Yohanes 19:38: Dimensi Redemptif Penguburan Yesus

Pendahuluan
Dalam Injil Yohanes pasal 19, setelah puncak penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib, kita menemui satu sosok yang mungkin tidak banyak dikenal, namun tindakannya sangat penting. Dia adalah Yusuf dari Arimatea, seorang murid Yesus yang semula diam-diam, tetapi kemudian mengambil langkah berani dan terbuka dalam menguburkan tubuh Yesus. Kisah ini tercatat dalam:
Yohanes 19:38 (AYT):“Sesudah semua itu, Yusuf dari Arimatea, yang juga murid Yesus, tetapi secara sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi, meminta kepada Pilatus supaya dia diperbolehkan mengambil mayat Yesus, dan Pilatus mengabulkannya. Jadi, Yusuf dari Arimatea datang dan mengambil mayat Yesus.”
Ayat ini terlihat sederhana, namun memiliki kedalaman teologis, psikologis, dan historis yang luar biasa. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara ekspositori ayat ini, melihat makna tindakan Yusuf dari Arimatea dalam terang pengorbanan Kristus, dan bagaimana para teolog Reformed memandang momen penting ini.
1. Latar Belakang Historis: Siapakah Yusuf dari Arimatea?
Yusuf dari Arimatea adalah anggota Sanhedrin (Lukas. 23:50-51), orang kaya (Matius 27:57), dan seorang murid Yesus yang sembunyi-sembunyi mengikuti-Nya. Ia hidup dalam ketegangan: antara posisinya di masyarakat dan imannya kepada Yesus.
Menurut Injil Yohanes, Yusuf “takut kepada orang-orang Yahudi.” Namun setelah kematian Yesus, ia justru muncul ke permukaan dan mengambil mayat Yesus secara terbuka—sebuah tindakan yang tidak hanya simbolis tetapi juga berisiko besar secara sosial dan politik.
2. Tindakan Berani: Permintaan kepada Pilatus
John Calvin: Perpindahan dari Takut ke Iman Terang-Terangan
John Calvin dalam komentarnya menyoroti bahwa tindakan Yusuf adalah bukti perubahan hati yang didorong oleh kematian Yesus itu sendiri. Menurut Calvin, kasih dan pengorbanan Kristus yang agung telah mendorong Yusuf untuk meninggalkan rasa takutnya.
“Tiadanya terang dalam kematian Yesus menjadikan hati Yusuf bersinar terang dengan iman dan kasih.” — Calvin
Permintaan Yusuf kepada Pilatus adalah tindakan percaya dan penuh resiko. Ia mempertaruhkan reputasi, jabatan, bahkan hidupnya.
3. Teologi Salib: Ketika Salib Mengubah Hati
Penyaliban Yesus bukan hanya puncak dari penderitaan-Nya, tetapi juga momen transformasi rohani bagi banyak orang, termasuk Yusuf. Ini adalah perwujudan dari kuasa salib yang tidak hanya menyelamatkan, tetapi juga mengubah keberanian manusia.
R.C. Sproul: Salib Menghasilkan Keberanian
Sproul menegaskan bahwa tidak ada tempat bagi iman yang nyaman dalam Injil. Salib adalah panggilan kepada keterbukaan. Yusuf mewakili perjalanan rohani banyak orang Kristen: dari pengikut diam-diam menjadi saksi yang terbuka karena salib.
“Salib menantang kita untuk keluar dari kegelapan keraguan menuju terang pengakuan iman.” — R.C. Sproul
4. Dimensi Reformed: Providensi dan Rencana Allah
Teologi Reformed menekankan bahwa segala sesuatu terjadi dalam kedaulatan Allah. Bahkan keputusan Yusuf untuk meminta mayat Yesus bukanlah kebetulan. Itu adalah bagian dari rencana penyelenggaraan Allah agar nubuat tentang penguburan Mesias digenapi (Yes. 53:9).
Herman Bavinck: Allah Bekerja dalam Detil
Bavinck menulis bahwa penyelenggaraan Allah tidak hanya berlaku atas hal-hal besar, tetapi juga dalam “peristiwa kecil” yang tampak sepele. Penebusan Kristus bukan hanya melalui penderitaan dan kematian-Nya, tetapi juga melalui penguburan yang layak—yang dilakukan oleh Yusuf.
