Kisah Para Rasul 3:24: Nubuat Para Nabi dan Kedaulatan Kristus dalam Sejarah

Kisah Para Rasul 3:24: Nubuat Para Nabi dan Kedaulatan Kristus dalam Sejarah

Teks Fokus: Kisah Para Rasul 3:24 (AYT)

“Dan, semua nabi, mulai dari Samuel dan sesudahnya, semua yang berbicara telah juga bernubuat tentang hari-hari ini.”

Pendahuluan

Kisah Para Rasul 3:24 adalah bagian dari khotbah Rasul Petrus kepada orang-orang Yahudi di bait Allah setelah mujizat penyembuhan seorang lumpuh. Dalam khotbah tersebut, Petrus menekankan bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dinubuatkan sejak dahulu kala oleh para nabi — mulai dari Samuel hingga para nabi berikutnya. Ayat ini menjadi salah satu batu penjuru dalam pemahaman kesatuan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Dalam kerangka teologi Reformed, ayat ini mengandung pelajaran penting tentang:

  • Providensi dan kedaulatan Allah dalam sejarah keselamatan

  • Kesatuan naratif Alkitab

  • Kristus sebagai pusat nubuat

Artikel ini akan menyajikan eksposisi mendalam, pandangan para teolog Reformed seperti John Calvin, Geerhardus Vos, B.B. Warfield, Herman Ridderbos, R.C. Sproul, serta disusun dengan struktur SEO-friendly agar mudah ditemukan dan dimengerti pembaca Kristen modern.

1. Konteks Historis dan Latar Naratif Kisah Para Rasul 3:24

Konteks Kisah Para Rasul pasal 3 adalah peristiwa penyembuhan orang lumpuh oleh Petrus dan Yohanes di pintu Gerbang Indah (ayat 1-10), yang mengejutkan dan menarik perhatian banyak orang. Menanggapi kekaguman massa, Petrus menyampaikan khotbah yang menegaskan bahwa mukjizat ini terjadi bukan karena kuasa mereka, tetapi karena nama Yesus Kristus (ayat 16).

Bagian utama dari khotbah ini menekankan bahwa:

  • Yesus adalah Hamba Tuhan yang dijanjikan (ayat 13)

  • Ia disalibkan oleh bangsa Yahudi, tetapi dibangkitkan oleh Allah (ayat 15)

  • Semua ini adalah penggenapan nubuat para nabi (ayat 18, 24)

Ayat 24 menyatukan seluruh kesaksian nubuat Perjanjian Lama dan menyatakannya dalam terang realitas hari-hari ini — masa kehadiran Mesias.

2. Frasa Kunci dan Penafsiran Teologis

a. “Semua nabi...”

Dalam teologi Reformed, ungkapan ini menegaskan bahwa seluruh narasi nubuat dalam PL bukanlah sekadar sejarah lepas, tetapi merupakan bagian dari rencana keselamatan Allah yang progresif dan terpadu.

Menurut Geerhardus Vos, tokoh penting dalam teologi biblika Reformed:

“Seluruh Perjanjian Lama adalah wahyu progresif yang menemukan klimaksnya dalam Kristus. Para nabi tidak hanya bernubuat, tetapi menyampaikan pewahyuan yang saling menguatkan menuju satu Pribadi yang dijanjikan.”

John Calvin dalam komentarnya atas Kisah Para Rasul menjelaskan:

“Petrus menyatakan bahwa tidak ada satu pun nabi yang bersaksi sembarangan; mereka semua, sejak Samuel, mengarahkan umat pada kedatangan Mesias.”

Artinya, nubuat-nubuat dalam PL tidak boleh dilihat secara parsial atau berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan narasi yang saling menunjuk kepada Kristus.

b. “Mulai dari Samuel dan sesudahnya...”

Mengapa Petrus menyebut Samuel secara khusus?

Beberapa penafsir Reformed menjelaskan bahwa Samuel adalah nabi pertama setelah era para hakim, dan ia memainkan peran penting dalam pengurapan raja pertama Israel. Ini memiliki makna mesianik, karena pengurapan raja Daud, keturunan yang daripadanya Mesias akan datang.

R.C. Sproul menyatakan:

“Dengan menyebut Samuel, Petrus menegaskan garis mesianik yang dimulai dari institusi kerajaan Israel, yang menemukan pemenuhannya dalam Yesus sebagai Raja atas segala raja.”

Tipologi Daud-Samuel menjadi pola penting dalam hermeneutika Reformed, di mana peristiwa-peristiwa sejarah PL memiliki bayangan rohani yang menunjuk pada Kristus.

c. “Bernubuat tentang hari-hari ini”

Frasa ini secara eskatologis menekankan bahwa:

  • Kehadiran Kristus dan zaman gereja adalah penggenapan nubuat.

