Kasih yang Berkorban: Roma 9:1-3

Kasih yang Berkorban: Roma 9:1-3

Pendahuluan

Kitab Roma merupakan karya teologis terbesar yang ditulis oleh Rasul Paulus. Dalam surat ini, ia mengupas tuntas tentang keselamatan oleh anugerah melalui iman, kedaulatan Allah, dan kehidupan baru dalam Kristus. Namun di tengah pengajaran mendalam tersebut, kita menjumpai pernyataan yang sangat pribadi dan menyayat hati dari Paulus:

“Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berbohong, dan hati nuraniku ikut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa dukacitaku sangat besar dan ada penderitaan yang tiada hentinya dalam hatiku. Sebab, aku bisa berharap agar diriku terkutuk, terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.”
(Roma 9:1-3, AYT)

Tiga ayat ini menjadi pembuka dari bagian paling teologis dalam surat Roma — pasal 9 hingga 11 — yang mengupas tentang kedaulatan Allah dalam pemilihan dan rencana keselamatan bagi Israel dan bangsa-bangsa.

Artikel ini menyajikan eksposisi menyeluruh terhadap ayat-ayat ini dalam terang sejarah, konteks teologis, serta pemahaman mendalam dari para teolog Reformed.

I. Konteks Umum Roma 9–11

Pasal 9 sampai 11 membahas pertanyaan besar: Jika Israel adalah umat pilihan, mengapa banyak dari mereka menolak Injil? Paulus tidak menghindari topik ini. Ia justru menyingkapkan bahwa semua ini terkait dengan kedaulatan Allah, dan bahwa keselamatan tidak berdasarkan garis keturunan, tetapi karena anugerah pilihan Allah.

Sebelum masuk ke argumentasi logis dan teologis, Paulus membuka pasal ini dengan luapan emosional yang menunjukkan kasih dan penderitaannya bagi bangsanya, Israel.

II. Eksposisi Roma 9:1-3

A. Roma 9:1: Kesaksian Paulus dalam Kristus dan Roh Kudus

“Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berbohong, dan hati nuraniku ikut bersaksi dalam Roh Kudus.”

1. Kekuatan Pernyataan Paulus

Paulus memberikan pernyataan pembuka yang sangat kuat. Ia menyatakan kebenaran “dalam Kristus” dan “tidak berbohong,” yang ditegaskan oleh hati nuraninya di dalam Roh Kudus. Ini menunjukkan kejujuran mutlak dari isi hatinya.

John Calvin menekankan bahwa Paulus sangat ingin menunjukkan ketulusan hatinya agar jemaat Roma dan pembaca lain memahami bahwa penderitaannya untuk Israel bukan dibuat-buat, tetapi nyata dan spiritual.

2. Hati Nurani dan Kesaksian Roh Kudus

Dalam teologi Reformed, hati nurani bukanlah penentu moral otonom, tetapi alat kesaksian Roh Kudus. Ketika Paulus menyatakan bahwa nuraninya “ikut bersaksi dalam Roh Kudus,” itu berarti kesedihannya bukan hasil emosi manusiawi semata, tetapi buah dari kasih yang dikuduskan oleh Allah.

R.C. Sproul menyebut ini sebagai “kesaksian batin yang dikuatkan secara ilahi.”

B. Roma 9:2: Dukacita dan Penderitaan Tanpa Henti

“Bahwa dukacitaku sangat besar dan ada penderitaan yang tiada hentinya dalam hatiku.”

1. Dukacita yang Menyeluruh

Kalimat ini menunjukkan kesedihan yang mendalam dan konstan, bukan hanya rasa kasihan sesaat. Paulus menderita secara emosional dan rohani karena keadaan rohani Israel yang belum diselamatkan.

John Piper menyebut penderitaan ini sebagai “pantulan dari hati Kristus yang rindu menyelamatkan yang terhilang.”

2. Kasih Kristiani yang Berkorban

Dukacita ini bukan karena Paulus ditolak, melainkan karena ia mengasihi. Ini adalah bentuk kasih agape — kasih yang rela menderita demi keselamatan orang lain. Dalam konteks Reformed, ini adalah buah dari transformasi hati oleh kasih karunia.

C. Roma 9:3: Keinginan Paulus untuk Dikutuk

“Sebab, aku bisa berharap agar diriku terkutuk, terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.”

1. Pernyataan yang Mengejutkan

Paulus menyatakan kerelaannya untuk dikutuk (anathema) demi keselamatan Israel. Ini bukan pernyataan literal tentang ingin kehilangan keselamatan, melainkan luapan kasih yang ekstrem dan gambaran betapa dalamnya keinginannya agar mereka diselamatkan.

