5 Bukti Dunia Butuh Kekristenan

5 Bukti Dunia Butuh Kekristenan

Pendahuluan: Mengapa Kekristenan Masih Relevan?

Dalam era modern yang ditandai dengan sekularisme, relativisme moral, dan meningkatnya skeptisisme terhadap agama, pertanyaan penting muncul: Apakah dunia akan lebih baik tanpa agama, khususnya Kekristenan? Beberapa kaum sekularis seperti Richard Dawkins atau Christopher Hitchens berargumen bahwa agama, termasuk Kekristenan, justru membawa lebih banyak konflik, intoleransi, dan penindasan.

Namun, benarkah demikian?

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi lima aspek kunci kehidupan manusia dan bagaimana dunia akan menjadi jauh lebih buruk tanpa kehadiran Kekristenan — berdasarkan data historis, eksposisi ayat Alkitab, dan pandangan para teolog Reformed.

1. Tanpa Kekristenan, Dunia Akan Kehilangan Dasar Moralitas Objektif

Alkitab: Roma 2:14-15

“Sebab, apabila bangsa-bangsa yang tidak memiliki hukum Taurat melakukan secara alami apa yang dituntut oleh hukum Taurat, maka meskipun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum bagi diri mereka sendiri. Sebab pekerjaan hukum Taurat ada tertulis dalam hati mereka, dan hati nurani mereka turut bersaksi...”

Teologi Reformed menekankan bahwa Allah adalah sumber kebaikan dan moralitas. Herman Bavinck menyatakan dalam Reformed Dogmatics bahwa moralitas tidak dapat berdiri sendiri tanpa dasar transenden, dan bahwa Allah telah menanamkan hukum-Nya dalam hati manusia sebagai bagian dari penciptaan dalam gambar-Nya (imago Dei).

Apa yang Terjadi Tanpa Kekristenan?

Tanpa kekristenan, konsep moral objektif — benar dan salah yang absolut — akan menghilang, dan digantikan oleh relativisme moral. Nietzsche, seorang filsuf atheis, bahkan mengakui bahwa membuang Allah berarti menyingkirkan dasar moral yang absolut. Akibatnya:

  • Tidak ada lagi otoritas moral universal

  • Hak asasi manusia menjadi rapuh

  • Kekuasaan menjadi satu-satunya ukuran benar atau salah

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis:

“Tanpa pengenalan akan Allah, manusia tidak dapat mengenal dirinya sendiri, apalagi hidup benar.”

2. Tanpa Kekristenan, Tidak Ada Nilai Manusia yang Sakral dan Setara

Alkitab: Kejadian 1:27

“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”

Kekristenan mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki nilai dan martabat yang tak ternilai, bukan karena kekayaan, kekuatan, atau status, tetapi karena mereka diciptakan dalam gambar Allah (imago Dei).

Pandangan Reformed

R.C. Sproul menekankan bahwa inilah akar dari martabat manusia dalam pemikiran Reformed. Karena semua manusia diciptakan menurut gambar Allah, maka setiap nyawa berharga dan harus dihargai.

Apa yang Terjadi Tanpa Kekristenan?

Jika manusia hanyalah hasil evolusi tanpa desain ilahi, maka:

  • Tidak ada dasar untuk menyebut pembunuhan sebagai “jahat”

  • Diskriminasi menjadi sah secara fungsional

  • Praktik seperti eugenika, perbudakan, dan genosida mudah dibenarkan atas dasar efisiensi biologis atau sosial

Contoh sejarah:

  • Kekristenan berperan besar dalam penghapusan perbudakan (William Wilberforce)

  • Gerakan hak-hak sipil di Amerika dipimpin oleh tokoh Kristen seperti Martin Luther King Jr.

  • Negara-negara Kristen adalah pelopor pengakuan HAM (Declaration of Human Rights, PBB)

3. Tanpa Kekristenan, Tidak Ada Landasan Bagi Kasih dan Pengampunan Sejati

Alkitab: 1 Yohanes 4:19

“Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”

Teologi Kasih dalam Reformed

Menurut Jonathan Edwards, kasih sejati berasal dari kasih Allah. Dalam karya agungnya Charity and Its Fruits, ia menjelaskan bahwa kasih bukan sekadar emosi, tetapi buah dari pekerjaan Roh Kudus dalam hati yang telah ditebus.

