kesimpulan

Matius 18:19-20 adalah janji indah bagi gereja Tuhan. Namun, dalam pandangan teologi Reformed, ayat ini tidak boleh dipahami secara dangkal. Ayat ini mengajarkan kita:

  1. Pentingnya kesatuan dalam doa

  2. Kehadiran Kristus yang sejati dalam persekutuan yang setia

  3. Otoritas dan tanggung jawab gereja lokal dalam mendukung kebenaran

  4. Ketergantungan total pada kehendak Allah dalam setiap doa

Sebagai penutup, mari kita renungkan kutipan dari John Piper:

“Persekutuan gereja bukanlah soal jumlah orang, tetapi soal kehadiran Kristus di tengah mereka yang mengasihi Dia dan tunduk kepada Firman-Nya.”

Dengan demikian, Matius 18:19-20 bukan sekadar janji untuk doa kelompok, tetapi fondasi kehidupan gereja yang berpusat pada Kristus, yang berdoa, hidup, dan bertumbuh dalam kasih dan kebenaran.

Next Post Previous Post