Karunia dan Penantian Akan Kristus (1 Korintus 1:7)

1 Korintus 1:7 (AYT):“Dengan demikian, kamu tidak akan kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita, Yesus Kristus,”
Pendahuluan: Jemaat Korintus dan Kekayaan Rohani
Surat 1 Korintus ditulis kepada gereja yang secara spiritual telah diperkaya oleh karunia-karunia Roh (ayat 5–7), namun juga gereja yang terpecah, tidak dewasa, dan bermasalah secara etika. Paulus membuka surat ini dengan menyatakan realitas bahwa meskipun gereja ini menghadapi berbagai isu serius, mereka tetap memiliki segala karunia (charismata) dan pengharapan eskatologis akan kedatangan Yesus.
Ayat ini menunjukkan ketegangan antara kekayaan rohani saat ini dan penantian akan pemuliaan yang akan datang. Hal ini sangat relevan dengan pendekatan teologi Reformed, yang melihat kehidupan Kristen dalam ketegangan “sudah tetapi belum” (already but not yet) dari Kerajaan Allah.
Bagian I: Eksposisi Frasa demi Frasa
1. “Dengan demikian, kamu tidak akan kekurangan dalam suatu karunia pun”
a. Karunia Rohani dalam Konteks Jemaat
Kata “karunia” (Yunani: charisma) adalah bentuk dari kata charis (anugerah). Dalam konteks Perjanjian Baru, ini mengacu pada karunia khusus yang diberikan oleh Roh Kudus untuk membangun tubuh Kristus (lihat juga 1 Korintus 12).
Dalam pemikiran Louis Berkhof, karunia-karunia ini bukan hanya kemampuan atau talenta alami, tetapi bentuk dari anugerah efektif:
“Karunia adalah manifestasi dari anugerah penyelamatan yang menghasilkan buah rohani dalam gereja.”
b. Karunia Bukan Tanda Kedewasaan
Meskipun jemaat Korintus tidak kekurangan karunia, mereka tetap mengalami banyak ketidakdewasaan (1 Kor. 3:1–3). Ini menunjukkan bahwa karunia bukan jaminan kedewasaan, dan dalam pandangan Reformed, anugerah umum karunia harus diiringi oleh buah Roh dan pertumbuhan dalam pengudusan.
R.C. Sproul menyatakan:
“The presence of spiritual gifts does not guarantee spiritual maturity.”
2. “Sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita, Yesus Kristus”
a. Eskatologi Reformed: Kedatangan Kristus yang Kedua
Kata “penyataan” (Yunani: apokalypsis) menunjuk pada kedatangan Yesus Kristus yang kedua, saat Dia akan menyatakan diri-Nya dalam kemuliaan dan menghakimi dunia. Dalam kerangka Reformed, ini adalah puncak dari ordo salutis (ordo keselamatan)—di mana orang percaya dimuliakan (glorification).
Herman Bavinck menyebutkan bahwa eskatologi bukan sekadar akhir zaman, tetapi penggenapan rencana kekal Allah:
“Kristus yang tersembunyi sekarang akan dinyatakan dalam kemuliaan. Eskatologi adalah harapan yang aktif, bukan pelarian.”
b. Menantikan dalam Pengharapan
Menanti (Yunani: apekdechomai) menyiratkan penantian yang sabar dan aktif. Ini bukan sikap pasif, melainkan hidup dalam iman dan perbuatan baik, dalam kerinduan untuk melihat Kristus dimuliakan.
John Calvin menulis dalam Institutes:
“Penantian akan Kristus menyalakan gairah dalam diri kita untuk hidup saleh, karena hanya Dia satu-satunya yang dapat memuaskan kerinduan terdalam kita.”
Bagian II: Penafsiran Teologis Menurut Tokoh Reformed
1. John Calvin
Dalam komentarnya, Calvin menekankan bahwa Paulus memuji karunia-karunia Korintus bukan untuk membanggakan mereka, tetapi untuk mengingatkan mereka kepada sumbernya: Kristus.