Martyn Lloyd-Jones menjelaskan bahwa ini adalah bentuk tertinggi dari kasih rohani. Paulus tidak dapat menggantikan tempat mereka, tetapi ia ingin menunjukkan bahwa ia rela kehilangan segalanya demi keselamatan mereka.

2. Cermin dari Pengorbanan Kristus

Walaupun Paulus tidak bisa disalib menggantikan Israel, kerelaannya ini mencerminkan kasih Kristus. Yesuslah yang benar-benar menjadi “terkutuk” bagi umat-Nya (Galatia 3:13).

Dalam pandangan Reformed, hal ini menegaskan bahwa kasih sejati bukan sentimental, tetapi penuh pengorbanan dan bertumpu pada kebenaran Injil.

III. Teologi Reformed dalam Roma 9:1-3

1. Doktrin Pemilihan dan Kedaulatan Allah

Meskipun pasal 9 akan berbicara tentang predestinasi dan pemilihan tanpa syarat, bagian awal ini menunjukkan bahwa kebenaran teologis tidak membunuh kasih, melainkan justru menajamkannya.

John Calvin menegaskan bahwa pemilihan Allah tidak membuat manusia pasif atau acuh terhadap keselamatan orang lain. Justru, kasih kepada orang berdosa harus disertai kesediaan berdoa, menginjili, dan menderita bagi mereka.

2. Hati Seorang Penginjil

Dalam pemikiran Reformed, penginjilan bukan bertentangan dengan predestinasi, tetapi justru alat yang dipakai Allah untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya.

Michael Horton menulis bahwa Paulus adalah contoh sempurna dari orang yang percaya pada pemilihan ilahi dan tetap memiliki semangat besar untuk penginjilan.

IV. Aplikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini

A. Kasih kepada yang Belum Diselamatkan

Banyak orang Kristen Reformed jatuh pada ekstremisme teologis — tahu doktrin tetapi dingin secara emosional. Namun, Roma 9:1-3 menunjukkan bahwa hati yang benar akan terbakar oleh penderitaan bagi jiwa-jiwa yang terhilang.

Apakah kita menangisi orang-orang yang belum mengenal Kristus? Apakah hati kita seperti Paulus, rela menderita demi orang lain mengenal Injil?

B. Doa dan Misi Berdasarkan Kasih Injili

Paulus tidak hanya merenung, tetapi juga bertindak. Ia memberitakan Injil, mendoakan orang Yahudi, dan menulis surat. Gereja dipanggil untuk mengasihi dan berdoa bagi bangsa, keluarga, dan komunitas yang belum menerima keselamatan.

C. Hati yang Seimbang: Benar secara Teologi, Peka secara Rohani

Roma 9:1-3 adalah teladan bagaimana kepala dan hati dapat berjalan bersama: doktrin yang kuat dan kasih yang dalam.

V. Studi Kata Yunani Penting

Kata YunaniTerjemahanMakna Teologis
ἀλήθειαν (alētheian)kebenaranIntegritas rohani; bukan sekadar fakta
συνμαρτυρούσης (synmarturousēs)ikut bersaksiKolaborasi hati nurani dengan Roh Kudus
λύπη (lypē)dukacitaKesedihan spiritual yang mendalam
ἀνάθεμα (anathema)terkutukTerkutuk secara ilahi; terpisah dari Kristus

VI. Teladan dan Kesaksian Sejarah

Beberapa tokoh Reformed menunjukkan semangat Paulus dalam Roma 9:1–3:

  • David Brainerd, misionaris Reformed bagi suku Indian, menangis dan berdoa dalam penderitaan demi keselamatan mereka.

  • George Whitefield, tokoh Reformed dalam kebangunan rohani, dikenal karena tangisannya di mimbar saat memberitakan Injil.

  • Jonathan Edwards, dengan pemahaman tajam tentang pemilihan ilahi, tetap berkhotbah dengan semangat penuh kasih bagi yang terhilang.

VII. Kesimpulan: Teologi yang Menghasilkan Kasih

Roma 9:1–3 mengajarkan bahwa kasih dan penderitaan Paulus bagi Israel bukan bertentangan dengan pemilihan ilahi, tetapi didorong oleh pemahaman mendalam tentang Injil dan kasih Allah. Ketika kita benar-benar mengerti anugerah, kita akan menangis bagi mereka yang belum menerimanya.

Doktrin tanpa kasih adalah dingin. Kasih tanpa doktrin adalah kosong. Tapi kasih berdasarkan kebenaran Injil — itulah kekuatan yang mengubahkan dunia.

Next Post Previous Post