2 Korintus 5:17 Identitas Baru dalam Kristus
Pendahuluan: Ciptaan Baru dalam Kristus
Ayat 2 Korintus 5:17 berbunyi:
"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (TB)
Ayat ini merupakan salah satu pernyataan paling kuat dan mendalam tentang identitas orang percaya dalam Perjanjian Baru. Dalam teologi Reformed, 2 Korintus 5:17 dianggap sebagai inti dari doktrin transformasi rohani dan kesatuan dengan Kristus. Artikel ini akan mengeksplorasi makna mendalam ayat ini berdasarkan pendekatan ekspositori dan pandangan dari para teolog Reformed ternama seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan Sinclair Ferguson.
1. Konteks Historis dan Teologis Surat 2 Korintus
Surat 2 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus yang sedang menghadapi tantangan dari pengajaran palsu, perpecahan, dan krisis otoritas apostolik. Pasal 5 secara khusus membahas pelayanan pendamaian dan panggilan bagi orang percaya untuk hidup berdasarkan realitas rohani, bukan yang lahiriah.
Menurut John Calvin dalam Commentaries on the Epistles of Paul the Apostle to the Corinthians, Paulus ingin menegaskan bahwa iman kepada Kristus membawa perubahan total, bukan sekadar reformasi moral, tetapi kelahiran baru oleh Roh Kudus.
2. “Siapa yang ada di dalam Kristus” – Persatuan Mistis dan Realitas Rohani
Frasa "di dalam Kristus" adalah inti dari seluruh doktrin keselamatan menurut teologi Reformed. Union with Christ atau persatuan dengan Kristus adalah kerangka yang menjelaskan bagaimana semua berkat rohani diterima oleh orang percaya.
Menurut Sinclair Ferguson dalam The Whole Christ, union with Christ adalah anugerah yang mendasari pembenaran, pengangkatan, pengudusan, dan pemuliaan. Orang yang "di dalam Kristus" bukan hanya mengikuti ajaran-Nya, melainkan berada dalam hubungan yang menyatu secara rohani dengan-Nya.
Bagi Herman Bavinck, union with Christ adalah “an anchor point of all soteriology”—titik jangkar dari seluruh doktrin keselamatan. Tanpa persatuan ini, tidak mungkin terjadi ciptaan baru.
3. “Ia adalah ciptaan baru” – Transformasi Esensial, Bukan Superfisial
Pernyataan bahwa seseorang menjadi “ciptaan baru” (Yunani: kaine ktisis) menandakan penciptaan kembali manusia dalam naturnya yang terdalam. Ini bukanlah pembaharuan perilaku secara eksternal, tetapi penciptaan ulang manusia oleh kuasa Roh Kudus.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa ciptaan baru ini adalah bagian dari regenerasi. Roh Kudus menciptakan hati yang baru, kehendak yang baru, dan keinginan yang baru. Orang percaya bukan lagi hamba dosa, melainkan hamba kebenaran (Roma 6:18).
Menurut pandangan Calvin, perubahan ini menyeluruh. Ia menulis bahwa, “to be a new creature means that our mind is renewed by the Spirit of God so that we desire the things of God and detest what we formerly loved.”
4. “Yang lama sudah berlalu” – Kemusnahan Dosa Lama dan Hidup Duniawi
Frasa ini menunjukkan adanya pemutusan radikal dengan masa lalu. “Yang lama” menunjuk pada identitas lama kita di luar Kristus: penuh dosa, egois, dan memberontak terhadap Allah.
Reformed theology mengajarkan bahwa manusia yang tidak lahir baru adalah mati secara rohani (Efesus 2:1). Ketika seseorang dipersatukan dengan Kristus, manusia lama itu disalibkan bersama-Nya (Galatia 2:20).
Menurut John Owen, salah satu teolog Puritan besar, perubahan ini tidak bersifat opsional. Jika seseorang masih hidup dalam pola pikir duniawi dan tidak menunjukkan buah pertobatan, maka dia belum menjadi ciptaan baru.
5. “Sesungguhnya yang baru sudah datang” – Hidup dalam Pembaruan Harian
Perubahan ini bukan hanya sekali terjadi dan selesai. Hidup sebagai ciptaan baru adalah proses terus-menerus. Dalam bahasa Paulus, ini disebut sebagai pengudusan (sanctification).
