Kematian yang Memuliakan
Pendahuluan: Kematian—Akhir atau Awal?
Bagi dunia, kematian adalah akhir yang menyedihkan. Tapi bagi orang percaya dalam Kristus, kematian bukan akhir — melainkan transisi menuju kemuliaan. Itulah sebabnya dalam teologi Reformed, ada pengertian mendalam bahwa hari terakhir seorang percaya justru adalah hari terbaiknya, karena ia masuk ke dalam kepenuhan janji Allah.
Ungkapan "A Believer’s Last Day is His Best Day" bukanlah klise rohani. Ia mencerminkan kebenaran eskatologis dan realitas Injil. Artikel ini akan membahas:
-
Fondasi Alkitabiah pandangan ini
-
Penafsiran dari para teolog Reformed
-
Aplikasi praktis bagi orang percaya
-
Mengapa doktrin ini mendatangkan penghiburan sejati
1. Dasar Alkitabiah: Kematian sebagai Keuntungan
a. Filipi 1:21–23
“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan... Aku ingin pergi dan diam bersama Kristus, karena itu jauh lebih baik.” (AYT)
Paulus tidak melihat kematian sebagai kehilangan, melainkan keuntungan besar, karena ia akan bersama dengan Kristus.
R.C. Sproul berkata:
“Kematian bagi orang percaya bukanlah kekalahan. Itu adalah pintu kemenangan, karena kita akhirnya bersama Pribadi yang menjadi tujuan seluruh hidup kita.”
b. 2 Korintus 5:8
“...kami lebih suka meninggalkan tubuh ini untuk diam bersama Tuhan.”
John Calvin menekankan bahwa:
“Saat jiwa meninggalkan tubuh dan masuk ke hadirat Tuhan, maka ia benar-benar hidup.”
2. Kematian dalam Teologi Reformed: Bukan Hantu, Tapi Harapan
a. Kematian Fisik ≠ Pemisahan dari Allah
Meskipun kematian adalah akibat dosa (Roma 6:23), bagi orang percaya, kematian tidak lagi menakutkan. Dalam Kristus, maut telah dikalahkan (1 Korintus 15:55–57).
Herman Bavinck menyatakan:
“Kristus menguduskan kematian bagi umat-Nya. Itu bukan lagi kutuk, tapi pintu ke rumah Bapa.”
b. Doktrin Keadaan Antara (Intermediate State)
Teologi Reformed mengajarkan bahwa setelah kematian:
-
Jiwa langsung bersama Kristus
-
Tubuh menunggu kebangkitan pada hari akhir
Louis Berkhof menjelaskan:
“Kematian adalah transisi jiwa dari keadaan dosa dan penderitaan menuju keadaan kesempurnaan rohani dalam hadirat Allah.”
3. Mengapa Hari Terakhir Menjadi Hari Terbaik?
a. Bersama Kristus Selamanya
Kristus adalah pusat sukacita kekal. Ketika orang percaya mati, ia tidak kehilangan apa pun — ia mendapatkan segalanya.
Jonathan Edwards:
“Kebahagiaan sejati bukan ditemukan dalam berkat dunia, tetapi dalam kehadiran Kristus. Kematian membawa kita pada kebahagiaan itu secara utuh.”
b. Berakhirnya Penderitaan
-
Tidak ada lagi dosa (Wahyu 21:4)
-
Tidak ada lagi air mata
-
Tidak ada lagi perpisahan
c. Awal Kehidupan Sejati
Yesus berkata dalam Yohanes 11:25:
“Barangsiapa percaya kepada-Ku, walaupun ia mati, ia akan hidup.”
4. Pandangan Para Teolog Reformed
Teolog | Pandangan tentang Kematian Orang Percaya |
---|---|
John Calvin | Kematian membuka jalan menuju kepenuhan keselamatan. Kristus adalah jembatan dari dunia ini ke dunia yang akan datang. |
Herman Bavinck | Hari terakhir bukanlah kekalahan, melainkan perpindahan ke kemuliaan kekal. |
Jonathan Edwards | Kematian adalah saat orang percaya melihat kemuliaan Allah secara penuh. |
Martyn Lloyd-Jones | Kita tidak mati dalam kehampaan, tapi dalam kepastian menuju rumah sejati kita. |
R.C. Sproul | Momen kematian adalah saat kepercayaan menjadi kenyataan, dan harapan menjadi penglihatan. |
5. Kontras dengan Pandangan Dunia
a. Dunia Takut Kematian
-
Dunia melihat kematian sebagai kekosongan.
-
Orang mengejar keabadian lewat ilmu dan teknologi.
b. Orang Percaya Menantikan Hari Itu
Orang percaya tidak mencari kematian, tapi tidak takut padanya.
Mazmur 116:15
“Berharga di mata TUHAN kematian orang-orang yang dikasihi-Nya.”
6. Kematian dan Eskatologi Pribadi
a. Kematian ≠ Akhir Cerita
-
Orang percaya masuk ke dalam kemuliaan antara (intermediate glory).
-
Tubuh akan dibangkitkan dalam kemuliaan pada hari kebangkitan (1 Kor. 15).
b. Surga Sementara → Surga Kekal
Setelah kematian:
-
Jiwa bersama Tuhan (Filipi 1:23)
-
Pada kebangkitan tubuh, masuk ke langit dan bumi baru (Wahyu 21)
7. Aplikasi Praktis: Bagaimana Kita Hidup Menantikan Hari Itu
a. Hidup dalam Kekudusan
Jika kita tahu bahwa kematian adalah perjumpaan dengan Kristus, maka hidup kita hari ini harus menjadi persiapan yang suci.
2 Petrus 3:11
“...betapa suci dan salehnya kamu harus hidup...”
b. Tidak Takut Mati
Ibrani 2:15 – Kristus telah membebaskan kita dari perbudakan ketakutan terhadap maut.
c. Menghibur Orang Percaya yang Sedang Menderita
Bagi orang yang sakit, tua, atau mendekati kematian, berita ini adalah penghiburan utama: hari kematian mereka bukanlah malapetaka, tetapi pertemuan dengan Penebus.
8. Kematian dalam Perspektif Misi dan Injil
a. Memberitakan Injil dengan Urgensi
Karena kita tahu hidup ini singkat dan kematian pasti, kita perlu:
-
Memberitakan Injil dengan semangat
-
Mengingatkan bahwa hanya di dalam Kristus kematian bisa menjadi hari terbaik
b. Menghibur Keluarga yang Berduka
-
Jangan berkata: “Ia telah pergi.”
-
Katakan: “Ia telah tiba — di rumahnya yang kekal.”
9. Kesaksian Orang Kudus dan Reformator
a. John Knox (teolog Skotlandia)
“Hidup dalam Kristus berarti bahwa ketika aku mati, aku bangun dalam kemuliaan.”
b. Augustine
“Kematian orang benar adalah ulang tahunnya dalam kehidupan kekal.”
10. Kesimpulan: Hari Terbaik, Bukan Hari Terburuk
Hari terakhir orang percaya bukanlah tragedi, tapi transisi. Hari itu adalah:
-
Saat iman menjadi penglihatan
-
Saat pengharapan menjadi kenyataan
-
Saat kita memasuki rumah yang telah disediakan oleh Kristus
Yesus berkata (Yohanes 14:2-3):
“Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal… Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku.”
Mati dalam Kristus adalah hidup yang sejati. Maka benar adanya:
“A believer's last day is his best day.”