Pencurahan Roh dan Kebenaran Nubuat: Kisah Para Rasul 2:15–16

Pendahuluan
Peristiwa Pentakosta dalam Kisah Para Rasul pasal 2 merupakan tonggak penting dalam sejarah keselamatan. Saat Roh Kudus dicurahkan kepada para murid, orang banyak yang menyaksikan peristiwa ini bingung dan terheran, bahkan ada yang mengejek dan menuduh bahwa para murid mabuk anggur. Namun, Rasul Petrus dengan penuh keberanian berdiri dan memberikan penjelasan bahwa apa yang terjadi adalah penggenapan nubuat dari nabi Yoel, bukan hasil mabuk.
Kisah Para Rasul 2:15–16 (AYT):
15 Sebab, orang-orang ini tidak mabuk, seperti yang kamu kira karena hari baru jam ketiga,
16 tetapi inilah yang dikatakan melalui Nabi Yoel:
Ayat ini membuka khotbah pertama dalam sejarah gereja Perjanjian Baru dan merupakan fondasi bagi doktrin pencurahan Roh Kudus dalam teologi Reformed. Eksposisi ini akan mengupas konteks, makna, dan implikasi dari bagian ini secara mendalam.
1. Latar Belakang Historis dan Konteks Teks
a. Peristiwa Pentakosta
Pentakosta adalah hari raya Yahudi yang jatuh 50 hari setelah Paskah. Pada hari ini, Roh Kudus turun secara dramatis (Kis 2:1–4), menggenapi janji Yesus dalam Kisah Para Rasul 1:8. Murid-murid mulai berbicara dalam berbagai bahasa, yang menimbulkan kebingungan dan ejekan dari banyak orang.
b. Tuduhan Mabuk
Ayat 13 mencatat, “Akan tetapi, yang lain mengejek dan berkata, ‘Mereka sedang mabuk anggur manis.’” Petrus kemudian membela dengan penjelasan bahwa jam ketiga (sekitar pukul 9 pagi) adalah waktu yang sangat tidak lazim untuk mabuk, apalagi dalam konteks ibadah Yahudi yang ketat.
John Stott menyatakan bahwa “pembelaan Petrus adalah rasional, kontekstual, dan teologis – ia menolak tuduhan lalu memberikan penjelasan berdasarkan nubuat.”
2. Eksposisi Ayat per Ayat
Kisah Para Rasul 2:15: “Sebab, orang-orang ini tidak mabuk...”
a. Penolakan Terhadap Tuduhan Duniawi
Petrus secara langsung dan tegas menolak interpretasi duniawi terhadap karya Roh Kudus. Ia menyatakan bahwa fenomena spiritual yang terjadi tidak dapat dijelaskan secara naturalistik.
R.C. Sproul: “Fenomena rohani selalu ditanggapi dunia dengan sinisme. Tugas gereja adalah menunjukkan bahwa ini adalah pekerjaan Allah, bukan kegilaan manusia.”
b. “Jam ketiga” – Simbol Kemurnian
Dalam budaya Yahudi, jam ketiga (pukul 09.00) adalah waktu doa pagi di Bait Allah, dan makan atau minum biasanya belum dilakukan. Dengan menyebut waktu ini, Petrus menegaskan bahwa murid-murid sedang dalam disiplin ibadah, bukan tindakan kebablasan.
Kisah Para Rasul 2:16: “Tetapi inilah yang dikatakan melalui Nabi Yoel”
a. Penafsiran Perjanjian Lama secara Kristosentris
Petrus memulai khotbahnya dengan menafsirkan peristiwa kini melalui lensa nubuat Perjanjian Lama. Ini adalah model eksposisi Reformed — menghubungkan Kitab Suci sebagai satu kesatuan narasi penebusan yang terpenuhi dalam Kristus dan karya Roh.
Herman Ridderbos menyebut ini sebagai “the history of redemption” — sejarah keselamatan yang satu dan berkesinambungan dari PL ke PB.
b. Otentikasi oleh Nubuat
Petrus tidak menawarkan opini pribadi. Ia menyatakan, “Inilah yang dikatakan...” sebagai cara menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi telah dinyatakan sebelumnya oleh Allah.
John Calvin: “Kitab Suci menjadi hakim atas segala pengalaman. Tanpa Firman, kita hanya akan menafsirkan Roh dengan kebingungan manusia.”
