Hidup yang Dipersembahkan: Roma 12:1-2

 

Hidup yang Dipersembahkan: Roma 12:1-2

"Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah, aku memohon kepadamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itulah penyembahanmu rohanimu. Janganlah menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan akal budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna."(Roma 12:1-2, AYT)

Pendahuluan

Surat Roma pasal 12 ayat 1–2 adalah salah satu bagian paling terkenal dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma. Dalam dua ayat ini, Paulus memanggil orang percaya untuk menjalani hidup yang berubah dan dipersembahkan sepenuhnya kepada Allah sebagai respons atas anugerah keselamatan. Teologi Reformed, yang sangat menekankan kemuliaan Allah dan sentralitas Injil dalam kehidupan Kristen, memberikan eksposisi yang mendalam dan kaya terhadap perikop ini.

Artikel ini bertujuan memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang Roma 12:1–2 menurut pemikiran teologi Reformed dengan menguraikan makna teologis, konteks, serta penerapannya dalam kehidupan Kristen masa kini.

Bagian I: Konteks Teologis dan Struktural Surat Roma

1.1 Roma Pasal 12 Sebagai Titik Balik

Surat Roma terbagi secara umum menjadi dua bagian besar:

  • Pasal 1–11: Penjelasan doktrinal mengenai dosa, pembenaran oleh iman, dan keselamatan.

  • Pasal 12–16: Aplikasi praktis dari doktrin yang telah dibahas sebelumnya.

Dr. R.C. Sproul menyatakan bahwa Roma 12:1 merupakan transisi dari doktrin ke etika. Kata “Karena itu” dalam ayat 1 menunjuk pada seluruh pengajaran sebelumnya, khususnya doktrin belas kasihan Allah dalam menyelamatkan umat-Nya (Rm 11:33–36). Ini penting karena menegaskan bahwa hidup Kristen yang benar harus bersumber dari pemahaman akan kasih karunia Allah.

Bagian II: Eksposisi Roma 12:1

2.1 “Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah...”

John Calvin dalam komentarnya atas Roma menekankan bahwa belas kasihan Allah merupakan motivasi utama bagi ketaatan Kristen. Bukan karena rasa takut, tetapi karena tanggapan syukur atas anugerah keselamatan yang telah diterima.

Kesimpulan Teologi Reformed:

Etika Kristen tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu mengalir dari injil. Semua bentuk ketaatan adalah buah dari kasih karunia Allah.

2.2 “Persembahkanlah tubuhmu...”

Menurut Sinclair Ferguson, penggunaan kata “tubuh” menunjukkan dimensi praktis dan menyeluruh dari pengabdian Kristen. Bukan hanya pikiran atau perasaan yang diserahkan, tetapi seluruh eksistensi manusia—dalam pekerjaan, keluarga, pelayanan, dan relasi.

Konsep dalam Teologi Reformed:

  • Menurut Herman Bavinck, tubuh manusia dalam pemahaman Ibrani merupakan satu kesatuan dengan jiwa—bukan dualistik seperti dalam filsafat Yunani. Jadi, persembahan tubuh melambangkan seluruh hidup yang dikuduskan.

2.3 “Sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan berkenan kepada Allah...”

  • Hidup” berarti tidak seperti persembahan dalam Perjanjian Lama yang disembelih. Persembahan ini aktif dan berlangsung terus.

  • Kudus” menandakan dipisahkan bagi Allah.

  • Berkenan kepada Allah” menyiratkan bahwa hanya hidup yang sesuai kehendak-Nya yang benar-benar menyenangkan hati-Nya.

R.C. Sproul menjelaskan bahwa satu-satunya alasan persembahan manusia bisa diterima adalah karena Kristus sendiri adalah persembahan sempurna yang menjadi dasar semua persembahan orang percaya.

Bagian III: Eksposisi Roma 12:2

3.1 “Janganlah menjadi serupa dengan dunia ini...”

Teologi Reformed sangat menekankan antitesis antara kerajaan Allah dan dunia. Dalam pemikiran Kuyperian, seluruh kehidupan manusia berada dalam medan peperangan spiritual antara terang dan gelap.

John Stott menyebutkan bahwa “dunia ini” bukan hanya dunia fisik, tetapi sistem nilai yang menentang Allah—mementingkan ego, materialisme, dan kenikmatan tanpa batas.

Prinsip Reformed:

Non-konformitas bukan soal gaya hidup alternatif, tetapi keteguhan untuk hidup sebagai warga Kerajaan Allah dalam dunia yang terus berubah.

3.2 “Tetapi berubahlah oleh pembaruan akal budimu...”

