Kisah Para Rasul 3:23: Siapa yang Menolak Mesias akan Binasa
Pendahuluan
Kisah Para Rasul 3:23 merupakan bagian penting dari khotbah Petrus di Bait Allah, setelah mukjizat penyembuhan orang lumpuh di Gerbang Indah. Dalam konteks ini, Petrus tidak hanya berbicara tentang kuasa Kristus yang menyembuhkan, tetapi juga tentang peringatan serius terhadap penolakan Mesias. Ayat ini menekankan dampak penolakan Yesus: pemusnahan rohani yang kekal.
Kisah Para Rasul 3:23 (TB):
"Dan akan terjadi, bahwa siapa pun yang tidak mendengarkan Nabi itu, ia akan dibinasakan dari antara umat itu.”
Kalimat ini mengutip dari Ulangan 18:19, yang berbicara tentang Mesias sebagai Nabi sejati yang akan datang. Dengan menekankan bahwa Yesus adalah penggenapan nubuat itu, Petrus menegaskan bahwa penolakan terhadap-Nya bukanlah hal sepele – itu berarti penolakan terhadap keselamatan itu sendiri.
I. Konteks Historis dan Redaksional
A. Lokasi dan Waktu
Peristiwa ini terjadi tidak lama setelah Pentakosta. Petrus berbicara kepada orang Yahudi di Yerusalem, dalam suasana yang penuh keajaiban dan keheranan karena penyembuhan orang lumpuh.
B. Fokus Khotbah Petrus
-
Menjelaskan bahwa kuasa penyembuhan berasal dari Yesus, bukan karena kekuatan manusia (ayat 12-16).
-
Menegaskan bahwa Yesus adalah Hamba Allah, Mesias, yang ditolak dan disalibkan (ayat 13-15).
-
Mengundang pertobatan dan memberi peringatan keras terhadap penolakan Injil (ayat 17-26).
II. Studi Kata dan Latar Perjanjian Lama
A. “Nabi itu”
Ini merujuk pada Ulangan 18:15,19:
“Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya..."
Nabi ini bukan sekadar nabi biasa, tetapi Nabi eskatologis, yaitu Yesus Kristus sendiri.
John Calvin menekankan:
“Petrus dengan tegas menyamakan Yesus dengan Musa sebagai pengantara sejati. Dengan menolak Yesus, mereka bukan hanya menolak manusia, tapi Firman Allah sendiri.”
B. “Tidak mendengarkan”
Dalam konteks Ibrani, “mendengar” (shema) berarti taat sepenuh hati, bukan sekadar mendengar secara fisik. Artinya, penolakan di sini bukan hanya menutup telinga, tapi memberontak terhadap otoritas Allah.
C. “Akan dibinasakan dari antara umat itu”
Ungkapan ini menyiratkan pengucilan yang menyeluruh – baik dari persekutuan umat Allah secara jasmani maupun keselamatan kekal.
R.C. Sproul menjelaskan:
“Pemusnahan dalam konteks ini adalah pemutusan dari perjanjian keselamatan. Ini bukan kematian fisik saja, melainkan pemisahan dari kasih karunia Allah.”
III. Eksposisi Teologi Reformed atas Kisah 3:23
1. Penolakan terhadap Kristus = Penolakan terhadap Allah
Dalam teologi Reformed, Kristus adalah penyataan sempurna dari Allah (Ibrani 1:1-3). Menolak Dia berarti menolak Allah secara langsung.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menulis:
“Kristus tidak hanya menyampaikan Firman, Dia adalah Firman. Karena itu, menolak-Nya adalah tindakan aktif menolak wahyu Allah.”
2. Ancaman Hukuman Kekal adalah Nyata
Pernyataan "akan dibinasakan" menunjukkan bahwa keselamatan bukanlah sesuatu yang netral – ada dua pilihan: menerima Kristus dan hidup, atau menolak dan binasa (Yohanes 3:18,36).
Jonathan Edwards menyatakan:
“Kabar baik tentang Injil hanya menjadi baik jika kita memahami betapa seriusnya kabar buruk itu.”
3. Penekanan pada Kedaulatan Allah dalam Penghukuman
Allah bukan hanya menawarkan keselamatan; Ia juga berhak menghukum mereka yang menolak tawaran-Nya. Dalam tradisi Reformed, ini menegaskan aspek kedaulatan mutlak Allah.
John Frame menulis:
“Keputusan untuk menghukum adalah bagian dari keadilan-Nya. Allah tidak berkewajiban untuk menyelamatkan siapa pun.”
IV. Pandangan Teolog Reformed Lainnya
A. John Piper
Dalam khotbahnya di Desiring God, Piper menekankan bahwa ayat ini adalah seruan untuk pertobatan yang mendalam, bukan sekadar ajakan moral.
“Penolakan terhadap Kristus bukan hal ringan. Itu mencerminkan kedalaman pemberontakan manusia terhadap kemuliaan Allah.”
B. Tim Keller
Keller menekankan aspek Injili dari ayat ini:
“Tuhan Yesus tidak sekadar menjadi jalan keluar dari penghakiman. Ia adalah Satu-satunya jalan keselamatan. Tanpa-Nya, semua akan binasa. Ayat ini bukan hanya peringatan, tapi undangan penuh kasih.”
V. Aplikasi Praktis dalam Kehidupan Kristen
1. Urgensi Pemberitaan Injil
Kisah 3:23 menyatakan bahwa mereka yang tidak percaya akan dibinasakan. Ini memberikan urgensi misi dan penginjilan.
Charles Spurgeon berkata:
“Jika neraka nyata dan Injil benar, maka kita harus menyuarakannya dengan seluruh hidup kita.”
2. Menghargai Anugerah Kristus
Kita yang telah percaya harus tidak meremehkan anugerah itu, tetapi hidup dalam ketaatan penuh kepada Sang Nabi sejati.
3. Mengenali Bahaya Penolakan Terselubung
Tidak semua penolakan itu terang-terangan. Banyak orang menghadiri gereja, tetapi tidak sungguh-sungguh mendengarkan dan menaati Kristus. Ini juga termasuk dalam “tidak mendengarkan Nabi itu.”
VI. Kontras: Musa vs Yesus
Petrus membandingkan Yesus dengan Musa – Nabi besar yang memimpin umat keluar dari perbudakan. Tetapi Yesus lebih besar dari Musa, karena:
Aspek | Musa | Yesus |
---|---|---|
Media Wahyu | Hukum tertulis | Firman yang menjadi manusia |
Karya Penebusan | Keluar dari Mesir | Keluar dari kuasa dosa dan maut |
Perantara | Hukum lama | Perjanjian Baru dalam darah-Nya |
Respon terhadap penolakan | Kematian fisik di padang gurun | Kebinasaan kekal |
VII. Penutup: Kristus adalah Titik Penentu Kekekalan
Kisah Para Rasul 3:23 menunjukkan bahwa Kristus adalah garis batas antara hidup dan mati, antara keselamatan dan kebinasaan. Dalam teologi Reformed, hal ini menegaskan:
-
Kedaulatan Allah dalam keselamatan
-
Eksklusivitas Kristus sebagai satu-satunya jalan
-
Realitas penghukuman kekal
-
Panggilan untuk pertobatan sejati
Doa dan Refleksi
“Tuhan, Engkaulah Sang Nabi yang dijanjikan. Tolong kami agar hati kami tidak menolak suara-Mu. Kiranya kami hidup dalam pertobatan dan ketaatan, dan memberitakan Injil-Mu kepada dunia yang binasa. Amin.”