Ibrani 11:3: Dasar Iman dan Pemahaman Akan Penciptaan

“Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.”
— Ibrani 11:3 (TB)
Pendahuluan
Ibrani 11 sering disebut sebagai “Galeri Iman” karena memuat banyak tokoh Alkitab yang menunjukkan kehidupan beriman. Namun, sebelum menyebut tokoh-tokoh itu, penulis surat Ibrani memulai dengan dasar dari segala bentuk iman: pemahaman akan penciptaan oleh firman Allah. Ayat ini adalah titik tolak yang luar biasa penting dalam memahami iman Kristen secara teologis maupun praktis. Bagi teologi Reformed, Ibrani 11:3 bukan sekadar ayat pengakuan iman, tapi adalah dasar epistemologi Kristen—bagaimana orang percaya memahami realitas.
Artikel ini akan mengeksplorasi ayat tersebut melalui lensa teologi Reformed dengan merujuk pada tokoh-tokoh seperti John Calvin, Herman Bavinck, Cornelius Van Til, dan R.C. Sproul, serta menunjukkan implikasi praktis dan apologetik dari iman kepada penciptaan oleh firman Allah.
1. Teks dan Struktur: Apa yang Dikatakan Ibrani 11:3?
Mari kita perhatikan dengan saksama bagian-bagian ayat ini:
-
“Karena iman kita mengerti” (διὰ πίστεως νοοῦμεν)
-
“bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah” (κατηρτίσθαι τοὺς αἰῶνας ῥήματι θεοῦ)
-
“sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat” (εἰς τὸ μὴ ἐκ φαινομένων τὸ βλεπόμενον γεγονέναι)
Ayat ini secara gamblang mengungkapkan sumber pengetahuan kita mengenai asal usul segala sesuatu: bukan observasi ilmiah, bukan spekulasi filsafat, tetapi iman—iman yang didasarkan pada pewahyuan Allah.
2. Pandangan John Calvin: Iman sebagai ‘Penglihatan Rohani’
Dalam Institutes of the Christian Religion dan komentarnya atas Ibrani, John Calvin menekankan bahwa iman memungkinkan kita untuk memahami kebenaran yang tidak kasat mata. Iman, bagi Calvin, adalah “pengetahuan yang pasti dan teguh atas kebaikan Allah yang dijanjikan kepada kita.”
“We understand by faith—not because we see, but because we believe God’s Word. It is not by empirical proof, but by assurance given through the Holy Spirit that we understand God created the world.”
— John Calvin, Commentary on Hebrews
Calvin menolak gagasan bahwa iman adalah semacam dugaan atau harapan kosong. Sebaliknya, iman adalah penglihatan rohani, yaitu melihat apa yang tidak dapat dilihat dengan mata jasmani. Dalam konteks Ibrani 11:3, ini berarti bahwa kita percaya bahwa dunia ini berasal dari yang tidak kelihatan, karena Allah telah menyatakannya.
3. Penciptaan ex nihilo dalam Teologi Reformed
Frasa terakhir Ibrani 11:3 mengimplikasikan bahwa dunia tidak diciptakan dari materi yang sudah ada—ini merupakan dasar doktrin creatio ex nihilo (penciptaan dari ketiadaan). Pandangan ini sangat penting dalam teologi Reformed karena menyatakan bahwa:
-
Allah tidak bergantung pada sesuatu di luar diri-Nya untuk mencipta.
-
Kuasa firman-Nya cukup untuk mencipta realitas.
-
Segala sesuatu yang ada adalah kontingen, hanya Allah yang niscaya (necessary being).
Herman Bavinck menulis dalam Reformed Dogmatics:
“Creation is a sovereign act of God, by which He brought forth the entire world from nothing, by the word of His power, for the manifestation of His glory.”
Bavinck menekankan bahwa penciptaan oleh firman memperlihatkan otoritas dan kemuliaan Allah. Dunia bukan hasil dari kekacauan kosmik atau proses evolusi tanpa arah, melainkan hasil dari dekrit ilahi.
4. Implikasi Apologetik: Cornelius Van Til dan Iman sebagai Prasyarat Pengetahuan
Dalam presupositional apologetics yang dikembangkan oleh Cornelius Van Til, iman bukan hanya kepercayaan buta, tapi adalah dasar epistemologi. Van Til menegaskan bahwa hanya dalam kerangka iman Kristen seseorang dapat secara konsisten menjelaskan asal mula dunia, hukum moral, dan rasionalitas.
Bagi Van Til, Ibrani 11:3 adalah manifesto epistemologis Kristen:
-
Tanpa Allah yang menciptakan segala sesuatu, tidak ada dasar untuk pengetahuan yang konsisten.
-
Ilmu pengetahuan modern, jika dijalankan dengan worldview naturalistik, tidak dapat menjelaskan dari mana hukum-hukum logika dan alam berasal.
-
Hanya jika kita mengakui penciptaan oleh firman, kita bisa menjelaskan koherensi antara yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
5. Firman Allah sebagai Agen Penciptaan: Logos dan Kristus
Dalam konteks Ibrani dan juga Injil Yohanes, firman Allah (ῥῆμα τοῦ θεοῦ) menunjuk pada kuasa Allah yang dinyatakan. Dalam Yohanes 1:1, Logos juga diidentifikasi sebagai Kristus. Maka banyak teolog Reformed melihat bahwa:
Penciptaan melalui firman = Penciptaan melalui Kristus
Jonathan Edwards menyatakan bahwa “Kristus adalah ekspresi sempurna dari Allah Bapa dan segala ciptaan terjadi melalui Dia.”
