Yohanes 19:30 - Jumat Agung: Mengapa Hari Kematian Yesus Disebut "Agung"?

Pendahuluan
“Jumat Agung” terdengar seperti sebuah kontradiksi. Bagaimana mungkin hari di mana Anak Allah disalibkan dan mati justru disebut “Agung”? Bukankah itu hari duka dan kehancuran?
Namun, bagi orang percaya, Jumat Agung adalah puncak dari karya penebusan Allah, dan kata-kata Yesus di kayu salib dalam Yohanes 19:30 menjadi pusat peristiwa itu:
“Setelah mencecap anggur asam itu, Yesus berkata, ‘Sudah selesai.’ Kemudian, Dia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” (Yohanes 19:30, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan menyelami makna dari kata-kata Yesus “Sudah selesai” (Tetelestai dalam bahasa Yunani), dan mengapa Jumat Agung adalah momen teragung dalam sejarah penebusan. Eksposisi ini akan diperkaya dengan pendapat teolog Reformed untuk membentuk pemahaman yang kokoh secara teologis dan praktis.
1. Konteks Injil Yohanes dan Penyaliban Kristus
Injil Yohanes ditulis dengan tujuan menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Allah (Yoh. 20:31). Dalam Yohanes 19, kita menemukan bagian akhir dari penderitaan Kristus, mulai dari pengadilan Pilatus hingga salib di Golgota.
Berbeda dari Injil Sinoptik, Yohanes memberikan penekanan teologis yang dalam: penyaliban bukan hanya tragedi, melainkan penggenapan kehendak Bapa. Kalimat “Sudah selesai” menjadi deklarasi kemenangan, bukan ratapan kegagalan.
2. “Sudah Selesai” – Makna Kata Tetelestai
Kata Yunani τετέλεσται (tetelestai) merupakan bentuk waktu lampau dari kata kerja teleō, yang berarti "menyelesaikan, menggenapi, melunasi". Dalam konteks dunia Yunani-Romawi, kata ini biasa ditulis pada kuitansi sebagai tanda “sudah lunas”.
R.C. Sproul: Kristus sebagai Pelunasan Utang
R.C. Sproul menyatakan bahwa Yesus bukan hanya menyelesaikan penderitaan fisik, tetapi melunasi sepenuhnya utang dosa manusia di hadapan Allah yang kudus.
“Yesus tidak mengatakan 'Aku sudah selesai', melainkan 'Semuanya telah diselesaikan.' Ini adalah deklarasi ilahi bahwa rencana keselamatan Allah telah tuntas.”
3. Penggenapan Nubuat dan Hukum Taurat
Yesus di kayu salib menggenapi seluruh hukum Taurat dan nubuat Perjanjian Lama. Dari korban Paskah, sistem korban di Bait Allah, sampai nubuat Yesaya 53 – semua berpuncak pada salib.
John MacArthur: Kristus Sebagai Penggenapan Segala Hal
MacArthur menyatakan bahwa seluruh sistem korban hanyalah bayangan dari tubuh yang sesungguhnya (Kolose 2:17). Dalam kematian-Nya, Yesus mempersembahkan korban sekali untuk selamanya.
“Tidak ada lagi kebutuhan akan korban tambahan. Tidak ada lagi darah domba yang harus ditumpahkan. Kristus telah menjadi penggenap yang sempurna.”
4. Kematian Yesus Bukan Kegagalan, Tapi Kemenangan
Di mata dunia, kematian Yesus tampak seperti kekalahan. Namun dalam pandangan Allah, salib adalah tahta kemenangan Kristus.
John Calvin: Salib sebagai Takhta Kristus
Calvin dalam komentarnya menekankan bahwa kata “sudah selesai” bukan hanya akhir penderitaan, tetapi permulaan dari pemerintahan Mesias sebagai Raja Penebus.
“Yesus menutup kehidupan-Nya bukan dengan rintihan, tetapi dengan seruan kemenangan: tugas-Nya telah selesai, pekerjaan penebusan-Nya genap.”
5. Aspek Teologi Penebusan dalam Yohanes 19:30
a. Penebusan yang Sempurna
Yesus tidak meninggalkan penebusan itu setengah jalan. Ia menyelesaikannya seluruhnya – tidak ada yang bisa atau perlu ditambahkan.
b. Penggantian yang Efektif
Dalam teologi Reformed, Kristus menjadi pengganti yang sempurna. Dalam kematian-Nya, Dia menanggung murka Allah atas dosa kita dan menggantinya dengan kebenaran-Nya.
c. Karya Substitusi yang Final
Sebagaimana ditegaskan dalam Westminster Confession of Faith, kematian Kristus adalah “satu-satunya korban yang cukup dan sempurna, yang tidak perlu diulang”.