  • Kita hidup dalam era yang telah dinanti oleh para nabi.

Menurut B.B. Warfield, ini adalah bukti bahwa nubuat-nubuat PL tidak digenapi secara simbolik atau politis, tetapi secara spiritual dan final dalam diri Kristus.

Dalam kerangka Covenant Theology (Teologi Perjanjian), masa ini adalah masa Perjanjian Baru di mana janji-janji Allah kepada Abraham, Musa, dan Daud digenapi sepenuhnya dalam Kristus.

3. Kesatuan Narasi Alkitab: Perspektif Reformed

Dalam teologi Reformed, kesatuan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah pilar penting.

"Apa yang tersembunyi dalam PL dinyatakan dalam PB; dan apa yang tersirat di dalam PL, disingkapkan secara gamblang di dalam Kristus." – Augustine (sering dikutip dalam Reformed Theology)

Herman Ridderbos, seorang teolog Reformed Belanda, menyatakan bahwa:

“Keseluruhan sejarah Alkitab harus dibaca sebagai drama penebusan yang progresif, di mana Kristus adalah protagonis utamanya.”

Dengan demikian, Kisah Para Rasul 3:24 menunjukkan bahwa khotbah rasuli tidak menciptakan makna baru atas PL, tetapi mengaktualisasikan makna aslinya dalam terang penggenapan Kristus.

4. Kristus sebagai Inti Nubuat: Prinsip Kristosentris

Teologi Reformed menekankan bahwa Kristus adalah inti dari semua nubuat.

a. Dalam Pengajaran Yesus Sendiri

Lukas 24:27 – “...Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari Kitab Musa dan segala kitab nabi.”

b. Dalam Khotbah Para Rasul

Semua khotbah dalam Kisah Para Rasul berfokus pada satu pesan: Yesus adalah Kristus, seperti yang telah dinubuatkan.

John Stott menulis:

“Petrus tidak mencoba membujuk dengan logika Yunani atau retorika Romawi. Ia mengandalkan satu kekuatan: kebenaran nubuat dan penggenapannya dalam Yesus.”

5. Aplikasi Teologis dan Gerejawi

a. Otoritas dan Relevansi PL dalam Gereja Masa Kini

Kisah 3:24 menegaskan bahwa PL tidak ditinggalkan. Dalam hermeneutika Reformed, PL adalah bagian integral dari pewahyuan ilahi.

Westminster Confession of Faith menyatakan:

“Perjanjian Lama bukanlah dibatalkan oleh kedatangan Kristus, melainkan digenapi dan diteguhkan.”

b. Penginjilan Berbasis Narasi Keselamatan

Strategi Petrus dalam Kisah Para Rasul menunjukkan model penginjilan: menjelaskan Injil dalam konteks narasi besar Alkitab.

Ini sangat relevan untuk zaman modern, di mana banyak orang Kristen tidak lagi memiliki fondasi Alkitab yang utuh.

c. Mendorong Studi Alkitab yang Kristosentris

Setiap kali gereja membuka PL, ia harus menanyakan: “Apa maknanya dalam terang Kristus?”

6. Peran Gereja dalam Mewartakan Kegenapan Nubuat

a. Gereja Sebagai Umat Perjanjian

Gereja dalam zaman PB adalah pewaris janji dan penerus panggilan Israel sebagai terang bagi bangsa-bangsa (lih. 1 Petrus 2:9–10).

b. Kesatuan antara “Israel Rohani” dan “Israel Jasmani”

Pandangan Reformed klasik memandang bahwa janji PL kepada Israel digenapi dalam Kristus dan dalam gereja-Nya, bukan dibatalkan atau dialihkan secara politis.

7. Penutup: Harapan Eskatologis dan Penggenapan Janji

Kisah 3:24 mengarahkan kita kepada penggenapan janji Allah yang bukan hanya telah dimulai, tetapi akan mencapai klimaksnya pada kedatangan Kristus yang kedua.

Dengan demikian, pesan Petrus bukan hanya historis, tetapi juga profetis — bahwa hari-hari ini adalah awal dari penggenapan sempurna.

Kesimpulan:

Kisah Para Rasul 3:24 adalah deklarasi teologis yang kuat bahwa:

  • Kristus adalah pusat dari seluruh nubuat Perjanjian Lama.

  • Para nabi sejak Samuel telah bersaksi tentang kedatangan-Nya.

  • Masa kini (zaman gereja) adalah penggenapan dari janji yang telah lama ditunggu.

Melalui lensa teologi Reformed, ayat ini menunjukkan konsistensi naratif Alkitab, kedaulatan Allah dalam sejarah, dan panggilan gereja untuk hidup sebagai umat penggenapan janji.

Next Post Previous Post