Tanpa kasih Allah yang dinyatakan di salib Kristus (lih. Roma 5:8), manusia tidak punya model sejati kasih tanpa syarat.

Apa Jadinya Dunia Tanpa Kasih Kristen?

  • Tidak ada prinsip “kasihi musuhmu” (Matius 5:44)

  • Tidak ada prinsip pengampunan tanpa syarat

  • Hukum balas dendam (lex talionis) tetap berlaku

  • Rekonsiliasi antara musuh menjadi utopis

Di banyak kebudayaan kuno non-Kristen, membalas dendam dianggap mulia. Kekristenan membalik paradigma itu dengan prinsip “kasih karunia” (grace), yang asing bagi dunia kuno.

4. Tanpa Kekristenan, Ilmu Pengetahuan Modern Tidak Akan Berkembang Seperti Sekarang

Alkitab: Mazmur 111:2

“Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.”

Kekristenan tidak menolak akal atau ilmu pengetahuan. Justru, dalam teologi Reformed, Allah adalah Allah yang rasional, dan menciptakan dunia dengan hukum-hukum tetap yang dapat diselidiki. Ilmu pengetahuan adalah bentuk ibadah, mencari tahu karya Sang Pencipta.

Bukti Sejarah

Banyak pelopor ilmu pengetahuan modern adalah orang Kristen:

  • Johannes Kepler (astronomi): “Saya hanya berpikir pikiran Tuhan setelah-Nya.”

  • Isaac Newton (fisika): Pengkhotbah Injil dan pencipta hukum gravitasi.

  • Francis Bacon (metode ilmiah): Kristen taat, percaya bahwa alam ciptaan dapat dipahami melalui metode pengamatan.

Tanpa pandangan bahwa dunia ini teratur, rasional, dan terbuka untuk dieksplorasi, seperti yang diajarkan Alkitab, ilmu pengetahuan akan terbatas oleh takhayul atau pandangan kosmos yang kacau.

R.C. Sproul berkata:

“Ketika Anda menghapus Tuhan dari persamaan, Anda menghapus alasan rasional di balik keberadaan dunia.”

5. Tanpa Kekristenan, Tidak Ada Harapan Abadi di Tengah Penderitaan

Alkitab: Roma 8:18

“Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.”

Di tengah penderitaan, hanya Kekristenan yang menyediakan jawaban yang memuaskan secara rasional dan eksistensial:

  • Allah ikut menderita (Yesus di salib)

  • Allah berdaulat atas penderitaan

  • Ada pengharapan akan pemulihan sempurna

Teologi Reformed tentang Penderitaan

John Piper dalam bukunya Don't Waste Your Life dan Desiring God menekankan bahwa penderitaan bukanlah sia-sia. Justru, penderitaan adalah alat Tuhan untuk membentuk karakter dan memuliakan nama-Nya. Tidak ada penderitaan yang terjadi secara acak.

“God is most glorified in us when we are most satisfied in Him in the midst of suffering.” — John Piper

Tanpa harapan akan kehidupan kekal:

  • Penderitaan menjadi absurd

  • Bunuh diri menjadi opsi “logis”

  • Tidak ada keadilan terakhir

Dalam dunia yang penuh penderitaan, Kekristenan satu-satunya sistem kepercayaan yang memberikan penghiburan sejati dan harapan yang melampaui kematian.

Kesimpulan: Dunia yang Lebih Buruk Tanpa Salib

Kekristenan bukan hanya sekadar sistem kepercayaan. Ia adalah garam dan terang dunia (Matius 5:13-14). Tanpa kehadiran Kekristenan, dunia akan menjadi tempat:

  • Tanpa standar moral absolut

  • Tanpa nilai kehidupan manusia yang sejati

  • Tanpa kasih dan pengampunan yang murni

  • Tanpa ilmu pengetahuan yang berkembang

  • Tanpa harapan di tengah penderitaan

Sebaliknya, dengan kehadiran Kekristenan, dunia memperoleh:

  • Hukum moral yang adil

  • Perlindungan bagi kaum lemah dan tertindas

  • Penggerak gerakan amal, pendidikan, dan rumah sakit

  • Ilmu pengetahuan yang eksploratif dan rasional

  • Harapan akan langit dan bumi yang baru

Next Post Previous Post