5. Penebusan dan Penguburan: Arti Teologis dari Tindakan Yusuf
a. Menggenapi Nubuat
Yesaya 53:9 menyatakan:
“Orang menjadikan kuburnya di antara orang fasik, tetapi dalam matinya ia ada di antara orang kaya.”
Yusuf adalah orang kaya yang memberikan kuburnya. Ini bukan hanya tindakan mulia, tetapi penggenapan nubuat.
b. Konfirmasi Kematian Kristus
Tindakan penguburan juga menegaskan kematian Yesus yang sejati. Dalam teologi Reformed, ini penting untuk melawan ajaran sesat yang mengatakan bahwa Yesus hanya “pingsan” dan tidak sungguh mati.
c. Bagian dari Tiga Hari Kematian dan Kebangkitan
Penguburan adalah bagian penting dalam Kredo Rasuli: “Disalibkan, mati, dan dikuburkan...” Ini menunjukkan bahwa penguburan Yesus adalah bagian dari karya penebusan.
6. Yusuf: Gambaran Orang Percaya di Tengah Tekanan Budaya
Yusuf dari Arimatea mencerminkan banyak orang Kristen hari ini: percaya kepada Yesus, namun takut bersaksi di depan umum. Kisah ini mengajak kita untuk berani mengakui iman, bahkan ketika dunia menolak atau menekan.
John Piper: Iman yang Mengakui Kristus di Tengah Dunia
Piper menulis bahwa iman yang menyelamatkan adalah iman yang tidak malu akan Kristus. Ketika seseorang mengerti kasih Kristus di salib, tidak mungkin ia tetap diam.
“Kematian Yesus bukan hanya menebus kita dari dosa, tetapi juga dari rasa takut untuk bersaksi.”
7. Relasi Antara Yusuf dan Nikodemus
Dalam ayat selanjutnya (Yohanes 19:39), Nikodemus—tokoh lain yang sebelumnya datang kepada Yesus di malam hari (Yohanes 3:1-2)—ikut terlibat dalam penguburan. Ini menunjukkan bagaimana salib mengubah bukan hanya satu hati, tapi komunitas.
Dua orang yang semula takut menjadi pelayan terakhir Yesus. Ini adalah gambaran dari iman yang bertumbuh melalui salib.
8. Makna Aplikatif untuk Jemaat Hari Ini
a. Dari Keyakinan Pribadi ke Tindakan Publik
Yusuf tidak hanya percaya di hati, tetapi bertindak. Demikian pula, orang percaya dipanggil untuk:
-
Tidak malu menjadi saksi Kristus
-
Menggunakan pengaruh dan sumber daya untuk Injil
-
Berdiri bersama Kristus bahkan ketika itu tidak populer
b. Menyediakan "Kubur" Kita bagi Tuhan
Kita mungkin tidak punya kubur batu, tapi kita punya waktu, talenta, dan harta. Maukah kita mempersembahkannya bagi Kristus?
c. Keberanian di Tengah Tekanan Sosial
Saat dunia menjadi semakin tidak ramah terhadap iman Kristen, teladan Yusuf mengajarkan bahwa iman tidak boleh disembunyikan. Kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam di dunia.
9. Penutup Teologis: Salib Mengubah Segalanya
Kematian Yesus di kayu salib tidak hanya membawa pengampunan, tetapi juga transformasi karakter dan misi. Yusuf dari Arimatea menjadi saksi bahwa iman yang sejati akan menghasilkan tindakan nyata, bahkan dalam suasana yang tidak bersahabat.
Dalam Yohanes 19:38, kita melihat:
-
Kedaulatan Allah dalam mengatur detil sejarah
-
Kuasa salib dalam mengubah hati yang takut menjadi berani
-
Teladan tentang bagaimana kita seharusnya merespons kasih Yesus
Kesimpulan Akhir: Iman yang Bertindak
Yusuf dari Arimatea adalah bukti bahwa kasih Kristus mengalahkan ketakutan manusia. Dalam keheningan dan rasa hormat, ia menyambut tubuh Kristus, bukan hanya ke dalam kubur batu, tapi juga sebagai pernyataan iman yang terbuka.
“Jadi, Yusuf dari Arimatea datang dan mengambil mayat Yesus.” (Yohanes 19:38)
Apakah kita hari ini akan melakukan hal yang sama? Apakah kita hanya percaya secara diam-diam, ataukah kita akan bertindak dengan keberanian untuk mengakui Kristus di hadapan dunia?