Kata Yunani yang digunakan untuk "berubahlah" adalah metamorphousthe—yang sama dipakai untuk menggambarkan transfigurasi Kristus. Ini menunjuk pada perubahan dari dalam yang dihasilkan oleh Roh Kudus.

Pembaruan akal budi menekankan pentingnya doktrin dan pemikiran teologis yang sehat. Dalam pandangan Reformed:

  • Pembaruan tidak bisa terjadi tanpa Firman Allah.

  • Pembaruan adalah pekerjaan Roh Kudus dalam mengubah pola pikir manusia berdosa agar sesuai dengan pikiran Kristus.

John Frame menulis bahwa akal budi Kristen bukan hanya soal logika, tetapi bagaimana pikiran kita ditundukkan kepada otoritas Kristus dan Firman-Nya.

3.3 “Sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah...”

Salah satu hasil dari transformasi batin adalah kemampuan untuk menguji dan mengenal kehendak Allah. Ini menyiratkan proses pertumbuhan rohani dan pematangan dalam hikmat.

Menurut Dr. Martyn Lloyd-Jones, ayat ini menunjukkan bahwa kehendak Allah bukanlah teka-teki mistik, melainkan sesuatu yang bisa dipahami seiring pertumbuhan iman dan pemahaman Firman.

Bagian IV: Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

4.1 Hidup Sebagai Persembahan

  • Dalam konteks modern, orang percaya dipanggil untuk melihat seluruh aspek hidup—kerja, studi, hubungan, bahkan penggunaan teknologi—sebagai ibadah kepada Allah.

  • Ibadah bukan hanya aktivitas hari Minggu, tetapi gaya hidup sehari-hari.

4.2 Non-Konformitas Dunia dan Tantangan Budaya

  • Dalam dunia pascamodern yang menolak absolutisme moral, orang Kristen dipanggil untuk hidup dengan standar yang tetap berdasarkan Firman Tuhan.

  • Ini berarti berkata tidak terhadap nilai dunia seperti individualisme, relativisme, dan hedonisme.

4.3 Pentingnya Pembaruan Akal Budi Melalui Firman

  • Membaca, mempelajari, dan merenungkan Alkitab menjadi sarana utama pembaruan pikiran.

  • Katekismus Heidelberg dan Pengakuan Iman Westminster menekankan pentingnya pendidikan teologis dalam membentuk pikiran Kristen.

Bagian V: Perspektif Para Pakar Reformed

5.1 John Calvin

Calvin menekankan bahwa “mempersembahkan tubuh” bukanlah tindakan merendahkan fisik, tetapi pengakuan akan keutuhan manusia. Bagi Calvin, persembahan ini adalah respons alami dari orang yang sudah mengalami anugerah Allah.

5.2 Herman Bavinck

Dalam “Reformed Dogmatics”, Bavinck menyoroti pentingnya integrasi antara doktrin dan hidup Kristen. Ia menulis bahwa pembaruan akal budi adalah proses yang tidak pernah selesai dalam hidup seorang Kristen, tetapi berlangsung terus sepanjang hayat.

5.3 R.C. Sproul

Sproul memaknai Roma 12:1–2 sebagai panggilan untuk menjadi radikal secara rohani. Ia menyatakan bahwa kekudusan bukanlah pilihan opsional, melainkan tanda lahir baru yang sejati.

5.4 Abraham Kuyper

Dengan semangat souvereiniteit in eigen kring, Kuyper menekankan bahwa setiap bidang kehidupan harus dipersembahkan kepada Allah—karena “tidak ada satu inci pun dalam seluruh wilayah kehidupan manusia yang Kristus tidak klaim sebagai milik-Nya.”

Kesimpulan: Iman yang Hidup dan Transformatif

Roma 12:1–2 memberikan kerangka yang kuat bagi kehidupan Kristen yang sehat menurut pandangan Reformed. Hidup Kristen bukanlah reaksi emosional sesaat, tetapi merupakan transformasi menyeluruh yang melibatkan tubuh, pikiran, dan jiwa—digerakkan oleh belas kasihan Allah dan dituntun oleh Firman.

Poin Utama Artikel Ini:

  1. Motivasi etika Kristen adalah belas kasihan Allah.

  2. Persembahan diri kepada Allah adalah tindakan ibadah sejati.

  3. Penolakan terhadap dunia berarti hidup sesuai Kerajaan Allah.

  4. Pembaruan akal budi adalah sarana utama untuk mengerti kehendak Allah.

  5. Kehidupan Kristen tidak terlepas dari transformasi oleh Roh dan Firman.

"Soli Deo Gloria" – Segala kemuliaan hanya bagi Allah.

Next Post Previous Post