Menjadi Pribadi yang Berbelas Kasihan

Menjadi Pribadi yang Berbelas Kasihan

Pendahuluan

Belas kasihan (compassion) adalah salah satu sifat Allah yang paling sering ditonjolkan dalam Alkitab. Pemazmur berkata,

“TUHAN itu penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.” (Mazmur 103:8)

Sebagai umat yang ditebus oleh Kristus, kita dipanggil untuk mencerminkan sifat Allah ini dalam hidup kita sehari-hari. Memiliki hati yang berbelas kasihan bukan hanya soal perasaan lembut, tetapi wujud nyata dari iman sejati yang bekerja melalui kasih.

Artikel ini akan mengulas makna belas kasihan menurut Alkitab, pendapat beberapa teolog Reformed, tantangan di zaman modern, serta bagaimana kita dapat mempraktikkan belas kasihan dengan setia.

Bagian 1: Dasar Alkitab tentang Belas Kasihan

1. Allah adalah Sumber Belas Kasihan

Teologi Reformed menekankan bahwa Allah tidak hanya penuh kasih, tetapi juga penuh belas kasihan kepada manusia berdosa. Louis Berkhof menulis bahwa belas kasihan Allah adalah “pemberian rahmat bagi mereka yang menderita akibat dosa.” Ini berarti belas kasihan adalah kasih yang berwujud, bukan hanya ide.

Contoh-contoh belas kasihan Allah:

  • Allah melihat penderitaan umat Israel di Mesir (Keluaran 3:7-8).

  • Yesus digerakkan oleh belas kasihan ketika melihat orang banyak yang seperti domba tanpa gembala (Markus 6:34).

  • Allah tidak membinasakan manusia meskipun berhak menghukum (Ratapan 3:22-23).

2. Panggilan untuk Meneladani Allah

Efesus 5:1-2 berkata,

“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih.”

Sinclair Ferguson menekankan bahwa belas kasihan bukan sekadar pilihan bagi orang Kristen, tetapi identitas. Orang yang telah menerima belas kasihan Allah secara alami dipanggil untuk menyalurkannya kepada sesama.

Bagian 2: Makna Belas Kasihan dalam Teologi Reformed

1. Belas Kasihan Bukan Sekadar Emosi

Dalam pandangan Reformed, belas kasihan bukan sekadar rasa simpati atau empati. Michael Horton menekankan bahwa belas kasihan adalah tindakan aktif untuk menolong mereka yang menderita atau membutuhkan, bahkan ketika itu menuntut pengorbanan.

Yesus memberi teladan sempurna: Ia tidak hanya merasa kasihan, tetapi turun ke dunia, menderita, dan mati untuk menyelamatkan umat-Nya.

2. Belas Kasihan Berdasar pada Anugerah

Teologi Reformed memandang bahwa manusia tidak layak menerima kasih dan belas kasihan Allah, tetapi oleh anugerah-Nya, mereka mendapatkannya. Karena itu, orang percaya harus menunjukkan belas kasihan kepada orang lain bukan karena mereka pantas, tetapi karena Allah lebih dahulu bermurah hati kepada kita (Lukas 6:36).

3. Belas Kasihan Sebagai Buah Roh

Herman Bavinck menekankan bahwa belas kasihan adalah salah satu wujud nyata buah Roh Kudus (Galatia 5:22-23). Seorang Kristen sejati yang hidup dipimpin Roh akan semakin serupa dengan Kristus dalam sifat-sifat-Nya, termasuk dalam belas kasihan.

Bagian 3: Tantangan Memiliki Hati yang Berbelas Kasihan di Zaman Modern

A. Individualisme dan Kesibukan

Budaya modern mendorong orang untuk fokus pada diri sendiri, pencapaian pribadi, dan kesuksesan. John Calvin memperingatkan bahwa hati manusia secara alami cenderung egois, dan tanpa Roh Kudus, kita sulit melihat penderitaan orang lain.

Kesibukan sehari-hari juga sering membuat kita tidak peka. Kita sibuk mengejar target, menyelesaikan tugas, dan memenuhi tanggung jawab, sampai-sampai lupa memperhatikan mereka yang lemah, miskin, atau menderita di sekitar kita.

B. Ketidakpercayaan dan Kepalsuan

Zaman ini juga ditandai dengan ketidakpercayaan: apakah orang yang meminta belas kasihan benar-benar layak dibantu? Banyak orang takut ditipu atau dimanfaatkan, sehingga memilih untuk tidak peduli. Meski kita perlu berhikmat, Michael Horton mengingatkan agar kita tidak menggunakan “kewaspadaan” sebagai alasan untuk mengeraskan hati.

