1 Timotius 6:20: Menjaga Amanat Injil dalam Dunia yang Penuh Pengetahuan Palsu

1 Timotius 6:20: Menjaga Amanat Injil dalam Dunia yang Penuh Pengetahuan Palsu

Ayat Utama

“Timotius, jagalah apa yang telah dipercayakan kepadamu. Hindarilah percakapan yang duniawi dan omong kosong serta pertentangan yang secara salah disebut ‘pengetahuan’,” (1 Timotius 6:20, AYT)

Pendahuluan: Mengapa Ayat Ini Relevan di Era Digital?

Kita hidup di zaman di mana informasi mudah diakses, tetapi kebenaran sulit dipertahankan. Dalam dunia yang sarat dengan opini, teori konspirasi, dan ajaran palsu, seruan Paulus kepada Timotius dalam 1 Timotius 6:20 kembali menggema dengan urgensi baru.

Ayat ini bukan sekadar peringatan pribadi bagi Timotius, melainkan panggilan bagi setiap hamba Tuhan dan jemaat untuk menjaga kemurnian Injil. Artikel ini akan menggali makna ayat tersebut berdasarkan teologi Reformed, serta merujuk pada beberapa pakar seperti John Calvin, R.C. Sproul, John MacArthur, dan Herman Bavinck.

1. Konteks Surat 1 Timotius: Menjaga Kemurnian Doktrin

a. Latar Belakang

Surat 1 Timotius adalah bagian dari surat pastoral Paulus kepada murid dan anak rohaninya, Timotius, yang saat itu melayani di Efesus. Kota ini adalah pusat perdagangan dan filsafat, serta rumah bagi berbagai ajaran sesat (lih. Kisah Para Rasul 19).

b. Amanat dalam Pasal 6

Pasal 6 menutup surat dengan peringatan terhadap cinta akan uang, kesombongan intelektual, dan pengaruh ajaran sesat. Ayat 20 menjadi seruan penutup yang bersifat pribadi namun teologis mendalam.

2. “Jagalah Apa yang Telah Diberikan Kepadamu”: Pengertian Teologis

a. Kata Kunci: "Jagalah"

Dalam bahasa Yunani, kata "jagalah" berasal dari kata phylasso (φυλάσσω), yang berarti menjaga seperti seorang penjaga malam menjaga kota. Ini bukan pasif, melainkan tugas aktif dan waspada.

John Calvin menekankan bahwa tugas utama seorang hamba Tuhan bukan menciptakan ajaran baru, melainkan melestarikan apa yang telah diwahyukan.

“Kita tidak ditugaskan untuk menjadi penemu kebenaran, tetapi penjaga dari wahyu Allah.” – Calvin, Commentary on Timothy

b. “Apa yang Diberikan”

Yang dipercayakan di sini adalah deposito iman—segala sesuatu yang telah diajarkan oleh para rasul, termasuk Injil, doktrin keselamatan, dan kebenaran ilahi.

Menurut R.C. Sproul, istilah ini mengacu pada apa yang dalam teologi Reformed disebut sebagai “depositum fidei” (simpanan iman), yang harus dijaga dari distorsi.

3. Hindarilah “Percakapan Duniawi dan Omong Kosong”

a. Apa Itu “Percakapan Duniawi”?

Dalam bahasa Yunani, istilah yang dipakai menunjuk pada “bebelos kenophonia” – berbicara yang profan dan sia-sia.

John MacArthur menyatakan bahwa ini mencakup debat tidak sehat, spekulasi teologis tanpa dasar Kitab Suci, dan diskusi yang hanya memuaskan rasa ingin tahu intelektual tetapi menjauhkan orang dari kebenaran.

“Salah satu tanda gereja yang sakit secara spiritual adalah ketika orang lebih suka mendengar argumen daripada Injil.” – MacArthur, The Pastoral Epistles

b. Hubungan dengan Zaman Sekarang

Di era media sosial, kita menyaksikan banjir "percakapan kosong"—dari gosip rohani, teori akhir zaman yang tidak alkitabiah, hingga diskusi teologis yang menjauhkan dari kasih dan kebenaran.

Herman Bavinck mengingatkan bahwa pengetahuan sejati tidak pernah terpisah dari pengudusan. Kebenaran tidak hanya harus benar secara doktrinal, tapi juga membentuk hidup.

