Ibrani 10:4: Ketidakcukupan Pengorbanan Lama dan Kepenuhan Kristus

Pendahuluan
Ayat Ibrani 10:4 berbunyi:
“Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.”
Kalimat ini membawa kita kepada jantung dari Injil: pengorbanan Kristus yang sempurna menggantikan seluruh sistem korban Perjanjian Lama yang bersifat simbolis dan sementara. Artikel ini akan mengeksplorasi makna Ibrani 10:4 dalam konteks historis, teologis, dan aplikatif menurut teologi Reformed.
1. Konteks Kitab Ibrani: Kristus Sebagai Imam Besar yang Lebih Tinggi
Kitab Ibrani ditulis untuk jemaat Yahudi yang sedang mengalami tekanan dan godaan untuk kembali ke sistem ibadah Yahudi (Perjanjian Lama). Penulis Ibrani (yang menurut banyak tradisi adalah Paulus, meskipun tidak pasti) menunjukkan bahwa Kristus adalah penggenapan dari seluruh sistem ibadah dan korban dalam Taurat.
Pasal 10 menggarisbawahi bahwa korban Perjanjian Lama, meskipun diperintahkan Allah, tidak pernah dimaksudkan menjadi solusi akhir bagi dosa. Mereka hanyalah bayangan dari yang sesungguhnya, yaitu korban Kristus (Ibrani 10:1-18).
2. Penjelasan Frasa “Tidak Mungkin Darah Lembu Jantan atau Domba Menghapuskan Dosa”
a. Makna Teologis
John Calvin menjelaskan bahwa maksud dari penulis Ibrani bukan untuk menghina Hukum Taurat, tetapi untuk menempatkannya dalam fungsinya yang benar, yaitu menunjuk kepada kebutuhan akan korban yang lebih besar.
“Korban-korban itu adalah alat pengajaran dan peringatan, bukan sarana pengampunan itu sendiri.” – Calvin, Commentary on Hebrews
b. Simbolisme Korban
Korban hewan bersifat simbolis – darahnya hanya menjadi penanda visual dari kematian yang diperlukan untuk menebus dosa. Namun, tidak ada kuasa sejati dalam darah binatang untuk menghapus dosa manusia.
R.C. Sproul menyebut ini sebagai “penggambaran eksternal dari kebutuhan internal”, yang tujuannya bukan menyelesaikan dosa, melainkan menunjukkan dosa dan kebutuhan akan Mesias.
3. Pandangan Teologi Reformed terhadap Pengorbanan Perjanjian Lama
a. Tujuan Redemptif yang Progresif
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa seluruh Perjanjian Lama bekerja dalam kerangka penyataan progresif (progressive revelation) dari Injil.
Korban hewan:
-
Menunjukkan keseriusan dosa
-
Menyampaikan bahwa tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa (Ibrani 9:22)
-
Menumbuhkan pengharapan akan Mesias yang akan datang
Namun, korban-korban itu tidak pernah menyelamatkan secara hakiki. Mereka hanya berlaku karena iman kepada Janji yang akan digenapi di dalam Kristus.
b. Kekuatan dalam Tipologi
Teologi Reformed melihat korban sebagai tipologi dari Kristus. Geerhardus Vos mengatakan bahwa keseluruhan sistem kurban adalah “pendidikan rohani bagi bangsa Israel” untuk mempersiapkan hati mereka menerima Sang Anak Domba Allah.
4. Ketidakcukupan Korban Lama dan Kepenuhan Pengorbanan Kristus
a. Kristus Sebagai Penggenapan
Ibrani 10:10 menyatakan bahwa kita dikuduskan “oleh persembahan tubuh Yesus Kristus satu kali untuk selama-lamanya.” Kontras ini sangat jelas: banyak korban vs satu korban yang sempurna.
John Owen, dalam komentarnya yang monumental atas Ibrani, menjelaskan:
“Darah Kristus adalah satu-satunya persembahan yang menyucikan nurani dan membawa damai sejati.”
b. Kristus Menjadi Korban Sekaligus Imam
Di Perjanjian Lama, imam dan korban adalah entitas terpisah. Dalam Kristus, Imam dan Korban menyatu – Dia mempersembahkan diri-Nya sendiri di hadapan Allah sebagai penebus dosa kita.
5. Aplikasi Praktis Bagi Gereja Masa Kini
a. Penolakan terhadap Sistem Penebusan Manusia
Ibrani 10:4 juga menjadi peringatan keras terhadap segala bentuk usaha penebusan dosa oleh manusia – entah melalui amal, ritual, atau pengorbanan pribadi.
Teologi Reformed menegaskan prinsip sola gratia, sola fide, solus Christus – hanya anugerah, hanya iman, hanya Kristus.
b. Ibadah Sejati adalah Berakar pada Kristus
Karena korban Kristus telah sempurna, maka ibadah Kristen tidak lagi berfokus pada altar dan darah, melainkan pada pengucapan syukur dan hidup yang dikuduskan.
R.C. Sproul menyebut ini sebagai "coram Deo life" – hidup di hadapan Allah, seluruhnya didedikasikan untuk-Nya, karena korban telah tuntas.
6. Konsekuensi Menolak Pengorbanan Kristus
Ibrani 10:26-31 memberikan peringatan keras: jika seseorang menolak korban Kristus setelah mengetahui kebenaran, tidak ada lagi korban yang tersisa, melainkan hanya penghakiman.
Ini menunjukkan:
-
Keunikan korban Kristus
-
Keseriusan dosa
-
Urgensi untuk percaya kepada Injil
7. Pandangan Beberapa Teolog Reformed
a. John Calvin
Dalam komentarnya, Calvin mengatakan bahwa ayat ini mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam simbolisme ibadah eksternal, tetapi menuntun kita kepada iman sejati kepada Kristus.
“Tanpa Kristus, semua ibadah hanyalah upacara kosong.”
b. John Owen
Owen menyatakan bahwa kekuatan dari darah Kristus bukan hanya dalam efek eksternal, tetapi mengubah hati dan nurani yang tidak bisa dilakukan oleh korban Perjanjian Lama.
“Injil memberikan kepada kita bukan hanya pengampunan, tapi juga pembaharuan.”
c. Louis Berkhof
Berkhof menegaskan bahwa hanya korban Kristus yang memiliki efek objektif dan yudisial dalam menghadirkan pembenaran bagi umat-Nya.
d. R.C. Sproul
Sproul menjelaskan bahwa semua sistem keagamaan di luar Kekristenan cenderung bergantung pada “korban buatan manusia”. Ibrani 10:4 mematahkan semua upaya manusia yang sia-sia itu.
8. Kesimpulan
Ibrani 10:4 merupakan pilar penting dalam pemahaman keselamatan menurut Injil: bahwa tidak ada korban lain selain Kristus yang mampu menyelamatkan kita. Segala bentuk ibadah dan simbol dalam Perjanjian Lama hanyalah bayangan yang menunjuk kepada Kristus.
Dalam terang teologi Reformed:
-
Korban Perjanjian Lama bersifat sementara dan simbolis
-
Hanya korban Kristus yang memiliki kuasa penghapus dosa
-
Pengorbanan Kristus sekali untuk selamanya adalah puncak dari rencana penebusan Allah
Penutup: Sebuah Panggilan kepada Iman Sejati
Saudaraku, tidak ada jalan lain kepada keselamatan kecuali melalui korban Yesus Kristus. Ibrani 10:4 mengingatkan kita untuk tidak mengandalkan agama, tradisi, atau usaha manusia, tetapi menaruh iman sepenuhnya kepada karya sempurna Sang Juruselamat.