Ibrani 12:14 Mencari Damai dan Kekudusan

"Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan."— Ibrani 12:14 (TB)
Pendahuluan
Ibrani 12:14 merupakan sebuah ayat yang sangat penting dalam doktrin kekudusan Kristen. Ayat ini tidak hanya menuntut perdamaian, tetapi juga menyatakan peringatan paling serius yang bisa diberikan kepada umat percaya: “Tanpa kekudusan, tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” Ini adalah kebenaran mutlak, bukan sebuah pilihan.
Bagi banyak pembaca modern, kata “kekudusan” terdengar asing atau bahkan mengintimidasi. Namun, dalam kerangka teologi Reformed, kekudusan adalah bukti hidup dari keselamatan yang sejati, bukan sarana untuk mencapainya. Artikel ini mengulas eksposisi ayat ini secara mendalam, mengaitkannya dengan kerangka doktrinal dan praktis kehidupan Kristen.
I. Konteks Kitab Ibrani: Nasihat di Tengah Penderitaan
Kitab Ibrani ditulis untuk umat percaya yang sedang mengalami penderitaan dan godaan untuk meninggalkan iman. Penulis menasihati mereka agar tidak menyerah, tetapi bertekun dalam iman dan pertumbuhan rohani.
Pasal 12 membandingkan hidup Kristen dengan perlombaan yang panjang, dan Ibrani 12:14 hadir sebagai bagian dari dorongan agar mereka:
-
Menanggalkan dosa (ayat 1)
-
Menatap kepada Kristus (ayat 2)
-
Menerima disiplin dari Allah (ayat 5–11)
-
Hidup dalam damai dan kekudusan (ayat 14)
II. Eksegesis Ibrani 12:14
A. “Berusahalah hidup damai dengan semua orang”
Dalam bahasa Yunani, kata “berusahalah” (diōkō) lebih dari sekadar mencoba. Kata ini juga digunakan untuk mengejar dengan semangat, bahkan kadang dipakai untuk “menganiaya” (Filipi 3:6). Ini menekankan bahwa perdamaian harus dikejar dengan kesungguhan, bukan sikap pasif.
John Calvin menulis:
“Kita diminta bukan hanya bersikap damai, tetapi mengejar damai bahkan ketika orang lain menolak.”
Ini berarti bahwa damai bukan hanya soal hubungan horizontal antar manusia, tetapi refleksi dari hubungan vertikal kita dengan Allah.
B. “dan kejarlah kekudusan”
Kata “kekudusan” (hagiasmos) di sini menunjuk pada proses menjadi serupa dengan Allah, bukan hanya status posisi kita di dalam Kristus. Ini adalah kekudusan praktis, yaitu kehidupan yang selaras dengan kehendak Tuhan.
John Owen, dalam bukunya The Mortification of Sin, menulis:
“Tidak ada orang yang sungguh-sungguh dikuduskan tanpa juga dikuduskan secara nyata dalam hidup.”
C. “tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan”
Pernyataan ini adalah peringatan keras. Frasa “melihat Tuhan” bisa dimengerti sebagai:
-
Perjumpaan akhir dalam kemuliaan kekal
-
Hadirnya keintiman rohani sejak di dunia ini
R.C. Sproul menjelaskan:
“Kekudusan adalah bukti dari lahir baru. Siapa pun yang tidak memiliki tanda kekudusan dalam hidupnya, tidak sedang menuju kekekalan bersama Allah.”
III. Kekudusan dalam Teologi Reformed
A. Kekudusan: Akibat, Bukan Sebab Keselamatan
Dalam kerangka Reformed, kekudusan bukanlah syarat untuk diselamatkan, tetapi buah dari keselamatan yang sejati. Orang yang dibenarkan oleh iman akan menghasilkan buah kekudusan.
Katekismus Heidelberg Pertanyaan 86:
“Karena kita telah dibebaskan dari penderitaan dan dosa oleh anugerah Kristus, mengapa kita masih harus berbuat baik? Karena kita harus menunjukkan syukur kita kepada Allah... dan supaya dengan kehidupan kita yang saleh kita meyakinkan sesama serta memuliakan Allah.”
B. Doktrin Ketekunan Orang Kudus
Ibrani 12:14 menyiratkan bahwa mereka yang sejati dalam Kristus akan bertahan dalam pertumbuhan menuju kekudusan. Ini bukanlah ajaran “keselamatan bisa hilang”, melainkan pengingat bahwa buah kekudusan adalah bukti keselamatan.
