Ibrani 10:14: Kesempurnaan dalam Korban Kristus

Ibrani 10:14: Kesempurnaan dalam Korban Kristus

Pendahuluan: Kemenangan dalam Satu Korban

Kitab Ibrani adalah salah satu tulisan paling kristosentris dalam Perjanjian Baru. Ditulis untuk orang-orang Yahudi Kristen yang mengalami tekanan dan godaan untuk kembali ke sistem ibadah Perjanjian Lama, surat ini secara sistematis menyatakan keunggulan Kristus atas nabi-nabi, imam, dan hukum Taurat. Puncaknya ditemukan dalam pasal 10—yang menegaskan bahwa korban Kristus satu kali untuk selama-lamanya cukup untuk menyucikan umat-Nya.

Ibrani 10:14 menjadi salah satu ayat yang mengkristalkan doktrin penting dalam teologi Reformed: doktrin pembenaran dan pengudusan dalam karya Kristus. Mari kita telaah lebih dalam, baik dari sudut eksposisi teks maupun implikasi teologisnya.

1. Eksposisi Teologis: Pembenaran Sekali untuk Selamanya

A. Kesempurnaan Korban Kristus

Dalam pandangan Reformed, korban Kristus tidak perlu diulang. Ini bertolak belakang dengan sistem imamat Perjanjian Lama yang mengharuskan pengulangan korban setiap hari dan setiap tahun.

John Calvin menulis:
"Christ has once for all offered a perfect sacrifice that needs no repetition. The perfection here speaks not of our performance but of His atonement."

Kesempurnaan ini bukan hanya dari segi moralitas, tetapi efektivitas penebusan. Kristus menyempurnakan umat-Nya bukan karena mereka sempurna, tetapi karena korban-Nya efektif sepenuhnya.

B. Mereka yang “Sedang Dikuduskan”

Frasa ini dalam bentuk present participle: mereka yang sedang dikuduskan (tois hagiazomenois). Artinya, meskipun pembenaran adalah satu kali dan sempurna, pengudusan adalah proses yang berlangsung terus-menerus.

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan dua hal:

  1. Pembenaran adalah deklarasi hukum Allah bahwa kita benar di hadapan-Nya.

  2. Pengudusan adalah transformasi progresif yang dimulai saat iman kepada Kristus dimiliki.

2. Perspektif Teolog Reformed Terkemuka

A. John Owen: Pembenaran dan Pengudusan Tidak Terpisah

Dalam karya monumental The Death of Death in the Death of Christ, John Owen membedakan antara efek legal korban Kristus (pembenaran) dan efek moralnya (pengudusan). Owen menekankan bahwa efek korban itu menyeluruh: membawa manusia ke dalam posisi benar dan menjadikan mereka semakin serupa Kristus.

"He has perfected forever those who are being sanctified; the declaration is legal, the process is spiritual."

B. R.C. Sproul: Korban yang Efektif untuk Kekekalan

Sproul sering menekankan dalam pengajarannya bahwa satu kali korban Kristus cukup untuk semua waktu bagi semua orang pilihan. Hal ini mendukung doktrin penebusan terbatas (limited atonement)—bahwa Kristus mati secara efektif hanya untuk mereka yang akan diselamatkan.

“Perfection here means that God sees us in Christ as having met the requirements of righteousness. Nothing more is needed to gain access to God.”

C. Sinclair Ferguson: Perjalanan Kekudusan yang Bersumber dari Salib

Ferguson menyoroti relasi antara posisi orang percaya (sudah dibenarkan) dan progres mereka (sedang dikuduskan). Ia menyebut bahwa kehidupan Kristen bukan menuju ke pengudusan untuk diterima, tetapi karena telah diterima, kita berjalan dalam kekudusan.

3. Implikasi Pastoral dan Praktis

A. Kepastian Keselamatan

Ibrani 10:14 memberi dasar kuat bagi kepastian keselamatan. Jika Kristus telah menyempurnakan kita, tidak ada yang bisa mencabut kita dari karya itu. Kepastian ini bukan berdasarkan perasaan atau kinerja kita, tetapi pada korban Kristus yang telah selesai.

Roma 8:1 - “Tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”

B. Hidup dalam Pengudusan

Meskipun kita telah dibenarkan, kita tetap dipanggil untuk hidup kudus. Kekudusan bukan cara memperoleh keselamatan, tetapi bukti bahwa kita sedang dikuduskan oleh Roh Kudus. Ini adalah dinamika antara posisi dan progres.

C. Menolak Legalisme dan Lisensialisme

Ayat ini menolak dua ekstrem:

  • Legalisme: Menganggap kita diselamatkan karena perbuatan.

  • Lisensialisme: Menganggap karena sudah diselamatkan, maka kita bebas hidup tanpa kekudusan.

4. Apologetika Reformed terhadap Doktrin Katolik dan Arminian

A. Penolakan terhadap Misa sebagai Korban Berulang

Dalam doktrin Katolik, Ekaristi dianggap sebagai korban peringatan yang terus menerus. Namun, Ibrani 10:14 secara eksplisit menolak bahwa korban Kristus perlu diulang.

Calvin: "The mass is a denial of the sufficiency of Christ's sacrifice."

B. Arminianisme: Kehilangan Keselamatan?

Teologi Arminian percaya bahwa seseorang bisa kehilangan keselamatannya. Namun, Ibrani 10:14 menekankan bahwa mereka telah disempurnakan untuk selama-lamanya. Ini menjadi fondasi kuat bagi doktrin ketekunan orang kudus (Perseverance of the Saints).

5. Hubungan dengan Konfesi Iman Reformed

A. Pengakuan Iman Westminster (1646)

Pasal 11.5Allah terus mengampuni dosa mereka, dan mereka tidak akan pernah benar-benar jatuh dari status pembenaran.

B. Katekismus Heidelberg (1563)

Pertanyaan 60: “Bagaimana kamu dibenarkan di hadapan Allah?”
Jawab: “Hanya oleh iman dalam Yesus Kristus. Meski hati nurani saya menuduh saya, saya tetap dibenarkan karena kebenaran-Nya.”

6. Ringkasan Ajaran Reformed Berdasarkan Ibrani 10:14

AspekPenjelasan
KorbanSekali untuk selama-lamanya
EfekPenyempurnaan posisi hukum di hadapan Allah
PenerimaMereka yang sedang dikuduskan
ImplikasiKepastian keselamatan dan panggilan hidup kudus
PenolakanTidak perlu korban ulang (misalnya Misa)
KonsekuensiMendukung doktrin pembenaran dan pengudusan

Kesimpulan: Hidup dari Korban yang Sempurna

Ibrani 10:14 adalah dasar utama bagi kepercayaan Reformed akan cukupnya karya Kristus. Bagi orang percaya, ini berarti bahwa:

  • Kita tidak lagi membawa korban untuk dosa.

  • Kita tidak hidup dalam ketakutan akan keselamatan yang hilang.

  • Kita berjalan dalam kekudusan sebagai buah, bukan syarat, keselamatan.

Next Post Previous Post