3. Doktrin Reformed dalam Kisah 2:15–16
a. Sola Scriptura: Otoritas Firman dalam Penafsiran
Petrus menggunakan Kitab Suci sebagai otoritas final untuk menjelaskan peristiwa supernatural. Ini sejalan dengan prinsip Reformed: segala pengalaman rohani harus diuji dengan Firman Allah.
b. Pencurahan Roh: Penggenapan Eskatologis
Petrus melihat peristiwa Pentakosta sebagai penggenapan nubuat Yoel (yang dikutip lengkap dalam ayat 17–21), bahwa di akhir zaman Allah akan mencurahkan Roh-Nya ke atas semua orang.
Geerhardus Vos: “Pentakosta bukan sekadar pengalaman, tapi tanda bahwa zaman baru telah tiba — zaman Roh.”
c. Apologetika Teologis: Menjawab Ejekan Dunia dengan Kebenaran
Daripada membalas ejekan dengan kemarahan, Petrus menggunakan penjelasan teologis berbasis Kitab Suci. Ini mencerminkan pendekatan Reformed dalam apologetika: menjawab dunia dengan Alkitab.
4. Pandangan Para Teolog Reformed
John Calvin
Calvin menekankan bahwa penafsiran Petrus membuktikan bahwa pengalaman rohani harus diterangi Firman, bukan sebaliknya. Ia juga menekankan bahwa tidak ada yang acak dalam rencana Allah.
Sinclair Ferguson
Ferguson menyatakan bahwa “apa yang terjadi pada Pentakosta bukan fenomena liar, melainkan perwujudan janji Perjanjian Lama yang dinanti sejak lama.”
B.B. Warfield
Warfield menekankan bahwa wahyu Roh Kudus selalu menyatu dengan pewahyuan tertulis. Roh tidak mungkin bekerja di luar atau bertentangan dengan Firman Allah.
5. Aplikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini
a. Uji Segala Fenomena Rohani dengan Firman
Dalam era banyaknya klaim pengalaman rohani, gereja Reformed menekankan bahwa semua pengalaman harus ditafsirkan melalui Alkitab, bukan emosi atau tradisi semata.
b. Gunakan Alkitab untuk Menjawab Tantangan Dunia
Seperti Petrus, kita dipanggil untuk menjawab sinisme dan kebingungan dunia dengan pengertian Alkitabiah, bukan dengan argumen retoris kosong.
c. Berani Memberi Penjelasan Teologis
Petrus tidak menghindar dari menjelaskan pengalaman spiritual. Gereja perlu membentuk umat yang teologis dan apologetis, siap menjelaskan imannya dengan dasar Alkitab.
6. Relevansi Eskatologi: Kita Hidup dalam “Zaman Roh”
Petrus menyatakan bahwa pencurahan Roh adalah awal dari zaman akhir, artinya kita saat ini hidup di masa penggenapan.
Michael Horton: “Zaman akhir bukan berarti dunia akan segera kiamat, tetapi bahwa semua janji telah digenapi di dalam Kristus, dan sekarang kita hidup dalam era penerapan janji itu.”
7. Kontras dengan Pandangan Mistis atau Emosional
Pandangan Mistis | Pandangan Reformed |
---|---|
Pengalaman rohani sebagai pusat | Firman sebagai otoritas dan penafsir pengalaman |
Roh bekerja terpisah dari Kitab Suci | Roh bekerja melalui dan bersama Firman |
Emosi sebagai bukti kebenaran | Kebenaran dinilai melalui kesesuaian dengan Alkitab |
8. Peneguhan Eskatologi Pencurahan Roh
Peristiwa ini menunjukkan bahwa:
-
Allah setia pada janji-Nya
-
Zaman baru telah tiba
-
Setiap orang percaya menerima Roh Kudus, bukan hanya para nabi atau raja
Ini menjadi dasar teologis bagi doktrin imamat umum orang percaya dan partisipasi semua umat Allah dalam misi Injil.
Kesimpulan
Kisah Para Rasul 2:15–16 bukan hanya klarifikasi bahwa murid-murid tidak mabuk. Ini adalah:
-
Deklarasi bahwa Firman Allah tergenapi
-
Peneguhan bahwa pencurahan Roh adalah karya ilahi, bukan kegilaan manusia
-
Contoh apologetika Alkitabiah dalam menjawab ejekan dunia
-
Permulaan khotbah Kristosentris yang mengakar dalam nubuat PL
Petrus menunjukkan bahwa seluruh sejarah keselamatan mengarah kepada Kristus dan penggenapannya melalui Roh Kudus. Kita dipanggil untuk hidup dengan pengertian yang sama, dan menjawab tantangan zaman ini dengan kebenaran Firman dan kuasa Roh.