Menanti Janji Bapa: Kisah Para Rasul 1:4

Pendahuluan
Kitab Kisah Para Rasul adalah catatan penting tentang kelahiran gereja dan penggenapan janji Allah setelah kebangkitan Yesus. Dalam Kisah Para Rasul 1:4, Yesus memberikan perintah kepada para murid-Nya sebelum kenaikan-Nya ke surga. Ayat ini menjadi kunci penting dalam memahami peran Roh Kudus dan janji Allah dalam kehidupan gereja.
Mari kita lihat teks ayatnya (berdasarkan Alkitab Terjemahan Baru):
Kisah Para Rasul 1:4 “Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka menantikan janji Bapa, yang — demikian kata-Nya — ‘telah kamu dengar dari pada-Ku.’”
Dalam artikel ini, kita akan membahas makna ayat ini berdasarkan pandangan teologi Reformed, didukung oleh pemikiran beberapa tokoh seperti John Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita juga akan membahas aplikasi praktis bagi gereja masa kini.
Eksposisi Kisah Para Rasul 1:4
Konteks Sejarah
Sebelum Yesus naik ke surga, Dia menghabiskan waktu bersama para murid-Nya, mengajar mereka tentang Kerajaan Allah. Salah satu instruksi penting-Nya adalah: jangan pergi dari Yerusalem sebelum menerima janji Bapa, yaitu pencurahan Roh Kudus.
John Calvin, dalam komentarnya, menekankan bahwa Yesus tahu para murid tidak akan mampu melaksanakan misi mereka tanpa kuasa Roh Kudus. Perintah untuk menunggu bukanlah perintah untuk berdiam tanpa tujuan, tetapi untuk mempersiapkan diri secara rohani.
Makna “Janji Bapa”
Frasa “janji Bapa” merujuk pada janji Allah yang telah dinyatakan dalam Perjanjian Lama dan dikonfirmasi oleh Yesus sendiri: Allah akan mencurahkan Roh-Nya kepada umat-Nya. Herman Bavinck menjelaskan bahwa janji ini adalah bagian dari penggenapan perjanjian anugerah, di mana Roh Kudus akan menuliskan hukum Allah di hati umat-Nya dan memampukan mereka untuk hidup sesuai kehendak-Nya.
R.C. Sproul menekankan bahwa janji ini bukan sekadar hadiah tambahan, tetapi bagian inti dari keselamatan. Roh Kudus bekerja untuk memperbarui hati, menuntun kepada kebenaran, menguduskan, dan memampukan umat percaya untuk menjadi saksi Kristus.
Menunggu dengan Taat
Yesus memerintahkan mereka untuk tidak meninggalkan Yerusalem. Secara manusiawi, mereka mungkin ingin segera bertindak, pergi memberitakan Injil, atau bahkan lari karena takut dianiaya. Namun, Yesus memerintahkan mereka untuk taat menunggu.
Martyn Lloyd-Jones, dalam khotbahnya, menyebut ini sebagai pelajaran penting tentang ketergantungan total kepada kuasa Allah. Ia berkata, “Gereja tanpa Roh Kudus adalah seperti tubuh tanpa jiwa. Aktivitas tanpa Roh adalah kesia-siaan.” Penantian ini bukan tanda kelemahan, tetapi tanda iman.
Makna Teologis dalam Perspektif Reformed
1. Kedaulatan Allah dalam Memberikan Roh Kudus
Dalam teologi Reformed, Roh Kudus diberikan sebagai bagian dari rencana kekal Allah, bukan karena usaha atau jasa manusia. Herman Bavinck menekankan bahwa pencurahan Roh Kudus pada Pentakosta adalah peristiwa yang telah ditentukan Allah sejak semula untuk menggenapi karya keselamatan Kristus.
Allah Bapa yang menjanjikan, Allah Anak yang memohonkan (Yohanes 14:16), dan Allah Roh Kudus yang hadir — ketiganya bekerja bersama dalam kesatuan Tritunggal. Ini menunjukkan kedaulatan Allah yang utuh dalam memelihara dan memimpin gereja-Nya.
2. Roh Kudus sebagai Kuasa untuk Bersaksi
Para murid tidak diminta untuk mengandalkan keberanian mereka sendiri, retorika, atau kemampuan intelektual. R.C. Sproul menulis bahwa Roh Kuduslah yang memberikan kuasa untuk bersaksi. Tanpa Roh Kudus, kesaksian hanya akan menjadi aktivitas manusiawi. Dengan Roh Kudus, kesaksian menjadi alat Allah untuk membawa orang kepada pertobatan.
3. Pentingnya Penantian Rohani
Menunggu janji Bapa mengajarkan gereja tentang disiplin rohani. John Calvin menekankan bahwa para murid tidak hanya duduk diam, tetapi mereka bertekun dalam doa (Kisah Para Rasul 1:14). Ini adalah gambaran gereja sejati: komunitas yang menantikan pimpinan Allah dengan hati yang bergantung penuh.
Aplikasi bagi Gereja Masa Kini
1. Jangan Mengandalkan Diri Sendiri
Gereja sering terjebak dalam program, metode, atau strategi. Kisah Para Rasul 1:4 mengingatkan bahwa semua itu harus tunduk pada ketergantungan kepada Roh Kudus. Tanpa kuasa-Nya, gereja hanya menjadi organisasi manusia.
2. Menantikan Pimpinan Allah
Menunggu bukan berarti pasif, tetapi aktif dalam doa, penyembahan, dan persiapan hati. Gereja dipanggil untuk terus meminta pembaruan Roh Kudus, bukan hanya bergantung pada pengalaman masa lalu atau kesuksesan sebelumnya.
3. Menghargai Peran Roh Kudus dalam Misi
Setiap pelayanan, baik di mimbar, di sekolah minggu, atau di ladang misi, harus dilakukan dalam kesadaran bahwa Roh Kuduslah yang bekerja. Martyn Lloyd-Jones berkata, “Gereja harus berdoa lebih banyak untuk kuasa Roh, bukan hanya untuk aktivitas baru.”
Kesimpulan
Kisah Para Rasul 1:4 adalah ayat pendek tetapi sarat makna. Eksposisi Reformed menunjukkan bahwa:
✅ Janji Bapa (Roh Kudus) adalah bagian dari rencana kekal Allah.
✅ Gereja dipanggil untuk menantikan kuasa Allah, bukan bergerak dalam kekuatan manusia.
✅ Penantian itu harus dilakukan dalam doa, ketekunan, dan iman.
Bagi gereja masa kini, ini adalah pengingat untuk tidak mengandalkan program atau kekuatan manusia, tetapi untuk terus mencari kuasa Roh Kudus dalam setiap aspek pelayanan.