Reputasi dan Integritas Pemimpin Gereja: 1 Timotius 3:7

Reputasi dan Integritas Pemimpin Gereja: 1 Timotius 3:7

I. Pendahuluan: Standar Tinggi bagi Kepemimpinan Gereja

Dalam kehidupan jemaat, peran seorang penatua, gembala, atau uskup memiliki dampak yang sangat besar—bukan hanya terhadap perkembangan iman anggota gereja, tetapi juga terhadap kesaksian Injil di dunia luar. Rasul Paulus, dalam suratnya kepada Timotius, menegaskan bahwa seorang pemimpin gereja tidak hanya harus memiliki kualitas rohani di hadapan jemaat, tetapi juga memiliki reputasi yang baik di luar komunitas Kristen.

1 Timotius 3:7 (AYT)“Ditambah lagi, ia haruslah seorang yang memiliki reputasi yang baik di antara orang-orang luar sehingga ia tidak jatuh dalam kehinaan dan jebakan iblis.”

Ayat ini menekankan bahwa kesaksian seorang pemimpin di hadapan dunia luar merupakan bagian tak terpisahkan dari panggilan dan kelayakan rohaninya. Dalam kerangka teologi Reformed, karakter, reputasi, dan kesaksian merupakan hasil dari pekerjaan anugerah Allah dalam kehidupan seseorang, bukan semata-mata buah usaha moral.

II. Konteks Pasal: Kualifikasi Pemimpin Jemaat (1 Timotius 3:1-13)

Pasal 3 dari surat 1 Timotius memberikan daftar kualifikasi untuk dua jabatan penting dalam gereja: uskup (penilik jemaat/gembala) dan diaken. Kualifikasi tersebut lebih menekankan pada karakter, bukan keahlian administratif atau kemampuan berkhotbah.

Beberapa poin utama dalam pasal ini:

  • Tidak bercela (ay.2)

  • Suami dari satu istri

  • Bijaksana, sopan, tidak pemarah

  • Pandai mengajar

  • Tidak cinta uang

  • Dapat memimpin keluarganya dengan baik

Dan akhirnya, dalam ayat ke-7, ditambahkan syarat eksternal:

“Ia harus memiliki reputasi baik di luar.”

Ini menunjukkan bahwa integritas dan kesaksian pemimpin gereja harus tampak jelas—baik di dalam maupun di luar tubuh Kristus.

III. Eksposisi Mendalam 1 Timotius 3:7

A. “Reputasi yang Baik” (marturia kalÄ“)

Dalam bahasa Yunani, frasa ini berasal dari kata “marturia” (kesaksian) dan “kalÄ“” (baik, bermutu). Ini berarti bukan sekadar tidak dikenal buruk, tetapi dikenal baik secara aktif, memiliki kesaksian hidup yang konsisten, jujur, adil, dan bermoral.

Menurut John Calvin, reputasi yang baik bukan untuk kemuliaan diri, melainkan:

“Agar Injil tidak dihina karena perilaku tidak pantas dari para pengkhotbahnya.”

Dalam teologi Reformed, reputasi baik adalah hasil dari buah Roh yang dikerjakan Allah dalam hidup seorang hamba-Nya. Ini bukan standar yang ditentukan oleh budaya, tetapi oleh terang firman Tuhan.

B. “Di antara Orang-Orang Luar”

Frasa ini menekankan relasi pemimpin dengan masyarakat yang belum percaya. Teologi Reformed selalu menekankan bahwa:

  • Gereja adalah terang dunia (Mat. 5:14)

  • Pemimpin gereja menjadi perpanjangan kesaksian tubuh Kristus dalam konteks sosial

R.C. Sproul menekankan pentingnya kesaksian pemimpin di mata publik:

“Ketika para pemimpin gereja dipandang tidak bermoral oleh dunia, maka mereka bukan hanya merusak diri sendiri, tapi juga Injil yang mereka wakili.”

C. “Agar Tidak Jatuh dalam Kehinaan dan Jebakan Iblis”

Paulus memberikan alasan praktis dan rohani: tanpa reputasi baik, seorang pemimpin rentan terhadap kehinaan publik dan serangan iblis.

Martyn Lloyd-Jones berkomentar:

“Iblis tidak perlu menyerang orang biasa untuk melemahkan gereja; ia hanya perlu membuat pemimpinnya jatuh.”

