Kisah Para Rasul 2:39: Janji Keselamatan untuk Semua Generasi

Kisah Para Rasul 2:39 (TB):
Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi semua orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita.”
Pendahuluan: Konteks Pentakosta
Kisah Para Rasul pasal 2 merupakan catatan monumental dalam sejarah gereja Kristen. Di sinilah peristiwa Pentakosta terjadi, saat Roh Kudus dicurahkan kepada para murid, memenuhi mereka dengan kuasa untuk bersaksi. Petrus, yang sebelumnya menyangkal Yesus, kini berdiri dengan penuh keberanian dan mengkhotbahkan Injil kepada ribuan orang Yahudi dari berbagai bangsa. Dalam khotbahnya, Petrus menekankan bahwa peristiwa ini merupakan penggenapan nubuat Nabi Yoel, pengakuan tentang Yesus sebagai Mesias, dan panggilan untuk bertobat.
Di akhir khotbahnya, Petrus menyampaikan janji Allah dalam ayat 39, yang menjadi pusat refleksi teologis kita: janji itu tidak hanya untuk mereka yang hadir saat itu, tetapi juga bagi generasi-generasi mendatang dan semua orang yang “masih jauh”. Dalam eksposisi ini, kita akan mengurai makna janji tersebut menurut pandangan teolog-teolog Reformed serta signifikansi praktisnya bagi gereja masa kini.
1. Apa itu “Janji” yang Dimaksud?
Dalam teologi Reformed, konsep “janji” atau promise merupakan pusat dari pemahaman perjanjian Allah (covenant theology). Janji dalam Kisah Para Rasul 2:39 secara langsung merujuk pada janji dalam ayat-ayat sebelumnya, khususnya Kisah Para Rasul 2:38:
“Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”
Jadi, “janji” di sini mencakup:
-
Pengampunan dosa
-
Penerimaan Roh Kudus
-
Keselamatan dalam Kristus
John Calvin dalam Commentaries on Acts menekankan bahwa janji keselamatan ini merupakan kelanjutan dari janji Perjanjian Lama yang kini digenapi secara penuh dalam Yesus Kristus. Menurut Calvin, janji tersebut tidak terbatas hanya pada orang Yahudi, tetapi terbuka bagi semua yang percaya.
R.C. Sproul dan Kesatuan Perjanjian
R.C. Sproul menafsirkan ayat ini sebagai kelanjutan dari janji Abraham dalam Kejadian 17:7. “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu.” Janji Allah itu bersifat antargenerasi, dan dalam Kisah Para Rasul 2:39, hal ini ditekankan kembali dengan kata: “bagi anak-anakmu”.
2. Tiga Kelompok Penerima Janji
Ayat ini menyebut tiga kelompok penerima janji:
-
“Kamulah” – generasi saat itu, pendengar langsung.
-
“Anak-anakmu” – generasi berikutnya.
-
“Semua orang yang masih jauh” – bangsa-bangsa lain, termasuk orang non-Yahudi.
John Stott menyebut struktur ini sebagai bukti dari inklusivitas Injil dan rencana keselamatan Allah bagi semua bangsa. Ini sejalan dengan misi penginjilan global dalam Kisah Para Rasul 1:8.
“Orang yang Masih Jauh” – Siapa Mereka?
Dalam Efesus 2:13, Paulus menyebut orang-orang non-Yahudi sebagai “kamu yang dahulu jauh”. Maka sebagian besar komentator Reformed seperti Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan Sinclair Ferguson menafsirkan frasa “yang masih jauh” sebagai representasi dari bangsa-bangsa non-Yahudi (Gentiles).
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa universalitas Injil tidak meniadakan pemilihan ilahi, tetapi justru menunjukkan bagaimana pemilihan itu melampaui batas etnis Israel untuk mencapai bangsa-bangsa.
3. Doktrin Pemilihan dan Panggilan Efektual
Frasa penting lainnya dalam ayat ini adalah:
“... sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita.”
Panggilan ini bukanlah sembarang undangan, melainkan efektual (efektif) – panggilan yang mengubah hati dan menghasilkan pertobatan sejati.
Teologi Reformed: Panggilan Umum vs. Panggilan Efektual
Menurut Louis Berkhof:
-
Panggilan umum: Injil diberitakan kepada semua orang.
-
Panggilan efektif: Roh Kudus bekerja secara internal untuk menginsafkan dan mengubah hati, hanya pada mereka yang dipilih oleh Allah (lih. Roma 8:30).
