Kebebasan Mulia: Keunggulan Injil Dibandingkan Hukum

Pendahuluan
Dalam surat-surat Paulus, terutama di Galatia dan Roma, kita membaca pernyataan kuat bahwa Injil Kristus membawa kebebasan mulia — kebebasan yang tidak ditemukan dalam penurutan hukum Taurat. Apa maksudnya? Mengapa Injil begitu unggul dibanding hukum? Dan bagaimana para teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Piper, hingga Sinclair Ferguson memahaminya?
Artikel ini akan membahas secara mendalam keunggulan Injil di atas hukum menurut teologi Reformed, sekaligus menjelaskan bagaimana pemahaman ini memengaruhi kehidupan iman sehari-hari orang percaya.
1. Hukum dan Injil: Dasar Alkitabiah
a. Fungsi hukum
Menurut Roma 3:20, “sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan-Nya oleh melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.”
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa hukum memiliki tiga fungsi:
-
Menjadi cermin, menunjukkan dosa.
-
Menahan kejahatan melalui ancaman hukuman.
-
Menjadi panduan hidup bagi orang percaya.
Hukum tidak diberikan untuk menyelamatkan, tetapi untuk menunjukkan kebutuhan akan anugerah.
b. Fungsi Injil
Injil adalah kabar baik bahwa Allah menyelamatkan orang berdosa melalui karya Kristus, bukan melalui usaha manusia menaati hukum. Dalam Roma 8:1–2, Paulus berkata, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.”
2. Kebebasan dalam Injil: Apa Artinya?
a. Bebas dari kutuk hukum
R.C. Sproul menjelaskan bahwa hukum Taurat menuntut kesempurnaan. Siapa yang gagal di satu titik, bersalah dalam semuanya (Yakobus 2:10). Namun, Kristus telah menanggung kutuk hukum bagi kita (Galatia 3:13).
b. Bebas dari usaha menyelamatkan diri
John Piper menekankan bahwa Injil membebaskan kita dari “roda hamster rohani” — berusaha terus-menerus untuk diterima Allah melalui perbuatan baik. Dalam Injil, kita diterima karena iman, bukan karena ketaatan kita.
c. Bebas untuk taat dengan sukacita
Sinclair Ferguson menulis bahwa Injil bukan berarti hidup tanpa hukum (lawlessness), tetapi hidup dalam ketaatan yang lahir dari kasih. Kita taat bukan untuk diselamatkan, tetapi karena sudah diselamatkan.
3. Keunggulan Injil Dibandingkan Hukum
a. Injil membawa pembenaran, hukum membawa penghukuman
Dalam Roma 3:28, Paulus berkata, “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”
John Calvin menggarisbawahi bahwa pembenaran oleh iman adalah pusat Injil. Hukum hanya dapat menunjukkan pelanggaran, tetapi Injil memberi pemulihan.
b. Injil mengubah hati, hukum hanya mengatur perilaku
R.C. Sproul menunjukkan bahwa hukum tidak memiliki kekuatan untuk mengubah hati manusia. Hanya Roh Kudus melalui Injil yang dapat memberikan hati baru (Yehezkiel 36:26).
c. Injil membawa kebebasan anak Allah, hukum membawa perbudakan
Galatia 4:7 berkata, “Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli waris, oleh Allah.”
Sinclair Ferguson menekankan bahwa melalui Injil, kita menjadi anak-anak Allah yang dikasihi, bukan budak yang takut dihukum.
4. Kesalahan Memahami Kebebasan Injil
a. Antinomianisme (melawan hukum)
Beberapa orang salah mengartikan kebebasan Injil sebagai kebebasan untuk berbuat dosa. Paulus dengan tegas menolak ini: “Bolehkah kita berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!” (Roma 6:15).
John Piper memperingatkan bahwa anugerah sejati selalu menghasilkan kehidupan yang diubahkan.
b. Legalisme (menambahkan hukum)
Di sisi lain, ada yang berusaha menambahkan aturan manusia ke dalam Injil. R.C. Sproul menjelaskan bahwa legalisme menghancurkan Injil karena menempatkan beban tambahan di luar karya Kristus.
5. Bagaimana Injil Memerdekakan Kita?
a. Dalam hubungan dengan Allah
Sebelumnya, kita adalah musuh Allah (Roma 5:10). Injil memulihkan kita menjadi sahabat, bahkan anak. Kita tidak lagi mendekati Allah dengan ketakutan, tetapi dengan keyakinan (Ibrani 4:16).
b. Dalam hubungan dengan dosa
Sinclair Ferguson menjelaskan bahwa melalui Injil, kuasa dosa dipatahkan. Kita mungkin masih bergumul dengan dosa, tetapi kita tidak lagi diperbudak olehnya (Roma 6:14).
c. Dalam hubungan dengan sesama
Injil memerdekakan kita dari kesombongan (karena kita sadar diselamatkan oleh anugerah) dan dari rasa rendah diri (karena kita tahu kita dikasihi Allah).
6. Peran Hukum Setelah Diselamatkan
a. Hukum sebagai panduan hidup
John Calvin mengajarkan bahwa hukum tetap berguna bagi orang percaya sebagai panduan hidup yang menyenangkan Allah.
b. Ketaatan sebagai respons, bukan syarat keselamatan
R.C. Sproul menekankan bahwa ketaatan muncul sebagai respons sukacita atas anugerah, bukan sebagai upaya membayar keselamatan.
c. Roh Kudus memberi kemampuan taat
Sinclair Ferguson mengingatkan bahwa kita tidak taat dengan kekuatan sendiri, tetapi dengan kekuatan Roh Kudus.
7. Injil yang Mulia: Mengapa Unggul?
a. Karena Injil memuliakan Kristus
Semua keselamatan berasal dari, melalui, dan untuk Kristus. Injil menonjolkan karya-Nya, bukan usaha manusia.
b. Karena Injil memberi pengharapan sejati
Hukum hanya bisa menakut-nakuti. Injil memberi jaminan pengampunan, pembenaran, dan kemuliaan kekal.
c. Karena Injil memulihkan ciptaan
John Piper menulis bahwa Injil bukan hanya soal keselamatan pribadi, tetapi juga pembaruan seluruh ciptaan (Roma 8:21).
8. Bagaimana Hidup dalam Kebebasan Injil?
a. Berpegang pada identitas sebagai anak Allah
Ingat bahwa Anda dikasihi, diterima, dan diampuni di dalam Kristus. Identitas ini adalah dasar hidup Anda.
b. Berjuang melawan dosa dengan anugerah
Gunakan kebebasan bukan sebagai alasan untuk berbuat dosa, tetapi sebagai kekuatan untuk melawan dosa.
c. Melayani dengan sukacita
Karena sudah dibebaskan, kita bisa melayani Allah dan sesama tanpa motivasi paksaan.
Kesimpulan
Kebebasan Injil adalah kebebasan yang mulia:
✅ Bebas dari kutuk hukum.
✅ Bebas dari usaha menyelamatkan diri.
✅ Bebas untuk taat dengan sukacita.
Teologi Reformed menegaskan bahwa Injil jauh lebih unggul dibanding hukum karena hanya melalui Injil seseorang diperdamaikan dengan Allah, diubahkan hatinya, dan hidup sebagai anak-Nya.
Injil adalah kabar baik yang memuliakan Kristus, membawa pengharapan sejati, dan memulihkan ciptaan. Kita dipanggil untuk hidup dalam kebebasan ini, bukan untuk memuaskan keinginan dosa, tetapi untuk memuliakan Allah.