Hal ini memperkuat pengertian bahwa penciptaan bukanlah tindakan impersonal, tapi sangat pribadi dan berakar pada relasi intra-Trinitas. Allah mencipta oleh Firman (Kristus), dalam kuasa Roh Kudus.
6. R.C. Sproul: Penciptaan dan Ketertiban Kosmos
Dalam banyak pengajarannya, R.C. Sproul menekankan bahwa penciptaan bukan hanya soal awal mula dunia, tetapi juga menyangkut ketertiban kosmos dan hukum-hukum alam. Dia mengatakan:
“God did not just create the universe, He sustains it moment by moment. The order and structure of the universe reflects the rationality of the Creator.”
Menurut Sproul, Ibrani 11:3 menyiratkan bahwa iman bukan bertentangan dengan rasio, tetapi memampukan rasio bekerja dalam kerangka yang benar. Iman membuka jalan bagi kita untuk menyadari bahwa segala sesuatu memiliki desain, maksud, dan tujuan.
7. Dimensi Pastoral dan Etis dari Ibrani 11:3
Ibrani 11 bukan hanya teks teologis tetapi juga sangat praktis. Ayat 3 mengajarkan kita bahwa:
-
Iman mengubah cara pandang kita terhadap realitas.
-
Kita tidak hidup dari apa yang terlihat semata.
-
Segala sesuatu yang terlihat adalah hasil dari kuasa yang tak terlihat.
Dalam kehidupan orang percaya, hal ini berarti bahwa kita tidak boleh menilai keadaan hanya berdasarkan apa yang kasat mata. Seperti yang dikatakan Paulus: "Kami hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7)
8. Relevansi Kontemporer: Iman, Ilmu Pengetahuan, dan Kehidupan Kristen
Di era modern, iman dan ilmu sering dipertentangkan. Namun, teologi Reformed berpendapat bahwa:
-
Ilmu dan iman tidak bertentangan, tetapi berasal dari sumber yang sama: Allah.
-
Iman memberikan kerangka dasar yang memungkinkan ilmu bekerja (misalnya: asumsi keteraturan alam).
-
Kehidupan Kristen dimulai dari pengakuan bahwa segala sesuatu, termasuk diri kita, berasal dari Allah dan untuk Allah.
9. Hubungan Ibrani 11:3 dengan Roma 1:20 dan Mazmur 33:6
Untuk memperkuat pemahaman, kita dapat membandingkan ayat ini dengan ayat lain:
-
Roma 1:20: “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada akal budi dari karya-Nya...”
-
Mazmur 33:6: “Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.”
Kesamaan antara ayat-ayat ini menunjukkan bahwa iman bukan tanpa bukti, tetapi menginterpretasikan bukti berdasarkan wahyu Allah. Tanpa iman, manusia akan menolak bukti tersebut (Roma 1:21).
10. Kesimpulan: Iman sebagai Kunci Pemahaman Realitas
Ibrani 11:3 adalah ayat yang menggeser paradigma berpikir duniawi. Di mana dunia berkata bahwa pengetahuan hanya berasal dari observasi dan eksperimen, Alkitab menyatakan bahwa iman mendahului pemahaman. Tanpa iman, kita tidak bisa mengenali dunia sebagaimana mestinya—ciptaan yang indah dari Allah yang kekal.
Poin-Poin Utama yang Perlu Diingat:
-
Iman adalah jalan untuk memahami penciptaan, bukan sains atau filsafat semata.
-
Penciptaan oleh firman menunjukkan otoritas mutlak Allah.
-
Iman bukan bertentangan dengan akal, tetapi membimbing akal kepada kebenaran.
-
Ibrani 11:3 menekankan bahwa yang kelihatan berasal dari yang tak kelihatan—realitas fisik bersumber dari kuasa ilahi.
-
Penciptaan adalah dasar segala sesuatu: iman, pengetahuan, dan moralitas.
Referensi Teolog Reformed yang Dikaji
Nama | Karya / Pandangan Utama |
---|---|
John Calvin | Iman sebagai penglihatan rohani |
Herman Bavinck | Penciptaan ex nihilo oleh firman |
Cornelius Van Til | Presuposisi iman dalam epistemologi |
R.C. Sproul | Penciptaan sebagai dasar ketertiban dan rasionalitas |
Jonathan Edwards | Kristus sebagai pusat dari penciptaan |
Penutup: Panggilan untuk Menghidupi Iman
Sebagai orang percaya, Ibrani 11:3 bukan hanya pernyataan teologis, tetapi panggilan untuk hidup berdasarkan iman kepada Allah yang menciptakan dan menopang segala sesuatu. Di tengah dunia yang semakin sekular dan naturalistik, iman kepada Allah sebagai Pencipta adalah tindakan radikal, namun sangat masuk akal dalam terang firman.
"Karena iman, kita mengerti..." — semoga ayat ini menjadi dasar bagi kita semua untuk memahami dunia, hidup, dan keselamatan dalam Kristus.