C. Kelelahan Emosional

Paparan terus-menerus pada berita tentang bencana, konflik, dan penderitaan di seluruh dunia sering membuat kita mati rasa. R.C. Sproul menyebut ini sebagai compassion fatigue – kelelahan belas kasihan. Karena terlalu sering melihat penderitaan, kita jadi kehilangan kepekaan untuk benar-benar peduli.

Bagian 4: Praktik Memiliki Hati yang Berbelas Kasihan

1. Dimulai dari Hati yang Dibaharui

Belas kasihan sejati lahir dari hati yang telah diperbarui oleh Roh Kudus. Herman Bavinck menulis,

“Kita tidak bisa memberi belas kasihan sejati jika kita belum menerima belas kasihan sejati dari Allah.”

Karena itu, langkah pertama adalah menyadari betapa besar belas kasihan Allah kepada kita. Ini mematahkan kesombongan, menghancurkan sikap menghakimi, dan menumbuhkan kelembutan hati.

2. Latih Kepekaan Sehari-hari

Belas kasihan bukan hanya untuk momen-momen besar, tetapi untuk kehidupan sehari-hari:

  • Menyapa rekan kerja yang terlihat lelah.

  • Mendengarkan cerita teman yang sedang bergumul.

  • Membantu tetangga yang kesulitan tanpa diminta.

Sinclair Ferguson menekankan bahwa kasih Kristen terutama dinyatakan dalam tindakan kecil yang konsisten, bukan hanya dalam proyek besar.

3. Bersedia Mengorbankan Waktu, Tenaga, dan Harta

Michael Horton mengingatkan bahwa belas kasihan seringkali menuntut pengorbanan. Kita dipanggil untuk memberi, meski itu berarti mengurangi kenyamanan kita; membantu, meski itu berarti repot; mendengarkan, meski kita sedang sibuk.

4. Lihat Penderitaan dengan Kacamata Injil

Belas kasihan Kristen bukan hanya soal membantu kebutuhan jasmani, tetapi juga membawa orang kepada kasih karunia Allah. Karena itu, pelayanan belas kasihan selalu terhubung dengan doa, kesaksian, dan pengharapan kekal.

Bagian 5: Teladan dan Inspirasi dari Alkitab

A. Yesus, Sumber Belas Kasihan

Tidak ada teladan belas kasihan yang lebih sempurna daripada Yesus. Beberapa contoh:

  • Ia menyembuhkan orang sakit (Markus 1:40-42).

  • Ia memberi makan orang lapar (Markus 8:1-9).

  • Ia menangis bersama mereka yang berduka (Yohanes 11:33-35).

Yesus bukan hanya menolong secara fisik, tetapi membawa manusia kepada keselamatan sejati.

B. Orang Samaria yang Baik Hati

Dalam Lukas 10:25-37, Yesus menceritakan perumpamaan tentang orang Samaria yang berbelas kasihan. Teolog Reformed memandang kisah ini bukan sekadar ajaran moral, tetapi gambaran tentang siapa kita yang dipanggil untuk menolong tanpa memandang suku, status, atau latar belakang.

C. Gereja Perdana

Kisah Para Rasul menggambarkan gereja yang hidup dalam belas kasihan: mereka saling berbagi, menolong yang miskin, dan menyambut siapa saja (Kisah Para Rasul 2:44-47). Louis Berkhof menekankan bahwa belas kasihan adalah tanda gereja sejati.

Kesimpulan

Memiliki hati yang berbelas kasihan bukan sekadar tuntutan moral, tetapi wujud iman sejati. Dalam pandangan teologi Reformed:

  • Allah adalah sumber belas kasihan yang utama.

  • Kita dipanggil untuk meneladani belas kasihan-Nya dalam hidup sehari-hari.

  • Belas kasihan bukan hanya perasaan, tetapi tindakan nyata yang muncul dari hati yang diperbarui.

  • Dalam setiap perbuatan belas kasihan, kita memuliakan Allah dan membawa kabar baik Injil.

Mari kita memohon kepada Roh Kudus agar hati kita dilembutkan, mata kita dibuka, dan tangan kita dipakai untuk menjadi saluran kasih dan belas kasihan Allah di dunia ini.

Next Post Previous Post