IV. Pandangan Teolog Reformed tentang Ibrani 12:14
1. John Owen
Dalam Hebrews Commentary, Owen menekankan bahwa:
“Tidak mungkin seseorang melihat Tuhan tanpa mengalami transformasi batiniah menuju kekudusan.”
Ia menolak gagasan bahwa iman sejati bisa hadir tanpa kehidupan kudus. Kekudusan bukanlah tambahan opsional, tapi bagian esensial dari Injil.
2. Jonathan Edwards
Dalam khotbah “The Necessity of Holiness”, Edwards menegaskan bahwa:
“Kekudusan bukan saja penting, tapi merupakan satu-satunya jalan menuju surga.”
Ia melihat bahwa ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada kompromi dalam hal kekudusan. Tuhan tidak bisa dijumpai oleh orang yang hidup dalam ketidaktaatan.
3. R.C. Sproul
Dalam The Holiness of God, Sproul menyatakan:
“Masalah utama manusia bukan kurangnya kebahagiaan, tapi kurangnya kekudusan.”
Bagi Sproul, Ibrani 12:14 adalah ajakan untuk meninjau ulang hidup rohani – bukan sekadar religius, tapi sungguh kudus.
V. Kekudusan Sebagai Kehidupan: Praktik dan Penerapan
A. Kekudusan Bukan Legalisme
Sering kali, kekudusan disalahpahami sebagai daftar panjang peraturan. Namun, teologi Reformed menekankan bahwa kekudusan lahir dari relasi kasih dengan Allah, bukan rasa takut akan hukuman.
B. Kekudusan adalah Relasi, Bukan Hanya Reformasi Moral
Kekudusan bukan hanya berhenti berbuat dosa, tapi juga memiliki hasrat yang baru: mencintai apa yang Allah cintai, membenci apa yang Allah benci.
Tim Keller menyatakan:
“Kekudusan adalah ketika kasih karunia bekerja lebih dalam daripada aturan. Ia mengubah kita dari dalam.”
VI. Tantangan Kekudusan dalam Dunia Modern
1. Relativisme Moral
Dunia saat ini tidak lagi percaya pada standar moral absolut. Tetapi Ibrani 12:14 menegaskan bahwa kekudusan bukan negosiasi budaya – ia mutlak dan ilahi.
2. Kekudusan yang Tidak Populer
Kekudusan adalah panggilan yang radikal. Ia menuntut pemisahan dari dunia (sanctification) tanpa mengisolasi diri dari dunia (isolation).
3. Kesibukan Rohani Tanpa Kekudusan
Aktif di pelayanan bukan jaminan kekudusan. Banyak orang Kristen “sibuk” namun kehilangan relasi pribadi dengan Tuhan.
VII. Aplikasi Ibrani 12:14 dalam Hidup Sehari-hari
A. Kejar Damai di Keluarga, Gereja, dan Masyarakat
-
Damai bukan kompromi terhadap kebenaran, tetapi cara menyampaikan kebenaran dalam kasih.
-
Damai mencerminkan Injil (Efesus 2:14 – Kristus adalah damai kita)
B. Latih Kekudusan Secara Progresif
-
Mulai dari disiplin rohani: doa, firman, persekutuan
-
Hindari dosa-dosa tersembunyi: iri hati, kemarahan, kecemaran moral
-
Kejar keserupaan dengan Kristus, bukan kesempurnaan manusiawi
VIII. Kesimpulan: Tanpa Kekudusan, Tidak Ada Perjumpaan
Ibrani 12:14 memberikan pernyataan tegas bahwa hanya mereka yang mengejar kekudusan yang akan melihat Tuhan. Ini bukan pengajaran legalistik, melainkan buah alami dari hati yang diperbarui oleh anugerah.
Dalam terang teologi Reformed:
-
Kekudusan adalah hasil dari regenerasi dan pembenaran.
-
Kekudusan adalah jalan, bukan hanya tujuan.
-
Tanpa kekudusan, tidak ada hidup rohani yang sejati.
Doa dan Refleksi
“Tuhan, ajar aku mengejar damai dan kekudusan, bukan dengan kekuatanku, tapi dengan kuasa Roh Kudus. Jangan biarkan aku puas dengan agama tanpa perubahan hati. Murnikan aku, bentuk aku, agar hidupku menjadi persembahan yang kudus bagi-Mu. Amin.”