4. “Pertentangan yang Disebut Pengetahuan”

a. Serangan Gnostik dan Ajaran Sesat

Dalam konteks Paulus, ia menyinggung gerakan gnostik awal yang mengklaim memiliki gnosis (pengetahuan rahasia) yang lebih tinggi dari wahyu umum Alkitab.

R.C. Sproul melihat ini sebagai bentuk awal dari rasionalisme dan subjektivisme dalam agama—mendewakan pikiran manusia di atas otoritas Firman Allah.

b. Relevansi dengan Filsafat Modern

Banyak ide kontemporer yang mengaku “ilmiah” atau “intelektual” tapi bertentangan dengan Injil. Ini termasuk naturalisme, relativisme moral, dan bahkan teologi liberal yang menolak kebangkitan Kristus.

Cornelius Van Til, seorang apologet Reformed, menyebut ini sebagai "pengetahuan palsu" yang muncul dari autonomi manusia yang menolak otoritas Allah.

5. Penerapan Teologi Reformed: Menjaga Kebenaran dalam Gereja dan Hidup Pribadi

a. Sola Scriptura: Fondasi Kebenaran

Teologi Reformed menekankan bahwa Kitab Suci adalah satu-satunya sumber otoritatif bagi iman dan praktik Kristen. Karena itu, menjaga "apa yang dipercayakan" berarti kembali ke Firman sebagai ukuran segala sesuatu.

“Tuhan tidak akan pernah memberkati pelayanan yang berakar pada pengetahuan dunia, tetapi hanya yang berakar pada Firman-Nya.” – R.C. Sproul

b. Tanggung Jawab Gembala dan Pengajar

John Owen menulis bahwa tugas utama pelayan adalah menyampaikan dan menjaga kemurnian Injil, bukan menambahinya dengan hikmat dunia.

Sebagai gembala, Timotius adalah model bagi setiap pengkhotbah yang dipanggil untuk:

  • Memberitakan Injil yang murni (2 Timotius 4:2)

  • Melawan ajaran sesat (Titus 1:9)

  • Mengajar dengan sabar dan kasih (2 Timotius 2:24-25)

c. Jemaat Sebagai Penjaga Bersama

Bukan hanya pemimpin rohani yang diminta menjaga kebenaran, tetapi juga seluruh jemaat. Dalam teologi Reformed, kita mengenal konsep “priesthood of all believers”—setiap orang percaya memiliki tanggung jawab untuk mempelajari, menjaga, dan menghidupi Injil.

6. Ancaman Modern terhadap Amanat Injil

a. Sinkretisme Teologis

Gabungan antara kepercayaan Kristen dengan nilai-nilai budaya populer, seperti teologi kemakmuran, adalah contoh nyata dari “pengetahuan palsu” masa kini.

b. Relativisme Moral

Ketika segala sesuatu dinilai relatif, maka kebenaran pun menjadi opini. Teologi Reformed menegaskan bahwa kebenaran adalah absolut karena berasal dari Allah yang absolut.

c. Kebangkitan Mistisisme dan Spiritualisme Baru

Banyak orang mencari pengalaman spiritual tanpa dasar doktrinal. Ini sangat bertentangan dengan semangat Paulus dalam 1 Timotius 6:20.

7. Penutup: Bagaimana Kita Dapat Menjaga Amanat Injil Hari Ini?

a. Mengasihi Firman Allah

“Menjaga” Injil dimulai dari mencintainya. Belajar, merenungkan, dan hidup dalam Firman.

b. Menolak dan Mengoreksi Kesalahan

Dalam kasih, kita dipanggil untuk menegur ajaran yang menyimpang dan menunjukkan jalan yang benar, seperti Paulus lakukan kepada Timotius.

c. Menjadi Saksi yang Hidup

Jangan hanya menjadi penjaga doktrin secara intelektual, tetapi juga menjadi saksi hidup Injil melalui kasih, kekudusan, dan pelayanan yang setia.

Kesimpulan

1 Timotius 6:20 adalah seruan yang kuat dan profetik bagi gereja masa kini. Dalam era informasi dan kebingungan rohani, hanya mereka yang berpegang pada kebenaran Injil sejati yang akan tetap berdiri. Teologi Reformed memberi kita lensa yang kokoh untuk memahami panggilan ini—untuk menjaga, menghindari, dan mempertahankan iman yang telah sekali dan untuk selama-lamanya dipercayakan kepada kita.

Next Post Previous Post