Ayat ini mendukung pandangan Reformed tentang doktrin pemilihan (election). Allah tidak hanya memberikan janji, tetapi juga secara aktif memanggil mereka yang telah dipilih-Nya untuk menerima janji itu. Inilah harmoni antara grace dan election.
4. Signifikansi Bagi Anak-Anak – Baptisan Bayi?
Kalimat “bagi anak-anakmu” sering kali digunakan oleh teologi Reformed untuk mendukung baptisan bayi. Tidak semua teolog setuju dalam hal ini, tetapi Calvin dan para pendukungnya dalam Gereja Reformed mengartikannya sebagai kelanjutan dari prinsip perjanjian Abrahamik, di mana anak-anak masuk dalam lingkup perjanjian dan harus menerima tanda perjanjian (Kej. 17:9–14 → Kis. 2:39).
Michael Horton menulis bahwa ayat ini membuktikan bahwa Injil bukanlah hanya untuk individu, tetapi juga bagi keluarga dan komunitas perjanjian. Dalam konteks ini, baptisan bukan sekadar tindakan pribadi, melainkan pernyataan komunitas akan kasih karunia Allah yang mencakup seluruh rumah tangga.
Namun, penting dicatat bahwa kalangan Baptis Reformed seperti John Piper dan Mark Dever lebih menafsirkan bahwa “anak-anakmu” dalam konteks ini tetap perlu bertobat secara pribadi ketika mereka dewasa – artinya, baptisan tetap diberikan setelah iman pribadi diteguhkan.
5. Kontras: Perjanjian Lama vs. Perjanjian Baru
Dalam PL, janji keselamatan dibatasi pada bangsa Israel, sedangkan dalam PB, batas-batas itu dirobohkan. Petrus dengan jelas menyatakan bahwa janji itu sekarang terbuka “bagi semua orang yang masih jauh”.
D.A. Carson menyebut ayat ini sebagai bukti konkret transisi dari etnosentrisme Israel menuju panggilan Injil yang bersifat universal. Ini sejalan dengan Matius 28:19-20 dan Amanat Agung Kristus kepada para murid.
6. Tanggapan: Bertobat dan Percaya
Dalam konteks ini, janji keselamatan bukanlah otomatis. Petrus tidak berkata bahwa semua orang akan diselamatkan, tetapi bahwa janji itu berlaku bagi mereka yang dipanggil oleh Allah. Dan sebelumnya, dalam ayat 38, syarat tanggapan manusia ditegaskan: bertobat dan dibaptis.
Reformed dan Synergisme?
Teologi Reformed secara konsisten menolak synergisme (kerja sama antara kehendak manusia dan Allah dalam keselamatan). Namun, ayat ini menunjukkan bahwa manusia tetap memiliki tanggung jawab moral untuk menanggapi panggilan Injil. Seperti dikatakan oleh J.I. Packer, “God saves by grace, but man responds in repentance and faith, both of which are gifts of God.”
7. Aplikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini
A. Komunitas Perjanjian
Gereja lokal seharusnya hidup sebagai komunitas yang menghargai nilai perjanjian Allah yang mencakup generasi. Ini meliputi:
-
Pengajaran kepada anak-anak sejak dini
-
Penginjilan lintas generasi dan lintas budaya
-
Pemuridan sebagai proses menumbuhkan orang-orang dalam janji keselamatan
B. Misi Global
“Yang masih jauh” mencakup bangsa-bangsa dan etnis yang belum mengenal Kristus. Ayat ini menguatkan panggilan gereja untuk bermisi secara global (lih. Yes. 49:6).
C. Ketekunan dalam Pelayanan
Karena keselamatan adalah karya Allah, maka hasil pelayanan kita tidak tergantung pada kecakapan, melainkan pada kehendak Allah yang memanggil. Ini adalah penghiburan bagi penginjil dan pelayan Tuhan di mana pun mereka berada.
Kesimpulan: Janji yang Kekal, Panggilan yang Berdaulat
Kisah Para Rasul 2:39 adalah deklarasi indah tentang jangkauan janji keselamatan yang Allah sediakan melalui Yesus Kristus. Janji ini bukan hanya untuk satu generasi atau satu bangsa, melainkan untuk semua orang yang Allah panggil – dari setiap suku, bangsa, dan bahasa.
Dalam teologi Reformed, ayat ini menjadi dasar penting bagi:
-
Pemahaman perjanjian anugerah
-
Pemilihan ilahi
-
Tanggung jawab penginjilan
-
Ketekunan pelayanan
Kita dipanggil untuk hidup dalam janji itu dan menjadi penyalur kabar baik bagi “yang masih jauh”, sambil bersandar sepenuhnya pada karya Allah yang memanggil dan menyelamatkan.