Masa Sukar di Hari-Hari Terakhir: 2 Timotius 3:1

Pendahuluan
Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus memberikan peringatan yang tegas dan penuh urgensi mengenai apa yang akan terjadi “pada hari-hari terakhir.” Pernyataan ini tidak hanya relevan pada zamannya, tetapi juga menjadi nubuatan yang sangat aplikatif untuk zaman modern. Banyak pakar teologi Reformed melihat ayat ini sebagai pintu masuk penting untuk memahami eskhatologi Kristen yang sehat, serta tantangan moral dan spiritual yang dihadapi gereja menjelang kedatangan Kristus yang kedua.
Artikel ini akan mengeksplorasi ayat 2 Timotius 3:1 dalam tiga bagian utama:
-
Eksposisi teks secara gramatikal dan kontekstual
-
Penafsiran menurut teolog Reformed
-
Aplikasi praktis dalam kehidupan Kristen
1. Eksposisi Teks: Memahami Makna Asli
a. “Pada hari-hari terakhir”
Frasa Yunani ini adalah bentuk jamak yang secara literal berarti “pada hari-hari yang terakhir.” Menurut para ahli bahasa seperti William Hendriksen dan John Stott, frasa ini menunjuk pada masa antara kedatangan Kristus yang pertama dan yang kedua. Ini berarti, kita sudah berada dalam "hari-hari terakhir" sejak zaman para rasul.
-
Hendriksen menekankan bahwa ini adalah masa yang dimulai sejak kedatangan Yesus dan akan mencapai klimaksnya pada penghakiman terakhir.
-
John Calvin menyatakan bahwa Paulus tidak menunjuk pada masa yang spesifik di masa depan, tetapi menggambarkan karakteristik zaman Injil yang penuh konflik antara terang dan gelap.
b. “Masa-masa kesukaran”
Kata "χαλεποί" berarti keras, sulit, berbahaya, bahkan buas. Kata ini juga digunakan dalam Matius 8:28 untuk menggambarkan dua orang yang kerasukan setan. Artinya, kesukaran yang dimaksud bukan hanya tekanan eksternal, tapi juga kondisi batin dan sosial yang mengancam iman umat.
-
Philip H. Towner, dalam komentarnya, menunjukkan bahwa ini bukan kesulitan fisik semata, tapi kondisi moral dan spiritual yang merusak tatanan gereja dan masyarakat.
2. Tafsiran dari Teolog Reformed
a. John Calvin: Perjuangan Gereja Melawan Penyimpangan
Calvin melihat bagian ini sebagai peringatan keras bahwa gereja akan terus diperhadapkan dengan kemerosotan moral, pengajaran sesat, dan serangan dari luar. Dalam komentarnya atas 2 Timotius, ia menulis:
“Paulus tidak bermaksud menakut-nakuti, tetapi untuk membekali pelayan Injil agar tetap setia dalam masa krisis.”
Calvin menekankan pentingnya ketekunan dan ketaatan kepada Firman sebagai satu-satunya senjata dalam masa sulit.
b. R.C. Sproul: Hari-hari Terakhir dan Teologi Kekudusan
Sproul memandang “hari-hari terakhir” sebagai masa di mana gereja harus waspada terhadap kompromi moral. Menurutnya, zaman ini dicirikan oleh relativisme etis dan pergeseran dari otoritas Alkitab.
“Kesulitan terbesar bukanlah penganiayaan dari luar, tetapi korupsi dari dalam gereja sendiri.”
Sproul juga menghubungkan ayat ini dengan 2 Timotius 3:16–17, menekankan pentingnya Firman Tuhan sebagai solusi terhadap dekadensi spiritual.
c. Martyn Lloyd-Jones: Kondisi Manusia dalam Hari-Hari Terakhir
Lloyd-Jones memberikan perhatian khusus pada daftar perilaku manusia dalam ayat-ayat setelahnya (ay. 2–5). Ia mengaitkan 2 Timotius 3:1 dengan krisis kepribadian manusia yang kehilangan rasa takut akan Allah.
“Kita tidak sedang menuju kepada kejatuhan moral; kita sudah ada di tengah-tengahnya.”
Menurut Lloyd-Jones, satu-satunya harapan adalah Injil yang dikhotbahkan dengan setia dan kuasa Roh Kudus.
d. Herman Bavinck: Eskhatologi Sejarah
Dalam karya monumentalnya Reformed Dogmatics, Bavinck menjelaskan bahwa "hari-hari terakhir" bukanlah titik waktu yang sempit, tetapi era sejarah redemptif yang ditandai dengan konflik antara Kerajaan Allah dan kerajaan dunia. Menurut Bavinck:
“Gereja akan hidup dalam ketegangan eskhatologis hingga Kristus datang kembali, dan kondisi sulit adalah bagian dari realitas itu.”
3. Aplikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini
a. Panggilan untuk Berjaga-jaga dan Setia
Mengetahui bahwa masa sukar sudah dan akan terus datang, gereja dipanggil untuk berjaga-jaga dan tidak lengah secara rohani. Ini berarti:
-
Tidak menyesuaikan diri dengan dunia (Roma 12:2)
-
Setia dalam pengajaran sehat (2 Timotius 4:2–3)
-
Menguatkan sesama orang percaya dalam kasih dan pengharapan
b. Keteguhan dalam Penggembalaan
Paulus menulis kepada seorang gembala muda, Timotius, yang menghadapi tantangan besar. Pesannya jelas: masa sukar bukan alasan untuk menyerah, tetapi panggilan untuk semakin berakar dalam Firman.
Gereja masa kini harus mempersiapkan para pemimpin yang:
-
Teguh dalam kebenaran
-
Tidak mencari popularitas
-
Berani menegur dan mengajar dengan kasih
c. Pentingnya Disiplin Diri dan Hidup Kudus
Masa sukar juga menjadi ladang latihan iman. Seperti dalam 1 Timotius 4:7-8, umat dipanggil untuk melatih diri dalam kesalehan. Disiplin rohani seperti doa, membaca Alkitab, dan persekutuan menjadi sarana kekuatan dalam badai zaman.
Penutup: Harapan di Tengah Masa Sukar
Meskipun Paulus berbicara tentang masa-masa sulit, surat ini tidak berakhir dalam keputusasaan. Dalam 2 Timotius 4:7-8, ia menyatakan bahwa ia telah menyelesaikan pertandingan dan menantikan mahkota kebenaran. Ini menunjukkan bahwa iman yang teguh akan memperoleh upah kekal.
Dalam teologi Reformed, harapan bukanlah utopia dunia, tetapi kedatangan Kristus yang pasti. Masa sukar bukanlah akhir, tetapi jalan menuju kemuliaan. Oleh karena itu, seperti yang dikatakan dalam Ibrani 10:23:
“Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia yang menjanjikannya adalah setia.”