6. Herman Bavinck: Salib dalam Struktur Kosmis dan Kovenantal
Bavinck menekankan bahwa penebusan Kristus di salib tidak hanya bersifat pribadi, tetapi kosmis dan perjanjian. Dunia yang telah jatuh ditebus kembali ke dalam tatanan ilahi melalui salib.
“Kematian Kristus bukan hanya demi manusia, tetapi demi seluruh ciptaan yang telah jatuh ke dalam kerusakan.”
7. Jonathan Edwards: Keagungan Jumat Agung dalam Kemuliaan Allah
Dalam khotbah terkenalnya “Christ’s Agony”, Jonathan Edwards menekankan bahwa Jumat Agung adalah saat kemuliaan Allah dinyatakan secara paling penuh—dalam kasih, keadilan, dan kekudusan.
“Salib menunjukkan betapa besar keadilan Allah yang tidak dapat mengabaikan dosa, dan betapa dalam kasih Allah yang rela memberikan Anak-Nya sendiri.”
8. Mengapa Hari Ini Disebut “Agung”?
a. Karena Hari Itu Allah Mengerjakan Keselamatan Kekal
Tidak ada hari dalam sejarah manusia yang lebih penting daripada hari Kristus mati, karena di situlah hukuman dosa ditimpakan, dan jalan menuju hidup kekal dibuka.
b. Karena Kristus Menyelesaikan Pekerjaan Penebusan
Semua upaya manusia untuk menyelamatkan diri adalah sia-sia. Hanya karya Kristus yang cukup dan sah di hadapan Allah.
c. Karena Itu Hari Kemenangan atas Iblis dan Dosa
Yesus bukan korban, tetapi penakluk. Melalui kematian-Nya, Ia menghancurkan kuasa dosa dan maut (Ibrani 2:14).
9. Implikasi Praktis dari Yohanes 19:30 untuk Orang Percaya
a. Kepastian Keselamatan
Karena semuanya telah diselesaikan oleh Kristus, kita tidak perlu menambahkan apapun untuk diselamatkan. Keselamatan adalah anugerah, bukan hasil usaha manusia (Efesus 2:8-9).
b. Hidup Dalam Iman dan Syukur
Kata “sudah selesai” memanggil kita untuk hidup bukan dengan rasa takut atau usaha menyenangkan Allah demi diterima, tapi dalam iman yang penuh syukur.
c. Panggilan untuk Memikul Salib
Yesus menyelesaikan karya-Nya di kayu salib. Sekarang, kita dipanggil untuk mengikuti Dia dalam ketaatan dan pengorbanan, tidak untuk menebus dosa, tetapi sebagai tanggapan dalam kasih.
10. Perjamuan Kudus dan Jumat Agung: Sakramen Memperdalam Makna
Setiap kali kita mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, kita sedang “mengumumkan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Kor. 11:26). Perjamuan Kudus menjadi pengingat terus-menerus akan peristiwa Jumat Agung dalam hidup gereja.
11. Refleksi Liturgis: Bagaimana Gereja Merayakan Jumat Agung
Tradisi Reformed tidak merayakan Jumat Agung dengan ornamen dan simbolisme berlebihan, tetapi dengan perenungan mendalam atas Firman dan pengorbanan Kristus. Ini adalah saat untuk:
-
Merenungkan dosa dan kasih karunia
-
Menyadari harga keselamatan
-
Memperbarui komitmen dalam hidup kudus
12. Kesimpulan Teologis
Yohanes 19:30 adalah pernyataan klimaks dari Injil:
-
“Sudah selesai” berarti segala sesuatu yang diperlukan untuk keselamatan kita telah diselesaikan oleh Kristus.
-
Jumat Agung disebut agung karena di hari itu, kasih dan keadilan Allah bertemu di salib.
-
Dalam terang Reformed, salib adalah pusat seluruh rencana penebusan Allah yang berakar dalam kekekalan dan menjangkau hingga kekekalan.
Kesimpulan Akhir dan Undangan Reflektif
Hari kematian Yesus disebut “Jumat Agung” karena di situlah karya keselamatan berhasil, genap, dan tuntas. Ia mati bukan karena kalah, tetapi karena menang. Ia menyerahkan nyawa-Nya bukan karena dipaksa, tetapi karena kasih.
“Setelah mencecap anggur asam itu, Yesus berkata, ‘Sudah selesai.’ Kemudian, Dia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” (Yohanes 19:30)
Pertanyaan untuk direnungkan:
-
Apakah aku benar-benar percaya bahwa karya Kristus di salib sudah cukup bagiku?
-
Apakah aku hidup dengan keyakinan bahwa keselamatan telah selesai di kayu salib?
-
Apakah Jumat Agung masih mengguncang jiwaku dengan kasih Allah yang luar biasa?