“Karunia-karunia ini bukan milik mereka secara inheren, tetapi karena Kristus berdiam di antara mereka. Maka, karunia harus mengarah pada kerendahan hati dan pelayanan.”
2. R.C. Sproul
Sproul memperingatkan bahaya menyalahgunakan karunia, seperti yang terjadi di Korintus:
“Tanpa kasih dan pengudusan, karunia hanya menjadi simbol kosong. Yang terpenting bukan seberapa banyak kita diberi, tetapi bagaimana kita hidup berdasarkan Injil.”
3. Louis Berkhof
Berkhof melihat ayat ini dalam kerangka kedudukan gereja yang telah diperlengkapi untuk pelayanan, namun hidup dalam penantian akan pemuliaan. Ini menunjukkan ketegangan eskatologis yang nyata dalam hidup Kristen.
Bagian III: Teologi Karunia dan Pengharapan Eskatologis
1. Karunia Sebagai Bukti Anugerah, Bukan Merit
Dalam teologi Reformed, karunia bukanlah imbalan, tetapi pemberian anugerah yang tidak layak diterima. Tidak ada satu pun karunia yang diperoleh oleh jasa manusia. Semuanya adalah dari Kristus, oleh Roh, untuk kemuliaan Allah.
2. Tujuan Karunia: Membangun Tubuh Kristus
Tujuan utama dari semua karunia rohani adalah edifikasi gereja (Efesus 4:11–13). Maka, gereja Korintus yang kaya dalam karunia tetap ditegur karena karunia mereka digunakan untuk membanggakan diri, bukan melayani.
Teologi Reformed menekankan bahwa karunia harus dipakai dalam kasih dan pelayanan, bukan untuk eksibisi rohani.
Bagian IV: Aplikasi Kontekstual untuk Gereja Masa Kini
1. Gereja Tidak Kekurangan Karunia
Masih relevan hingga saat ini: gereja masa kini memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melayani dan bertumbuh, jika bersandar pada Kristus dan Firman-Nya. Tantangannya adalah apakah kita mengenali dan mengembangkan karunia tersebut sesuai panggilan Allah?
2. Penantian yang Aktif, Bukan Pasif
Menanti Kristus bukan berarti menunda pelayanan. Sebaliknya, ini mendorong gereja untuk giat, penuh gairah, dan setia dalam menjalankan tugasnya di dunia.
Herman Bavinck:
“Eskatologi Kristen tidak membawa pelarian dari dunia, tetapi mengobarkan semangat untuk menguduskan dunia dengan Injil.”
Bagian V: Kesimpulan dan Seruan Pastoral
1. Gereja Diberi Karunia, Namun Butuh Pengudusan
Karunia tidak menjamin kedewasaan. Seperti jemaat Korintus, gereja modern penuh dengan potensi, tapi tanpa kasih dan pengudusan, semua itu tidak berarti.
2. Eskatologi Sebagai Penggerak Etika
Harapan akan kedatangan Kristus seharusnya tidak membuat kita takut atau lalai, tetapi menjadi motor penggerak untuk hidup saleh, penuh kasih, dan penuh harapan.
3. Kesatuan dalam Karunia dan Pengharapan
Gereja harus menyadari bahwa karunia rohani dan pengharapan eskatologis saling terkait: kita diperlengkapi untuk melayani sekarang sambil menantikan kemuliaan yang akan datang.
Penutup
Melalui 1 Korintus 1:7, kita melihat betapa kaya anugerah Allah dalam Kristus bagi gereja. Kita diperlengkapi, dipanggil untuk melayani, dan ditetapkan untuk menerima Kristus dalam kemuliaan. Namun semua itu harus dijalani dengan kerendahan hati, kasih, dan pengharapan yang aktif.
“Marilah kita setia menggunakan karunia kita, dan tetap menantikan penyataan Tuhan kita, Yesus Kristus.”