Reformator Martin Luther berkata bahwa kehidupan Kristen adalah “pertobatan harian.” Demikian pula Calvin menekankan pentingnya “mortification of the flesh” (mematikan daging) dan “vivification by the Spirit” (menghidupkan oleh Roh).
Yang baru itu mencakup:
-
Pikiran baru (Kolose 3:2)
-
Hasrat baru (Mazmur 42:1)
-
Komunitas baru (Gereja – Efesus 2:19)
-
Tujuan hidup baru (kemuliaan Allah – 1 Korintus 10:31)
6. Implikasi Etis dan Praktis: Hidup Sesuai Identitas Baru
Menjadi ciptaan baru bukan hanya status teologis, tetapi panggilan etis. Paulus dalam surat-suratnya selalu mengaitkan identitas dengan tindakan. Misalnya, dalam Kolose 3, ia menjelaskan bahwa karena kita sudah dibangkitkan bersama Kristus, maka kita harus “mematikan” perbuatan daging.
Sinclair Ferguson menyebut ini sebagai “grace-driven effort”—usaha yang digerakkan oleh kasih karunia. Kita bekerja, tetapi bukan dengan kekuatan sendiri, melainkan oleh Roh yang tinggal di dalam kita.
7. Perbedaan Ciptaan Baru dengan Agama Moralistik
Teologi Reformed menolak konsep bahwa manusia dapat memperbaiki dirinya sendiri tanpa kuasa ilahi. Ciptaan baru bukanlah hasil usaha manusia, melainkan karya anugerah Allah semata.
Timothy Keller dalam banyak kotbahnya menekankan bahwa Injil bukan “try harder,” tetapi “trust deeper.” Perubahan sejati lahir dari kesatuan dengan Kristus, bukan usaha untuk menjadi lebih baik agar diterima oleh Allah.
8. Ciptaan Baru dan Pembenaran oleh Iman
Ciptaan baru tidak bertentangan dengan doktrin pembenaran (justification) oleh iman. Justru, keduanya berjalan bersama.
Menurut Louis Berkhof, pembenaran adalah perubahan status hukum di hadapan Allah, sedangkan ciptaan baru adalah perubahan kodrat batin. Seseorang yang dibenarkan pasti akan mengalami pembaruan secara rohani.
9. Ciptaan Baru dalam Narasi Penebusan
Dalam kerangka narasi besar Alkitab (creation-fall-redemption-restoration), ciptaan baru adalah bagian dari pemulihan yang Allah lakukan terhadap dunia yang rusak oleh dosa.
Herman Bavinck mengatakan bahwa keselamatan bukan hanya tentang individu, tetapi tentang penciptaan ulang seluruh kosmos. Orang percaya adalah “eskatologis signposts”—tanda-tanda awal dari ciptaan baru yang akan disempurnakan kelak.
10. Apakah Semua yang Mengaku Kristen Adalah Ciptaan Baru?
Tidak semua yang menyebut diri Kristen otomatis menjadi ciptaan baru. Bukti dari ciptaan baru terlihat dari kehidupan yang bertobat, taat, dan berbuah dalam kasih.
John MacArthur, meskipun bukan teolog Reformed klasik, menekankan pentingnya fruit of salvation—buah keselamatan. Reformasi juga mengajarkan bahwa iman yang sejati pasti akan menghasilkan perbuatan (Yakobus 2:17).
Kesimpulan: Hidup sebagai Ciptaan Baru di Dunia Lama
2 Korintus 5:17 bukan hanya pernyataan teologis, tetapi juga deklarasi hidup. Menjadi ciptaan baru berarti hidup dengan paradigma baru, nilai-nilai baru, dan tujuan hidup baru yang semuanya berpusat pada Kristus.
Sebagaimana dinyatakan dalam Katekismus Heidelberg:
"Apa satu-satunya penghiburanmu dalam hidup dan mati? Bahwa aku bukan milikku sendiri, tetapi milik Yesus Kristus, Juruselamatku yang setia." (Katekismus Heidelberg, Q&A 1)
Sebagai ciptaan baru, kita diundang untuk hidup dalam penghiburan dan kekuatan dari Kristus, membawa terang Injil ke dalam dunia yang gelap. Kita bukan lagi bagian dari dunia lama, tetapi utusan dari dunia yang baru, yang akan datang secara sempurna pada saat kedatangan Kristus kembali.