Reputasi yang rusak bisa menjadi pintu masuk fitnah, godaan, atau kemunafikan yang merusak pelayanan dan nama Tuhan. Dalam doktrin Reformed, integritas adalah bagian dari kesucian yang dihasilkan oleh Roh Kudus dalam proses sanctification.

IV. Pandangan Teologi Reformed tentang Kepemimpinan dan Reputasi

A. Kepemimpinan Adalah Panggilan Ilahi

Teologi Reformed menekankan bahwa pemimpin rohani bukan sekadar jabatan administratif, tetapi panggilan kudus dari Allah. Seorang pemimpin dipanggil, diperlengkapi, dan disucikan oleh Allah, bukan dipilih karena popularitas.

J.I. Packer menyatakan:

“Tugas seorang pemimpin bukan menjadi bintang, melainkan gembala; bukan mengejar reputasi, tetapi menjaga kesetiaan.”

Namun, kesaksian di mata dunia tetap penting, bukan untuk pamer, tetapi untuk menjaga Injil dari cercaan.

B. Kesaksian dan Karakter: Buah dari Anugerah

Dalam Reformed Theology, semua karakter baik adalah hasil pekerjaan Roh Kudus. Maka, reputasi yang baik bukan sekadar usaha mempertahankan citra, melainkan manifestasi dari hidup yang dikuduskan.

Kesaksian itu muncul:

  • Dari hidup dalam pertobatan

  • Dari konsistensi moral dalam semua bidang

  • Dari kesetiaan terhadap ajaran yang benar

C. Bahaya Kejatuhan: Jebakan Iblis Nyata

Reformed Theology berbicara banyak tentang perang rohani. Dalam ayat ini, Paulus menyebut jebakan iblis sebagai bahaya nyata bagi pemimpin yang kehilangan kesaksian.

John Owen, seorang teolog Puritan, menulis:

“Iblis menyerang dengan api fitnah dan umpan kehormatan dunia; pemimpin yang tidak berjaga akan segera tergelincir.”

Dengan kata lain, reputasi adalah perisai terhadap tipu daya Setan.

V. Aplikasi Praktis Bagi Gereja Masa Kini

A. Proses Pemilihan Pemimpin

Gereja harus mempertimbangkan reputasi luar ketika memilih penatua atau pendeta. Bukan hanya melihat relasi internal di jemaat, tapi juga bagaimana kesaksiannya di lingkungan, tempat kerja, dan masyarakat.

B. Pembinaan Karakter dan Pengawasan

Reputasi tidak terjadi secara otomatis. Gereja harus mendampingi calon pemimpin dengan:

  • Mentoring rohani

  • Pengawasan karakter

  • Penegakan disiplin Alkitabiah

C. Gereja Sebagai Terang Dunia

Ketika pemimpin memiliki reputasi baik, maka gereja pun mendapat tempat di tengah masyarakat. Orang luar dapat melihat bahwa Injil itu bukan hanya kata-kata, tetapi kuasa yang mengubah hidup.

VI. Kesimpulan: Pemimpin yang Layak, Reputasi yang Mewakili Kristus

1 Timotius 3:7 bukanlah tuntutan tambahan, tetapi penegasan pentingnya kesaksian publik seorang pemimpin gereja. Dalam terang teologi Reformed, reputasi baik bukan sekadar untuk menjaga nama baik pribadi, tetapi untuk menjaga hormat terhadap nama Kristus dan memperkuat kesaksian Injil di tengah dunia.

Pemimpin gereja yang memiliki reputasi baik akan:

  • Memperkuat kesaksian gereja di mata publik

  • Menjadi contoh hidup yang layak diteladani

  • Menjadi alat Allah dalam memajukan Injil

“Hidup seorang pemimpin adalah khotbah yang berjalan.”
(Martyn Lloyd-Jones)

Penutup

Kepemimpinan Kristen bukanlah soal kepandaian, status, atau popularitas, melainkan soal integritas, kesetiaan, dan kesaksian hidup. 1 Timotius 3:7 menantang kita untuk menilai pemimpin bukan hanya dari dalam gereja, tetapi juga dari luar, agar Injil tetap bersinar dan tidak dicemarkan.

Mari kita sebagai jemaat dan hamba Tuhan berdoa dan berjaga, agar mereka yang memimpin kita hidup dalam reputasi yang mencerminkan keindahan Kristus.

Next Post Previous Post